Anda di halaman 1dari 5

MENU

PERAN PEMERIKSAAN FNAB DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA TUMOR


| 2016-11-29 10:02:52

PERAN PEMERIKSAAN FNAB DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA TUMOR


Oleh : dr. Ida Hartati Sp.PA

Apabila dibandingkan dengan penyakit lain, jumlah penderita tumor lebih kecil, akan tetapi semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Mulai terjadi pergeseran usia, beberapa jenis tumor yang biasanya
ditemukan diatas 30 tahun, terdiagnosa pada usia lebih muda. Penyebabnya multifaktorial, bisa dikarenakan
faktor diet, gaya hidup sampai dengan genetika.
Pemeriksaan patologi anatomi adalah penunjang penting dalam diagnosa tumor. Macam
pemeriksaannya antara lain :

1. Histopatologi jaringan dari bahan operasi atau biopsi


2. Sitologi cairan, bisa dari cairan pleura, asites ataupun cairan kista lain
3. Sediaan pap smear
4. FNAB ( Fine Needle Aspirasy Biopsy )

Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan langsung pada benjolan
penderita tumor menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23 sampai dengan 27 tergantung pada ukuran,
lokasi serta sifat tumor. Syarat dari pemeriksaan FNAB ini adalah tumor harus teraba dan dapat dijangkau
jarum. Apabila tumor terlalu dalam atau tidak terlihat dari luar, sebagai contoh tumor paru, maka dapat
dilakukan FNAB dengan tuntunan CT scan atau USG. Khusus untuk tumor kulit atau berupa ulkus, maka
akan dilakukan scrapping atau kerokan.

Jarum yang digunakan pada pemeriksaan FNAB, jarum halus dengan panjang yang berbeda tergantung
pada lokasi dan sifat tumor

Kelebihan dari pemeriksaan FNAB adalah cepat (selesai dalam 1 hari), tidak perlu puasa sehingga bisa
dilakukan kapan saja, tidak terlalu sakit, dan bisa memberikan diagnosa yang akurat untuk penanganan
lanjutan. Penderita dengan benjolan di leher, baik struma ataupun limfadenopati tercatat paling banyak
dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi (PA) untuk dilakukan FNAB, disusul benjolan payudara. Usia
pasien beragam, mulai dari bayi sampai dewasa. Jenis kelamin didominasi oleh wanita.
Hasil pemeriksaan FNAB dapat membantu klinisi dalam menegakkan diagnosa untuk kelanjutan terapi.
Karena itulah bisa disebut sebagai triple diagnosis, berdasar diagnosa klinik dari klinisi, pemeriksaan
modalitas lain seperti radiologi, dan akhirnya ditegakkan dengan diagnosa PA (FNAB), walaupun golden
standard tetap adalah dengan pemeriksaan histopatologi jaringan.
Langkah – langkah pemeriksaan FNAB adalah setelah melalui meja pendaftaran, pasien masuk ruang
pemeriksaan. Dokter spesialis patologi anatomi akan memeriksa, menentukan target yang akan ditusuk
/ puncture, melakukan puncture dan aspirasi sampel benjolan. Kemudian dibuat hapusan di
obyek glass dari sampel tersebut, dilakukan pengecatan, dan diperiksa oleh dokter PA di bawah mikroskop.

Langkah pengambilan sampel FNAB


Hasil dari pemeriksaan FNAB cukup akurat dalam penegakkan diagnosa, namun pada tumor yang
kistik, maupun terlalu besar terkadang sulit untuk didapatkan sel yang representatif , sehingga tetap perlu
dilakukan pemeriksaan histopatologi jaringan dari bahan operasi.

Hasil pengecatan sampel FNAB dan contoh sel yang akan terlihat di mikroskop

Efek samping dari FNAB hampir tidak ada, kemungkinan nyeri pasca pemeriksaan terkadang
ditemukan. Akan tetapi FNAB tidak membuat tumor makin menyebar seperti yang dikuatirkan penderita,
dikarenakan jarumnya yang sangat kecil.
Karena itulah sangat penting pemeriksaan FNAB untuk penegakan awal diagnosa tumor, dapat
ditentukan apakah tumor tersebut bersifat jinak, ganas, atau hanya radang saja. Bila diagnosa tumor sudah
tegak, maka setelah FNAB biasanya akan diikuti pemeriksaan histopatologi jaringan dari bahan operasi,
untuk memastikan diagnosa akhir dan pada kasus tumor ganas bisa menetukan staging/ stadium.

FOB (fiber optic bronkhoskopi) adalah Bronkoskopi adalah pemeriksaan secara visual pada bronkus
dan percabangannya yang dilakukan oleh dokter menggunakan bronkoskope dengan tujuan
diagnostik dan terapeutik
STANDARD OPERATING PROSEDUR ( S O P) KEMOTERAPI

Pengertian Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan


zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Tujuan
1. Menurunkan ukuran kanker sebelum operasi
2. Merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi
3. Mengobati beberapa macam kanker darah
4. Menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini
5. Menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu
6. Meringankan gejala
7. Mengontrol pertumbuhan sel- sel kanker
Indikasi • Adanya sel karsinoma dalam organ tubuh
Petugas Perawat ahli kemoterapi
Persiapan alat 1. Obat sitostatika
2. Cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit
3. Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
4. Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
5. Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc)
6. Infus set dan vena kateter kecil
7. Alkohol 70% dengan kapas steril
8. Bak spuit besar
9. Label obat
10. Plasttik tempat pembuangan bekas
11. Kardex (catatan khusus)
Prosedur A. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya
2. Mencuci tangan
3. Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat
4. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan (inform concent) pasien maupun keluarga

C. Tahap Kerja
Persiapan Obat§
1. Perawat mencuci tangan
2. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
3. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu
4. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit
5. Sebelum membuka ampul, pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul
6. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan
kulit
7. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup dengan tidak mengambil 2 kali
8. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril
diujung jarum spuit
9. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9% atau D5% dengan volume cairan
yang telah ditentukan
10. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot
atau botol infus
11. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau
dengan syringe pump
12. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan
13. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas
dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan
Pemberian Obat§
1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu
pemberian dan akhir pemberian
2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung tangan dan sepatu
3. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infuse
5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara
intra vena)
6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7. Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program
8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 09%
9. Semua alat yang sudah di pakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di ikat serta
diberi etiket
10. Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent
11. Bila disposible masukkan dalam kantong plastik kemudian di ikat dan diberi etiket, kirim ke
incinerator/bakaran

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

klasifikasi berdasarkan waktu pemberiannya yaitu :

 Induction chemotherapy : yaitu pemberian kemoterapi sebagai inisial/awal


dalam sebuah pengobatan kanker. Tujuan kemoterapi ini tentu saja
mengharapkan reduksi bahkan terbebasnya pasien dari sel kanker minimal 1
bulan (Complete response), atau reduksi 50% dari volume kanker (Partial
response), berkurangnya volume kanker kurang dari 50%, tanpa pertumbuhan
sel kanker baru (stable response) dan tidak mengharapkan proggression
response yaitu penambahan volume kanker 25% atau lebih atau terdapatnya
lokasi baru kanker.
 Consolidation/Intensification chemotherapy: pemberian kemoterapi setelah
kankernya mengalami remisi. Bertujuan untuk memperpanjang masa remisi
dan memperlama survival time. Biasanya diberikan obat kemoterapi yang sama
dengan sebelumnya saat remisi terjadi.
 Adjuvant chemotherapy: Kemoterapi diberikan sebagai lanjutan dari terapi
lainnya seperti setelah pembedahan atau radioterapi. Bertujuan untuk
mencegah rekurensi dan mengobati sel-sel kanker yang tidak dapat diterapi
dengan metode lain.
 Neoadjuvant chemotherapy: Pemberian obat kemoterapi dilakukan saat
sebelum pembedahan atau radioterapi. Bertujuan untuk mengurangi volume
paru sehingga memudahkan untuk pembedahan.
 Maitenance chemotherapy:Kemoterapi diberikan dalam dosis kecil yang
bertujuan untuk memperpanjang masa free cancer dan masa sembuh.
 Salvage chemotherapy: Kemoterapi sebagai penyelamat dikarenakan
kegagalan metode pengobatan lain.
 Combination chemotherapy: Pemberian obat kemoterapi bukan sebagai single
agent tetapi kombinasi beberapa obat kanker untuk menggabungkan
mekanisme “pembunuhan sel kanker”.

Anda mungkin juga menyukai