Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Pengkajian
Kasus I :
Klien bernama Tn.M berumur 69 tahun, beragama islam berasal dari
suku/bangsa sunda, pendidikan terakhir klien SD, peneliti mendapatkan
informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat klien hubungi adalah istri
dan anaknya, diagnose klien adalah Rematoid Atritis , kini klien tinggal Kp.
Sindang Palay 005/008, Desa Sukakerta Kecamatan Cilaku, Klien sering
memeriksakan kesehatannya kepuskesmas terdekat dengan rumah klien.
Sekarang klien bekerja sebagai Buruh Tani, sumber pendapatan klien dari klien
dan keluarga. Klien memiliki hobi yaitu main Catur, klien tidak pernah untuk
pergi berwisata, namun klien suka jalan-jalan sekitar rumahnya saja, klien
selalu aktif dalam kegiatan disekitar rumahnya.
Klien memiliki sodara kandung, sodara kandung yang pertama klien
bernama Tn.K saat ini dalam keadaan sehat, kemudian sodara yang kedua klien
bernama Tn.K keadaan saat ini sehat. Klien tidak memiliki riwayat keluarga
yang meninggal satu tahun terakhir.
Klien mengeluhkan nyeri pada kedua kakinya, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri bertambah jika klien beraktivitas dan nyeri berkurang
ketika klien beristirahat, skala nyeri sangat berat. Gejala yang dirasakan klien
adalah nyeri pada kedua kaki. Faktor pencetus dari nyerinya adalah karena
makanan dan aktivitasnya. Timbulnya keluhan yang klien rasakan adalah
bertahap, lamanya adalah langsung terasa nyeri setelah klien beraktivitas berat,
tanpa ada jeda. Klien sudah mengalami nyerinya sejak 1 tahun terakhir. Upaya
klien dalam mengatasinya adalah beristirahat sejenak dari aktivitas dan makan
secara teratur. Klien terkadang memeriksakan kesehatannya kepuskesmas
terdekat dari rumah klien. Klien belum pernah mengkonsumsi obat-obatan
sendiri. Tidak ada penyakit yang pernah diderita. Tidak ada riwayat imunisasi,
Tidak ada riwayat alergi. Tidak ada riwayat kecelakaan. Tidak ada riwayat
dirawat dirumah sakit. Dan Tidak ada riwayat pemakaian obat.
Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien hanya
memiliki masalah pada personal hygienenya selain dari itu klien tidak memiliki
masalah lagi seperti nutrisi, eliminasi, serta kebiasaan. Dilihat keadaan umum
klien didapatkan klien dalam kondisi cukup baik, dengan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 83x/menit, respirasi 20x menit, serta suhu 36.5°C. Rambut
berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak rontok terdapat kotoran ,rambut lengket. Mata konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang pandang kesegala arah, fungsi
penglihatan mulai turun terbukti dengan klien menggunakan kacamata plus,
Telinga simetris sejajar dengan ujung alis, keadaan bersih tidak ada secret, tidak
ada nyeri tekan, daun telinga elastis, pendengaran klien baik yaitu klien mampu
mendengar pembicaraan perawat serta dapat berkomunikasi dengan
koooperatif. Mulut simetris, mulut bibir tampak berwarna merah mudah,
mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap, warna
gigi putih kekuning-kuningan, tidak terdapat peradangan pada tonsil, klien
dapat membedakan rasa makanan yaitu rasa asin, pedas, manis, pahit, dan asem,
lidah berwarna merah muda. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroyd,
tidak ada pembesaran jpv, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak
ada deviasi trachea, bisa digunakan kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, VBS simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru
tambahan, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara
jantung tambahan . Abdomen bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak terdapat bekas oprasi, perkusi terdengar suara tympani, bising usus
8x/menit. Ekstremitas atas, tangan simetris, kedua tangan dapat digerakan
kesegala arah, dengan kulit keriput, tidak terdapat edema, persendian tidak
kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki simetritis, kedua kaki dapat digerakan
kesegala arah, tidak terdapat edema, klien masih bisa berjalan tanpa alat bantu,
ada nyeri pada kedua kaki, kekuatan otot dapat melakukan pergerakan bebas
tetapi terbatas pada kaki bagian kiri dan kanan karena ada rasa dan nyeri.
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan
yang berada dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, penggunaan
lampu neon sebagai penerangan setiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 6
jendela dan ventilasi udara sebagai sirkulasi udara. Keadaan kamar mandi dan
WC berada dalam keadaan bersih. Pembuangan air kotor keselokan sekitar 30
meter dari rumah. Sumber air minum menggunakan air mendidih. Pembuangan
sampah menggunakan tempat sampah depan rumah klien. Tidak ada sumber
pencemaran. Pada penataan halaman terdapat beberapa tanaman hias yang
sudah tertata. Tidak ada resiko injuri. Pada pemeriksaan masalah kesehatan
kronis klien didapatkan hasil skor 4, dengan termasuk pada kriteria tidak ada
masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis ringan. Pada
pemeriksaan fungsi kognitif klien didapatkan skor 9, termasuk dalam kriteria
tidak ada gangguan. Pada pemeriksaan status fungsional klien didapatkan skor
sebesar 17, termasuk kedalam kriteria mandiri. Pada pemeriksaan status
psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983) didapatkan hasil sebesar 5,
termasuk kedalam kriteria normal. Pada pengkajian keseimbangan lansia, klien
didapatkan hasil sebesar 3, termasuk kedalam kriteria resiko jatuh rendah.

Kasus II :
Klien bernama Tn.K berumur 72 tahun, beragama islam berasal dari
suku/bangsa sunda, klien pernah menginjak bangku sekolah dasar, peneliti
mendapatkan informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat dihubungi
adalah anak klien, diagnose medis klien adalah Rematoid Atritis. Kini klien
tinggal di rumahnya yang beralamat di Kp Sindang Palay 005/008, Desa
Sukakerta Kecamatan Cilaku. Keluarga klien yang dekat dengan klien adalah
Ny.Y dengan bertemapt tinggal satu rumah dengan klien, yang mana adalah
anak kandung klien. Sekarang klien tidak memiliki pekerjaan, sumber
pendapatan klien dari anaknya. Klien tidak memiliki hobi, klien tidak pernah
untuk pergi berwisata, klien masih aktif dalam kegiatan pengajian didaerah Kp.
Sindang Palay.
Klien memiliki saudara kandung sebanyak 3 orang, semuanya dalam
keadaan sehat, saudara-saudara klien bernama Ny.K, Tn.A, Tn.C, Tn.A.
Terkadang klien bertemu dengan saudaranya saat ada acara keluarga. Klien
tidak memiliki riwayat keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Pola kebiasaan sehari-hari klien tidak memiliki masalah, klien tidak
memiliki masalah pada kriteria seperti personal hygiene, eliminasi, nutrisi, serta
kebiasaan. Dilihat keadaan umum klien didapatkan klien dalam kondisi cukup
baik, dengan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 19x menit,
serta suhu 37°C. Rambut, berwarna hitam (beruban), kuat, persebaran merata,
tidak ada nyeri tekan, dan tidak rontok, rambut lengket dan kotor. Mata,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan lapang,
pandang kesegala arah, fungsi penglihatan baik terbukti dengan klien mampu
membaca papan nama perawat. Telinga, simetris sejajar dengan ujung alis,
keadaan bersih tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan, daun telinga elastis,
pendengaran klien baik yaitu klien mampu mendengar pembicaraan perawat.
Mulut simetris, mulut bibir tampak berwarna merah mudah, mukosa bibir
lembab, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi lengkap, warna gigi putih
kekuning-kuningan, tidak terdapat peradangan pada tonsil, klien dapat
membedakan rasa makanan yaitu asin, pedas, manis, pahit, dan asem, lidah
berwarna merah muda. Leher tidak terdapat pembesaran kelenjer tiroyd, tidak
ada pembesaran jpv, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
deviasi trachea, bisa digunakan kesegala arah. Dada simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, VBS simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru
tambahan, S1>S2 di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara
jantung tambahan . Abdomen bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
tidak terdapat bekas oprasi, perkusi terdengar suara tympani, bising usus
13x/menit. Ekstremitas atas, tangan simetris, kedua tangan dapat digerakan
kesegala arah, dengan kulit keriput, tidak terdapat edema, persendian tidak
kaku. Ekstremitas bawah, kedua kaki simetritis, kedua kaki kanan dan kiri
dapat digerakan kesegala arah, tidak terdapat edema, klien masih bisa berjalan
tanpa alat bantu, ada nyeri pada kedua kaki, kekuatan otot dapat melakukan
pergerakan bebas tetapi terbatas pada bagian kaki kanan dan kiri karena ada
rasa dan nyeri.
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan ruangan
dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup, menggunakan lampu
bohlam disetiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 5 jendela disertai ventilasi
disetiap jendelanya Keadaan kamar mandi dan WC dalam keadaan bersih.
Pembuangan air kotor ke selokan sejauh 20 meter dari rumah. Sumber air
minum adalah air gallon. Pembuangan sampah terdapat pada tempat sampah
depan rumah. Tidak ada sumber pencemaran. Pada penataan halaman terdapat
beberapa tanaman hias depan rumah. Tidak ada resiko injuri.
Masalah kesehatan klien ditemukan skor sebesar 3, termasuk dalam
kriteria tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan kronis
ringan. Pada fungsi kognitif klien didapatkan skor sebesar 10, yang mana
termasuk kedalam kriteria tidak ada gangguan. Lalu pada status fungsional
ditemukan hasil sebesar 17, yakni termasuk kedalam kriteria mandiri.
Selanjutnya pada status psikologis (Skala depresi geriatric Yesavage, 1983)
didapatkan hasil sebesar 2, yang mana termasuk kedalam kriteria normal.
Berikutnya pada pemeriksaan keseimbangan klien didapatkan skor sebesar 6,
yakni termasuk kedalam kriteria resiko jatuh sedang.
2. Diagnosis keperawatan
Kasus I :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri, berdasarkan data subjektif
klien mengeluhkan nyeri pada daerah kedua kakinya dan data objektif klien
terlihat memegangi daerah kakinya serta terlihat meringis. Berdasarkan
analisa data yang didapat, maka peneliti menegakkan diagnose
keperawatan yaitu nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi,
Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal,
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
b. Analisa data yang diambil kedua adalah kerusakan mobilitas fisik,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat,maka peneliti menegakkan diagnosa kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot.
c. Analisa data yang diambil ketiga adalah Kurang perawatan diri,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif skor keseimbangan 3, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Berdasarkan
hasil analisa data yang didapat maka peneliti menegakkan diagnosa Kurang
perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
keterbasatan fisik.
Kasus II :
a. Analisa data yang diambil pertama adalah nyeri, berdasarkan data subjektif
klien mengeluh nyeri pada bagian kakinya dan data objektif klien terlihat
memegangi daerah kaki yang nyeri. Berdasarkan hasil analisa yang didapat
maka peneliti menegakkan diagnosa nyeri yang berhubungan dengan
proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan.
b. Analisa data yang diambil kedua adalah kerusakan mobilitas fisik,
berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Berdasarkan hasil
analisa data yang didapat, maka peneliti menegakkan diagnose kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal penurunan
rentang gerak, kelemahan otot.
d. Analisa data yang diambil ketiga Kurang perawatan diri, berdasarkan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data objektif skor
keseimbangan 6, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Berdasarkan hasil analisa
data yang didapat maka peneliti menegakkan Kurang perawatan diri yang
berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, keterbatasan ketahanan
fisik.
3. Intervensi
Kasus I :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan. peneliti menyusun perencanaan antara lain kaji
lokasi nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, kaji skala nyeri 0-10, bantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan teknik relaksasi
napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri, ajarkan metode distraksi selama nyeri akut,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan Deformitas
skeletal penurunan rentang gerak, kelemahan otot, peneliti menyusun
perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya peningkatan
rentang gerak, Kaji secara teratur fungsi motoric, ajarkan klien melakukan
latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit, bantu klien
melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau kemajuan dan
perkembangan kemampuan klien dalam melakukan.
e. Berdasarkan diagnose keperawatan yang ketiga yaitu Kurang perawatan
diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, keterbatasan
ketahanan fisik, peneliti menyusun perencanaan anatara observasi ttv, kaji
kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga
dalam membantu kebutuhan perawatan diri klien.
Kasus II :
a. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri yang
berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi jaringan
oleh akumulasi cairan. peneliti menyusun perencanaan antara lain lain
kaji lokasi nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, kaji skala nyeri 0-10, bantu
klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, jelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, ajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, ajarkan metode distraksi selama
nyeri akut, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
b. Berdasarkan diagnose keperawatan yang kedua yaitu kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan yang berhubungan dengan
Deformitas skeletal penurunan rentang gerak, kelemahan otot, peneliti
menyusun perencanaan antara lain kaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rentang gerak, Kaji secara teratur fungsi motoric, ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit,
bantu klien melakukan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi, pantau
kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
4. Implementasi
Kasus I :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 4 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standar intervensi yang telah dibuat
sesuai diagnosa prioritas utama.
1) nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan Implementasi dilakukan pada diagnosa
keperawatan yang pertama pada tanggal 19 Maret 2018 yaitu Mengkaji
lokasi nyeri, intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10,
membantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan
bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi,
mengaajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan
otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali. Mengkaji lokasi nyeri, intensitas, dan
tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode distraksi selama
nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. dan
mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri, intensitas, dan
tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode distraksi selama
nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. Dan
mengevaluasi hasil tindakan.
b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, keterbatasan ketahanan fisik
1) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hasil
tindakan
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu mengobservasi ttv, mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, melibatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hail
tindakan
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga pada
tanggal 25 maret Maret 2018 yaitu observasi ttv, kaji kemampuan
klien dalam melakukan perawatan diri, libatkan keluarga dalam
membantu kebutuhan perawatan diri klien. dan mengevaluasi hasil
tindakan
Kasus II :
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut peneliti melakukan implementasi
selama 4 hari sesuai dengan tujuan, kriteria, standar intervensi yang telah
dibuat sesuai diagnosa prioritas utama.
1) nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan
Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 19 Maret 2018 yaitu Mengkaji lokasi nyeri, intensitas,
dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien dalam
mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien terkait
dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang
dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode distraksi
selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan yang pertama
pada tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali Mengkaji lokasi nyeri,
intensitas, dan tipe nyeri, mengkaji skala nyeri 0-10, membantu klien
dalam mengidentifikasi faktor pencetus, menjelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi, mengaajarkan
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan metode
distraksi selama nyeri akut, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik. dan mengevaluasi hasil tindakan.
d. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal
penurunan rentang gerak, kelemahan otot
1) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 19 Maret 2018 yaitu mengkaji mobilitas dan observasi adanya
peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
2) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 22 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan.
3) Implementasi dilakukan pada diagnose keperawatan kedua pada
tanggal 25 maret 2018 yaitu kembali mengkaji mobilitas dan observasi
adanya peningkatan rusakan, mengkaji secara teratur fungsi motorik,
mengajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit, membantu klien melakukan ROM dan perawatan diri
sesuai toleransi, memantau kemajuan dan perkembangan kemampuan
klien dalam melakukan aktivitas. dan mengevaluasi hasil tindakan

5. Evaluasi
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien, peneliti
melakukan evaluasi tindakan, pada tanggal 31 Maret 2018 jam 13.00 WIB
dengan menggunakan metode SOAP, S : Subjektif, O : Objektif, A : Analisis,
dan P : Planning atau rencana.
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan
Kasus I :
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien
tampak memegang area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah
belum teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk
melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi,
implementasi lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk
menjaga kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan
kesehatan. Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika
nyeri terasa
Kasus II:
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose pertama hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak
memegang area kakinya, skala nyeri 3 (0-10). Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 2 (0-10). Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk
memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan. Anjurkan untuk melakukan
relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose pertama hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri, data objektif klien tampak memegang
area kakinya, skala nyeri 1 (0-10). Analisa masalah teratasi, implementasi
lanjut. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
Anjurkan untuk melakukan relaksasi napas dalam ketika nyeri terasa\

b. kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan Deformitas skeletal


penurunan rentang gerak, kelemahan otot.
Kasus I :
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri berkurang saat berjalan dan data objektif
cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3 menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan
Kasus II :
1) Evaluasi dilakukan selama 3 hari pada diagnose kedua hari pertama,
dengan data subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +4/+4. Analisa masalah belum
teratasi. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri berkurang saat berjalan dan data objektif
cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3. Analisa masalah belum teratasi.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose kedua hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif cepat lelah, kekuatan otot Lovett’s +3/+3 menunjukan perbaikan
mobilitas. Analisa masalah teratasi, intervensi dilanjutkan. Planning pada
evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya untuk memeriksa
kesehatannya dilayanan kesehatan.

c. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


keterbatasan ketahanan fisik
Kasus I :
1) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari pertama, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan dan data objektif klien
terlihat kotor. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
2) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari kedua, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri saat berjalan berkurang dan data objektif
klien terlihat rapi. Analisa masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga kesehatannya
untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.
3) Evaluasi yang dilakukan pada diagnose ketiga hari ketiga, dengan data
subjektif klien mengatakan nyeri tidak terlalu terasa saat berjalan dan data
objektif klien terlihat rapid an . Analisa masalah teratasi. Intervensi
dilanjutkan. Planning pada evaluasi anjurkan pasien untuk menjaga
kesehatannya untuk memeriksa kesehatannya dilayanan kesehatan.

6. Aplikasi dari tindakan utama


Kasus I :
Pada tanggal 19 Maret 2018, 22 maret 2018 & 25 maret 2018
melakukan penelitian pada Tn.M didapatkan bahwa Tn.M sudah mengalami
rematik sejak 1 tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Tn.M
disarankan untuk melakukan Relaksasi Napas dalam saat terasa nyeri, dengan
cara merilekskan pikiran dan badan lalu fokuskan pada satu arah lalu tarik
napas dalam melalui hidung tahan selama 5 detik lalu keluarkan melalui mulut
lakukan teknik tersebut selama 3 kali selama 2-3 menit.
Kasus II :
Pada tanggal 26 Maret 2018, 28 Maret 2018 & 30 Maret 2018
melakukan penelitian pada Tn.K didapatkan bahwa Tn.K sudah mengalami
rematik sejak 1 tahun yang lalu dan sudah pernah dibawa ke puskesmas, Tn.K
disarankan untuk melakukan relaksasi napas dalam saat terasa nyeri, dengan
cara merilekskan pikiran dan badan lalu fokuskan pada satu arah lalu tarik
napas dalam melalui hidung tahan selama 5 detik lalu keluarkan melalii mulut
lakukan teknik tersebut selama 3 kali selama 2-3 menit.
Hari Pertama
Kasus I :
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 19 Maret 2018, 22 Maret 2018
& 25 Maret 2018 setelah diberikan implementasi relaksasi napas dalam
didapatkan skala nyeri tetap 2 (0-10).
Kasus II :
Pada hari pertama dimulai sejak tanggal 19 Maret 2018, 22 Maret
2018 & 25 Maret 2018 setelah diberikan implementasi teknik relaksasi napas
dalam didapatkan skala tetap 3 (0-10).

Hari Kedua
Kasus I :
Hari kedua setelah diberikan Teknik Relaksasi Napas Dalam skala
nyeri menjadi 2 (0-10).
Kasus II :
Hari kedua setelah diberikan Teknik Relaksasi Napas Dalam skala
nyeri menjadi 2 (0-10).

Hari Ketiga
Kasus I :
Hari ketiga setelah diberikan Relaksasi Napas Dalam skala nyeri
menjadi 1 (0-10).
Kasus II :
Hari ketiga setelah diberikan Teknik Relaksasi Napas Dalam skala
nyeri menjadi 1 (0-10 ).

Hasil Kasus I dan Kasus II :


Dengan Hasil penelitian yang saya lakukan diatas bahwa saat diberikan
implementasi teknik relaksasi napas dalam kepada Tn.m dan Tn.K untuk menurunkan
skala nyeri pada kedua kakinya itu terbukti, oleh karena itu peneliti menganjurkan
klien untuk terus menerapkan teknik relaksasi napas dalam untuk kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai