Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati,
ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi
karena infeksi akut dengan virus hepatitis dimana terjadi peradangan sel hati yang luas
dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya banyak
jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang dibentuk oleh sel
parenkim hati yang masih sehat. Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah
disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena
porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati
membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Di negara maju, sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga
pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di
seluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati
yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di
Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit
yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum,
hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bakterial peritonitis serta Hepatoselular
karsinoma.
Di negara barat yang tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia terutama
akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan
virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40 – 50 % dan virus hepatitis C 30 – 40 %,
sedangkan 10 – 20 % penyebabnya tidak diketahui dan termasuk virus bukan B dan C
(non B – non C). Alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia mungkin frekuensinya
kecil sekali karena belum ada datanya (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia, 2006).
Keluhan yang timbul umumnya tergantung apakah sirosisnya masih dini atau
sudah fase dekompensasi. Selain itu apakah timbul kegagalan fungsi hati akibat proses
hepatitis kronik aktif atau telah terjadi hipertensi portal. Bila masih dalam fase
kompensasi sempurna maka sirosis kadangkala ditemukan pada waktu orang melakukan
pemeriksaan kesehatan menyeluruh (general check-up) karena memang tidak ada

1
keluhan sama sekali. Namun, bisa juga timbul keluhan yang tidak khas seperti merasa
badan tidak sehat, kurang semangat untuk bekerja, rasa kembung, mual, mencret kadang
sembelit, tidak selera makan, berat badan menurun, otot - otot melemah, dan rasa cepat
lelah. Banyak atau sedikitnya keluhan yang timbul tergantung dari luasnya kerusakan
parenkim hati. Bila timbul ikterus maka sedang terjadi kerusakan sel hati. Namun, jika
sudah masuk ke dalam fase dekompensasi maka gejala yang timbul bertambah dengan
gejala dari kegagalan fungsi hati dan adanya hipertensi portal.
Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala
– gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari
proses hepatitis kronik dan satu tingkat tidak terlihat perbedaan secara klinis. Hal ini
dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati. Keseluruhan insidensi sirosis di
Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Di Indonesia data prevalensi sirosis
hati belum ada, hanya laporan - laporan dari beberapa pusat pendidikan saja
(Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006). Penderita sirosis hati
lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita
sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 – 49 tahun.
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan
penanganan teliti. Kebanyakan yang terjadi pada pasien yang keluar masuk Rumah Sakit
untuk melakukan pengobatan. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak
hanya terhadap keadaan fisik pasien tetapi juga psikologis pasien. Perawat hendaknya
menjelaskan bagaimana perawatan secara umum untuk penderita Sirosis Hepatis yang
meliputi diit tinggi kalori tinggi protein, untuk memberikan tenaga dan mempercepat
proses kesembuhan. Selain itu pembatasan asupan lemak dan natrium juga
dipertimbangkan untuk mengurangi kinerja hati serta mengurangi resiko
edema dan asites. Latihan ringan dan istirahat di tempat tidur juga merupakan salah satu
bentuk perawatan yang harus diperhatikan untuik meminimalkan terjadinya kelelahan.
Perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien
mengenai pentingnya kesadaran pasien terhadap proses penatalaksanaan penyakit Sirosis
Hepatis dengan mempertimbangkan aspek asuhan keperawatan yang lain.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sirosis hepatis?
2. Bagaimana tanda dan gejala sirosis hepatis?
3. Apa diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien sirosis hepatis?
4. Bagaimana intervensi yang direncanakan pada klien sirosis haepatis?
5. Bagaimana pendidikan kesehatan yang diberikan pada klien sirosis hepatis?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dari sirosis hepatis
2. Mengetahui tanda dan gejala sirosis hepatis
3. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien sirosis hepatis
4. Mengetahui intervensi yang direncanakan pada klien sirosis hepatis
5. Mengetahui penddidikan kesehatan yang diberikan pada klien sirosis hepatis

1.4. Manfaat Penulisan


Dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dasar teori
gangguan system pencernaan dan aplikasinya terhadap suatu kasus tertentu, khususnya
pada sirosis hepatis.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Sirosis Hepatis

Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat, dan usaha regenerasi
nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C.
Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001:1154).

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difusi, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin
Inayah, 2004).

2.2. Etiologi Sirosis Hepatis

Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Tetapi ada
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab Sirosis Hati, diantaranya :

1. Malnutrisi
Kekurangan protein menjadi beberapa penyebab timbulnya sirosis hepatis . hal
ini dikarenakan beberapa asam amino seperti metionin berpartisipasi dalam
metabolisme gugus metal yang berperan mencegah perlemakan hati dan sirosis
hepatis.

2. Hepatitis virus
Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari sirosis
hepatis . dan secara klinik telah dikenal bahwa virus hepatitis B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk menetap dan gejala sisa serta menunjukan
perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan virus hepatitis A . penderita dengan
hepatitis akitf kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan
hati yang kronis.

4
3. Zat hepatotoksik Atau alkoholisme
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
fungsi sel hati secara akut dan kronik . kerusakan hati secara akut akan berakibat
nekrosis atau degenerasi lemak . sedangkan kerusakan kronik akan berupa sirosis
hepatis . pemberian bermacam obat-obat hepatotoksik secara berulang kali dan terus
menerus . mula-mula akan terjadi kerusakan setempat , kemudian terjadi kerusakan
hati yang merata , dan akhirnya dapat terjadi sirosis hepatis . zat hepatotoksik yang
sering disebut-sebut adalah alcohol . efek yang nyata dari etil alcohol adalah
penimbunan lemak dalam hati

4. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan . biasanya terdapat pada orang-orang
muda di tandai dengan sirosis hepatis , degenerasi ganglia basalis dari otak ,
terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut kayser
fleiscer ring . penyakit ini diduga disebabkan defisiensi sitoplasmin bawaan .

5. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi bisanya tipe portal . ada 2 kemungkinan timbulnya
hemokromatosis , yaitu :
a. Sejak dilahirkan , penderita mengalami kenaikan absorpsi dari besi.
b. Kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita) misalnya dijumpai pada penderita
dengan penyakit hati alkoholik . bertambahnya absorpsi dari besi kemungkinan
menyebabkan timbulnya sirosis hepatis.

Sebab-sebab lain diantaranya :

a. Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak .


perubahan fibrotic dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksia
b. Sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat
menimbulkan sirosis biliaris primer .

2.3. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis


Gejala sirosis hati ini dapat muncul dalam beberapa tahun, dan perubahan struktur
terjadi secara bertahap menyebabkan disfungsi hati total. Tanda awal perubahan sirosis

5
sering tidak disadari karena hati memiliki kapasitas cadangan yang besar. Gejala dapat
meliputi:

1. Stadium awal
Pada stadium awal, sorosis sering bersifat asimtomatik sehingga baru diketahui
ketika pasien berobat untuk pemeriksaan kesehatan rutin atau penyakit lainnya.
- Latergi dan keletihan
- Gangguan pencernaan yang tidak jelas (anoreksia, flatulensi, mual)
- Penurunan berat badan
2. Stadium lanjut
- Ikterus
Sklera dan kulit seluruh tubuh ikterik dikarenakan oleh bilirubinemia. Bila
konsentrasi bilirubin di bawah 2-3 mg/dL tidak akan terlihat, dengan angka
normal pada orang dewasa 1,2 mg/dL. Bilirubin tidak terkonjugasi tidak larut air
sehingga tidak dapat dikeluarkan melalui urin.
- Edema dependen
- Anemia
- Asites
Abdomen asites dikarenakan penumpukan cairan pada rongga abdomen.
Asites ini juga disebabkan oleh hipertensi portal dan hipoalbuminemia.
- Peningkatan lingkar abdomen
- Spider nevi (dilatasi percabangan arteri kutan)
- Perdarahan
- Epistaksis
- Melena
- Hematemesis
- Abnormalitas endokrin (misalnya ginekomastia (pertumbuhan payudara),
disfungsi ereksi pada pria, amenore dan infertilitas pada wanita)
3. Stadium akhir
- Splenomegali (pembesaran limpa)
- Koma hepatikum
- Hemoragi akibat varises esophagus (pembesaran vena yang terpilin di esophagus
bawah)
-

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengkajian
3.1.1. Riwayat Kesehatan :
Beberapa riwayat yang berhubungan dengan riwayat keperawatan dan
kesehatan sangat perlu dikaji untuk mengetahui perjalanan penyakit dan
bagaimana penanganan yang telah dilakukan keluarga. Riwayat-riwayat
keperawatan tersebut, meliputi:
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan keluhan utama pasien saat ini, mengapa pasien masuk
Rumah sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan
prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Perlu dikaji karena sangat berhubungan pada kesehatan pasien saat ini,
apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain
yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan/berhubungan
dengan penyakit cirosis hepatis, karena cirosis hepatis merupakan penyakit
kelainan hati dari komplikasi pada sakit hati primer yang sebelumnya telah
ada.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga
membawa dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan cirosis hepatis,
seperti keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini
penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga
pasien.

3.1.2. Anamnesa
1. Nafsu makan menurun
2. Mual, muntah

7
3. Riwayat adanya hepatis di masa yang lalu atau riwayat hasil pemeriksaan
HBsAg positif di masa lalu
4. Keluhan lain sering disebabkan oleh adanya penyulit, misalnya perut besar,
muntah darah, serta penurunan kesadaran
5. Kebiasaan:
- Merokok
- Minum alkohol
- Obat-obat terlarang
6. Seksualitas:
- Impoten
- Libido menurun
- Menstruasi menghilang

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


1. Tanda vital tekanan darah menunjukan tekanan darah ortostatik
2. Pigmentasi muka
3. Pembesaran kelenjar parotis
4. Jari tubuh
5. Kulit, selaput lender, sclera :
- Spider nevi dan eritema palmaris
- Edema tungkai
- Sklera yang ikterik pada kasus-kasus sirosis dekompensata
- Petekie
- Dilatasi pembuluh darah bagian atas dan bawah tubuh
- Hematoma
- Ginekomasti
- Luka bekas garukan
- Eritema palmar

6. Abdomen :
- Gerakan peristalsis (auskultasi)
- Distensi abdomen
- Nyeri tekan
- Pembesaran hepar dan limpa

8
- Asites
- Adanya cairan bebas pada abdomen
- Dilatasi vena pada abdomen (kaput medusae)

7. Neuromuskular:
- Pengecilan otot-otot
- Koordinasi berkurang
- Tremor
- Perubahan orientasi
8. Atrofu testis

3.1.4. Pemeriksan Diagnostik


a) Pemeriksaan Laboratorium:
1. Hematologi: darah lengkap, PPT, dan INR
2. Biokimia: bilirubin, AST/ALT, alkali fosfatase, gamma GT, albumin dan
globulin, bila pada asites, diperiksa ureum, kreatinin, dan elektrolit
3. Imunologi: anto HCV, alfa-feto protein
b) Pemeriksaan Penunjang: USG, CT scan bila USG kurang jelas, biopsy hati bila
diagnostic lain belum jelas, EEG pada penderita dengan kecurigaan
ensefalopatia hepatik.

3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asites.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual dan asites.
3. Perubahan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,
kelebihan natrium.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

9
3.3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak Tupan: setelah - Kaji frekuensi, - Pernapasan
efektif berhubungan dilakukan kedalaman, dan dangkal
dengan asites. perawatan 1x24 upaya cepat/dipsnea
jam pola nafas pernapasan. mungkin ada
klien kembali hubungan
normal dengan dengan
kriteria hasil: hipoksia/atau
1. Pola napas akumulasi cairan
klien efektif. dalam abdomen.
2. Tanda-tanda
vital dalam - Auskultasi - Menunjukkan
batas normal. bunyi napas, terjadinya
3. Nilai GDA catat krekels, komplikasi
dalam batas mengi, ronkhi. (contoh adanya
normal. bunyi tambahan
menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi;
tidak ada/
menurunkan
bunyi atelektasis)
meningkatkan
resiko infeksi.

- Ubah posisi - Memudahkan


semi fowler. pernapasan
dengan
menurunkan
tekanan pada
diafragma.

10
- Monitor - Mengetahui
jumlah status
pernapasan perkembangan
dengan pernapasan klien.
observasi TTV.

- Kolaborasi - Menyatakan
pemeriksaan perubahan status
GDA, nadi pernapasan,
oksimetri, ukur terjadinya
kapasitas vital, komplikasi paru.
foto dada.

- Kolaborasi - Mungkin perlu


untuk untuk mengobati
pemberian O2 atau mencegah
sesuai indikasi. hipoksia. Bila
pernapasan atau
oksigenasi tidak
adekuat, ventilasi
mekanik sesuai
kebutuhan.
2. Gangguan Tupan: setelah - Bantu dan - Diet yang tepat
pemenuhan dilakukan dorong pasien penting untuk
kebutuhan nutrisi perawatan 3x24 untuk makan. mempercepat
kurang dari jam kebutuhan proses
kebutuhan nutrisi klien penyembuhan.
berhubungan dengan terpenuhi dengan
mual dan asites. kriteria: - Berikan klien - Buruknya
1. Terdapat porsi makan toleransi
peningkatan sedikit tapi terhadap makan
asupan sering. banyak mungkin

11
makanan. berhubungan
2. BB stabil. dengan
3. Tidak ada peningkatan
peningkatan tekanan intra-
asites. abdomen/asites
4. Respon mual
berkurang. - Berikan - Makanan hangat
makanan dapat
dalam keadaan mengurangi rasa
hangat dan mual dan
menarik dalam penyajian yang
penyajiannya. menarik dapat
meningkatkan
selera makan.

- Berikan - Perdarahan dari


makanan halus, varises esofagus
hindari dapat terjadi
makanan kasar pada sirosis
sesuai indikasi. berat.

- Berikan - Pasien cenderung


perawatan mengalami luka
mulut sering dan/atau
dan sebelum perdarahan gusi
makan. dan rasa tak enak
pada mulut
dimana
menambah
anoreksia.

- Kolaborasi - Makanan tinggi


dengan ahli kalori

12
gizi untuk dibutuhkan pada
memberikan kebanyakan
diet tinggi pasien yang
kalori dan pemasukannya
karbohidrat dibatasi,
sederhana. karbohidrat
memberikan
energi yang siap
pakai.
3. Perubahan volume Tupan: setelah - Monitor intake - Menunjukkan
cairan berhubungan dilakukan dan output status volume
dengan gangguan perawatan selama cairan. sirkulasi,
mekanisme regulasi, 3x24 jam status terjadinya
kelebihan natrium. volume cairan perpindahan
seimbang dengan cairan, dan
kriteria: respons terhadap
1. Tanda-tanda terapi.
vital dalam
batas normal. - Ukur lingkar - Menunjukkan
2. Cairan abdomen. akumulasi cairan
elektrolit (asites)
dalam batas diakibatkan oleh
normal. kehilangan
3. Intake output protein
balance positif. plasma/cairan ke
dalam area
peritoneal.
Akumulasi
kelebihan cairan
dapat
menurunkan
volume sirkulasi
menyebabkan

13
defisit (tanda
dehidrasi).

- Kolaborasi - Natrium
untuk mungkin dibatasi
membatasi untuk
pemberian meminimalkan
natrium dan retensi cairan
cairan sesuai dalam area
indikasi. ekstravaskuler.
Pembatasan
cairan perlu
untuk
memperbaiki
atau mencegah
pengenceran
hiponatremia.

- Kolaborasi - Digunakan
pemberian obat dengan perhatian
diuretik untuk
(Aldakton atau mengontrol
Lasik). edema dan asites.
Menghambat
efek aldosteron,
meningkatkan
ekskresi air
sambil
menghambat
kalium, bila
terapi konservatif
dengan tirah
baring dan

14
pembatasan
natrium tidak
mengatasi.
4. Intoleransi aktivitas Tupan: setelah - Kaji tanda- - Untuk
berhubungan dengan dilakukan tanda vital. mengevaluasi
kelemahan. perawatan selama keefektifan
3x24 jam aktivitas terapi.
dapat terpenuhi.
- Bantu klien - Kebutuhan
dalam aktivitas klien
melakukan dapat terpenuhi
aktivitas.

- Rencanakan - Istirahat
aktivitas- menurunkan
aktivitas untuk kebutuhan
memungkinkan metabolik dari
periode hepar.
istirahat.

- Pertahankan - Untuk
posisi semi memudahkan
fowler bila ada pernapasan dan
asites. mengurangi
ketidaknyamana
n.
- Anjurkan klien - Pasien dapat
melakukan berlatih sedikit
mobilitas demi sedikit
secara dalam
bertahap. melakukan
aktivitas mandiri.

15
3.4. Pendidikan Kesehatan
Perlu diterangkan kepada pasien dan keluarganya mengenai diet dan obat yang
dimakan pasien. Penjelasan perlu diberikan secara perlahan dan diulang karena
seringkali ingatan pasien terganggu. Keluarga terdekat harus diikutsertakan karena
mereka yang mengingatkan pasien jika ia lupa.

Secara khusus, pendidikan kesehatan pada pasien meliputi :

1) Menganjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan selain yang diresepkan


oleh dokter untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada hepar
2) Anjurkan untuk makan makanan yang tinggi karbohidrat, rendah lemak, rendah
protein, rendah natrium. Masukan tinggi protein jika diikuti kadar amonia serum
dalam batas normal.
3) Anjurkan klien untuk istirahat untuk menurunkan kebutuhan metabolik hepar
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering agar makanan dapat ditoleransi lambung lebih
baik
5) Anjurkan menyikat gigi sebelum makan agar meningkatkan nafsu makan

16
BAB IV
PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat, dan usaha regenerasi
nodul.
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difusi, ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin
Inayah, 2004).

Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Tetapi ada
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab Sirosis Hati, diantaranya Malnutrisi,
Hepatitis virus, Zat hepatotoksik Atau alkoholisme, Penyakit Wilson dan
Hemokromatosis.

Gejala sirosis hati ini dapat muncul dalam beberapa tahun, dan perubahan
struktur terjadi secara bertahap menyebabkan disfungsi hati total. Tanda awal perubahan
sirosis sering tidak disadari karena hati memiliki kapasitas cadangan yang besar. Gejala
dapat meliputi Stadium awal,Stadium lanjut dan Stadium akhir

17
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, lin.2004. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan .
Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare.2001. Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Samba, Suharyati. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta : EGC

Engram,barbara. 1998. Rencanaasuhankeperawatanmedikal-bedah. Jakarta : EGC

http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/asuhan-keperawatan-psien-dengan-serosis-
hati2.pdf (di akses pada tanggal 24 Oktober 2014)

18

Anda mungkin juga menyukai