Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Indah Pratiwi
(1102015097)
Kelompok 4
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018
1
ABSTRACT
Background: Kekerasan seksual dapat terjadi kepada siapa saja, tidak terkecuali
pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak dianggap sebagai sosok yang
lemah dan tidak berdaya. Kurangnya penegasan hukum juga menjadi faktor
mengapa hal ini masih terjadi. Oleh karena itu, lembaga sosial sangat dibutuhkan
demi melindungi dan menegakkan hak-hak anak agar dapat hidup dan
berkembang secara optimal Case Report: CF (pelapor) melaporkan saudara
kandungnya FD, 34 tahun (terdakwa) yang sengaja membantu saksi FR, 31 tahun
dalam melakukan perbuatan cabul pada RS, 5 tahun (anak kandung dari CF)
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk RS. Atas
kejadian tersebut, CF melaporkan terdakwa ke Polres Jakarta Timur serta
mendapat bantuan dari LBH APIK Jakarta untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Berdasarkan putusan pengadilan, terdakwa dijatuhkan hukuman 6 (enam) tahun
penjara dan denda sebanyak Rp. 50.000.000 atau 2 (dua) bulan penjara bila tidak
bisa membayar. Discussion: Kekerasan seksual pada anak termasuk pelanggaran
moral dan hukum, serta melukai secara fisik dan psikologis. Selain itu, kekerasan
seksual juga dapat menjadi pengalaman traumatis bagi korban. Oleh karena itu,
dibentuklah lembaga sosial seperti KPAI dan LBH APIK untuk membantu dan
melindungi hak anak sebagai korban. Conclussion: Adanya peran KPAI dan LBH
APIK berperan untuk memberikan perlindungan dan pengawasan pada anak
serta memberikan pendampingan dan bantuan hukum bagi anak sebagai korban.
Dengan adanya peran lembaga sosial ini diharapkan kejadian kekerasan seksual
pada anak dapat menurun.
Keyword: kekerasan seksual, anak, lembaga sosial, KPAI, LBH APIK
2
PENDAHULUAN
3
Agama Islam juga memperhatikan hak-hak pada anak. Sebagaimana Islam
memerintahkan umatnya untuk menjaga dan memelihara anak-anak. Sebab anak
merupakan karunia dari Allah SWT yang sangat berharga. Di dalam Al quran,
anak diibaratkan seperti hiasan. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik,
membekali anak dengan ilmu pengetahuan sebagai bekal kemudian hari. Begitu
pula hubungan anak dengan pemimpin. Pemimpin harus bertanggung jawab
dengan apa yang dipimpinnya, termasuk pada anak. Seorang pemimpin berperan
penting dalam memberikan perlindungan hak pada anak agar terwujudnya
kesejahteraan bagi anak.
4
DESKRIPSI KASUS
Pihak keluarga CF telah meminta agar CF dan GG (ayah tiri korban) dapat
menyelesaikan masalah ini secara damai dan kekeluargaan. Tetapi CF tidak dapat
menerimanya lantaran sebelumnya CF juga pernah terlibat konflik dengan saudara
5
kandungnya tersebut. Atas kejadian tersebut, CF dan GG melaporkan terdakwa ke
Polres Jakarta Timur. Selain itu, CF juga melaporkan kasus ini ke LBH APIK
Jakarta Timur. Setelah itu dilakukan Visum et Repertum di Rumah Sakit
Bhayangkara. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
Pada pemeriksaan khusus alat kelamin ditemukan robek lama selaput darah arah
jam tiga sampai dasar akibat kekerasan tumpul. Korban menolak konsultasi
kepada dokter ahli kandungan dan kebidanan. Pada pemeriksaan ke psikolog
didapatkan hasil kecemasan, ketakutan, krisis kepercayaan terhadap orang, emosi
menjadi labil dan kebutuhan rasa aman.
6
DISKUSI
Berdasarkan data KPAI pada tahun 2014 hingga 2016, jumlah kasus
kekerasan seksual pada anak mengalami penurunan. Pada tahun 2014, jumlah
anak sebagai korban kekerasan seksual tercatat sebanyak 656 anak dan menurun
menjadi 120 anak pada tahun 2016.
7
Jumlah kasus kekerasan seksual ini sempat menurun pada tahun 2015-
2016 tetapi berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada
tahun 2018, kasus kekerasan seksual pada anak kembali meingkat. Ketua KPAI,
Susanto menyatakan kasus kekerasan terhadap anak hampir terjadi di semua
daerah. Hingga bulan Februari 2018, KPAI telah menerima 223 aduan kekerasan
seksual.
14%
44% lingkungan rumah
20%
sekolah
ruang publik
22%
sekolah
Presentase Kekerasan Seksual pada Anak berdasarkan data PUSDATIN bulan Januari – Juni 2018
8
Tidak ada satupun karakteristik khusus atau tipe kepribadian yang dapat
diidentifikasi dari seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Siapa pun
dapat menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Kemampuan pelaku
menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman, paksaan, kekerasan,
menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari. Dari seluruh kasus kekerasan seksual
pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi dan tak sedikit yang
berdampak fatal. Kekerasan seksual pada anak adalah pelanggaran moral dan
hukum, serta melukai secara fisik dan psikologis. Selain itu, kekerasan seksual
juga dapat menjadi pengalaman traumatis bagi korban (Noviana, 2015).
Pada kasus yang dialami oleh RS, terdakwa FD dan FS merupakan orang
terdekat korban, yaitu paman korban. Tindakan yang dilakukan oleh FD dan FR
merupakan bentuk kekerasan seksual pada anak dibawah umur, mengingat RS
yang masih berusia 5 (lima) tahun. Berdasarkan kejadian, FD dan FR
memperlihatkan film pacaran/porno, melakukan tindakan seksual atau
pemerkosaan, dan menyentuh organ seksual RS hingga menyebabkan adanya
trauma tumpul pada alat kelamin RS. Setelah melakukan perbuatan cabulnya, FR
juga mengancam RS yang mengakibatkan adanya dampak psikis pada korban.
9
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 Perubahan Atas
Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Pasal 1 ayat (2)
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (12)
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia;
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak;
5. Konvensi Hak Anak PBB yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
dengan Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990,
Negara memiliki andil yang besar dalam melindungi hak-hak anak yang
diwujudkan dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang pemberian
perlindungan terhadap anak sehingga ada jaminan hukum bagi kegiatan
perlindungan anak yang nantinya berdampak pada kelangsungan kegiatan
perlindungan anak serta mencegah penyelewengan dalam pelaksanaan
perlindungan anak. Tindakan perlindungan terhadap anak yang dilaksanakan oleh
pemerintah merupakan bagian dari tujuan negara yaitu untuk melindungi bangsa
dan negara serta demi kesejahteraan umum. (Fitriani, 2016)
10
berperan aktif untuk menghilangkan pelabelan negatif terhadap anak korban
kekerasan dan juga berperan aktif dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial
bagi anak. Elemen masyarakat yang terlibat dalam perlindungan anak juga
melibatkan organisasi-organisasi masyarakat atau lembaga sosial seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat, Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Perlindungan Anak,
organisasi-organisasi lain yang memiliki kepedulian terhadap perlindungan anak.
Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page dalam Yesmil Anwar dan
Adang (2013: 200), lembaga sosial sebagai tata cara atau prosedur yang telah
diciptakan untuk mengatur hubungan antar-manusia yang berkelompok dalam
suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan association. Keberadaan
lembaga sosial dianggap penting sebagaimana hal ini tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 pasal 10 dimana korban
kekerasan seksual berhak mendapatkan perlindungan dari lembaga atau organisasi
sosial yang peduli terhadap masalah kekerasan, misalnya lembaga-lembaga
hukum.
11
a. upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga;
c. pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik
fisik, mental, maupun sosial; dan
12
“(1) Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan
penyelenggaraan pemenuhan Hak Anak, dengan Undang-Undang ini
dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat
independen.
(2) Dalam hal diperlukan, Pemerintah Daerah dapat membentuk
Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis
untuk mendukung pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak di
daerah.”
MISI
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak.
2. Melakukan pengumpulan data dan informasi tntang anak.
3. Menerima pengaduan masyarakat.
4. Melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
5. Pengawasan terhadap penyelenggara perlindungan anak.
13
d. Menerima dan melakukan penelaahan atas pengaduan
masyarakat mengenai pelanggaran hak anak;
e. Melakukan mediasi atas sengketa pelanggaran hak anak;
f. Melakukan kerja sama dengan lembaga yang dibentuk
masyarakat di bidang perlindungan anak; dan
g. Memberikan laporan kepada pihak berwajib tentang adanya
dugaan pelanggaran terhadap undang-undang tentang
perlindungan anak
14
tersebar di seluruh Indonesia. Pada tahun 2010, 10 kantor LBH APIK
yang telah ada pada saat itu memutuskan untuk bergabung dalam
sebuah payung organisasi yang sama, yang pada saat itu disepakati
bernama Federasi LBH APIK Indonesia. Pada tahun 2012, Federasi
LBH APIK Indonesia berubah nama menjadi Asosiasi LBH APIK
Indonesia. Perubahan nama ini menyesuaikan dengan peraturan dan
ketentuan perundangan yang ada di Indonesia dalam rangka pencatatan
badan hukum organisasi di Kementerian Hukum dan HAM RI.
VISI
Terwujudnya sistem hukum yang adil gender, yang tercermin
dalam relasi kuasa dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan
bernegara.
Menguatnya gerakan perempuan sebagai bagian dari gerakan
masyarakat sipil dalam pemberdayaan hukum yang adil gender.
MISI
Melakukan pendampingan dan bantuan hukum bagi perempuan
yang mengalami ketidakadilan, kekerasan dan berbagai bentuk
diskriminasi;
Melakukan dan mendorong perubahan kebijakan dan sistem
hukum yang berkeadilan gender
Melakukan pemberdayaan sumber daya hukum masyarakat
Membangun jaringan kerja dengan berbagai organisasi dan
mendorong melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi dengan
visi misi serupa;
Mendorong terbentuknya LBH APIK-LBH APIK di berbagai
provinsi;
Memperkuat kapasitas lembaga di tingkat Asosiasi LBH APIK
Indonesia dan LBH APIK Daerah
15
LBH APIK lebih berfokus pada penanganan kasus perempuan dan
anak berkaitan dengan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH).
LBH APIK melakukan pendampingan hukum baik itu anak sebagai pelaku
maupun anak sebagai korban, jadi tidak ada pengecualian apakah anak itu
sebagai korban maupun sebagai pelaku. Berkaitan dengan kasus anak,
LBH APIK merupakan lembaga rujukan paling awal untuk pendampingan
terhadap kasus anak. LBH APIK juga memiliki jaringan, baik itu
pemerintah atau swasta yang berkaitan dengan penanganan kasus ABH
sehingga beberapa kasus merupakan rujukan dari pada lembaga lain.
a. Telepon
Pelaporan dapat melalui panggilan telepon 24 jam bagi korban
perundungan, pelecehan, dan intimidasi. Mekanisme pelaporan melalui
panggilan telepon 24 jam juga harus mensosialisasikan pada para target
bahwa sistem ini menjamin kerahasiaan orang yang menghubungi.
16
b. Tindak lanjut Pelaporan
Institusi akan menyerahkan laporan pada perangkat hukum dan otoritas
pemerintah. Pada saat yang bersamaan institusi akan menghubungi pemangku
kepentingan yang dapat memberikan pendampingan dan perlindungan.
17
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pembuatan Visum et Repertum, korban
dapat melaporkan ke PPT (Pusat Pelayanan Terpadu) yang diantaranya
merupakan lembaga sosial, berupa LBH.
18
Rumah Sakit (Format 1). Selanjutnya Puskesmas atau Rumah Sakit
mengirim Format 1 ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
2. Di tingkat kabupaten/kota
Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat rekapan laporan yang masuk
dari puskesmas dan Rumah Sakit di wilayah kerja dengan
menggunakan format Pencatatan kasus KTA untuk kabupaten/kota
(format 2). Selanjutnya format 2 akan dikirim ke Dinas Kesehatan
Propinsi dengan tembusan ke lintas sector terkait setempat yaitu:
Bagian Kesejahteraan Rakyat/Bagian Sosial Pemerintah Daerah,
Kepolisian, Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Berlaku
juga bagi Lintas Sektor terkait, sehingga pada akhirnya dapat dipakai
sebagai data dasar dalam perencanaan program KTA di tingkat
Kabupaten/Kota.
3. Di tingkat Propinsi
Dinas Kesehatan Propinsi membuat rekapan hasil laporan dari semua
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Format Pencatatan KTA untuk
Propinsi (Format 3) dan mengirimnya ke Direktorat Bina Kesehatan
Anak Depkes RI dengan tembusan ke lintas sektor terkait setempat
yaitu Biro Pemberdayaan Perempuan dan KPAID.
4. Di tingkat Pusat
Rekapan data KTA dari Propinsi akan di analisa untuk bahan dasar
pembuatan kebijakan dan pengembangan program. Selain itu laporan
tersebut akan dikirim ke Meneg Pemberdayaan Perempuan (KHA) di
tingkat Internasional.
19
Perlindungan Anak Menurut Pandangan Islam
Islam sangat menghargai hak setiap insan, termasuk hak pada anak. Di
dalam Al quran digambarkan hak-hak dasar pada manusia, diantaranya hak
perlindungan kehormatan, hak keamanan dan kesucian pribadi, hak keamanan
kemerdekaan pribadi, hak perlindungan hukum dan kesewenang-wenangan serta
hak mendapatkan keadilan. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Bahkan anak dalam Islam dianggap sebagai pemberian dan karunia dari
Allah SWT yang sangat berharga dalam suatu keluarga, bahkan anak digambarkan
seperti zinatun (hiasan). Sesuai dengan firman Allah SWT :
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta
lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S. Al Kahfi 18; 46)
20
Lembaga Sosial Menurut Pandangan Islam
Begitu pula dengan kisah Umar yang pada waktu itu menjabat sebagai
pemimpin rakyat atau umat islam yang memiliki hak penuh terhadap rakyat yang
dipimpinnya, apakah ia akan membawa rakyatnya kepada kedamaian dan
kesejahteraan ataukah akan membawa kepada kehancuran.
21
: سلَّ َم َّ صلَّى
َ ّللا َعلَ ْي ِه َو َ ا قَا َل لنَّ ِبي, ِّللا
َّ ع ْن َع ْب ِد
َ
الر ُج ُل َراعٍ َع َلى َّ َو، فَاإل َما ُم َراعٍ َو ُه َو َم ْسئُو ٌل.ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل
ُ َو ْال َع ْبد،ٌي َم ْسئُولَةَ ت زَ ْو ِج َها َو ِه ِ َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِع َيةٌ َعلَى َب ْي،أ َ ْه ِل ِه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل
. أَالَ فَ ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل.س ِي ِد ِه َو ُه َو َم ْسئُو ٌل
َ َراعٍ َعلَى َما ِل
“Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin,
dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka seorang imam
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang laki-laki
adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung
jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun
akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas
harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggung jawabannya. Sungguh
setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya” Sahih al-Bukhori: 4789)
Berdasarkan hadits di atas, maka penting bagi pemimpin untuk
memperhatikan segala aspek yang dipimpin olehnya tanpa terkecuali. Keputusan
seorang pemimpin harus membawa maslahah atau kebaikan bagi masyarakat
karena pemimpin memiliki kekuasaan terhadap apa yang dipimpin olehnya.
Kesimpulan
22
Saran
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan
rahmat dan ridha-Nya, sehingga penyusunan laporan kasus ini dapat terlaksana
dengan baik. Ucapan terima kasih saya berikan kepada dr. Syukrini Bahri, Sp.PK
selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan meluangkan
waktunya agar dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada dr. Ferryal Basbeth Sp.F DFM selaku pengampu, dr. Hj. R.W.
Susilowati, M.Kes dan DR. Drh. Hj. Titiek Djannatun sebagai koordinator Blok
Elektif. Terima kasih kepada Mbak Uli Pangaribuan dan LBH APIK yang telah
memberikan kesempatan untuk berkunjung dan mengumpulkan data untuk
23
laporan ini. Terima kasih kepada semua anggota kelompok 4 domestic violence
atas dukungan dan kerjasamanya dalam mengerjakan tugas laporan kasus ini.
24
Daftar Pustaka
11. Noviana, Ivo. 2015. Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak Dan
Penanganannya. Jakarta: Sosio Informa.
25
Intenet
26