Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah padat dari proses produksi CPO menghasilkan jumlah yang cukup besar tiap
harinya. Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat
pembuangan dan menunggu pengepul untuk mengambilnya atau dibakar jika tumpukan
sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu
bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.
Proses pengomposan adalah proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk
kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali.
Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung
dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan
sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup,
tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge, 1991).
Kompos Tankos memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat memperbaiki
struktur tanah menjadi gembur, membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama
tanaman. Kompos Tankos tidak mudah tercuci dan cepat meresap dalam tanah dan dapat
diaplikasikan pada sembarang musim (Myung et al., 2005). Namun demikian masih ada
beberapa kelemahannya antara lain mulsa Tankos yang tidak mudah lapuk dan hanya
ditimbun di lahan perkebunan (open dumping) memicu timbulnya penyakit busuk pangkal
batang (Genoderma boninense) karena sebagai pembawa jamur Genoderma. Tankos yang
diaplikasikan setelah membusuk akan menjadi breeding site kumbang tanduk (Oryctes
rhinoceros) dan dapat menyerang tanaman muda hasil replanting pada perkebunan kelapa
sawit (Roletha et al., 1999). Limbah Tankos berpotensi juga untuk pengembangan bioindustri
karena mengandung lignoselulosa yang tinggi yang dapat menghasilkan enzim xilanase,
bakteri dan jamur. Xilanase dapat digunakan proses pemutihan kertas, pembuatan gula xilosa,
campuran pakan ternak, memperbaiki mutu produk juice, ekstrak kopi, minyak nabati, pati,
dan roti.
BAB II

ISI

2.1 Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang diolah
melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, seperti pelapukan sisa - sisa
tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik akan banyak
memberikan keuntungan karena bahan dasar pupuk organik berasal dari limbah pertanian,
seperti: jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, belotong, batang jagung, dan
bahan hijauan lainnya. Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran
sapi, kerbau, kambing, ayam, itik, dan babi. Disamping itu, dengan berkembangnya
permukiman, perkotaan dan industri maka bahan dasar kompos makin beraneka. Bahan yang
banyak dimanfaatkan antara lain: tinja, limbah cair, sampah kota dan permukiman. Pupuk
organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah
lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat
bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung
unsur mikro esensial lainnya. Pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan
mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan
kelembapan tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil.

2.2 Tandan Kosong

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang
dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama
dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Tandan kosong kelapa sawit mengandung
serat yang tinggi. Kandungan utama TKKS adalah selulosa dan lignin selain itu juga
mengandung unsur organik (dalam sampel kering): 42,8% C; 0,80% N; 0,22% P2O5; 0,30%
MgO; 0,09% K2O (Firmansyah, 2010).

Tandan kosong kelapa sawit merupakan sumber bahan organik yang kaya unsur hara
N, P, K, dan Mg. jumlah tandan kosong kelapa sawit diperkirakan sebanyak 23% dari jumlah
tandan buah segar yang di olah. Dalam setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung
hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, dan Mg 0,9% yang dapat digunakan sebagai substitusi pupuk
pada tanaman kelapa sawit (Sarwono, 2008). Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di
lapangan cukup besar dengan peningkatan jumlah dan kapasitas pabrik kelapa sawit untuk
menyerap tandan buah segar yang dihasilkan (Winarna et al., 2007).

2.3 Efective Microorganisme 4 ( EM4 )


EM4 adalah salah satu jenis larutan yang mengandung bakteri antara lain bakteri
dekomposer yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik secara alami didalam tanah. Oleh
sebab itu sering digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pupuk organik. Jenis-jenis Em4
bisa saja dalam bentuk yang bermacam-macam tergantung dari produsen.EM4 terbuat dari
hasil seleksi di dalam tanah. EM4 mengandung beberap jenis bakteri diantaranya bakteri
fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycates, bakteri Fotosintetik, bakteri pelarut
Fosfat,jamur fermentsi dan ragi.
Effective Microorganisme (EM) adalah suatu produk bioteknologi yang telah diuji
kemampuannya untuk mempercepat proses pelapukan dari bahan organik dan telah diuji
secara sukses dibidang pertanian. Produk ini adalah hasil isolasi berbagai mikroorganisme
tanah yang potensial dalam proses dekomposisi bahan organik dan kemudian dikultur pada
media buatan dengan berbagai komposisi untuk meningkatkan keefektifan kerja dari
mikroorganismemikroorganisme tersebut (Matinahoru, 2008). Mikroba tersebut
mengaktifkan proses dekomposisi melalui fermentasi, sehingga mempercepat laju
dekomposisi (Suhartati, 2008). EM4 merupakan mikroorganisme yang dapat memperbaiki
kesehatan dan kualitas tanah serta mempercepat proses pengomposan. Mikroorganisme ini
memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas kompos. Sedangkan ketersediaan unsur
hara dalam kompos sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk
mendegradasi sampah (Siburian, 2008).
Menurut Nasir (2012) beberapa pengaruh EM4 yang menguntungkan dalam aplikasi
kepada produk kompos sebagai berikut:
1. Memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanam
2. Memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah.
3. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.
4. Meningkatkan manfaat bahan organik sebgai pupuk.
2.4 Kompos
Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses
pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan).Kompos tidak
hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik (Santi, 2006).Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami
pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya,
tidak berbau, kadar air dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos
dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah
pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan (Prihandini dan Purwanto,
2007).
Pengomposan merupakan proses penurunan perbandingan (rasio) antara karbohidrat
dan nitrogen. Semua tanaman hanya bisa menyerap makanan dari zat yang mempunyai rasio
C/N yang nyaris sama dengan tanah. Tanah mempumyai perbandingan C/N berkisar 10-20%.
Sementara itu, rasio C/N bahan kompos melebihi 50%. Agar bahan kompos tersebut bisa di
serap oleh tanaman, bahan kompos tersebut harus dihancurkan atau diuraikan menjadi tanah
(Soeryoko, 2011). Proses pengomposan akan membutuhkan waktu lebih lama dengan lebih
tingginya nisbah C/N bahan. Kecepatan dekomposisi bahan organik ditentukan oleh bahan
C/N rasio, komposisi bahan, ukuran maupun kondisi linngkungan yang meliputi kemasaman,
suhu, dan aerasi (Yunindova, 2009).
Menurut Yuniwati et al (2012) manfaat kompos adalah menyediakan unsur hara mikro
bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama,
meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia, dan bersifat multi lahan karena dapat
digunakan di lahan pertanian, perkebunan dan reklamasi lahan kritis.
Proses pengomposan berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50 - 70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif
pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan
bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan
kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30
– 40% dari volume/bobot awal bahan.

2.5 Cara Pembuatan Pupuk Tandan Kosong

Pembuatan pupuk organik TKKS diawali dengan proses pencacahan TKKS,


kemudian cacahan TKKS dicampurkan dengan larutan EM4 lalu dikomposkan hingga sampai
bahan organik tersebut menjadi pupuk organik yang matang. Untuk melindungi curah hujan,
maka proses pengomposan dilakukan dalam ruang beratap dan ditutup dengan goni atau
plastik/terpal. Suhu dipertahankan 25-40oC, jika suhu lebih dari 40oC karung penutup dibuka
dan adonan dibolak-balik, kemudian ditutup kembali selama proses pengomposan temperatur,
dan kelembaban harus tetap dijaga (Nasrul & Maimun, 2009).

Kompos/pupuk organik yang sudah matang umumnya berwarna gelap (coklat


kehitaman) dan teksturnya remah dan tidak lagi terlihat bentuk asalnya. Penambahan
kompos/pupuk organik yang masih mentah (belum terurai) dapat mengakibatkan N tanah
yang diserap tanaman akan berkurang. Sebaliknya jika menambah kompos/pupuk organik
yang sudah matang maka akan menyumbang N kedalam tanah dan tanaman mendapatkan
tambahan N (Firmansyah, 2011). Pengikatan unsur hara oleh mikroorganisme selama proses
pengomposan, diantaranya posforus (P) dan nitrogen (N) akan terlepas kembali bila
mikroorganisme tersebut mati. Reaksi biologis mikroorganisme dalam menguraikan bahan
organik dipengaruhi oleh kandungan air. Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan organik
apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kisaran optimum untuk metabolisme
mikroba terdapat pada kelembaban 40 - 60% (Rahmadi, dkk., 2014).

2.6 Manfaat PUPUK Tankos

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa


penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki
beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah berlempung
menjadi ringan; (2) membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman; (3) bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4)
merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat
diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko dan Ady, 2006).

Kompos TKKS juga dapat dimanfaat sebagai media tumbuh tanaman hortikultura.
Pada penelitian mengenai pemanfaatan kompos TKKS sebagai media tanpa tanah dan
pemupukan pada tanaman pot Spathiphyllum, kombinasi kompos TKKS dan pupuk kandang
digunakan sebagai petak utama dan frekuensi pemupukan sebagai anak petak. Hasil
penelitian menunjukkan babwa komposisi media berpengaruh nyata terhadap semua
parameter yang diamati kecuali untuk pori terisi udara dan kadar N daun, sedang frekuensi
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap semua paramater yang diamati kecuali terhadap
tinggi tanaman mulai umur dua bulan dan kadar K pada tanaman umur enam bulan.
Kombinasi 50% kompos TKKS dan 50% pupuk kandang adalah media yang baik untuk
tanaman Spathiphyllum (Wuryaningsih dan Goenadi, 1995).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang
dihasilkan dalam industri minyak sawit. Kandungan utama TKKS adalah selulosa dan lignin
selain itu juga mengandung unsur organik. Dalam setiap ton tandan kosong kelapa sawit
mengandung hara N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, dan Mg 0,9% yang dapat digunakan sebagai
substitusi pupuk pada tanaman kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit dapat diolah
menjadi kompos.

EM4 adalah salah satu jenis larutan yang mengandung bakteri antara lain bakteri
dekomposer yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik secara alami didalam tanah. Oleh
sebab itu sering digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pupuk organik.
Pembuatan pupuk organik TKKS diawali dengan proses pencacahan TKKS,
kemudian cacahan TKKS dicampurkan dengan larutan EM4 lalu dikomposkan hingga sampai
bahan organik tersebut menjadi pupuk organik yang matang. Untuk melindungi curah hujan,
maka proses pengomposan dilakukan dalam ruang beratap dan ditutup dengan goni atau
plastik/terpal. Suhu dipertahankan 25-40oC, jika suhu lebih dari 40oC karung penutup dibuka
dan adonan dibolak-balik, kemudian ditutup kembali selama proses pengomposan temperatur,
dan kelembaban harus tetap dijaga.

Anda mungkin juga menyukai