Anda di halaman 1dari 10

PROKER C

Yayasan gemar membaca

Uraian kegiatan : dalam penyelenggaraan kegigatan tematik program gerakan buku masuk rumah
bersama yayasan gemar membaca . membaca terlaksana dengan kegiatan penyusuan kembali buku-
buku program yagemi tersebut. permasalahan yang diminta pihak yagemi untuk mempertanyakan
kembali terkait kegiatan ini didapatkan hasil bahwa pihak nagari terutama pihak pengelola perpustakaan
akan berusaha menghidupkan kembali kegiatan ini setelah pembangunan gedung perpustakaan yang
baru dirampungkan.

Penanaman bibit pohon

kegiatan penanaman bibit pohon dilakukan oleh mahasiswa kkn-pp unand 2018. bekerja sama dengan
dinas kehutanan Sumatera Barat dengan pemberian dan penanaman bibit pohon sebanyak 700 pohon.

PROKER D

Radiasi benda hitam

Pengertian Radiasi Benda Hitam

Sebelum kita membahas mengenai pengertian dari radiasi benda hitam, sebaiknya kita
membahas terlebih dahulu mengenai apa itu benda hitam yang dimaksud kali ini, apakah benda
yang berwarna hitam atau yang lainnya. Benda hitam yang dimaksud disini adalah benda yang
buram dan tidak memantulkan cahaya. Tidak memantulkan cahaya, artinya bisa jadi benda ini
justru akan menyerap cahaya. Nah, yang dimaksud dengan radiasi benda hitam adalah sebuah
radiasi elektromagnetik termal yang terjadi di dalam atau di sekitar benda dalam keadaan
kesetimbangan termodinamika dengan lingkungannya atau saat ada proses pelepasan dari benda
hitam tersebut. Istilah yang lebih mudah kita pahami, radiasi benda hitam ini adalah ketika benda
tersebut menyerap dan menahan cahaya kemudian memancarkan radiasi ke sekitarnya sehingga
kita bisa merasakannya melalui suhu ataupun perubahan ke warna- warna tertentu.
Mengapa bisa ada radiasi benda hitam bisa terjadi? Benda hitam yang ideal digambarkan sebagai
sebuag rongga hitam yang memiliki lubang- lubang kecil, ketika suatu cahaya memasuki rongga
melalui lubang tersebut maka berkas cahaya akan dipantulkan berkali- kali di dalam rongga
tersebut dan tidak dapat keluar kembali ke lubang. Dinding- dinding benda yang berwarna hitam
akan menyerap cahaya, benda hitam ini akna menyerap cahaya yang suhunya lebih rendah
daripada suhu di sekitarnya dan memancarkan cahaya yang suhunya lebih tinggi dari pada suhu
di sekitarnya.

Sifat- sifat Radiasi Benda Hitam

Radiasi yang muncul dari benda hitam mungkin berbeda dengan radiasi cahaya. Radiasi benda
hitam lebih terasa kita rasakan, bukan kita lihat. Radiasi benda hitam memiliki sifat tertentu.
Sifat- sifat dari radiasi benda hitam ini berasal dari sifat benda hitam itu sendiri. Sifat dari radiasi
benda hitam sebenarnya adalah sifat dari spektrum cahaya benda hitam yang sifatnya ideal.
Beberapa sifat dari spektrum cahaya benda hitam yang ideal antara lain adalah:

 Benda hitam yang lebih panas akan memancarakan yang lebih banyak yang memenuhi
seluruh panjang gelombang. Hal ini berarti apabila kita membandingkan dua benda hitam
tanpa melihat panjang gelombangnya, benda hitam yang lebih panas kan mengeluarkan
lebih banyak cahaya daripada benda hitam yang lebih dingin.
 Spektrum benda hitam bersifat tetap dan memiliki puncak pada panjang gelombang
tertentu. Puncak kurva benda hitam pada sebuah spektrum bergerak ke panjang
gelombang yang lebih pendek untuk benda yang lebih panas. Benda hitam yang lebih
panas, panjang gelombangnya akan lebih biru daripada pancaran puncaknya. Contoh
peristiwa adalah matahari yang suhu rata- ratanya adalah 5.800 Kelvin. Benda hitam yang
memiliki suhu yang sama dengan matahari tersebut memiliki puncak rata- rata 500
nanometer dan memiliki panjang gelombang yang berwarna kuning. Lalu benda hitam
lainnya yang memiliki suhu yang besarnya dua kali lipat dari suhu matahari akan
memiliki puncak spektrum sekitar 250 nanometer yang mana merupakan bagian dari
sinat Ultraviolet dari spektrum.

Grafik spektrum radiasi benda hitam

(Sumber: ask.metafilter.com)

Grafik di atas menunjukkan hubungan intensitas radiasi benda hitam terhadap panjang gelombang
pada suhu yang berbeda. Dapat dilihat bahwa ketika suhu benda hitam meningkat, panjang
gelombang untuk intensitas maksimum (λmaks) bergeser ke nilai panjang gelombang yang lebih
pendek.
Teori Relativitas Newton
Teori relativitas muncul dari kebutuhan terhadap kerangka acuan, yaitu suatu patokan yang dapat
digunakan ilmuwan untuk menganalisis hukum gerak. Pada waktu kelas X, kita telah mempelajari
Hukum Newton tentang gerak, di mana Hukum I Newton tidak membedakan antara partikel yang
diam dan partikel yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak ada gaya luar yang bekerja,
partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya, diam atau bergerak dengan kecepatan
awalnya.

Benda akan dikatakan bergerak apabila kedudukan benda tersebut berubah terhadap kerangka
acuannya. Kerangka acuan di mana Hukum Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia. Jika
kita memiliki dua kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif terhadap
yang lainnya, maka tidak dapat ditentukan bagian mana yang diam dan bagian mana yang bergerak
atau keduanya bergerak. Hal ini merupakan konsep Relativitas Newton, yang menyatakan “gerak
mutlak tidak dapat dideteksi”.

Konsep ini dikenal oleh para ilmuwan pada abad ke-17. Tetapi, pada akhir abad ke-19 pemikiran
ini berubah. Sejak saat itu konsep relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak mutlak dideteksi
dengan prinsip pengukuran kecepatan cahaya. Dengan demikian gerak benda itu tidak mutlak
melainkan bersifat relatif.

Transformasi Galileo

Untuk menyatakan kedudukan sebuah titik atau benda kita memerlukan satu sistem koordinat atau
kerangka acuan. Misalnya untuk menyatakan sebuah benda bergerak, seorang pengamat
memerlukan suatu kerangka acuan dengan sistem koordinat misalnya (x, y, z). Jadi kerangka acuan
adalah suatu sistem koordinat (x, y, z) di mana seorang pengamat melakukan pengamatan suatu
kejadian. Dalam hal ini kita gunakan kerangka acuan inersial di mana hukum Newton berlaku.
Kerangka acuan inersial yaitu suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan terhadap kerangka acuan lain pada garis lurus. Untuk
menyatakan hubungan antara pengamatan suatu kejadian peristiwa yang terjadi dalam suatu
kerangka inersial, jika diamati oleh pengamat yang berada dalam kerangka acuan lain yang
bergerak dengan kecepatan relatif konstan, digunakan transformasi Galileo.

Gambar diatas menggambarkan kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x , y, z) dan S’ dengan
sistem koordinat (x’, y’, z’), di mana kerangka acuan S’ bergerak di dalam kerangka acuan S ke
arah sumbu x positif dengan kecepatan relatif konstan sebesar v terhadap kerangka acuan S.
Mula-mula kedua kerangka acuan berimpit (t = 0), setelah bergerak selama t sekon maka kerangka
acuan S’ telah menempuh jarak d = v t. Sebagai ilustrasi seorang anak pergi naik kereta. Apabila
bersamaan kereta itu bergerak anak tersebut juga berjalan di dalam gerbong kereta api, searah
dengan gerak kereta dengan kecepatan vx’ relatif terhadap kereta api, maka kedudukan anak
tersebut dapat dinyatakan dalam koordinat (x, y, z) terhadap kerangka S dan (x’, y, z’) terhadap
kerangka S’. Sehingga kedudukan benda antara kerangka acuan S’ terhadap S dapat dinyatakan :

x’ = x – v.t, y’= y, z’= z, t’= t

Persamaan ini dikenal dengan transformasi Gallileo.

Kebalikan tranformasi Galileo dinyatakan :

x = x’ + v.t’, y = y’, z = z’, t = t’

Kecepatan anak dalam kereta tersebut berjalan menurut pengamat yang berada di S dan S’ dapat
ditentukan menurut transformasi Gallileo sebagai berikut :

Pengamat di S’ anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan v’x sebesar :

Pengamat di S anak dalam kereta tersebut berjalan dengan kecepatan vx sebesar :

Kedua persamaan diatas merupakan penjumlahan kecepatan transformasi Galileo yang kemudian
dikenal dengan penjumlahan kecepatan menurut teori Relativitas Newton, di mana relativitas
Newton menyatakan bahwa semua hukum Fisika Mekanika Newton berlaku untuk semua kerangka
acuan inersial, sedangkan kecepatan benda tergantung pada kerangka acuan (bersifat relatif).

Percobaan Michelson dan Morley

Pada mulanya sesuai dengan teori gelombang dari Huygens bahwa gelombang memerlukan
medium rambatannya untuk mencapai suatu tempat dan setelah Maxwell menyatakan bahwa
cahaya tidak lain adalah gelombang elektromagnetik, maka para pakar fisika abad ke-19 segera
melakukan berbagai usaha untuk mempelajari sifat zat perantara sebagai rambatan gelombang
elektromagnetik. Para pakar mengajukan hipotesis medium yang dinamakan eter yang terdapat
meskipun di ruang hampa .

Pada tahun 1887, Michelsone dan Morley dua orang ilmuwan Fisika berkebangsaan Amerika
mengukur kelajuan eter dengan menggunakan interferometer. Hakekat percobaan ini
membandingkan kelajuan cahaya sejajar dan tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi matahari.
Kitaikan eter itu diam di alam semesta ini diharapkan ada kelajuan relatif eter terhadap bumi yang
bergerak mengelilingi matahari. Percobaan ini berdasarkan prinsip penjumlah vektor, dengan
menggunakan penalaran gerak perahu yang menyeberangi sungai sebagai berikut.

Gerak perahu menyeberangi sungai, perahu A bergerak tegak lurus arus sungai dan perahu B
sejajar dengan arus sungai

Perahu A bergerak menyeberangi sungai dalam lintasan tegak lurus sungai dan perahu B bergerak
dengan lintasan sejajar arus sungai. Dengan membandingkan waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak pulang pergi dalam lintasan tegak lurus arus sungai dan waktu yang diperlukan
untuk menempuh lintasan yang sejajar arus sungai dalam jarak yang sama yaitu d seperti pada
gambar diatas. Jika kecepatan perahu itu c, dan kecepatan aliran sungai adalah v.

Kecepatan sesungguhnya perahu A menempuh lintasan adalah , sehingga waktu yang


diperlukan untuk menempuh lintasan A adalah :

Untuk perahu B, kecepatan perahu sesungguhnya saat mengikuti arus adalah c + v dan saat
menentang arus adalah c – v, sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan adalah :

Sehingga diperoleh perbandingan :

Apabila kecepatan perahu c diketahui dan dapat diukur, maka v dapat dihitung.

Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh sederhana tersebut di atas untuk
mencoba mengukur kecepatan aliran eter, bila memang eter itu ada. Perahu A dan perahu B diganti
dengan pasangan berkas cahaya yang berasal dari satu sumber, yang satu dipantulkan dan yang
lain diteruskan oleh gelas setengah cermin seperti tampak pada gambar dibawah.
Percobaan interferometer Michelson – Merley

Masing-masing berkas cahaya itu dipantulkan oleh cermin C1 dan C2 yang letaknya terhadap gelas
setengah cermin. Berkas-berkas cahaya ini menggantikan peran perahu A dan B. Apabila
kecepatan cahaya itu sebesar 3 × 108 m/s dan kecepatan eter relatif terhadap bumi sama dengan
kecepatan tangensial bumi mengelilingi matahari yaitu sebesar 3 × 104 m/s sehingga diharapkan
ada selisih waktu antara tA dan tB. Adanya selisih waktu itu diharapkan antara gelombang cahaya
yang berasal dari pantulan cermin C1 dan C2 akan timbul perubahan pola-pola hasil interferensi
yang terjadi pada layar pengamatan. Akan tetapi selama percobaan tidak pernah teramati adanya
perubahan pola-pola interferensi yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
waktu antara tA dan tB. Berdasarkan percobaan ini Michelson dan Morley menyimpulkan bahwa :

 Hipotesa tentang eter itu tidak benar, eter itu tidak ada.
 Kecepatan cahaya adalah sama untuk ke segala arah, tidak tergantung pada kerangka
acuan inersial.

Relativitas Newton dan Relativitas Einstein - Relativitas sudah dikenal sejak jamannya Newton.
Relativitas ini berasal dari kata relatif. Suatu gerak relatif berarti suatu gerak yang tergantung pada suatu
acuan tertentu. Acuan itulah tempat suatu pengamat dan pengamat sendiri dapat memiliki dua
kemungkinan yaitu pengamat diam dan pengamat bergerak. Dalam kaitannya dengan vektor relatif itu
berarti selisih vektor.
Relativitas Newton dan Relativitas Einstein
A. Relativitas Newton
Pada relativitas Newton, semua besaran akan sama saat diukur oleh pengamat yang diam maupun
pengamat yang bergerak. Besaran yang berubah hanyalah kecepatan relatif dan berlaku persamaan
berikut:

Relativitas Newton
dengan:
Vx’ = kecepatan relatif benda terhadap pengamat bergerak
Vx = kecepatan relatif benda terhadap pengamat diam
V = kecepatan pengamat bergerak terhadap pengamat diam
B. Postulat Einstain
Masih ingat percobaan Michelson dan Morley ? Hasil percobaan Michelson dan Morley itulah yang telah
meletakkan dasar dua postulat Einstein. Kedua postulat tersebut kemudian menjadi dasar teori
relativitas khusus.
Kedua postulat itu adalah :
Postulat pertama, hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua
kerangka acuan inersia.
Postulat kedua, kecepatan cahaya dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak
tergantung dari keadaan gerak pengamat itu. Kecepatan cahaya di ruang hampa sebesar c = 3.10
(Pangkat 8) m/s.
Dengan dasar dua postulat tersebut dan dibantu secara matematis dengan transformasi Lorentz,
Einstain dapat menjelaskan relativitas khusus dengan baik. Hal terpenting yang perlu dijelaskan dalam
transformasi Lorentz adalah semua besaran yang terukur oleh pengamat diam dan bergerak tidaklah
sama kecuali kecepatan cahaya. Besaran -besaran yang berbeda itu dapat dijelaskan seperti dibawah.
Pada postulat Einstain telah dijalaskan bahwa besaran yang tetap dan sama untuk semua pengamat
hanyalah kecepatan cahaya berarti besaran lain tidaklah sama. Besaran - besaran itu diantaranya adalah
kecepatan relatih benda, panjang benda waktu, massa dan energi.
Kontransi panjang adalah penyusutan panjang suatu benda menurut pengamat yang bergerak.
Dilatasi waktu adalah peristiwa pengembungan waktu menurut pengamat yang bergerak.
Perubahan besaran oleh pengamat diam dan bergerak juga terjadi pada massa benda dan energinya.

https://www.bersosial.com/threads/relativitas-newton-dan-relativitas-einstein.40141/

https://blog.ruangguru.com/pergeseran-wien-pada-radiasi-benda-hitam

Transformasi Lorentz (relativitas Kecepatan)


Pada transformasi Galileo telah dikemukakan bahwa selang waktu pengamatan terhadap suatu peristiwa
yang diamati oleh pengamat yang diam dengan pengamat yang relatif bergerak terhadap peristiwa adalah
sama(t = t’). Hal inilah yang menurut Einstein tidak benar, selang waktu pengamatan antara pengamat
yang diam dan pengamat yang bergerak relatif adalah tidak sama (t ≠ t’). Transformasi Lorentz pertama
kali dikemukaan oleh Hendrik A. Lorentz, seorang fisikawan dari Belanda pada tahun 1895.

Karena waktu pengamatan oleh pengamat yang diam pada kerangka acuan S dan pengamat yang bergerak
pada kerangka acuan S’ hubungan transformasi pada Galileo haruslah mengandung suatu tetapan pengali
yang disebut tetapan transformasi. Sehingga persamaan yang menyatakan hubungan antara koordinat
pada kerangka acuan S dan S’ dituliskan sebagai berikut :

http://golengku.blogspot.com/2016/12/transformasi-lorentz-relativitas.html

Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh sederhana untuk mencoba
mengukur kecepatan aliran eter, bila memang eter itu ada.

Skema Percobaan Inferometer Michelson


Dalam percobaan ini, yang ditunjukkan pada gambar diatas, satu berkas cahaya bergerak
menurut arah gerak Bumi dan yang lain bergerak tegak lurus terhadap gerak ini. Perbedaan
antara waktu tempuh berkas tergantung pada kecepatan Bumi dan dapat ditentukan dengan
pengukuran interferensi.

Percobaan Michelson – Morley

Kita anggap interferometer tersebut diarahkan sedemikian rupa, sehingga berkas yang mengenai
cermin M1 berada dalam gerak Bumi yang diandaikan. Berkas yang memantul dari pembagi
berkas dan mengenai cermin M2 bergerak dengan kecepatan tertentu (relatif terhadap Bumi)
yang tegak lurus terhadap kecepatan bumi. Kedua sinar dari cermin M1 dan M2 akan sampai
pada pengamat. Jika ada eter yang bergerak dengan kelajuan v, maka akan timbul perbedaan
waktu sebesar :

Perbedaan waktu tersebut dapat dideteksi dengan mengamati interferensi dari kedua berkas cahaya
tadi. Pita interferensi yang diamati dalam kedudukan pertama haruslah mengalami pergeseran. Akan
tetapi, pada kenyataannya, tidak ditemukan adanya pergeseran. Percobaan yang sama dilakukan
dengan berbagai keadaan, dan hasil yang diperoleh menunjukkan tetap tidak ditemukan adanya
pergeseran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan keberadaan eter tidak benar,
dalam arti bahwa eter tidak ada.

https://skepticalinquirer.wordpress.com/2014/11/16/ether-moreley-michelson/

melainkan kesalahan prinsip menganggap gerakan rotasi bumi


bisa menimbulkan ' angin aether '.
Aether, atau unsur ke-lima, berbeda dengan apa yang dikatakan
sebagai empat unsur asal lainnya : Tanah, Air, Udara, dan Api.
Aether tidak terpengaruh oleh gerak atau perubahan empat unsur
itu, tapi justru sebaliknya : Aether mempengaruhi gerak dan
perubahan unsur asal yang empat itu, dan pengaruhnya yang
utama adalah untuk KESEIMBANGAN.
http://almanhikam89.blogspot.com/2017/02/aether-dan-teori-sains-modern.html

Anda mungkin juga menyukai