Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara IMS (Infeksi
Menular Seksual).1 Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing
Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G).1 Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk Indonesia.
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, orogenital
dan ano-genital.1 Tetapi, disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat
pakaian, handuk, termometer dan sebagainya.1 Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore
genital dan gonore ekstra genital.
Definisi
Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan keluar nanah dari
orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan kelamin.1 Gonore juga merupakan
infeksi menular seksual tertua yang pernah dilaporkan dalam berbagai literatur.
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan mudah di daerah lembab hangat, dari saluran reproduksi, termasuk serviks
(membuka rahim), uterus (rahim), dan tabung fallopi (saluran telur) pada wanita , dan di uretra
(saluran urin) pada wanita dan laki-laki.1, 2 Bakteri juga dapat tumbuh di mulut, tenggorokan,
mata, dan anus.2
Epidemiologi
Gonore adalah STD paling umum di seluruh dunia setidaknya selama abad ke-20. Infeksi
gonokokus masih merupakan penyakit yang paling umum diketahui kedua di Amerika Serikat.
Semua populasi aktif secara seksual berisiko terkena infeksi gonokokus, dan tingkat risiko
meningkat dengan jumlah pasangan seksual dan adanya penyakit menular seks (PMS) lain.3
Meskipun ras tidak memiliki efek intrinsik pada kerentanan terhadap gonore, frekuensi gonore di
Amerika Serikat meningkat di kalangan penduduk perkotaan, individu dengan status sosial
ekonomi lebih rendah, dan minoritas dari populasi manapun.3 Hal ini mungkin disebabkan oleh
penurunan akses terhadap diagnosis dan pengobatan; kurangnya perawatan yang memadai (yaitu,
pendidikan, diagnosis, dan pengobatan), yang menyebabkan tingkat transmisi meningkat.3
Rasio laki-laki terhadap perempuan terhadap gonore kira-kira 1: 1.2; Namun, wanita mungkin
asimtomatik, sedangkan laki-laki jarang asimtomatik.3 Wanita yang berusia di bawah 25 tahun
memiliki risiko infeksi gonokokus tertinggi.3Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki
jauh lebih mungkin untuk mendapatkan dan membawa gonore dan memiliki bakteri antibiotik
yang jauh lebih tinggi.3
Infeksi pada anak-anak adalah penanda untuk pelecehan seksual anak dan harus dilaporkan
walaupun demikian tinjauan tahun 2007 didapatkan bahwa ada transmisi non-seksual antara
anak-anak dan ditularkan dari orang dewasa kepada anak-anak yang terkait dengan kebersihan
tangan yang buruk.3Gonococcemia tetap merupakan penyakit penting pada populasi remaja dan
dewasa muda, dengan kejadian puncak pada pria berusia 20-24 tahun dan pada wanita berusia
15-19 tahun.3
Etiologi
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri gram negatif, intraseluler, bersifat aerobik, non-motil yang
tumbuh berpasangan (diplokokus).3 N. gonorrhoeae disebarkan melalui kontak seksual atau
melalui transmisi vertikal saat melahirkan. Ini terutama mempengaruhi sel epitel kolumnaratau
kuboidal yang mensekresi mukus.3, 4
Hampir setiap selaput lendir dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme ini.
Kemampuan tumbuh secara anaerobik memungkinkan gonokokus, bila bercampur dengan darah
menstruasi atau menempel pada sperma, dapat menyerang struktur genital bawah (vagina dan
serviks) dan berlanjut ke organ genital atas (endometrium, salpinx, ovarium).3
Infeksi gonokokus biasanya mengikuti inokulasi mukosa selama kontak seksual; vagina, anal,
atau oral atau perinatal (dari ibu ke bayi). Hal ini juga mungkin disebabkan oleh inokulasi
mukosa oleh jari-jari terkontaminasi atau benda lainnya.3 Risiko penularan N.gonorrhoeae dari
wanita yang terinfeksi ke uretra pasangan laki-laki sekitar 20% per hubungan seks dan
meningkat menjadi 60-80% setelah 4 atau lebih berhubungan seks.3 Sebaliknya, risiko penularan
dari laki-laki ke laki-laki mendekati 50-70% setiap kontak, dengan sedikit bukti peningkatan
risiko dengan eksposur seksual yang lebih banyak.3Orang yang melakukan hubungan seks tanpa
kondom dengan pasangan baru atau pasangan multipel cukup sering untuk mempertahankan
infeksi di masyarakat.3
Infeksi gonokokus neonatal dapat menyebabkan infeksi konjungtiva pada neonatus, yang didapat
melalui jalan lahir.4 Pada anak-anak, infeksi dapat terjadi akibat pelecehan seksual oleh orang
yang terinfeksi atau kemungkinan kontak non-seksual di rumah atau di lingkungan institusi.3
Gambar 1 : Tampak Bakteri Diplokokus Gram Negatif Pada Pewarnaan Gram SekretUretra
Laki-laki3
Patofisiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi virulensi N. gonorrhoea(pili dan Opa) dan dalam 24-48 jam,
menembus melalui dan antar sel ke dalam ruang subepitel.3 Respon host yang khas ditandai
dengan invasi neutrofil, diikuti dengan pembengkakan epitel, pembentukan mikrobiologi
submukosa, dan discaj purulen.5 Jika tidak diobati, makrofag dan infiltrasi limfosit menggantikan
neutrofil.5 Beberapa strain gonokokus menyebabkan infeksi asimtomatik, yang menyebabkan
keadaan pembawa asimtomatik pada orang-orang dari kedua jenis kelamin.5
BakteriN.gonorrhoeae menyebar dari tempat utama, seperti endoserviks, uretra, faring, atau
rektum, dan disebarkan ke darah untuk menginfeksi organ lainnya.5 Biasanya, beberapa situs,
seperti kulit dan persendian dapat juga terinfeksi.5Bakteremia terjadi karena berbagai faktor
predisposisi, seperti perubahan fisiologis host, faktor virulensi organisme itu sendiri, dan
kegagalan pertahanan kekebalan hos.5
Manifestasi Klinis
Penyebaran gonokok pada konjungtiva menyebabkan konjungtivitis yang berat, akut dan
purulen.2, 4 Meskipun infeksi ini dapat terjadi pada semua usia, namun bentuk yang paling parah
adalah Blennorrhoea, suatu penyakit pada bayi yang diperoleh dari ibu yang terinfeksi.4
A B C
Diagnosis
Diagnosis gonore dapat ditegakkan dengan penemuan tanda dan gejala klinis, dikonfirmasi
dengan pemeriksaan laboratorium berdasarkan identifikasi diplokokus intraseluler yang bersifat
gram-negatif pada pewarnaan gram, serta dikonfirmasi dengan kultur
A. Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram ditemukan gonokok Gram-negatif,
intraselular dan ekstraseluler.1 Bahan duh tubuh pada laki-laki diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada perempuan diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin,
serviks, untuk pasien dengan anamnesis beresiko melakukan kontak seksual anogenital dan
orogenital, maka pengambilan bahan duh dilakukan pada faring dan rektum.1 Sensitivitas
pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh uretra laki-laki sensitivitas berkisar
90-95%, sedangkan dari spesimen endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-
65%, dengan spesifitas yang tinggi yaitu 90-99% .1
B. Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). Dua macam media
yang dapat digunakan :1
1. Media transpor
2. Media pertumbuhan
D. -Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim betalaktamase.1
E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung.1
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan
setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :1
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100ml,
jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra
anterior. 1
Hasil Pembacaan :
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Tentang rekomendasi pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada tabel di bawah ini1
Jenis Pemeriksaan Sensitivitas Spesifitas A B C
Gram :
Uretra 90 - 95 95 – 99 + + +
Endoserviks 45 - 65 90 – 99 + + +
Kultur :
Uretra 94 - 98 >99 +/- + +
Endoserviks 85 - 95 >99 +/- + +
Keterangan :
A : Klinik luar rumah sakit / praktek pribadi
B : Klinik rumah sakit dengan fasilitas laboratorium terbatas
C : Riset laboratorium lengkap
Deteksi asam nukleat terhadap N. Gonorrhoeae, terdiri atas : DNA probe system (Accu Probe,
Gen Probe, USA); deteksi asam nukleat tanpa amplifikasi (PACE 2NG dan PACE 2C); serta
amplifikasi asam nukleat dengan amplifikasi (NAAT) berupa PCR, LCR, TMA dan lain-lain.1
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan ketersediaan obat dan
sedikit mungkin efek toksiknya.1 Saat ini secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan
adalah obat peroral dengan dosis tunggal. Obat pilihan utama adalah Sefiksim dosis tunggal,
peroral dan beberapa pilihan obat lainnya.
Sefiksim merupakan sefalosporin generasi ke-3 dipakai sebagai dosis tunggal 400 mg.
Efektivitas dan sensitivitas sampai saat ini paling baik yaitu 95%.1 Levofloksasin dosis tunggal
500 mg dari golongan kuinolon sering digunakan sebagai alternatif dari Sefiksim.1 Ciprofliksasin
dan Ofloksasin sudah jarang digunakan karena banyak terjadi resistensi gonore.1, 6 Beberapa obat
lain dapat juga digunakan berdasar bukti efektivitasnya terhadap kuman gonore antaranya adalah
kanamisin, tiamfenikol dan seftriakson.1, 6
Berdasarkan Pedoman Nasional Penangan Infeksi Menular Seksual 2011, tatalaksana untuk
pengobatan urethritis pada laki-laki, proktitis, radang epididimis, pembengkakan skrotum,
servisitis pada wanita dan pengobatan ibu dengan bayi yang menderita konjungtivitis
neonatorum adalah seperti berikut:
Untuk pengobatan pada pasien dengan penyakit radang panggul karena Gonore adalah seperti
berikut dan tatalaksana ini berlaku untuk rawat inap dan rawat jalan:
Gambar 5 : Pengobatan Penyakit Radang Panggul Karena Gonore6
Pencegahan
Cara-cara pencegahan infeksi gonorrhea adalah dengan mempromosikan metode seks yang lebih
aman seperti penggunaan kondom yang benar dapat mengurangi risiko tertular gonorrhea dan
infeksi menular seks lainnya.3, 6 Selain itu, rujukan kepada spesialis dan pengobatan pasangan
yang terkena infeksi dapat mengurangi kejadian re-infeksi.3 Pasien laki-laki dengan infeksi uretra
simtomatik harus menghindar atau abstinensi daripada melakukan hubungan seks sampai
pengobatan tuntas dan bebas daripada infeksi gonorrhea.3, 6
Semua bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokal yang tidak diobati harus diobati secara
profilaksis dengan dosis tunggal ceftriaxone (25-50 mg / kg IV / IM, tidak melebihi 125 mg).3, 4
Semua neonatus harus menjalani profilaksis untuk ophthalmia neonatorum dengan larutan perak
nitrat (1%) di kedua mata sekali atau eritromisin (0,5%) salep mata mata pada kedua mata satu
kali.4
Komplikasi
Komplikasi pada GO terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi lokal dan sistemik. Komplikasi lokal
pada pria dapat berupa tysonitis, parauretritis, litritis dan cowperiti.5 Selain itu infeksi juga dapat
menjalar ke atas (asenden), sehingga terjai prostatitis, vesikulitis, fenikulitis, epididimitis yang
dapat menumbulkan infertilitas.1, 5
Infeksi dari uretra pars posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria menimbulkan trigonitis dengan gejala poliuria, disuria terminal dan terminal
hematuria.5
Pada wanita, infeksi pada cerviks (cervicitis gonorrhoea) dapat menimbulkan komplikasi
shalpingitis ataupun penyakit radang panggul (PID).1 Selain itu bila infeksi mengenai uretra
dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar bartholin dapat menyebabkan bartolinitis.4
Infeksi yang berlangsung lama dan tetap tidak diobati akan dapat menyebabkan infeksi
sistemiklewat sirkulasi (terjadi bakteriuria) mengakibatkan komplikasi diseminata.4, 5
Penderita dengan infeksi gonokokus akut dapat terjadi koinfeks dengan kuman lain penyebab
PMS.4 Yang paling sering adalah Chlamydia trachomatis.4, 6 Sementara pada wanita dapat juga
mengalami koinfeksi dengan Trichomonas vaginalis.6
Prognosis
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang cepat terhadap pengobatan dengan
antibiotik.3 Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap. Gejala yang terus berlanjut
lebih mungkin terjadi karena infeksi ulang daripada persistensi infeksi asli. Namun, munculnya
strain baru yang resisten terhadap multidrug ('superbug') menjadi perhatian kesehatan global.3
Risiko infertilitas meningkat dengan episode yang berulang.3
Kesimpulan
Uretritis gonore (gonorrheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh
kuman Neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki dan endocervix pada
wanita.Infeksi ini paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi. Masa
tunas gonore sangat singkat, pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada
umumnya bersifat asimtomatis. Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati
atau mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping penyulit, uretritis gonore pada
umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya sangat erat dengan susunan anatomi dan faal alat
kelamin. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik secara klinis maupun
laboratorium, karena pada wanita seringkali asimtomatis. Pada dasarnya pengobatan uretritis
baru diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari
diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan dan bahkan
dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya, misalnya resistensi kuman penyebab.
Pengobatan yang benar meliputi pemilihan obat yang tepat serta dosis yang adekuat untuk
menghindari resistensi kuman dan melakukan tindak lanjut secara teratur sampai penyakitnya
dinyatakan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF, Nilasari H. Gonore. Dalam: Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 7. Indonesia:
BPFKUI; 2015. H. 443-449.
2. Centers for disease control and prevention. Sexually transmitted disease treatment
guidelines. MMWR; USA. 2015: 64 (3) Pg. 60-68.
3. Mayor MT, Roett MA, Uduhiri KA. Diagnosis and management of gonococcal
infections. AAFP; USA. 2012: 86 (10). Pg 931-937.
4. Ram S., Rice PA. Chapter 45 : Gonococcal infections. In Harrison’s infectious disease.
The McGraw-Hill Companies, Inc; USA. 2010: Pg. 459-468.
5. Wong B. Gonorrhoea. Retrieved from http://emedicine.medscape.com/article/218059-
overview#a3.Accessed on 7 September 2017.
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman nasional penangan infeksi menular seksual 2011.
H. 23-54.