Anda di halaman 1dari 20

BAHAN WORK SHOP

MEMBUAT ARTIKEL PENELITIAN BAGI


MAHASISWA FKIP UNTAN TAHUN 2018

DR. BISTARI, M.PD

KETUA UP4I FKIP UNTAN


TATA CARA PENULISAN ARTIKEL PENELITIAN
UP4I FKIP UNTAN TAHUN 2018
(Merujuk dari simlitabmas.go.id)

1. PEDOMAN UMUM

a. Naskah merupakan ringkasan hasil penelitian.


b. Naskah sudah ditulis dalam bentuk format PDF yang sudah jadi dan siap cetak sesuai
dengan template yang disediakan.
c. Ukuran file PDF naskah maksimal 5MB.
d. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan huruf Time New
Roman font 11. Panjang naskah sekitar 8–13 halaman dan diketik 1 spasi.
e. Seting halaman adalah 2 kolom dengan equal with coloumn dan jarak antar kolom 75
mm (0,75 cm), sedangkan Judul, Identitas Penulis, dan Abstract ditulis dalam 1 kolom.
f. Ukuran kertas adalah A4 dengan lebar batas-batas tepi (margin) adalah 3,5 cm untuk
batas atas, bawah dan kiri, sedang kanan adalah 2,5cm.

2. SISTIMATIKA PENULISAN
a. Bagian awal : Judul, nama penulis, abstraksi.
b. Bagian utama : Pendahuluan, Kajian literatur dan pengembangan hipotesis
(jika ada), cara/metode penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan dan saran (jika ada).
c. Bagian akhir : daftar pustaka.

3. JUDUL DAN NAMA PENULIS


a. Judul dicetak dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal (bold) dengan jenis huruf Times
New Romanfont 12, spasi tunggal dengan jumlah kata maksimum 14.
b. Nama penulis ditulis di bawah judul tanpa gelar, tidak boleh disingkat, diawali dengan
huruf kapital, tanpa diawali dengan kata ”oleh”, urutan penulis adalah penulis pertama
diikuti oleh penulis kedua, ketiga dan seterusnya.
c. Nama perguruan tinggi dan alamat surel (email) semua penulis ditulis di bawah nama
penulis dengan huruf Times New Romanfont 10.

4. ABSTRACT
a. Abstract ditulis dalam bahasa Inggris, berisi tentang inti permasalahan/latar belakang
penelitian, cara penelitian/pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Kata abstract
dicetak tebal (bold).
b. Jumlah kata dalam abstract antara 150 - 200 kata dan diketik 1 spasi.
c. Jenis huruf abstract adalahTimes New Roman font 11, disajikan dengan rata kiri dan rata
kanan, disajikan dalam satu paragraph, dan ditulis tanpa menjorok (indent) pada awal
kalimat.
d. Abstract dilengkapi dengan Keywords yang terdiri atas 3-5 kata yang menjadi inti dari
uraian abstraksi. Kata Keywords dicetak tebal (bold).

5. ATURAN UMUM PENULISAN NASKAH


a. Setiap sub judul ditulis dengan huruf TMR font 11 dan dicetak tebal (bold).
b. Alinea baru ditulis menjorok dengan indent-first line 0,75 cm, antar alinea tidak diberi
spasi.
c. Kata asing ditulis dengan huruf miring.
d. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat
yang kurang dari sepuluh harus dieja.
e. Tabel dan gambar harus diberi keterangan yang jelas, dan diberi nomor urut.

6. REFERENSI
Penulisan pustaka menggunakan sistem Harvard Referencing Standard. Semua yang
tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat
diutamakan.

A. Buku
[1] Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi.
Judul Buku cetak miring. Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi.
Contoh:
O’Brien, J.A. dan. J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10.
McGraw-Hill. New York-USA.

B. Artikel Jurnal
[2] Penulis 1, Penulis 2 dan seterusnya, (Nama belakang, nama depan disingkat).
Tahun publikasi. Judul artikel .Nama Jurnal Cetak Miring. Vol. Nomor. Rentang
Halaman. Contoh:
Cartlidge, J. 2012. Crossing bound aries: Using fact and fiction in adult learning. The
Journal of Artistic and Creative Education. 6 (1): 94-111.

C. Prosiding Seminar/Konferensi

[3] Penulis 1, Penulis 2 dst, (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun
publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota,
Negara. Halaman. Contoh:

Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management.


Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18
February 2011, Zurich, Swis. Hal. 776-786.

D. Tesis atau Disertasi


[4] Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi,
Tesis, atau Disertasi. Universitas.
Co ntoh:
Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa
Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.

E. Sumber Rujukan dari Website


[5]Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator (URL). Tanggal
Diakses. Contoh:
Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new
world?.http://www.federalreserve.gov/pubs/ifdp/2013/1081/ifdp1081.pdf.
Diakses tanggal 18 Juni 2013.
7. ATURAN TAMBAHAN

7.1 PenulisanRumus
Rumus matematika ditulis secara jelas dengan Microsoft Equation atau aplikasi lain yang
sejenis dan diberi nomor seperti contoh berikut.

................................................................................................. (1)
7.2 Penulisan Tabel
Tabel diberi nomor sesuai penyajian. Judul ditulis dibagian atas, posisi rata tengah, awal
kata huruf kapital, dan cetak tebal. Garis batas hanya untuk baris, yakni hanya garis
horizontal saja.
Contoh:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Materi Organisasi


Kehidupan Sederhana

Kelas
Aspek
Eksperimen Kontrol
Skor post-test tertinggi 30,00 28
Skor post-test terendah 11,00 14
Nilai rata-rata 80,61 71,25
Jumlah Siswa Tuntas 28 18
Persentase Ketuntasan 84,85 56,25

7.3 Gambar

Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian (Gambar.1, dst.). Judul gambar diletakkan di
bawah gambar dengan posisi tengah (center justified) seperti contoh berikut.

Gambar 1. Mikros Kopiisolat VTM1, VTM5, VTM6, VTM9dan VT


MATERI PRAKTEK
1. Pembuatan Judul (Lokasi General, Ubah Kata tak
Mengubah Makna, Singkatan)
2. Pengetikan Abstrak (Judul, Komponen, Alinea,
Key Word, Jumlah Kata)
3. Jarak Sub Judul dg Baris pertama
4. Tabel (Judul, Garis Horz, Kapital, Bold)
5. Pembahasan (Ambil contoh PTK & non PTK)
6. Kesimpulan
PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM TERHADAP
SELF-CONFIDENCE DAN HASIL BELAJAR SISWA
SMAN 8 PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
ASTRI PRATIWI
NIM. F0 ......................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PMIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM TERHADAP


SELF-CONFIDENCE DAN HASIL BELAJAR SISWA
SMAN 8 PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

ASTRI PRATIWI
NIM ..............

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. ......................., M.Pd ................................. M.Pd


NIP. 19.................... NIP. 19.....................

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan PGSD

Dr. H. Martono ................................


NIP. ......................... NIP. .............................
PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF-CONFIDENCE
DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 8 PONTIANAK
2 spasi
Pembimbing Tanpa Gelar
TNR 12 Astri Pratiwi, Rachmat Sahputra, Lukman Hadi
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak
Email: astripratiwi230@gmail.com TNR 11
TNR 10
2 spasi
Abstract
Self-confidence and learning achievement of XI MIPA students at SMAN 8 Pontianak were
still unsatisfactory. This research was conducted to determine whether there was a
significant difference between self-confidence of students taught using flipped classroom
and conventional learning model, and whether there was a significant difference between
learning achievement of students taught using flipped classroom and conventional learning
model, and to determine effect size of flipped classroom learning model toward student
self-confidence and learning achievement on solubility and solubility product. This
research used quasi experimental with Nonequivalent Control Group Design. The research
sample consisted of XI MIPA 1 class as the control group and XI MIPA 4 class as the
experimental group selected by purposive sampling technique. Learning achievement test,
self-confidence questionnaire, observation sheet and interview guidelines were used to
collect data. Based on final questionnaire and posttest data analysis using the Mann-
Whitney U-test (α = 5%), Asymp.Sig (2-tailed) were 0.000 and 0.017 respectively. This
Masuk & Sejajar

indicated that there were a significant difference between self-confidence and learning
achievement of students taught using flipped classroom and conventional learning model.
Flipped classroom learning model gave 29.96% effect toward self-confidence and 27.04%
toward student learning achievement.

Keywords: Flipped classroom Learning Model, Self-Confidence, Learning


Achievement, Solubility and Solubility Product
2 spasi

PENDAHULUAN kepercayaan di ri dalam berinteraksi dengan


0,75 cm Suatu sistem yang dirancang sedemikian lingkungannya. Self-confidence merupakan
rupa untuk memengaruhi dan mendukung salah satu aspek kepribadian yang berupa
0,75 cm

terjadinya proses belajar siswa disebut keyakinan atau kemampuan individu sehingga
pembelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat
ditentukan suatu tujuan pembelajaran. bertindak sesuai dengan kehendak, gembira,
Menurut Yamin (2009), tujuan pembelajaran optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab
mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, (Lauster, 2002). Keyakinan akan kemampuan
afektif, dan psikomotor. Secara umum aspek diri tersebut membuat individu merasa dirinya
kognitif mencakup hasil belajar intelektual, mampu untuk melakukan suatu tindakan
aspek afektif berkenaan dengan sikap, dan sehingga dapat mencapai tujuan yang
aspek psikomotor berkenaan dengan diharapkan.
keterampilan dan kemampuan bertindak. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Siswa sebagai peserta didik dalam proses guru mata pelajaran kimia di SMA Negeri 8
pendidikan adalah individu. Setiap individu Pontianak pada tanggal 10 Januari 2017,
siswa memiliki lingkungan dan latar belakang diperoleh informasi bahwa siswa kurang
yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut memiliki semangat untuk belajar, siswa sering
memengaruhi kepribadian dan pembentukan terlihat mengantuk dan pasif saat proses

1
pembelajaran. Hal-hal tersebut ternyata Hal tersebut menunjukkan kurangnya
disebabkan oleh fakta lain berdasarkan hasil kepercayaan diri yang masih dimiliki oleh
wawancara, dimana dalam pembelajaran guru siswa terhadap hal-hal yang dilakukan dalam
biasanya hanya menggunakan metode ceramah kegiatan pembelajaran, sehingga hanya
dan diskusi, dengan menggunakan media terdapat beberapa siswa yang aktif menjawab
papan tulis dan spidol. Guru mengatakan pertanyaan dan aktif bertanya. Interaksi antara
bahwa sesekali ia pernah mengajar siswa dengan guru maupun interaksi antar
menggunakan power point dan video siswa saat proses pembelajaran juga masih
pembelajaran. Dari pengamatannya, siswa kurang.
terlihat lebih tertarik dan semangat untuk Berdasarkan hasil wawancara dengan
belajar, serta beberapa siswa lebih aktif guru mata pelajaran kimia kelas XI di SMA
bertanya. Akan tetapi, karena sudah terbiasa Negeri 8 Pontianak pada tanggal 12 Januari
menggunakan metode ceramah yang lebih 2017 diperoleh informasi bahwa hasil belajar
mudah dilakukan dan tidak memerlukan siswa pada mata pelajaran kimia masih
persiapan khusus, sehingga guru lebih sering tergolong rendah. Data hasil ulangan harian
menggunakan metode tersebut. Berdasarkan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak
wawancara tambahan pada tanggal 28 April tahun ajaran 2015/2016 dalam materi kelarutan
2017, guru mengatakan bahwa ia sering dan hasil kali kelarutan menunjukkan bahwa
memberikan PR kepada siswa. Akan tetapi, persentase siswa yang tuntas dalam materi
sekitar 70% siswa dalam satu kelas kelarutan dan hasil kali kelarutan hanya 4,9%,
mengerjakan PR tersebut dengan jawaan yang yang berarti 95,1% siswa tidak tuntas.
hampir sama setelah dikoreksi. Rendahnya persentase ketuntasan siswa
Berdasarkan hasil observasi kegiatan tersebut disebabkan oleh kurangnya
belajar mengajar kimia di kelas XI MIPA 1 dan pemahaman siswa terhadap materi kelarutan
XI MIPA 4 SMA Negeri 8 Pontianak pada dan hasil kali kelarutan.
tanggal 10 Januari 2017 dan 11 Januari 2017 Perkembangan teknologi yang belum bisa
diperoleh informasi bahwa proses dimanfaatkan dengan baik oleh siswa juga
pembelajaran kimia di kelas masih menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil
menggunakan metode ceramah. Meskipun belajar siswa. Berdasarkan observasi, sekitar
guru telah berusaha mengaktifkan siswa, akan 98,6 % siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 8
tetapi guru masih berperan aktif sebagai Pontianak memiliki fasilitas teknologi berupa
pemberi informasi dan peserta didik sebagai smartphone. Akan tetapi, karena siswa lebih
penerima informasi. Hal tersebut dikarenakan sering menghabiskan waktu mereka dengan
siswa sudah terbiasa diberikan pembelajaran smartphone atau laptopnya untuk bermain
dengan metode ceramah, sehingga siswa hanya game dan bermain social media daripada
menunggu dan mendengarkan pengetahuan menggunakannya untuk mengakses materi
yang disampaikan oleh guru di kelas. pelajaran, menyebabkan hasil belajar siswa
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa menjadi rendah. Padahal perkembangan
sebagian besar siswa masih terlihat bingung, teknologi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh
tetapi juga terlihat malu sehingga malas untuk guru dan siswa untuk mendukung proses
bertanya. Berdasarkan hasil wawancara pembelajaran.
dengan masing-masing satu siswa dari kelas XI Berdasarkan fakta-fakta di atas, dapat
MIPA 1 dan XI MIPA 4, diperoleh informasi disimpulkan bahwa diperlukan model
bahwa siswa bingung tentang apa yang ingin pembelajaran yang tepat sebagai solusi dalam
ditanyakan, karena mereka belum mengerti memecahkan permasalahan pembelajaran
materi yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, kimia di SMA Negeri 8 Pontianak. Model
karena masih banyak materi yang belum pembelajaran yang dapat memotivasi guru dan
dimengerti, siswa menjadi malu dan takut siswa untuk memanfaatkan teknologi
diejek oleh siswa lainnya jika bertanya tentang informasi dan komunikasi secara benar untuk
pertanyaan yang tidak penting/terlalu mudah. proses pembelajaran, melatih kemandirian
2
belajar siswa, serta dapat digunakan untuk kemampuan belajar mandiri. Hasil penelitian
meningkatkan kepercayaan diri, aktivitas dan Schultz et al. (2014) diperoleh bahwa model
hasil belajar siswa adalah model pembelajaran pembelajaran flipped classroom dapat
1. Pada bagian PENDAHULUAN tidak
flipped classroom. ada SUB JUDUL aktivitas
meningkatkan siswa dan
Flipped classroom merupakan suatu cara meningkatkan
2. Tidak ada penomoran ke bawah. Misal: interaksi antara siswa dengan
yang dapat diberikan olehmakhluk
Ragam pendidikhidup
dengan guru pada pelajaran kimia. Hasil penelitian
sebagai berikut.
meminimalkan jumlah instruksi langsung Hanif (2016) diperoleh penggunaan model
(1) Manusia.
dalam praktik mengajar sambil pembelajaran flipped classroom berbantuan
(2) Hewan.
memaksimalkan interaksi satu sama lain edmodo lebih efektif daripada pembelajaran
(3) Tanaman.
(Johnson, 2013). Model pembelajaran flipped konvensional dalam meningkatkan hasil
classroom adalah model dimana
Seharusnya dalam proses belajar siswa kelas X SMK Negeri 1
belajarnya siswa mempelajari materihidup
Ragam makhluk pelajaran Banyudono.
sebagai berikut: (1) manusia, (2) binatang,
dari video pembelajaran di rumah sebelum Berdasarkan teori dan fakta yang telah
dan (3)belajar
kelas dimulai dan kegiatan tanamanmengajar di dijelaskan di atas, peneliti tertarik melakukan
kelas berupa pengerjaan tugas, dan diskusi penelitian tentang pengaruh model
tentang materi atau masalah yang belum pembelajaran flipped classroom terhadap self-
dipahami siswa. Dengan mengerjakan tugas di confidence dan hasil belajar dalam materi
sekolah diharapkan ketika siswa mengalami kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa
kesulitan dapat langsung dikonsultasikan kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak.
dengan temannya atau dengan guru sehingga
permasalahannya dapat langsung dipecahkan. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian Deslauriers Bentuk penelitian yang digunakan dalam
et al. (2011) diperoleh model pembelajaran penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
flipped classroom dapat meningkatkan Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan
keaktifan siswa 45% sampai 85% dan hasil Quasi Experimental Design atau eksperimen
belajar siswa dengan persentase 75%. Hasil semu (Sugiyono, 2015). Bentuk rancangan
penelitian Enfield (2013) menunjukkan bahwa quasi exsperimental yang digunakan dalam
model flipped classroom dapat meningkatkan penelitian ini adalah Nonequivalent Control
hasil belajar siswa, dan meningkatkan Group Design dengan pola sebagai berikut:

Tabel 1. Pola Nonequivalent Control Group Design


o Judul Tabel:
Tengah, Awal Kata Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kapital, Di-Bold E O1 X O2
o Hanya Garis Datar
o Sebelum & K O3 - O4
Setelah Tabel
Kosong satu spasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan pedoman wawancara. Prosedur penelitian
kelas XI program IPA SMA Negeri 8 Pontianak dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap
tahun ajaran 2016/2017, yaitu kelas XI MIPA 1, sebagai berikut:
XI MIPA 2, XI MIPA 3, dan XI MIPA 4 yang
belum diajarkan materi kelarutan dan hasil kali Tahap Persiapan
kelarutan. Sampel yang digunakan dalam Langkah-langkah yang dilakukan pada
penelitian ini ada dua kelas, yang terdiri atas satu tahap persiapan antara lain: (1) melakukan pra-
kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Teknik riset di SMA Negeri 8 Pontianak; (2)
pengambilan sampel yang digunakan pada mengidentifikasi masalah; (3) merumuskan
penelitian ini adalah purposive sampling. Oleh masalah dari hasil pra-riset; (4) menawarkan
sebab itu, iswa kelas XI MIPA 4 dipilih sebagai solusi dari permasalahan; (5) membuat
kelas eksperimen dan siswa kelas XI MIPA 1 perangkat pembelajaran berupa Rencana
sebagai kelas kontrol. Alat pengumpul data pada Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
penelitian ini, yaitu tes hasil belajar (soal pretest Siswa (LKS); dan video pembelajaran materi
dan posttest), lembar angket, lembar observasi, 3 kelarutan dan hasil kali kelarutan; (6) membuat
instrumen penelitian berupa lembar angket pengolahan dan analisis data hasil penelitian
kepercayaan diri siswa, tes hasil belajar, meliputi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
soal pretest dan posttest; (7) melakukan validasi menggunakan uji statistik yang sesuai; (2)
perangkat pembelajaran dan instrumen menarik kesimpulan berdasarkan analisis data;
penelitian; (8) melakukan revisi perangkat (3) menyusun laporan penelitian.
pembelajaran dan instrumen penelitian Kegiatan atau tahapan penelitian yang
berdasarkan hasil validasi; (9) melakukan uji dilakukan dapat visualkan sebagai berikut.
coba instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar (pretest dan posttest) pada siswa kelas XI Tahap Persiapan (10 kegiatan)
IPA SMA Negeri 4 Pontianak; (10) menghitung
validitas instrumen dan menghitung reliabilitas
instrumen yang telah diuji cobakan.
Tahap Pelaksanaan (4 kegiatan)
Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan Tahap Akhir (3 kegiatan)
soal pretest dan lembar angket kepercayaan diri
1. pada
awal Judulsiswa
Tabelkelas kontrol dan siswa kelas
eksperimen; (2) memberikan perlakuan dengan
2. Judul Gambar/Grafik/Diagram Bagan. Tahapan Penelitian
menggunakan model
3. Judul Bagan/Skema pembelajaran
konvensional untuk kelas kontrol dan HASIL PENELITIAN DAN
4. Judul Paragraf
menggunakan model pembelajaran flipped PEMBAHASAN
classroom untuk kelas eksperimen pada materi Hasil Penelitian
JUDUL-JUDUL TERSEBUT:
kelarutan dan hasil kali kelarutan; (3) Persentase self-confidence siswa kelas
AWAL KATA
memberikan KAPITAL
soal posttestDAN
danDI-BOLD
lembar angket kontrol sebelum perlakuan lebih tinggi
kepercayaan diri akhir pada kelas kontrol dan dibandingkan kelas eksperimen. Sedangkan,
kelas eksperimen; (4) melakukan wawancara setelah perlakuan persentase self-confidence
siswa setelah instrumen penelitian selesai siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dinilai. dibandingkan kelas kontrol. Secara keseluruhan,
Persentase self-confidence siswa sebelum dan
Tahap Akhir setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap akhir antara lain: (1) melakukan

85 81.56
% Self-Confidence

80
74.05
75
68.43 68.08 Kelas Kontrol
70
65 Kelas Eksperimen
60
Sebelum Setelah
Perlakuan

Grafik 1. Persentase Self-Confidence Siswa Sebelum dan Setelah Perlakuan pada Kelas
Kontrol maupun Kelas Eksperimen

Rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pretest dan posttest kelas kontrol maupun kelas
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2.
siswa kelas kontrol, dengan KKM = 76. Hasil

4
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Pretest Posttest
Kelas Nilai % Nilai %
SD SD
rata-rata Ketuntasan rata-rata Ketuntasan
Kontrol 3,52 3,64 0 41,21 16,42 0
Eksperimen 5,00 4,60 0 53,35 23,04 26,47

1. Perbedaan Self-Confidence antara Siswa Berdasarkan hasil uji normalitas angket


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol akhir, diperoleh nilai signifikansi pada kelas
Perbedaan self-confidence antara siswa kontrol dan kelas eksperimen masing-masing
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat sebesar 0,378 dan 0,006. Data dikatakan
dilakukan menggunakan uji statistik yang berdistribusi normal jika Sig ≥ 0,05, sehingga
sesuai terhadap data hasil angket kepercayaan data hasil angket akhir kelas kontrol
diri. Data hasil angket kepercayaan diri siswa berdistribusi normal. Sedangkan, data hasil
diolah menggunakan SPSS for Windows versi angket akhir kelas eksperimen tidak
17.0. Hasil angket kepercayaan diri sebelum berdistribusi normal. Karena data hasil angket
dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu akhir salah satu kelas tidak berdistribusi
dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas normal, maka data hasil angket akhir secara
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. keseluruhan dianggap tidak berdistribusi
Berdasarkan hasil uji normalitas angket awal, normal. Selanjutnya, untuk menguji hipotesis
diperoleh nilai signifikansi pada kelas kontrol kepercayaan diri siswa digunakan uji statistik
dan kelas eksperimen masing-masing sebesar nonparametrik menggunakan uji U-Mann
0,507 dan 0,215. Data dikatakan berdistribusi Whitney dengan taraf nyata  = 5%.
normal jika Sig ≥ 0,05, sehingga data hasil Berdasarkan hasil uji hipotesis data hasil
angket awal pada kedua kelas tersebut angket akhir, diperoleh nilai Asymp.Sig(2-
berdistribusi normal. Setelah uji normalitas tailed) sebesar 0,000. Karena nilai Asymp.Sig
dan diperoleh data berdistribusi normal, (2-tailed) < 0,05, maka Ha diterima dan Ho
selanjutnya dilakukan uji homogenitas ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
menggunakan uji Levene. terdapat perbedaan self-confidence antara
Berdasarkan uji homogenitas data hasil siswa yang diajar menggunakan model
angket awal dengan uji Levene diperoleh nilai pembelajaran flipped classroom dengan siswa
signifikansi sebesar 0,001 (Sig < 0,05), yang yang diajar menggunakan model pembelajaran
berarti data tersebut tidak homogen. konvensional dalam materi kelarutan dan hasil
Selanjutnya, untuk menguji hipotesis self- kali kelarutan pada siswa kelas XI MIPA SMA
confidence awal digunakan uji statistik, yaitu Negeri 8 Pontianak.
uji t sampel independent dengan taraf nyata 
= 5%. Karena varian sampel tidak homogen 2. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa
maka digunakan uji t Equals Variances Not Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Assumed, diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar Perbedaan hasil belajar antara siswa kelas
0,856. Karena nilai Sig.(2-tailed) ≥ 0,05, maka eksperimen dan kelas kontrol dapat dilakukan
Ho diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut menggunakan uji statistik yang sesuai terhadap
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan data hasil belajar. Data hasil belajar siswa yang
self-confidence antara siswa kelas kontrol dan diperoleh dari nilai pretest dan nilai posttest
siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan. diolah menggunakan SPSS for Windows versi
Karena self-confidence siswa sebelum 17.0. Hasil belajar sebelum dilakukan uji
perlakuan pada kedua kelas tersebut sama, hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
maka untuk menguji hipotesis self-confidence, prasyarat, yaitu uji normalitas dengan
skor yang diolah adalah skor angket akhir. menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan

5
hasil uji normalitas pretest, diperoleh nilai confidence siswa pada materi kelarutan dan
signifikansi pada kelas kontrol dan kelas hasil kali kelarutan ditentukan secara
eksperimen masing-masing sebesar 0,000 dan kuantitatif menggunakan rumus effect size, dan
0,002. Kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh harga effect size sebesar 0,82,
memiliki nilai Sig < 0,05, berarti data pretest sehingga termasuk kategori tinggi. Jika harga
pada kedua kelas tersebut tidak berdistribusi effect size dikonversikan di bawah kurva
normal. Selanjutnya, untuk menguji hipotesis lengkung normal standar dari 0 s/d Z yang
kemampuan awal siswa digunakan uji statistik kemudian dikalikan 100% menunjukkan
nonparametrik menggunakan uji U-Mann bahwa penggunaan model pembelajaran
Whitney dengan taraf nyata  = 5%. flipped classroom memberikan pengaruh
Berdasarkan hasil uji hipotesis data pretest, sebesar 29,39% terhadap self-confidence siswa
diperoleh nilai Asymp.Sig(2-tailed) sebesar kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak pada
0,233. Karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) ≥ materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat 4. Pengaruh Penggunaan Model
perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas Pembelajaran Flipped Classroom
kontrol dan siswa kelas eksperimen. Karena terhadap Hasil Belajar Siswa
kemampuan awal siswa pada kedua kelas Besarnya pengaruh penggunaan model
tersebut sama, maka untuk menguji hipotesis pembelajaran flipped classroom terhadap hasil
hasil belajar, nilai yang diolah adalah nilai belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil
posttest. kali kelarutan ditentukan secara kuantitatif
Berdasarkan hasil uji normalitas posttest, menggunakan rumus effect size, dan diperoleh
diperoleh nilai signifikansi pada kelas kontrol harga effect size sebesar 0,74, sehingga
dan kelas eksperimen masing-masing sebesar termasuk kategori tinggi. Jika harga effect size
0,673 dan 0,026. Data dikatakan berdistribusi dikonversikan di bawah kurva lengkung
normal jika Sig ≥ 0,05, sehingga data posttest normal standar dari 0 s/d Z, yang kemudian
pada kelas kontrol berdistribusi normal. dikalikan 100% menunjukkan bahwa
Sedangkan, data posttest kelas eksperimen penggunaan model pembelajaran flipped
tidak berdistribusi normal. Selanjutnya, untuk classroom memberikan pengaruh sebesar
menguji hipotesis hasil belajar siswa 27,04% terhadap hasil belajar siswa kelas XI
digunakan uji statistik nonparametrik MIPA SMA Negeri 8 Pontianak pada materi
menggunakan uji U-Mann Whitney dengan kelarutan dan hasil kali kelarutan.
taraf nyata  = 5%. Berdasarkan hasil uji
hipotesis data posttest, diperoleh nilai Pembahasan
Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,017. Karena Penelitian ini dilakukan terhadap siswa
nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, maka Ha kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak tahun
diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut ajaran 2016/2017 dengan melibatkan dua
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil kelas, yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas
belajar antara siswa yang diajar menggunakan kontrol dan kelas XI MIPA 4 sebagai kelas
model pembelajaran flipped classroom dengan eksperimen. Penelitian ini dilakukan sebanyak
siswa yang diajar menggunakan model dua kali pertemuan. Pada kelas kontrol maupun
pembelajaran konvensional dalam materi kelas eksperimen diajarkan materi yang sama,
kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa yaitu kelarutan dan hasil kali kelarutan.
kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak. Namun, perlakuan yang diberikan pada kelas
kontol adalah pembelajaran kimia dengan
Min 2 baris 3. Pengaruh Penggunaan Model menggunakan model konvensional, sedangkan
ikut, jika Pembelajaran Flipped Classroom perlakuan yang diberikan pada kelas
tidak enter terhadap Self-Confidence Siswa eksperimen adalah pembelajaran kimia dengan
Besarnya pengaruh penggunaan model mengunakan model flipped classroom.
pembelajaran flipped classroom terhadap self-

6
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengharuskan siswa untuk mempelajarinya
perbedaan self-confidence dan hasil belajar secara mandiri terlebih dahulu di rumah. Hal
antara siswa yang diajar menggunakan model tersebut membantu siswa untuk mengetahui
Pembahasan mendeskripsikan mengapa terjadi perubahan tersebut? Misal: Mengapa sangat

pembelajaran flipped classroom dengan siswa konsep terlebih dahulu, sehingga siswa bisa
yang diajar menggunakan model pembelajaran mengetahui kemampuannya dalam memahami
Pembahasan isinya bukan mengulang analisis atau temuan, tapi membahas temuan.

konvensional, serta menentukan besarnya materi dan apabila ada materi yang masih
pengaruh penggunaan model pembelajaran belum dipahami, siswa dapat bertanya kepada
flipped classroom terhadap self-confidence dan guru atau teman.
hasil belajar siswa kelas XI MIPA SMA Negeri Optimisme siswa kelas kontrol maupun
signifikan? Mengapa hasil belajar siklus II lebih baik dari siklus I? Dst .......

8 Pontianak pada materi kelarutan dan hasil kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia
kali kelarutan. mengalami peningkatan setelah perlakuan.
Pada penelitian ini, self-confidence siswa Meningkatnya optimisme siswa kelas kontrol
dibagi menjadi empat aspek, yaitu keyakinan dalam pembelajaran kimia, berdasarkan hasil
kemampuan diri, optimis, kemandirian, dan wawancara dikarenakan setelah siswa
interaksi sosial. Berdasarkan hasil angket, diberikan materi, siswa menjadi mengerti
keyakinan kemampuan diri siswa kelas kontrol tentang materi tersebut, walaupun hanya
maupun kelas eksperimen dalam pembelajaran sedikit. Oleh sebab itu, siswa menjadi lebih
Bila perlu sertakan pendapat ahli yang relevan.

kimia mengalami peningkatan setelah optimis dibandingkan sebelumnya.


perlakuan. Peningkatan pada kelas kontrol Adapun meningkatnya optimisme siswa
terbukti dari hasil observasi pembelajaran, kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia
dimana hampir sebagian besar siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol,
memerhatikan penjelasan guru sambil berdasarkan hasil wawancara disebabkan oleh
mencatat, tetapi ada beberapa siswa yang tidak model pembelajaran flipped classroom yang
memerhatikan. Berdasarkan hasil wawancara lebih menarik dan memudahkan siswa dalam
diperoleh informasi bahwa sebagian besar belajar kimia. Dengan video pembelajaran
siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk
konvensional. Siswa merasa lebih mudah mempelajarinya di rumah, lebih memudahkan
mengerti materi yang dijelaskan langsung oleh siswa dalam memahami konsep materi, karena
guru, sehingga siswa menjadi lebih yakin akan siswa dapat lebih fokus dan konsentrasi
kemampuan mereka dalam pembelajaran belajar, serta siswa dapat menghentikan dan
kimia. Akan tetapi, beberapa siswa terkadang memutar ulang video tersebut. Sesuai dengan
juga merasa bosan jika pembelajaran kimia di pendapat Berret (2012) bahwa salah satu
kelas hanya menggunakan model konvensional kelebihan model pembelajaran flipped
1.
2.

3.

(metode ceramah) dan siswa menginginkan classroom adalah siswa dapat mempelajari
variasi dalam pembelajaran kimia, misalnya materi pelajaran dalam kondisi dan suasana
saat pembelajaran diselingi candaan, games yang nyaman dengan kemampuannya
atau menggunakan media seperti video menerima materi. Apabila masih ada materi
pembelajaran. Rasa bosan cenderung membuat yang belum dipahami, siswa dapat bertanya
siswa tidak fokus dan kurang memerhatikan kepada guru/teman yang pandai saat tatap
penjelasan guru, sehingga siswa tidak dapat muka di kelas. Sehingga, saat siswa sudah
memahami konsep materi secara maksimal dan lebih paham materi, siswa menjadi lebih
siswa menjadi tidak terlalu yakin akan optimis dalam pembelajaran kimia.
kemampuan yang dimiliki dalam pembelajaran Kemandirian siswa kelas kontrol maupun
kimia. kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia
Adapun meningkatnya keyakinan mengalami peningkatan setelah perlakuan.
kemampuan diri siswa kelas eksperimen dalam Meningkatnya kemandirian siswa kelas
pembelajaran kimia yang lebih tinggi kontrol dalam pembelajaran kimia disebabkan
dibandingkan kelas kontrol, berdasarkan hasil oleh pemberian materi. Berdasarkan hasil
wawancara disebabkan oleh pemberian materi wawancara, setelah guru menjelaskan materi
dalam bentuk video pembelajaran yang kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa

7
menjadi mengerti konsep materi walaupun fokus pada tanya jawab dan diskusi mengenai
sedikit. Oleh karena itu, siswa dapat materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran
mengerjakan tugas yang diberikan tanpa dengan cara tersebut terbukti meningkatkan
bantuan guru atau temannya yang lain, interaksi antara siswa dengan guru, maupun
dibandingkan saat mereka belum diajarkan antara siswa dengan siswa lainnya sesuai
materi. Peningkatan kemandirian siswa kelas dengan pendapat Bergmann dan Sams (2012).
kontrol dalam pembelajaran kimia tidaklah Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa
besar, karena kebanyakan siswa masih senang saat belajar dengan berdiskusi, karena
bergantung pada guru atau temannya. mereka bisa bertukar pendapat dan saling
Adapun meningkatnya kemandirian siswa membantu jika masih ada materi yang kurang
kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia dimengerti. Sehingga, siswa dapat lebih
yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, berinteraksi dengan guru dan teman-teman
berdasarkan hasil wawancara disebabkan oleh lainnya. Akan tetapi, ada juga beberapa siswa
pembelajaran flipped classroom yang yang tidak menyukai pembelajaran diskusi,
mengharuskan siswa untuk mempelajari materi karena terkadang dalam satu kelompok tidak
dengan menonton video pembelajaran secara semuanya ikut berdiskusi.
mandiri terlebih dahulu di rumah, dan sesi Secara keseluruhan, self-confidence siswa
tanya jawab di kelas dimana siswa dapat kelas kontrol maupun kelas eksperimen dalam
bertanya kepada guru/teman yang pandai. pembelajaran kimia mengalami peningkatan
Sehingga, pemahaman siswa menjadi semakin setelah perlakuan (Gambar 1). Peningkatan
bertambah dan semakin percaya diri dalam self-confidence pada kelas kontrol terbukti dari
mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri hasil observasi dan hasil wawancara yang
tanpa bergantung pada orang lain. Meskipun dilakukan terhadap siswa K11, K,17, K19,
masih terdapat sebagian kecil siswa yang K20, K30, K31 dan K33, dimana sebagian
masih berharap bantuan dari temannya saat besar siswa memerhatikan penjelasan materi
mengerjakan tugas kimia. yang disampaikan oleh guru. Karena sebagian
Interaksi sosial siswa kelas kontrol besar siswa sudah terbiasa dengan
maupun kelas eksperimen dalam pembelajaran pembelajaran konvensional, siswa merasa
kimia mengalami peningkatan setelah lebih mudah mengerti materi yang dijelaskan
perlakuan. Meningkatnya interaksi sosial siswa langsung oleh guru, sehingga siswa menjadi
kelas kontrol dalam pembelajaran kimia lebih percaya diri dalam pembelajaran kimia
disebabkan oleh kegiatan diskusi. Berdasarkan dibandingkan sebelumnya. Tetapi, terkadang
hasil wawancara, siswa merasa senang saat beberapa siswa juga tidak memerhatikan saat
belajar dengan berdiskusi, karena mereka bisa guru menjelaskan karena mereka merasa bosan
bertukar pendapat dan saling membantu jika jika pembelajaran kimia di kelas hanya
masih ada materi yang kurang dimengerti. menggunakan model konvensional (metode
Sehingga, siswa dapat lebih berinteraksi satu ceramah) dan mereka menginginkan variasi
sama lain. Akan tetapi, ada juga beberapa dalam pembelajaran kimia. Sebagaimana
siswa yang tidak menyukai kegiatan diskusi, pendapat Purwoto (2003) bahwa beberapa
karena terkadang dalam satu kelompok tidak kelemahan dari metode ceramah, diantaranya
semuanya aktif berdiskusi. adalah proses pembelajaran berjalan
Adapun meningkatnya interaksi sosial membosankan dan peserta didik menjadi pasif,
siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran karena tidak berkesempatan untuk menemukan
kimia yang lebih tinggi dibandingkan kelas sendiri konsep yang diajarkan. Oleh karena itu
kontrol, disebabkan oleh sesi tanya jawab dan persentase self-confidence siswa kelas kontrol
kegiatan diskusi dari model flipped classroom. setelah pembelajaran lebih rendah
Berdasarkan hasil wawancara, karena siswa dibandingkan siswa kelas eksperimen. Sesuai
belajar dengan menonton video pembelajaran pendapat Sahputra dan Hadi (2017) bahwa hal
secara mandiri di rumah, sehingga saat tatap tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran
muka di kelas, pembelajaran yang dilakukan konvensional yang lebih menekankan pada

8
penyampaian pengetahuan dari guru kepada tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol.
siswa dan kegiatan siswa selama proses Hasil belajar siswa juga mengalami
pembelajaran sebagian besar hanya peningkatan setelah diberikan
mendengarkan semua informasi yang
pembelajaran, dimana hasil belajar siswa
disampaikan guru, sehingga menyebabkan
kurangnya partisipasi siswa dalam proses kelas eksperimen juga lebih tinggi
pembelajaran. dibandingkan siswa kelas kontrol. Hal
Adapun meningkatnya self-confidence tesebut dikarenakan siswa kelas
siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran eksperimen diberikan pembelajaran
kimia yang lebih tinggi dibandingkan kelas menggunakan model flipped classroom
kontrol terbukti dari hasil observasi dan hasil dimana siswa mempelajari materi dengan
wawancara yang dilakukan terhadap siswa E2,
menonton video pembelajaran di rumah
E-11, E14, E18, E22, E24 dan E25, dimana
sebagian besar siswa lebih semangat belajar sebelum tatap muka di kelas, sehingga
ketika diberikan pembelajaran menggunakan siswa mengetahui konsep terlebih dahulu
model flipped classroom. Dengan model dan saat petemuan di kelas lebih
pembelajaran flipped classroom siswa belajar difokuskan untuk membahas materi
dengan menonton video pembelajaran di secara singkat dan tanya jawab/diskusi
rumah, disertai panduan belajar yang harus mengenai materi yang masih belum
dikerjakan siswa untuk memastikan apakah dipahami siswa. Dengan cara tersebut
siswa sudah menonton dan mempelajari video
pembelajaran tersebut. Cara tersebut membuat
membuat siswa lebih paham materi,
siswa lebih tertarik untuk belajar dan lebih sehingga siswa menjadi lebih percaya
memudahkan siswa karena siswa dapat belajar diri. Siswa dengan self-confidence tinggi
dalam kondisi dan suasana yang nyaman mempunyai keyakinan positif terhadap
dengan kemampuannya menerima materi. kemampuan dirinya dalam melakukan
Selain itu, model flipped classroom digunakan pembelajaran. Dalam proses
oleh guru untuk mengurangi jumlah instruksi pembelajaran siswa dengan kepercayaan
langsung dalam pembelajaran, sehingga waktu
yang digunakan di kelas lebih efisien dan lebih
diri tinggi akan menyelesaikan tugas-
terfokus pada pengerjaan tugas dan diskusi tugas yang diberikan dengan seoptimal
mengenai materi yang belum dipahami, mungkin dan lebih aktif dibandingkan
sebagaimana pendapat Bergmann dan Sams dengan siswa dengan self-confidence
(2012). Setelah pembelajaran tersebut, siswa rendah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
lebih paham materi dibandingkan sebelumnya, tingkat self-confidence siswa
sehingga siswa menjadi lebih percaya diri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,
dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu,
sesuai dengan hasil penelitian Anggreini
persentase self-confidence siswa kelas
eksperimen setelah pembelajaran lebih tinggi (2016) dan Rifki (2008), yang berarti
dibandingkan siswa kelas kontrol (Gambar 1). semakin kuat atau tinggi rasa percaya diri
Akan tetapi, ada juga beberapa siswa yang siswa maka akan semakin tinggi hasil
tidak terlalu merasakan perubahan terhadap belajarnya. Namun, berdasarkan hasil
self-confidence yang dimiliki setelah angket dan nilai posttest, kepercayaan
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa diri tidak selalu berhubungan dengan
belum terbiasa dengan model pembelajaran hasil belajar. Hasil tersebut sejalan
flipped classroom.
dengan hasil penelitian Simanjuntak
Sejalan dengan meningkatnya self-
(2006) yang mengatakan bahwa bahwa
confidence siswa kelas kontrol maupun
prestasi belajar tidak berhubungan
kelas eksperimen, dimana self-
dengan keyakinan diri.
confidence siswa kelas eksperimen lebih

9
Berdasarkan hasil observasi, lupa rumus saat mengerjakan soal. Keduanya
ketidaktuntasan siswa kelas kontrol pada hasil juga mengatakan bahwa kepercayaan diri
posttest dikarenakan saat proses pembelajaran mereka meningkat setelah belajar dengan
berlagsung, siswa terlihat kurang bersemangat model konvensional.
mengikuti pelajaran dan terdapat beberapa Hasil wawancara terhadap siswa K17 dan
siswa yang tidak memerhatikan penjelasan K19 yang mewakili skor angket akhir dan nilai
guru. Saat diberi kesempatan bertanya, hanya 3 posttest rendah, diperoleh informasi bahwa
siswa yang bertanya, selebihnya hanya diam siswa masih kurang paham materi kelarutan
dan sibuk mencatat penjelasan di papan tulis. dan hasil kali kelarutan. Hal tersebut
Hal ini menyebabkan guru mengalami dikarenakan siswa beberapa kali mereka tidak
kesulitan untuk mengetahui sejauh mana memerhatikan penjelasan guru. Menurut
tingkat pemahaman siswa terhadap materi siswa, materi yang diajarkan sedikit
kelarutan dan hasil kali kelarutan selama kebanyakan, sehingga siswa sudah tidak
proses pembelajaran. mampu mengingat dan berpikir lagi.
Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen Sebagaimana pendapat Purwoto (2003) bahwa
(53,35) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol kepadatan konsep-konsep yang diberikan
(41,21). Hal tersebut disebabkan oleh dapat berakibat peserta didik tidak mampu
pemberian perlakuan yang berbeda pada siswa menguasai bahan yang diajarkan. Keduanya
kelas kontrol dan kelas eksperimen, dimana juga mengatakan bahwa kepercayaan diri
kelas kontrol diberikan pembelajaran mereka meningkat sedikit setelah dijelaskan
menggunakan model konvensional dan kelas materi.
eksperimen diberikan pembelajaran Hasil wawancara terhadap siswa K30
menggunakan model flipped classroom. yang mewakili skor angket akhir tinggi tetapi
Hasil wawancara terhadap siswa K11 dan nilai posttest rendah, diperoleh informasi
K31 yang mewakili skor angket akhir dan nilai bahwa siswa paham sebagian dari materi yang
posttest tinggi, diperoleh informasi bahwa diajarkan, tetapi saat mengerjakan soal siswa
siswa sudah cukup paham materi kelarutan dan menjadi bingung dan lupa rumus. Siswa
hasil kali kelarutan, tetapi masih ada yang mengatakan bahwa kepercayaan dirinya
mereka belum terlalu paham. Siswa juga sedikit meningkat setelah belajar dengan
mengatakan bahwa ingatan pemahamannya model konvensional.
terhadap materi tidak bertahan lama jika Berbeda dengan siswa kelas kontrol,
pembelajaran menggunakan metode ceramah. siswa kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai
Sebagaimana pendapat Purwoto (2003) bahwa posttest yang lebih baik, serta terdapat 9 siswa
salah satu kekurangan model pembelajaran yang mencapai nilai ketuntasan (KKM = 76).
konvensional diantaranya adalah siswa Berdasarkan hasil observasi, saat proses
cenderung cepat lupa tentang materi yang telah pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih
diajarkan. Siswa K11 mengatakan bahwa bersemangat mengikuti pelajaran, meskipun
kepercayaan dirinya meningkat setelah belajar, saat sesi tanya jawab hanya 5 orang siswa yang
sedangkan siswa K31 mengatakan bahwa bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa
kepercayaan dirinya tidak terlalu berubah. masih belum terbiasa dengan model
Meskipun terdapat perbedaan pendapat, pembelajaran flipped classroom. Akan tetapi,
keduanya memiliki persamaan bahwa saat diskusi berlangsung, siswa terlihat lebih
kepercayaan diri mereka tidak dipengaruhi aktif bertanya kepada guru. Sebagaimana
oleh model konvensional. pendapat Berret (2012) bahwa salah satu
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kelebihan dari model pembelajaran flipped
siswa K20 dan K33 yang mewakili skor angket classroom, yaitu terjalin komunikasi yang aktif
akhir dan nilai posttest sedang, diperoleh antara guru dan siswa, karena pembelajaran di
informasi bahwa siswa hanya paham sebagian kelas lebih banyak dilakukan dengan
dari materi yang diajarkan, dan siswa juga berdiskusi (tanya jawab) di antara mereka.
mengatakan bahwa siswa sering bingung dan

10
Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak
siswa E14 dan E18 yang mewakili skor angket pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
akhir dan nilai posttest tinggi, diperoleh Model pembelajaran flipped classroom
informasi bahwa siswa sudah paham materi mempunyai keunggulan tertentu dibandingkan
kelarutan dan hasil kali kelarutan, meskipun dengan metode ceramah, yaitu meningkatkan
masih ada sedikit bingung saat mengerjakan interaksi antara guru dengan siswa dan antara
soal. Kedua siswa tersebut mendapatkan nilai siswa dengan siswa, waktu pembelajaran di
posttest di atas KKM (76) dan keduanya kelas lebih efektif dan efisien, serta
mengatakan bahwa kepercayaan dirinya meningkatkan kemampuan belajar mandiri.
meningkat setelah belajar dengan model Dengan model ini siswa lebih tertarik
flipped classroom. perhatiannya pada pelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap
siswa E22 dan E24 yang mewakili skor angket SIMPULAN DAN SARAN
akhir dan nilai posttest sedang, diperoleh Simpulan
informasi bahwa siswa sudah cukup paham Berdasarkan hasil analisis data dari
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
meskipun ada beberapa yang masih belum disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan
dimengerti dan masih bingung dalam self-confidence antara siswa yang diajar
menggunakan rumus. Siswa mengatakan menggunakan model pembelajaran flipped
bahwa sebelumnya siswa agak susah classroom dengan siswa yang diajar; (3)
memahami materi kimia, tetapi dengan adanya pembelajaran dengan menggunakan model
video pembelajaran yang dipelajari di rumah, pembelajaran flipped classroom memberikan
siswa menjadi lebih cepat paham karena bisa pengaruh sebesar 29,39 % terhadap self-
memutar ulang video. Keduanya juga confidence siswa kelas XI MIPA SMA Negeri
mengatakan bahwa kepercayaan diri mereka 8 Pontianak pada materi kelarutan dan hasil
meningkat setelah belajar dengan model kali kelarutan dengan harga effect size sebesar
flipped classroom. 0,82 yang tergolong tinggi; (4) pembelajaran
Hasil wawancara terhadap siswa E2 dan dengan menggunakan model pembelajaran
E25 yang mewakili skor angket akhir dan nilai flipped classroom memberikan pengaruh
posttest rendah, diperoleh informasi bahwa sebesar 27,04 % terhadap hasil belajar siswa
siswa hanya sedikit paham materi kelarutan kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak pada
dan hasil kali kelarutan. Siswa mengatakan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
bahwa mereka kesulitan dalam mengerjakan dengan harga effect size sebesar 0,74 yang
soal. Meskipun antara soal dan contoh soal tergolong tinggi.
hanya berbeda pada senyawa dan angkanya
saja, siswa tetap kesulitan dan bingung untuk Saran
mengerjakannya. Kedua siswa tersebut Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari
mendapat nilai posttest di bawah KKM (76). penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran
Siswa E2 mengatakan bahwa kepercayaan yang peneliti dapat sampaikan antara lain: (1)
dirinya sedikit meningkat karena video, guru hendaknya memerhatikan model
sedangkan siswa E25 mengatakan bahwa pembelajaran yang tepat untuk diterapkan
kepercayaan dirinya sedikit meningkat karena dalam proses pembelajaran; (2) guru
sudah diberikan pembelajaran. hendaknya selalu memberikan motivasi agar
Penelitian ini berhasil mengungkapkan siswa terbiasa dengan model pembelajaran
perbedaan self-confidence dan hasil belajar flipped classroom; (3) guru hendaknya
antara siswa kelas kelas kontrol dan siswa memberikan arahan kepada siswa sebelum
kelas eksperimen. Penelitian ini juga menonton video pembelajaran mengenai cara
membuktikan bahwa model pembelajaran mencatat/meringkas yang efektif, misalnya
flipped classroom berperan untuk dengan menggunakan metode mencatat
meningkatkan self-confidence dan hasil belajar Cornell; (4) guru sebaiknya menambah alat

11
monitoring yang bisa memastikan siswa Banyudono). Skripsi Universitas Negeri
menonton video pembelajaran, seperti Sebelas Maret Surakarta.
misalnya setelah siswa membuat catatan materi Johnson, Graham Brent. 2013. Student
dari video pembelajaran, siswa langsung Perceptions Of The Flipped Classroom.
mengirimkannya melalui e-mail kepada guru; Columbia: The University Of British
(5) model pembelajaran flipped classroom Columbia.
dapat menjadi salah satu alternatif model Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian.
pembelajaran yang dapat guru gunakan dalam Jakarta: Gaya Media Pratama.
pembelajaran kimia untuk menarik perhatian Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran
siswa, meningkatkan kemandirian belajar. Matematika. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
DAFTAR RUJUKAN Rifki, Mustofa. 2008. Pengaruh Rasa
Anggreini, Dewi. 2016. Eksperimentasi Percaya Diri terhadap Prestasi Belajar
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Siswa di SMA Islam Al-Ma’arif
Group Investigation (GI) Berbasis Singosari Malang. Skripsi Universitas
Assessment for Learning (AfL) Melalui Islam Negeri Malang.
Penilaian Sejawat pada Materi Sahputra, Rachmat dan Lukman Hadi. 2017.
Persamaan Garis Lurus ditinjau dari Pengaruh Predict-Observe-Explain
Kepercayaan Diri Siswa terhadap terhadap Minat dan Hasil Belajar
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil
Negeri Se-Kota Surakarta Tahun Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan dan
Pelajaran 2015/2016. Tesis Universitas Pembelajaran. Vol 6, No. 5 (2017).
Sebelas Maret Surakarta. Schultz, D., Stacy Duffield, Seth C.
Bergmann, J. & Aaron Sams. 2012. Flip Your Rasmussen, & Justin Wageman. 2014.
Classroom: Reach Every Student in Effects of the Flipped Classroom Model
Every Class Every Day. Washington, on Student Performance for Advanced
DC: International Society for Technology Placement High School Chemistry
in Education. Students. Journal of Chemical Education
Berrett, Dan. 2012. How 'Flipping' the (2014), 91 (9), pp 1334–1339.
Classroom Can Improve the Simanjuntak, E. 2006. Predicting Academic
Traditional Lecture. Adjustment and Results of STUNED
(http://chronicle.com/article/How- (Studeren in Nederland) Students by
Flipping-the-Classroom/130857/, diakses Self Concept and Self Efficacy. Anima
11 Januari 2017). Indonesian Psychological Journal, 21, 2,
Deslaurier, L., Ellen Schelew & Carl Wieman. 145-160.
2011. Improved Learning in a Large Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Enrollment Physics Class. Science 332: Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
862-864. Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Enfield, Jacob. 2013. Looking at the Impact Alfabeta.
of the Flipped Classroom Model of Sutrisno, Leo. 2011. Effect Size. (Online).
Instruction on Undergraduate Multi (http://www/scribd.com/doc/28025523/E
Media Students at CSUN. TechTrends, ffect-Size, diakses 11 Januari 2017).
Volume 57, No. 6 pp. 14–27. Uyanto, Stanislaus. S. 2009. Pedoman
Hanif, Husni Nadya. 2016. Perbandingan Analisis Data dengan SPSS. Jakarta:
antara Model Pembelajaran Flipped Graha Ilmu.
Classroom Berbantuan Edmodo Yamin, Martinis. 2009. Strategi
dengan Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
terhadap Hasil Belajar Sistem Operasi Jakarta: Gaung Persada
(Eksperimen Kelas X SMK 1

12

Anda mungkin juga menyukai