PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana Kewajiban Ahli Farmasi Terhadap Pasien/ Pemakai Jasa?
4. Apa tujuan Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian?
5. Bagaimana fungsi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kode adalah tanda- tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan
atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau kesepakatan suatu organisasi. Kode juga
berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kata etik (etika) berasal dari
kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu
ataupun sekelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang
mengandalkan suatu keahlian.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan
berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi
setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan
pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik
dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik
itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja
dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan
dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki
cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-
segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu
3
moral profesi itu dimata masyarakat. Apoteker adalah kesehatan profesional yang
membantu individu dalampenggunaan terbaik dari obat. Kode etik ini, dipersiapkan
dan didukung oleh apoteker,dimaksudkan untuk menyatakan secara terbuka prinsip-
prinsip yang membentuk dasar fundamental dari peran dan tanggung jawab apoteker.
Prinsip-prinsip ini, berdasarkan: kewajiban moral dan kebajikan, ditetapkan untuk
membimbing apoteker dalamhubungan dengan pasien, profesional kesehatan, dan
masyarakat.
4
a. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang
diserahkan kepada pasien;
b. Penggunaan obat secara tepat aman, dan rasional.
3. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta
kesehatan pribadi pasien.
4. Melakukan pengelolaan apotek.
5. Memiliki surat izin registrasi TTK dan praktik Apoteker yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang.
Adapun undang-undang kode etik ahli farmasi indonesia pada Bab III yang
berisi tentang kewajiban pasien/ pemakai jasa yang berbunyi :
1. Seorang asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien secara professional.
2. Seorang asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan rahasia
kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Seorang asisten Apoteker harus berkonsultasi atau merujuk kepada teman sejawat
untuk mendapatkan hasil yang akurat dan baik.
5
2.5 Fungsi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian
Adapun fungsi kode etik tenaga teknis kefarmasian sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap tenaga teknis kefarmasian bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menjalankan tugas
kefarmasiannya sehari-hari. Yang perlu diingat, sebagai tenaga teknis kefarmasian
adalah pelayanan yang ramah dan maksimal, tentunya dengan menerapkan istilah 10
benar, yaitu:
1. Benar pasiennya
2. Benar diagnosanya
3. Benar indikasinya
4. Benar obatnya
5. Benar dosisnya
6. Benar cara pakainya
7. Benar cara penyimpanannya
8. Benar monitoring efek samping obat.
9. Benar informasinya
10. Benar pendokumentasiannya.
Bila seorang tenaga teknis kefarmasian baik sengaja atau tidak sengaja
melanggar atau tidak memenuhi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian Indonesia
maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari Pemerintah, Ikatan atau
Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya (ISFI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.2 Saran
Mematuhi Kode Etik Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai dengan peraturan yang
berlaku agar menjadi seorang tenaga teknis kefarmasian yang baik.
7
DAFTAR PUSTAKA