Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Dengan Kasus Ilues Obstruktif Pada “Tn. S”

Diruangan Unit Gawat Darurat Di RSUD Sekayu

Oleh Kelompok III :

1. Mario Chandra Winata 5. Tuta Febianti


2. Marta Yuli Anti 6. Rani Marina
3. Muthia Ramadhian 7. Renny Agreany LT
4. Mega Wahyuni 8. Rezialsyah

CI/ PEMBIMBING : NS. SERAWATI, S.KEP

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI


BANYUASIN

Tahun Akademik 2014/2015

1| Ileus Obstruktif
Laporan pendahuluan

Ileus obstruktif

A. Pengertian

Ileus obstruktif adalah adanya penyumbatan pada lumen usus oleh benda-
benda mekanis atau non mekanis (paralysis otot-otot usus).

B. Gejala Klinis

Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan


keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi abdomen
dalam berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada
perforasi usus sebagai akibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis
oleh penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal

Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan


pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan, tetapi
semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat
kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering
berposisi knee-chest, atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung
kesakitan apabila bergerak. (1,4,5)

Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau
proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah
mungkin akan tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari
lambung, yang mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah
akan berisi semua isi usus halus yang sudah basi. (1,4,5)

Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali


jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena).
Derajat tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan
obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya,

2| Ileus Obstruktif
distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak
rendah.

Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan


strangulasi dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan
klinis tertentu dan gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda
strangulasi.

Uji groin pada semua pasien dengan ileus obstruktif untuk menyingkirkan
suatu hernia inguinal atau hernia femoralis. Hernia femoralis sulit dilihat pada
pasien gemuk.

Pada anak-anak dengan intussuscepsi, nyeri kolik adalah temuan klasik.


Sakit yang muncul secara tiba-tiba, berlangsung beberapa menit kemudian
memudar, dan normal kembali. Muntah merupakan hal yang luar biasa.
Konstipasi adalah suatu temuan khas, walaupun terkadang ditemukan campuran
darah dan lendir seperti selai merah, yang mana merupakan pathognomonis untuk
suatu intussuscepsi.

C. Jenis-Jenis Obstruksi
Terdapat 2 jenis obstruksi :

1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)


Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai
darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai
3 hari.

2. Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik.
Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat
obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling sedikit 2 obstruksi). Karena
lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat
dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan
infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan

3| Ileus Obstruktif
obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai
darah, menyebabkan gangren dinding usus.

D. Etiologi

Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:

1. Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:

a) Benda asing yang tertelan.

Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah


lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami
kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi.

b) Bezoars mungkin merupakan faktor.


c) Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
d) Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula cholecystenteric.
e) Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan
material makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian
bawah. Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah
mengalami operasi pada daerah lambung.
f) Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal
ileum mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur.

2. Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat


dari adanya lesi pada dinding usus halus.
a) Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
b) Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan
obstruksinya sebagian atau parsial.
c) Tuberkulosis usus.
d) Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila
di induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory

4| Ileus Obstruktif
agen, dan terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker
kandung kemih atau kanker cerviks.
e) Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau
pasien yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan
dari dosis yang dibutuhkan.
f) Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang
menyebabkan obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus
halus yang disebabkan oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.
g) Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker
ovarium, dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus
halus.
h) Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk
kepala dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan
menyebabkan ileus obstruktif.
i) Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada
umumnya adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen,
walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi
penyebab ileus obstruktif.

3. Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang


paling umum atau sering:
a. Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis
sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada
lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini
dapat menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara
akut dan kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah
prosedur awal dilakukan.
b. Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan
obstruksi.
c. Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan
keseluruhan usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak

5| Ileus Obstruktif
hanya dapat menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya
iskemia dan kematian.
d. Hernia dapat menyebabkan obstruksi.

E. Patofisiologi

Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi


akibat adanyagas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus,
pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus
ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang
dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat
kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin
akan berakibat fatal.

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi pembuluh


darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia
dan iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan
mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada
pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di
dalam lumen. Usus yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan
mengalami kolaps dan kosong.

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak


tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat
munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak
rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat
dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab diperlukan
banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin
merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi
merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis
merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada
umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk
mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin

6| Ileus Obstruktif
menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir
suatu obstruksi.

F. Manifestasi Klinik

1. Mekanika sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah


empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

2. Mekanika sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau


tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.

3. Mekanika sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,


kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.

4. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya


kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

5. Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan


terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

7| Ileus Obstruktif
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus

2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau


lipatan sigmoid yang tertutup.

3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;


peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.

H. Penatalaksanaan

 Obstuksif usus halus

Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi,


karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi, strangulasi tidak
dapat dicegah secara meyakinkan.

Persiapan-persiapan sebelum operasi:

1. Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah muntah,


mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang
akibat tertelannya udara (mencegah distensi abdomen).
2. Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.
3. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.

Operasi:

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan.

8| Ileus Obstruktif
Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka daerah tersebut
harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan penyayatan abdomen secara
luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab obstruksi tersebut. Perlengketan
dilepaskan atau bagian yang mengalami obstruksi dibuang. Usus yang mengalami
strangulasi dipotong.

Pasca Bedah:

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.

 Obstruksi usus besar (letak rendah)

Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang


mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah
pemotongan bagian yang mengalami obstruksi. Persiapan sebelum operasi sama
seperti persiapan pada obstruksi usus halus, operasi terdiri atas proses sesostomi
dekompresi atau hanya kolostomi transversal pada pasien yang sudah lanjut usia.
Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien untuk
menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada awalnya memang tidak
dibuang.

Komplikasi
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akibat obstruksi
usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil
produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi
mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam
rongga peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat
melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh
melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septik.

9| Ileus Obstruktif
Prognosis
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka
kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah
lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai angka
kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah
timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam.

Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30
%. Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat
dihindar.

10 | I l e u s O b s t r u k t i f
Konsep Asuhan keperawatan

Ileus obstruktif pada “ Tn. S”

1. Pengkajian
Nama : Tn “S” No. Reg : 196679
Umur : 51 tahun Dx. Medis : Ileus Obstruktif
Ruangan : IGD Alamat : Karya maju

2. Diagnosa keperawatan
Data :
1. Ds : klien mengatakan perut terasa kembung, BAB tidak bisa, nyeri ulu
hati,
Do: KU lemah
2. Ds : klien mengatakan mual, muntah warna kehijauan, tapi tidak demam
Ttv : TD : 140/90
Asuhan keperawatan
No Tgl Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1 26/11/ Nyeri b.d Nyeri 1. kaji TTV 1. mengetahui
2014 tidak bisa berkurang tekanan darah
BAB pasien,
2. berikan posisi 2. pasien dapat
yang nyaman beristirahat
dengan tenang,
3. pasang kateter 3. Membantu
kebutuhan
4. lakukan eliminasi,
pemeriksaan lab 4. mengetahui
5. kolaborasi penyakit pasien.
dengan tim 5. pemberian
medis obat

11 | I l e u s O b s t r u k t i f
3. Implentasi dan evaluasi

Nama : Tn”S” No. Reg : 196679


Umur : 51 tahun Dx. Medis : Ileus obstruktif

No. Implementasi Evaluasi


1. 1.mengkaji TTv klien S : klien mengatakan nyeri dan
TD : 140/ 90 perut terasa kembung
2.memberikan klien posisi
O: klien dibantu keluarga dalam
senyaman mungkin
melakukan segala aktivitas
3.memasang Kateter
4.melakukan pemeriksaan
A : masalah belum teratasi
laboratorium
5.berkolaborasi dengan dokter P: intrvensi dihentikan pasien
dipindahakan ke medang

12 | I l e u s O b s t r u k t i f
Daftar Pustaka

http://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/ileus-obstruktif/

http://asuhan keperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-
pada-pasien-dengan.html

http://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/ileus-obstruktif/

13 | I l e u s O b s t r u k t i f

Anda mungkin juga menyukai