Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PENCEGAHAN FEKUBITUS PADA PASIEN BEDREST

Pokok Bahasan : Pencegahan Dekubitus


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Dekubitus dengan MiKa-MiKi
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Unit Stroke
Waktu : 30 menit
Tanggal : Mei 2016
Tempat : Ruang Unit Stroke

I.Tujuan Intruksional Umum ( T I U )


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga klien mampu memahami
mengenai peencegahan dekubitus dengan MiKa-MiKi.
II.Tujuan Intruksional Khusus ( T I K )
Setelah diberi penyuluhan selama 15 menit, diharapkan keluarga klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dekubitus
2. Menyebutkan salah satu tujuan dari pencegahan dekubitus
3. Mampu memahami manfaat dari melakukan MiKa-Miki
4. Mampu melakukan MiKa-MiKi untuk mencegah ddekubitus dengan benar
III.Materi Penyuluhan
1. Pengertian dekubitus
2. Etiologi dekubitus
3. Stadium dekubitus
4. Manifestasi klinis dekubitus
5. Pencegahan dekubitus
IV.Kegiatan Pembelajaran
a.Metode : Ceramah, dan diskusi

b.Langkah – langkah kegiatan :

NO. KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN


1. Pembukaan 2 Menit 1. Mengucapakan salam dan 1. Menjawab salam.
2. Mendengarkan
perkenalan.
2. Mengadakan kesepakatan atau dan
kontrak dalam penyuluhan. memperhatikan
3. Melaksanakan tujuan umum
dan khusus.
2. Inti 13 Menit 1. Pengertian dekubitus 1. Mendengarkan.
2. Etiologi dekubitus 2. Mempertahankan
3. Stadium dekubitus kontak mata.
4. Manifestasi klinis
dekubitus
5. Pencegahan dekubitus
6. Hal yang perlu
diperhatikan dalam
pelaksanaan MiKa-MiKi
3. Penutup 10 Menit 1. Menyimpulkan hasil 1. Bertanya dan
penyuluhan. menjawab
2. Menanyakan kembali kepada
pertanyaan.
Lansia tentang penyuluhan 2. Menjawab salam.
yang telah diberikan.
3. Menutup penyuluhan dan
memberi salam.

V.Media dan Sumber


Media : Leaflet
Sumber :
VI.Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes: Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan :
1.Sebutkan pengertian dari dekubitus ?
2.sebutkan tujuan dari pencegahan dekubitus ?
3.Sebutkan apa manfaan dari melakukan MiKa-MiKi ?
4.Sebutkan cara melakukan MiKa-MiKi yang benar ?
VII.Materi dan Media (Terlampir)

MATERI PENYULUHAN
PENCEGAHAN DEKUBITUS PADA PASIEN BEDREST

Definisi
Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan
lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka
waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).

Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan
kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi
tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur,
kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang.

Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah
setempat (Hidayat,2009).

Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari
tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh
dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang
berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan
malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta
mengalami gangguan tingkat kesadaran.

D. Etiologi
Primer : Iskemia, tekanan intraokuler dan suprakapiler, dan dilatasi pembuluh darah.
Sekunder : Gangguan saraf vasomotorik, sensorik dan motorik, malnutrisi,
anemia,demam, infeksi, hygine yg buruk, kemunduran mental dan penurunan
kesadaran.

Faktor Resiko

Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada
pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
1. Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan
permukaan keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan
dalam waktu yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu
singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan
nekrosis. tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah
kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan
antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah
kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya
iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.

2. Gesekan dan pergeseran : gesekan berulang akan menyebabkan abrasi


sehingga integritas jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser
terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal.

3. Kelembaban : akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia,


drain dan keringat. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami
erosi. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan
(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan
enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.

4. Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan
medik yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga
memudahkan terjadinya dekubitus.

b. Fase Intrinsik

1. Usia : pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan vaskularisasi.
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena
kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan
kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori,
penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis.
Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi
berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.
Selain itu, akibat dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak subkutan,
berkurangnya jaringan kolagen dan elastin. menurunnya efesiensi kolateral kapiler
pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

2. Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan


mengalami penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang
yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena
luka tekan. karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong
seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat
cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri.
3. Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.

4. Malnutrisi : Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak


memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan
sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus.
Selain itu, malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan
dengan hipoalbumin. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi
umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.
Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada
orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin,
dan intake makanan yang tidak mencukupi.
5. Mobilitas dan aktivitas : Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan
mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.
Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah
posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang yang tidak dapat
bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung). Imobilitas adalah faktor yang
paling signifikan dalam kejadian luka tekan.

6. Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah
dan memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil
penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan
perkembangan terhadap luka tekan.
7. Temperatur kulit : Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan
temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.

8. Kemampuan sistem kardiovaskuler menurun, sehingga perfusi kulit menurun.

9. Anemia

10. Hipoalbuminemia, beresiko tinggi terkena dekubitus dan memperlambat


penyembuhannya.

11. Penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah juga mempermudah terkena


dekubitus dan memperburuk dekubitus.

E. Stadium dekubitus
Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ), luka tekan dibagi
menjadi empat stadium ,yaitu :

 Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema


pada kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini
biasanya reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
 Stadium 2 : Ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan
adiposa terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial (epidermis dan
sebagian dermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh . Stadium ini dapat
sembuh dalam 10-15 hari.
 Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah
mulai terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang
struktur fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati
fascia. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
 Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi.
Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.
F. Manifestasi klinis

Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis. Adanya eritema/kemerahan pada


kulit setempat yang menetap, atau bila ditekan dengan jari, tanda eritema tidak
kembali putih. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Adanya
perubahan temperatur kulit (lebih dingin/lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras/lunak). Eritema ini akan sembuh dalam 5-10 hari.

Stadium 2 : Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis dan
dermis. Kemudian ditandai dengan adanya luka lecet atau melepuh. Biasanya akan
sembuh dalam 10-15 hari.

Stadium 3 : kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan subkutis
dan mengalami nekrosis dengan tanpa kapasitas yang dalam. Adanya edema,
inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi ulkus tidak teratur dan terlihat
hiper/hipopigmentasi dengan fibrosis. Biasanya sembuh 3-8 minggu.

Stadium 4 : adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis hingga jaringan
bahkan tulang atau tendon dengan kapasitas yang dalam. Biasanya sembuh dalam
3-6 bulan. Purulen, bau, busuk, sepsis

G. Pencegahan dekubitus
Untuk mencegah terbentuknya ulkus dekubitus bisa dilakukan beberapa tindakan
berikut:

 Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap
2 jam sekali untuk mengurangi tekanan

 Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahaan


yang lembut (misalnya bantal, bantalan busa)

 Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang


 Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.
 Jika pasen harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bias
digunakan kasur khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara

 Lakukan teknik pengangkatan pasien yang memperkecil gesekan dan friksi


pada kulit.
 Ajarkan teknik melakukan gerakan-gerakan ROM untuk membuat
pergerakan.
 Menyediakan penyangga yang nyaman dan ventilasi yang baik dan tidak
membatasi gerakan.
H. Penatalaksanaan
 Stadium I
Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion. Kemudian dimassage selama 2-3 kali sehari.

 Stadium II
Perawatan luka harus memperhatikan teknik aseptic dan antiseptic. Daerah
bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udraa hangat secara
bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan juga salep topical, mungkin
juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda. Pergantian balutan dan salep ini
jangna terlalu sering karena justru akan merusak pertumbuhan jaringan yang di
harapkan.

 Stadium III
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat diusahakan dapat mengalir keluar. Balutan
jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparan sehingga permeable untuk masuknya
udara atau oksigen dan penguapan lebih mudah. Kelembapan luka dijaga tetap
basah, karen a akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat di
cuci dengan larutan NaCl fisiologis, antibiotic sistemik juga mungkin akan diperlukan.

 Stadium IV
Penatalaksanaan dari stadium I-III tetap dilaksanakan dan jaringan nekrotik harus
dibersihkan karena akan menghalangi pertumbuhan jaringan yang baru. Beberapa
preparat enzim coba diberikan untuk tujuan mengurangi perdarahan, dibanding
tindakan bedah yang juga merupakan alternative lain. Memberikan oksigenasi pada
daerah luka. Tindakan dengan ultrasonografi untuk membuka sumbatan-sumbatan
pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit.

Mengangkat jaringan nekrotik ada 7 metode

a) analytic debridement = balutan lembab untuk memicu autolysis oleh enzim


tubuh,prosesnya lambat tapi tidak nyeri

b) biological debridement = menggunakan belatung untuk memakan jaringan


nekrosis

c) chemical debridement = menggunakan enzim

d) mechanical debridement = menggunakan kassa basah, lalu biarkan kering, lalu


mengnagkatnya

e) sharp = menggunakan scalpel untuk membuang jaringan

f) surgical = cepat dan tidak nyeri

g) ultrasound-assisted therapy = memisahkan jaringan nekrosis dgn jaringan yg


sehat menggunakan ultrasonik

I. Pemeriksaan
1. Kultur dan analisis urin: Kultur ini dibutuhakan pada keadaan
inkontinensia untuk melihat apakah ada masalah pada ginjal atau infeksi
saluran kencing, terutama pada trauma medula spinalis.
2. Kultur Tinja: Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi
untuk melihat leukosit dan toksin Clostridium difficile ketika terjadi
pseudomembranous colitis.
3. Biopsi: Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami
perbaikan dengan pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik
untuk melihat apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain
itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus
dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.
4. Pemeriksaan Darah: Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu
diperiksa sel darah putih dan laju endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika
terjadi bakteremia dan sepsis.
5. Keadaan Nutrisi: Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting
untuk proses penyembuhan ulkus dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah
albumin level, prealbumin level, transferrin level, dan serum protein level.
6. Radiologis: Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan
tulang akibat osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-
X,scan tulang atau MRI.
Daftar Pustaka
2. Tambayong,J.2000.PatofisiologiuntukKeperawatan.Jakarta:EGC
3. Syaifuddin, H. 2006. ANATOMI FISIOLOGI untuk mahasiswa keperawatan
Edisi 3. Jakarta:EGC
4. Willms,J.2003. Diagnosis Fisik: Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di
Bangsal.Jakarta:EGC
5. Suriadi.2004.Perawatan Luka.Jakarta:Sagung Seto
6. Morison, M. 1995. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
7. Corwin, E. 2007. Buku saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
8. Berman, A. dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb,
Ed. 5. Jakarta: EGC.
9. Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada
Praktek Klinik. Edisi 6, Jakarta : EGC
10. Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai