Anda di halaman 1dari 11

KASUS UJIAN Desember, 2016

TINEA PEDIS INTERDIGITALIS

Disusun Oleh:

Filadelfia Sari, S. Ked


N 111 16 026

PENGUJI
dr. Hj. Seniwaty Ismail, Sp.KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. JB
2) Umur : 58 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Jln.Ahmad Yani Ujung Lrg.PuenggaiNo.31
5) Agama : Protestan
6) Pekerjaan : PNS
7) Tanggal Pemeriksaan : 10 Desember 2016

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Rasa gatal pada sela-sela jari kaki sebelah kanan
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 58 tahun datang ke poliklinik
kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan rasa gatal pada
sela-sela jari kakinya yang sudah dirasakan sejak 1 minggu yang
lalu. Rasa nyeri tidak ada. Pasien mengaku merasa sangat gatal pada
malam hari dan saat berkeringat. Pasien mengaku hal ini dirasakan
pertama kali karena pasien sering mencuci dan sudah pernah
mengobati dengan salep racikan dan obat minum dari rumah sakit
tapi tidak ada perubahan.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini. Riwayat alergi
makanan (-), riwayat penyait gula darah (+), riwayat hipertensi (-).
4) Riwayat penyakit keluarga:
Pasien menyangkal di keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit ringan
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Kompos mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ketiak : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas bawah : Tampak makula eritem dan skuama halus
disertai maserasi pada interdigitalis III-V regio
pedis dextra.
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak makula eritem dan skuama halus disertai maserasi pada
interdigitalis III-V region pedis dextra.
Hasil pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) :

Gambar 2. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop


Interpretasi :
Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil negatif karena tidak
ditemukannya hifa pada pemeriksaan.

V. RESUME
Seorang pasien laki-laki berumur 58 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan rasa gatal pada sela-sela jari
kakinya yang sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu,sangat gatal pada
malam hari dan saat berkeringat.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran komposmentis. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
tampak makula eritem dan skuama halus disertai maserasi pada
interdigitalis III-V region pedis dextra.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Tinea Pedis Interdigitalis

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Kandidosis Intertriginosa
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Kultur
2. Pemeriksaan Histopatologi

IX. PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
a) Memberikan penjelaskan pada pasien tentang penyakit yang
diderita.
b) Menyarankan bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu
keras karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder
c) Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan
tidak menghentikan pengobatan.
d) Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
tempat tinggal.
2. Medikamentosa
a. Antimikotik topikal : Miconazole 2% 2x1 selama 4 minggu (setalah
mandi pagi dan sore)
b. Antimikotik oral : Ketokonazole 200 mg 1x1, selama 2 minggu
c. Antihistamin oral : Cetirizine Tab 10 mg 1x1 selama 2 minggu (jika
rasa gatal muncul)

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad comesticam : ad bonam
XI. PEMBAHASAN
Seorang pasien laki-laki berumur 58 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan rasa gatal pada sela-sela jari
kakinya yang sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Rasa nyeri tidak
ada. Pasien mengaku merasa sangat gatal pada malam hari dan saat
berkeringat. Pasien mengaku hal ini dirasakan pertama kali karena pasien
sering mencuci dan sudah pernah mengobati dengan salep racikan dan obat
minum dari rumah sakit tapi tidak ada perubahan. Hasil pemeriksaan
dermatologis di dapatkan tampak makula eritem dan skuama halus disertai
maserasi pada interdigitalis III-V regio pedis dextra. Dari hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik maka pasien dapat didiagnosis dengan Tinea pedis
interdigitalis.
Tinea pedis atau sering disebut athelete foot adalah dermatofitosis
pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis adalah
dermatofitosis yang biasa terjadi. Penggunaan istilah athlete foot digunakan
untuk menunjukan bentuk jari kaki yang seperti terbelah. [1]
Tinea pedis disebabkan oleh Trichophyton rubrum (umumnya),
Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum. Namun,
penyebab utama dari setiap pasien rumit dengan adanya jamur saprofit, ragi
dan /bakteri. Telah di observasi bahwa 9% dari kasus tinea pedis
diakibatkan oleh agen infeksi selain dermatofit. Karakteristik dari T.rubrum
menghasilkan jenis yang relatif tidak ada peradangan dari dermatofitosis
dengan eritema kusam dan sisik keperakan yang melibatkan seluruh telapak
kaki dan sisi kaki menampilkan moccasin. [2]
Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:
1) Tipe Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di
antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis.
Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela
jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terdapat
maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila
bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru,
yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi
berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk
klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan
sedikit keluhan sama sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder
oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis dan limfadenitis[3].

Gambar 3. Tipe Interdigitalis


2) Tipe Moccasin foot
Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type
umumnya bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris
yang disebut foci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama
terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul
dan kadang-kadang vesikel. Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang
biasanya resisten terhadap pengobatan[3].

Gambar 4. Tipe Moccasin foot


3) Tipe Lesi Vesicobulosa
Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan
kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai
pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak
kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal
yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk
selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur
juga didapati pada atap vesikel[3].

Gambar 5. Tinea pedis; vesikel yang meluas ke punggung kaki


4) Tipe Ulseratif
Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke
dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi
pada sela-sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais
dan pasien diabetes[3].

Gambar 6. Tinea pedis tipe ulseratif


Pemeriksaan Kalium Hidroksida (KOH) pada kerokan sisik kulit
akan terlihat hifa bersepta. Pemeriksaan ini sangat menunjang diagnosis
dermatofitosis. KOH digunakan untuk mengencerkan jaringan epitel
sehingga hifa akan jelas kelihatan di bawah mikroskop. Kulit dari bagian
tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit
dikerok dengan pisau tumpul steril dan diletakkan di atas gelas kaca,
kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH dan ditunggu selama 15-20 menit
untuk melarutkan jaringan, setelah itu dilakukan pemanasan. Tinea pedis
tipe vesikobulosa, kerokan diambil pada atap bula untuk mendeteksi hifa[4].
Pengobatan sistemik dapat menggunakan giseofulvin atau ketokonazol.
Serta untuk pengobatan topical dapat menggunakan mykonazol [5].

DAFTAR PUSTAKA
1. Habif TP. Clinical dermatology: a color guide to diagnosis and therapy. 4th ed.
London: Mosby; 2004. p. 409-456.

2. Falco OB, Plewig G, Wolff HH, Winkelmann RK. Dermatology. 3rd ed. Berlin:
Springer Verlag; 1991. p. 227-8.

3. Verma S, Heffernan MP. In. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th
ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p.1807-21.

4. Dawber R, Bristow I, Turner W. Text atlas of podiatric dermatology. UK:


Oxford; 2005. p. 65-6.

5. Bahry B, Setiabudy R. Obat jamur. In. Ganiswarna SG, Setiabudi R, Suyatna


FD, Purwantyastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan terapi. 4th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2004. p. 560-70.

Anda mungkin juga menyukai