IFRS Implementation
IFRS Implementation
Disusun oleh :
Arsi Rismaya (134020131)
Kiki Rusyanti (134020133)
Cahya Mulyawati (134020134)
Adhynda Puspita APS (134020149)
Yuni Safitri (134020152)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat
Memberikan informasi tentang perkembangan PT Kalbe Farma Tbk. kepada
pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditor, investor, calon investor, dan
masyarakat lainnya yang ingin mengetahui informasi perusahaan.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis rasio likuiditas?
2. Bagaimana analisis rasio solvabilitas?
3. Bagaimana analisis rasio aktivitas?
4. Bagaimana analisis rasio profitabilitas?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
4. Divisi
Grup Kalbe menangani beberapa portofolio merek untuk produk obat resep, obat
bebas, minuman energi dan nutrisi, yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha
kemasan dan distribusi. Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu:
a. SBU Pharmaceutical (divisi obat resep (kontribusi 25%))
1) PT Kalbe Farma Tbk
2) PT Hexpharm Jaya
3) PT Dankos Farma
4) PT Finusolprima
5) Kalbe Vision Private Limited (Pte., Ltd.)
6) Innogene Kalbiotech Pte., Ltd
b. SBU Consumer Health (divisi produk kesehatan (kontribusi 17%))
1) Kalbe OTC
2) PT Bintang Toedjoe
3) PT SakaFarma Lab.
4) PT Hale International
5) Kalbe International Pte., Ltd
c. SBU Nutritionals (divisi nutrisi (kontribusi 22%))
1) PT Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals)
2) PT Kalbe Morinaga Indonesia
d. SBU Distribution & Logistik (divisi distribusi & kemasan (kontribusi 36%))
1) PT Enseval Putra Megatrading. Tbk
2) PT Enseval Medika Prima
3) PT Milenia Dharma Insani
Selain di Indonesia, Kalbe memiliki 10 cabang di luar negeri yaitu negara-
negara ASEAN
(Singapura, Filipina, Malaysia,Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar), Srilanka, Nige
ria, danAfrika Selatan.
B. Metode Analisis
1. Year to Year Change Analysis
Pada year-to-year change analysis, analis ini menggunakan data pada periode pendek,
dua atau tiga tahun. Keuntungan metode ini adalah kemudahan untuk mengelola dan
memahami data (manageable and understandable). Analisis pendekatan year to year change
analysis termasuk ke dalam analisis komparatif atau comparative financial statement
analysisbersama dengan index-number trend analysis.
Pada comparative financial statement analysis, analis keuangan menggunakan data
balance sheet, income statement, dan cash flow statement dari beberapa periode.
Umumnya metode ini digunakan untuk mengetahui individual account balance dari
waktu ke waktu. Hasil analisis dengan metode komparatif ini berupa trend.
Perbandingan data keuangan tersebut akan menunjukkan arah, kecepatan, dan lama
terjadinya trend keuangan. Misalnya, analis ingin mengetahui peningkatan piutang
dari waktu ke waktu.
2. Commonsize Analysis
Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara
membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai
komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama.
Tujuan analisis common-size adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
a. Komposisi dan proporsi investasi pada setiap jenis aktiva.
b. Struktur modal dan pendanaan.
c. Distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.
Penyajian dalam bentuk common size akan mempermudah pembaca
menganalisis laporan keuangan dengan memperhatikan perubahan perubahan yang
terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Persentase per komponen setiap elemen
laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
a. Elemen2 Aktiva = Elemen ybs / Total Aktiva
b. Elemen2 Pasiva = Elemen ybs / Total Pasiva
c. Elemen2 Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan
Laporan dengan persentase per komponen menunjukan persentase dari total
aktiva yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan
mempelajari laporan dengan persentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata
industri sebagai keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui
apakah investasi kita dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku
(over investment) atau justru masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian
untuk periode berikutnya kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar.
Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan
modal, jadi menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada
aktiva tersebut. Study tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan
sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh
perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari pihak luar,
karena dari itu juga dapat diduga/diketahui berapa besarnya margin of safety yang
dimiliki oleh para kreditur.
Persentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan
persentase per komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara
horizontal dari tahun ke tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend
of relationship), dan tidak menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut.
Perubahan ini dapat dilihat jika dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan
dari tahun ke tahun tidak menunjukan secara pasti adanya perubahan dalam data
absolut.
Laporan dalam persentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan
rugi-laba, menunjukan jumlah atau persentase dari penjualan netto atau net sales yang
diserap tiap - tiap individu biaya dan persentase yang masih tersedia untuk income.
Oleh karena ituCommon Size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan
dalam hubungannya dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat
antara penjualan, harga pokok dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak
digunakan.
Dalam laporan persentase per komponen (Common Size statement) semua
komponen atau pos dihitung persentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih
meningkatkan atau menaikan mutu atau kualitas data maka masing-masing pos atau
komponen tersebut tidak hanya persentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung
persentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen
aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan persentasenya terhadap jumlah aktiva
lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.
4. Rasio
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan peruasahaan
membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
Jenis-jenis rasio likuiditas:
a. Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar
semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah
dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities
b. Quick Acid Ratio
Quick acid ratio adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar untuk
menutupi utang lancarnya. Yang termasuk ke dalam rasio lancar adalah aktiva lancar
yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas, termasuk di dalamnya akun kas,
surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar di muka, dan pendapatan yang
masih harus diterima.
Persediaan barang dagang tidak dihitung meskipun termasuk dalam aktiva
lancar, karena persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang sulit diubah menjadi
kas.
Quick acid ratio dapat dihitung dengan formula:
Quick Acid Ratio = Current Assets-Inventory
Current Liabilities
2. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
sekiranya perusahaan dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai
aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu
pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.
Syafri (2008:303) menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka
panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
a. Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi
antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Debt Ratio = Total Liabilities
Total Assets
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah
maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar
berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman semakin tinggi. Sebaliknya apabiladebt ratio semakin kecil maka hutang yang
dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin
baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari
jumlah hutang atau minimal sama.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis
aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan
yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva
tetap dan aktiva lainnya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut
akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
a. Inventory Turn Over
Perputaran persediaan adalah cara untuk mengetahui berapa kali dalam suatu
periode tertentu sebuah perusahaan menjual persediaannya. Perusahaan-perusahaan
menggunakan perputaran persediaan untuk menilai kemampuan mereka dalam
menghadapi persaingan, merencanakan laba usaha, dan secara umum mengetahui
seberapa baiknya mereka menjalankan kegiatan perusahaan mereka.
Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus :
Inventory Turn Over = Cost of Goods Sold
Average Inventory
b. Average days inventory
Average days inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata
persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut
:
Average days inventory = Average Inventory x 360
Cost of Goods Sold
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga
memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan
terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008:304).
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
a. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga
pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales.
Semakin besar gross profit marginsemakin baik keadaan operasi perusahaan, karena
hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin
kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
e. Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan total aktiva. Return on investmentadalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan
dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin,
2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on
investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh
perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment dihitung dengan rumus:
Return on Investment = Earning after Tax
Total Assets
f. Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak
dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam
perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan
(Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering
disebut rentabilitas usaha.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:
Return on Equity = Earning after tax
Stokeholder Equity
BAB III
PEMBAHASAN
A. Rasio Likuiditas
1. Current Ratio
Tahun 2012 = 340,54%
CR = 3,4:1 berarti bahwa jumlah harta lancar 3,4 kali jumlah hutang lancar. Jadi Rp 1
hutang lancar dijamin dengan Rp 3,4 aset lancar.
Current ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013
sekitar 56,61% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 56,43%. Penurunan
di tahun 2013 dipengaruhi oleh penurunan kas dan setara kas sekitar 23,29% dan
kenaikan hutang bank sebesar 185,83%. Kenaikan 2014 dipengaruhi oleh kenaikan kas
dan setara kas sebesar 32,82%, penurunan hutang bank sebesar 56,85% dan terlihat
penurunan pada total liabilitas jangka pendek sebesar 9,64% jika dilihat dari
persentase year to year change analysis.
Quick acid ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke
2013 sekitar 60,42% dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 42,54%.
Penurunan di tahun 2013 dipengaruhi karena besarnya kenaikan persediaan sebesar
44,34%. Kenaikan di tahun 2014 dipengaruhi oleh sedikitnya kenaikan persediaan
sebesar 1,21% dan besarnya kenaikan kas dan setara kas sebesar 32,82% jika dilihat
dari persentase year to year change analysis.
B. Rasio Solvabilitas
1. Debt Ratio
Tahun 2012 = 21,73%
DR = 0,22 berarti bahwa jumlah hutang 0,22 kali dari jumlah seluruh harta. Jadi harta
perusahaan bersumber 21,73% dari modal kreditur.
Debt to Equity Ratio PT KALBE FARMA Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke
2013 sekitar 5,36% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 6,56%.
Kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan total ekuitas sebesar 15,31% yang bersumber
terbesar dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yaitu 66,63%.
Penurunan dipengaruhi oleh penurunan total liabilitas sebesar 7,37% yang
dikarenakan penurunan terbesar bersumber dari hutang pihak ketiga yaitu turun
2,04% dan dari hutang bank turun 56,85% jika dilihat dari persentase year to year
change analysis.
C. RasioAktivitas
1. Inventory Turn Over
Tahun 2012 = 2,58 kali
Jadi perputaran persediaan dalam tahun 2012 yaitu 2,58 kali atau 3 kali.
Average day inventory PT KALBE FARMA Tbk. mengalami peningkatan dari tahun
2012 ke 2013 sekitar 21 hari dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 8
hari. Peningkatan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok penjualan
sebesar 17,18% yang dikarenakan terjadinya peningkatan pada penjualan yang besar
yaitu 17,5%. Peningkatan tahun 2014 juga dipengaruhi oleh kenaikan beban pokok
penjualan sebesar 6,85% dengan kenaikan penjualan yang baik pula yaitu 8,54% jika
dilihat dari persentase year to year change analysis.
D. Rasio Profitabilitas
1. Gross Profit Margin
Tahun 2012 = 47,91%
Artinya bahwa setiap Rp 1 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp
0,4791.
Operating profit margin PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012
ke 2013 sekitar 0,85% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 0,17%.
Penurunan tahun 2013 dipengaruhi oleh kenaikan yang signifikan dari beban
penjualan sebesar 18,38% dan kenaikan beban penelitian dan pengembangan sebesar
49,18% untuk peningkatan penjualan. Penurunan tahun 2014 dipengaruhi oleh
kenaikan beban penjualan yaitu 10,40% yang besar daripada penjualannya yang hanya
meningkat 8,54% jika dilihat dari persentase year to year change analysis.
Total assets turn over PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke
2013 sekitar 3,37% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,63%.
Penurunan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh penjualan yang kurang maksimal yang
terlihat hanya naik 17,5% sedangkan kenaikan aset mencapai 20,14%. Penurunan
tahun 2014 dipengaruhi oleh kenaikan penjualan yang kurang baik yaitu hanya 8,54%
dan juga kenaikan aset yang rendah juga yaitu 9,81% jika dilihat dari persentase year
to year change analysis.
5. Return on Investment
Tahun 2012 =18,85%
Artinya jadi setiap yang diinvestasikan oleh shareholder akan menghasilkan Rp 0,1885
dalam bentuk laba.
6. Return on Equity
Tahun 2012 = 24,08%
Artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari Rp 1 ekuitas yang
dipergunakan akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,2408.
Return on equity PT Kalbe Farma Tbk. mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2013
sekitar 0,9% dan pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 1,57%. Penurunan
dipengaruhi oleh peningkatan ekuitas perusahaan yaitu 15,31% namun tidak diikuti
dengan kenaikan pendapatan setelah pajak yang hanya 11,01%. Penurunan tahun 2014
juga dipengaruhi oleh kenaikan yang semakin baik dari ekuitas perusahaan yaitu
15,50% namun peningkatan pendapatan setelah pajak hanya 7,64% jika dilihat dari
persentase year to year change analysis.
BAB IV
PENUTUP
Setelah kami analisis laporan keuangan PT Kalbe Farma Tbk. kami dapat
menyimpulkan bahwa kondisi keuangannya cukup baik dan kondisi perusahaan dalam
keadaan sehat. Namun dilihat dari laporan laba rugi dan neraca kondisi perkembangan
tahun 2012 ke tahun 2013 lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan tahun 2013
ke tahun 2014.
LAMPIRAN
Tahun
RASIO Rumus
2012
1. Current
Rasio Likuiditas Current Assetes Rp 6,44
Ratio
Current Liabilities Rp 1,89
2. Quick Acid
Current Assets - Inventory Rp 4,32
Ratio
Current Liabilities Rp 1,89
Rasio 1. Debt
Total Liabilities Rp 2,04
Solvabilitas Ratio
Total Assets Rp 9,41
2. Debt To Equity
Total Liabilities Rp 2,04
Ratio
Total Equity Rp 7,37
3. Inventory Turn
Rasio Aktivitas Cost Of Goods Sold Rp 7,10
Over
Average Inventory Rp 2,75
7. Return on
Earning After Tax Rp 1,77
Equity
Stokeholders Equity Rp 7,37
IFRS dan konvergensi IFRS di Indonesia (BI-01-SS-12)
Pengertian IFRS
Konvergensi IFRS?
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami apakah
penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat yang
memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi
penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRS sebagaimana yang
diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri,
berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia
tidak dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan
komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah
tanggal neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia
melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sedang melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan
untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang
strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi
ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS
dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti
Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material sesuai
dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS
di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi
IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang
dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi,
menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara
global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Tujuan selanjutnya adalah memakmurkan nilai pemegang saham. Salah
satu alat yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuannya adalah laporan keuangan.
Semakin relevan dan handal suatu laporan keuangan yang dibuat, maka semakin besar
kecenderungan yang sejalan dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan
modalnya di perusahaan. Dengan begitu, profit telah dicapai dan kemakmuran nilai
pemegang saham juga telah terpenuhi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan keuangan tersebut
harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi diantaranya
berisi tentang aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian
suatu pos dalam laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan
keuangan antar perusahaan memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga
memudahkan pengguna untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan tersebut. Agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan
keuangan, standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh penyusun laporan keuangan
dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca.
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan
telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-
beda, ini dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-
masing negara tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan
persepsi akuntansi di setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi
Internasional yang lebih dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas
negara.
PEMBAHASAN
A. Konvergensi IFRS di Indonesia
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat
berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi
dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan
menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat
diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia
melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya
informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin
mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun
pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa
melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
1. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
1. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
1. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai
wajar.
1. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan
lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai
wajar.
3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet
approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan
sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan
kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe
dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman
mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat
dalam pembuatan keputusan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi
perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment. Selain keahlian teknis, akuntan
juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi standar (Carmona &
Trombetta, 2008).
Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang
dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut
memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting
Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara
auditor dan klien.
KESIMPULAN
Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh pengakuan
maksimal dari komunitas Internasional khusunya di mata investor global. Dengan
diadopsinya IFRS di Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara
akan semakin mudah. Dapat dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar
internasional akan meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://maiyasari.wordpress.com/2012/04/20/alasan-perlunya-konvergensi-ke-ifrs-21/,
http://madewahyudisubrata.blogspot.com/2012/11/ifrs-dan-konvergensi-ifrs-di-
indonesia.html
http://mahonakmohak.wordpress.com/2012/08/21/konvergensi-ifrs-dan-pengaruhnya-ke-
audit/