Anda di halaman 1dari 6

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan tidak mengenal tempat dan dapat terjadi pada siapa saja

dan dimana saja walaupun dalam kondisi daerah yang sulit dijangkau oleh petugas

kesehatan. Sudah menjadi tanggungjawab tenaga kesehatan untuk menanggulangi

masalah tersebut (Annas, 2016). Menurut Sudiartho dalam jurnal keperawatan

(2013) bahwa peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan

oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting.

Salah satu kondisi kegawatdaruratan adalah serangan jantung. Data World

Health Organization (WHO) bahwa serangan jantung masih menjadi pembunuh

manusia nomor satu dinegara maju dan berkembang dengan menyumbang 60

persen dari seluruh kematian (Mulyadi, 2016).

Lapisan masyarakat seharusnya diajarkan tentang BHD. Lebih baik

mengetahui pertolongan pertama dan tidak memerlukannya dari pada memerlukan

pertolongan pertama tetapi tidak mengetahuinnya. Setiap orang harus mampu

melakukan pertolongan pertama karena sebagian besar orang akan berada dalam

situasi yang memerlukan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan (Lontoh

dkk, 2013).

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Buamona dkk (2017)

tentang BHD menunjukkan bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan BHD tapi belum dijabarkan tentang pengaruh pendidikan

kesehatan BHD terhadap sikap keterampilan tentang BHD.

1
2

Indonesia merupakan Negara yang berada di jalur Ring of Fire atau Negara

yang rawan bencana alam seperti tsunami, gunung api, gempa bumi dan banjir.

Sulawesi Utara merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap aspek

kebencanaan, dikarenakan kondisi geografis dan geologi wilayah (BPS Kota

Bitung, 2013).

Sulawesi Utara Dikepung oleh lempeng Eurasia (perairan) dan Lempeng

Indo-Australia. Sewaktu waktu lempeng ini bergeser patah menimbulkan gempa

bumi dan jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan

tsunami Yang merupakan catatan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi (DVMBG) (Tondobala, 2011).

Luas wilayah semenenanjung Sulawesi Utara adalah ± 15.376,99 km², yang

merupakan salah satu dari tujuh provinsi kepulauan, yang terdiri dari 258 pulau.

Pesisir pantai utara dan selatan Provinsi Sulawesi Utara berpotensi mengalami

gelombang pasang/tsunami, mengingat wilayah ini merupakan daerah yang paling

sering mengalami gempa bumi (Bappenas Sulut, 2013).

Pantai Kritis di Provinsi Sulawesi Utara membentang sepanjang 49,50 km

dan garis pantai 1.767,68 km. Jumlah pantai kritis yang makin meningkat

membawa potensi dampak kerugian yang lebih masif apabila terjadi gelombang

besar / tsunami dalam skala besar (Bappenas Sulut, 2013).

Kota Bitung merupakan salah satu wilayah yang memiliki luas wilayah

perairan 439, 80 Km2 atau 439.980 Ha. Dengan total garis pantai 143,2 Km2 dan

18,03 persen dataran landai berombak. Daerah pesisir adalah daerah yang
3

dianggap rawan di Kota Bitung, seperti rawan gelombang pasang atau abrasi (BPS

Kota Bitung, 2013).

Hampir setiap tahun daerah pesisir pantai dilanda gelombang pasang yang

dapat mengakibatkan mundurnya garis pantai. Curah hujan yang tinggi diatas

normal sehingga sistem pengaliran air terutama sungai dan anak sungai alamiah

tidak mampu menampung akumulasi air hujan yang dapat mengakibatkan banjir

(BPS Kota Bitung, 2013).

Tanah yang berstruktur pasir yang mendominasi Kota Bitung seringkali

menambah daya rusak banjir karena sebagian material pasir ikut terangkut oleh

aliran permukaan. Berkurangnya daerah vegetasi pada daerah resapan air juga

berkontribusi pada meningkatnya debit air melampaui kapasitas sistem pengaliran

(BPS Kota Bitung, 2013).

Fenomena alam dan ulah manusia seperti tersumbatnya sampah,

penggundulan hutan didaerah yang sebenarnya menjadi daerah tangkapan air

hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit pasokan air yang

masuk kedalam sistem aliran yang menjadi pemicu terjadinya erosi. Berdasarkan

hal tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa bencana alam laut banyak terjadi dan

dapat memakan banyak korban (BPS Kota Bitung, 2013).

Kelurahan Girian Bawah Kecamatan Girian Kota Bitung yang menjadi

lokasi penelitian merupakan lokasi aliran sungai wilayah Kota Bitung yang

memiliki debit air yang cukup besar yang sangat berpotensi terjadi rawan bencana

dan terjadi kegawatdaruratan yang dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa ada

peringatan (BPS Kota Bitung, 2013).


4

Hal ini dapat terjadi jika ketidaktahuan dan tidak terampilnya masyarakat

khususnya daerah pesisir pantai Kelurahan Girian Bawah Kecamatan Girian Kota

Bitung jika tidak dibekali dengan pelatihan BHD dalam memberikan pertolongan

kegawatdaruratan. Peserta juga akan dibekali praktek langsung dengan alat yang

tersedia dan evaluasi keterampilan.

Berdasarkan wawancara dengan 5 anggota masyarakat pesisir pantai

Kelurahan Girian Bawah Kecamatan Girian Kota Bitung didapatkan bahwa

masyarakat tersebut berpengetahuan kurang baik mengenai bantuan hidup dasar.

Menjadi pekerjaan rumah bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi

tentang pelatihan BHD terhadap masyarakat rawan bencana.

Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Terhadap Pengetahuan

Dan Sikap Masyarakat Dipesisir Pantai Kelurahan Girian Bawah Kecamatan

Girian Kota Bitung”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah penelitian adalah

untuk mengetahui “Apakah ada Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dipesisir Pantai Kelurahan Girian

Bawah Kecamatan Girian Kota Bitung ?”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Bantuan

Hidup Dasar (BHD) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dipesisir

Pantai Kelurahan Girian Bawah Kecamatan Girian Kota Bitung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan masyarakat dipesisir pantai sebelum

dilakukan pelatihan BHD

b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan masyarakat dipesisir pantai sesudah

dilakukan pelatihan BHD

c. Untuk mengidentifikasi sikap masyarakat dipesisir pantai sebelum

dilakukan pelatihan BHD

d. Untuk mengidentifikasi sikap masyarakat dipesisir pantai sesudah

dilakukan pelatihan BHD

e. Untuk menganalisis pengaruh pelatihan BHD terhadap pengetahuan

masyarakat dipesisir pantai

f. Untuk menganalisis pengaruh pelatihan BHD terhadap sikap masyarakat

dipesisir pantai.
6

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengalaman dan wawasan

dalam bidang penelitian bantuan hidup dasar, serta bisa dijadikan sebagai

bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Tempat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan informasi tentang bantuan hidup dasar
kepada masyarakat dipesisir pantai Kelurahan Girian Bawah Kecamatan
Girian Kota Bitung
b. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan yang dapat memberikan informasi bagi pembaca di
perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai referensi lanjutan.

c. Bagi Peneliti selanjutnya


Dapat di jadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai