Anda di halaman 1dari 5

16 Januari 2016 lalu, aku dan keluargaku memutuskan untuk pindah ke Bandung.

Aku
memulai kehidupan ku yang baru disini. Meninggalkan dia di Jakarta. Alif. Dia kekasih ku yang
harus aku tinggalkan-karena harus pindah- dari Jakarta. Berat sebenarnya. Tapi kita sudah
berjanji untuk saling berkomunikasi. Hari-hari di Bandung terasa sangat membosankan. Sampai
aku bertemu dia. Disini aku akan menceritakan kisahku. Bersamanya.

Hari ini, aku dan ummi akan pergi ke suatu sekolah di Bandung. SMA Kartika Bangsa 1
Bandung. Salah satu sekolah favorit di Bandung. Di sekolah itulah, aku akan menuntut ilmu. Aku
dan ummi berjalan menuju kantor untuk mengurus pendaftaran ku. Beberapa menit kemudian,
pendaftaran selesai. Setelah aku diberikan seragam dan buku paket, aku dan ummi pulang ke
rumah.

Di mobil aku menghembuskan nafas perlahan. Aku banyak memikirkan tentang sekolah
baru. Aku tidak siap harus berkenalan dengan orang baru disana. Aku ragu apa aku akan punya
teman disana. Huhhh.

Sesampainya di rumah, dengan langkah gontai, aku berjalan menuju kamarku. Aku
membuka hp ku dan mendapat pesan dari Alif.

“hai Aliyyah. Gimana kabar kamu? Aku kangen”

Aku pun membalas pesannya

“hai Alif. Baik kok, kamu gimana? Sehat kan?. Miss you too”

“Sehat kok. Kamu udah dapat sekolah? Sekolah apa?”

“udah. SMA Kartika Bangsa 1 Bandung”

“Oh. Baguslah. Kapan kamu mulai masuk sekolah?”

“besok”

“oh iya Al, kamu masih ingat Farah?”

“Farah? Iya masih. Kenapa emang?”

“dia juga sekolah disana. Semoga deh kamu bisa ketemu sama dia. Dan kalian bisa
berteman”

“iya semoga aja, hehe.”

Beberapa saat setelah aku mengirimkan pesan ke Alif, aku mendapat pesan dari Kak
Chacha. Tetanggaku dan kakak kelas Alif-karena aku dan Alif beda sekolah di Jakarta.
“Aliyyah?”

“Iya kak. Ada apa?”

“Kalau boleh aku tau, kamu masih pacaran sama Alif?”

“Alif? Iya kak masih”

“Maaf dek. Bukannya kakak mau rusakin hubungan kalian, tapi kakak sering liat Alif
sama Dinda, Viona Dinda”

“Dinda? Itu siapa kak. Aku kayak baru denger namanya”

“Dia anak baru. Pindahan Malang, aku sering liat dia sama Alif. Sering jalan bareng.
Kebetulan mereka juga sekelas. Pernah aku liat mereka pegangan tangan”

“oh gitu ya kak. Entar deh aku tanya Alif. Makasih ya kak”

“iya dek”

Viona Dinda. Nama itu selalu terbayang di kepalaku. Siapa dia? Dia dekat sama Alif?

Aku pun memutuskan untuk bertanya kepada Alif

“Alif”

“Iya,ada apa sayang?”

“aku mau nanya, kamu jawab jujur yah”

“tanya aja”

“Viona Dinda, itu siapa?”

“Dinda? Oh, dia sahabatku, kenapa?”

“Sahabat? Kamu kok cepet banget sih nganggep orang baru jadi sahabat kamu?”

“Iya. Dia sahabatku.

“Oh gitu. Berarti kalian deket dong”

“bisa dibilang gitu sih”

“Pantesan sampe pegangan tangan. Pantesan sampe sering jalan berdua. Pantesan
sering ke kantin bareng terus makan bareng deh.”
“kamu kenapa sih? Siapa yang nanya kamu tentang Dinda?”

“Aku kenapa? Masih nanya? Dan kamu nggak perlu tau siapa yang tanya aku tentang
Dinda, sahabat kamu itu”

“Al? kamu ngambek. Udah dong Al. nggak usah cemburu. Dinda kan Cuma sahabat aku”

“Tau ah. Udah aku mau mandi”

“Ih. Belum mandi ternyata. Pantesan masih bau. haha”

“ya udah. Gih sama Dinda aja. Pasti si Dinda udah wangi”

“Aduhhh. Sori deh Al”

“Tau”

“Aliyyyyahhhhh”

Ih. Ngeselin. Gimana bisa dia nggak minta maaf padahal dia uda tau aku cemburu.

Aku pun ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi aku memutuskan untuk
mendengar lagu di hp. Saat membuka hp ada sekitar 20 pesan masuk. Dan semua dari orang
yang sama. Alif. Awalnya aku ingin membalasnya, tapi aku masih kesal. Jadi aku
mengabaikannya.

Malam pun tiba, setelah makan malam, aku ke kamar untuk membaca buku novel.
Ting…tinggg… hp ku berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Masih dari Alif. Huhhh.
Males.

“Aliyyah, bangun nak. Udah pagi, entar telat masuk sekolah” ummi membangunkanku.

“iya Ummi. Hoammmm…” mataku masih butuh tidur. Tapi ini hari pertama aku sekolah,
aku nggak mau dihukum di hari pertama sekolah.

Setelah mandi aku pun bersiap-siap. Setelah yakin penampilan ku sudah rapi, aku pun ke
ruang makan untuk sarapan. Setelah sarapan aku pun berangkat ke sekolah.

Dan disinilah aku. Di sekolah ku yang baru. Dengan guru baru. Dengan lingkungan baru,
dan dengan teman yang baru. Aku melangkahkan kakiku dengan sedikit ragu. Ragu ku semakin
besar ketika aku menjadi sorotan sebagian siswa yang melihatku. aku jalan menyusuri koridor.
Aku mencari kelasku. Tadi mama sudah memberitahu kelasku. Karena takut nyasar, aku
bertanya pada salah satu siswa. Aku melihat seorang siswa laki laki. Dilihat dari wajahnya, ia
ramah. Aku pun bertanya padanya “emm.. permisi. Boleh tunjukin kelas 11-IPA1 nggak?”
“10 Ipa1? Kamu masuk aja ke kelas ini. Ini 10 Ipa1.” Jawabnya ramah.

“Oh. Ini? Makasih yah” jawabku berterima kasih

Aku melangkahkan kaki masuk ke kelas ku. Yang baru. Sebagian mata tertuju padaku. Aku pun
mengambil bangku di tengah.

Kriiingggggggg….

Bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa duduk di bangku masing-masing. Seorang guru yang
terlihat masih muda sekitar 30 tahun-an masuk ke kelas dengan membawa buku paket biologi.

“Selamat pagi anak-anak”

“Pagi buuuuuuu” jawab semua murid.

“Hari ini, kita kedatangan murid baru. Ayo maju sini”. Ia memanggilku. Aku pun maju ke depan.
Saat di depan, aku bisa melihat wajah semua teman kelasku. Semoga mereka semua baik.

“silahkan perkenalkan dirimu” perintahnya, mebuyarkan lamunanku.

“na..nama s..saya Aliyyah Tsabitha. Biasa dipanggil Aliyyah” kataku memperkenalkan diri.

“oke. Silahkan duduk Aliyyah” perintah guru itu lagi. Yang aku tau namanya Bu Ayu.

Pelajaran pun dimulai. Namun, ditengah-tengah pelajaran, kita disuruh untuk berkelompok
karena akan mengerjakan tugas. Gawat, aku bahkan belum mengenal satu pun siswa disini. Aku
harus berkelompok dengan siapa? Batinku. Satu kelompok tiga orang. Aku hanya bisa terdiam,
karena terlalu ragu untuk meinta masuk ke salah satu kelompok.

“Aliyyah?” seseorang memanggilku di belakang.

Aku pun menoleh ke arah suara “I..iya kenapa?”

“sekelompok yuk sama kita. Aku audy, ini Tia” sahutnya memperkenalkan diri dan temannya.
Ok aku sekarang punya kelompok. Dan mungkin teman baru.

“oh, iya. Makasih”

Setelah jam pelajaran selesai, tibalah saat istirahat. Aku memeriksa tas. Oh tidak aku tidak
membawa bekalku. Itu artinya aku harus ke kantin. Dan aku tidak tau kantin dimana. Aku pun
memutuskan untuk menghampiri Audy dan Tia. “Emmm, Audy kantin itu dimana yah?”

“eh, Aliyyah. Kantin? Yaudah sama kita aja ke kantinnya. Ntar aku kenalin deh sama teman-
temanku yang lain” jawabnya ramah.
Aku hanya mengangguk. Aku bersama Audy dan Tia pun berjalan bersama ke kantin. Selama
perjalanan, aku tidak berbicara sepatah kata pun. Aku hanya melihat Audy dan Tia berbicara
hal-hal yang konyol. Kelihatannya mereka memang sangat dekat.

Sesampainya di kantin, aku melihat segerombolan anak cewek, yang gayanya hits. Ternyata itu
seua teman-temannya Audy dan Tia. Aku

Anda mungkin juga menyukai