Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
dr. A.A Ayu Adisti Nina Yuniandari
dr. Kevin Anggakusuma Hendrawan
Pendamping :
dr. Erwin Berthaningrum
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
WAHANA KABUPATEN SIDOARJO
PUSKESMAS TAMAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan MINI
PROJECT PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN PESERTA PROLANIS
TERHADAP DIET PADA DIABETES MELLITUS SEBELUM DAN SESUDAH
PENYULUHAN DIET PADA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS TAMAN
KABUPATEN SIDOARJO.
Laporan ini disusun dengan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik
responden maupun petugas di UPT Puskesmas Taman Sidoarjo. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pelaksanaan kegiatan mini project ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik. Akhir kata, penulis
berharap semoga laporan ini dapat menjadi masukkan yang baik untuk kemajuan
pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Taman Sidoarjo.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN
MINI PROJECT
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Taman
Kabupaten Sidoarjo
Disusun Oleh :
dr. A. A. Ayu Adisti Nina Yuniandari
dr. Kevin Anggakusuma Hendrawan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
3.3 Sasaran ............................................................................................................. 23
3.4 Waktu dan Tempat ........................................................................................... 23
3.5 Alur Pelaksanaan Mini Project ........................................................................ 24
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 24
LAMPIRAN .............................................................................................................. 37
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk penduduk usia diatas 15
tahun sebesar 6,9%. (Kemenkes RI, 2013).
2
Salah satu upaya yang mempunyai peran utama adalah pengendalian lipid,
tekanan darah dan kadar gula darah melalui edukasi tentang gaya hidup sehat,
konsumsi gizi seimbang serta memelihara berat badan ideal, hindari hidup stress,
tidur yang cukup dan hidup aktif berolahraga serta tidak merokok. Upaya kuratif
yang mahal seperti perawatan intensif, tidak besar peranannya terhadap penurunan
mortalitas dalam populasi (Soegondo S, 2011).
Berdasarkan data-data di atas, kami melakukan miniporject ini untuk
mengetahui perbedaan tingkat pengetehuan masyarakat yang diwakili oleh peserta
prolanis terhadap diet pada diabetes mellitus sebelum dan sesudah diberikannya
penyuluhan. Diharapkan melalui penyuluhan yang baik, tingkat pengetahuan
masyarakat dapat meningkat sehingga membantu mencegah perburukan dan
bertambahnya penderita diabetes mellitus di masyarakat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan peserta prolanis di Puskesmas
Taman Sidoarjo terhadap diet pada diabetes mellitus sebelum dan sesudah
penyuluhan diet diabetes mellitus.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Memberikan penyuluhan mengenai diet pada diabetes mellitus bagi peserta
prolanis di Puskesmas Taman Sidoarjo
• Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan peserta prolanis tentang diet
pada diabetes mellitus mendapat penyuluhan mengenai diet pada DM.
• Mengetahui gambaran tingkat pengetahun peserta prolanis tentang diet pada
diabetes mellitus sesudah mendapat penyuluhan mengenai diet pada DM.
• Menganalisi peran penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan peserta
prolanis tentang diet pada diabetes mellitus.
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Program Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi mengenai intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya
promotif dan preventif pada penyakit diabetes mellitus.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memeberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai diabetes mellitus dan
terutama mengenai diet pada penderita diabetes mellitus sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita DM dan membantu mencegah terjadinya
diabetes mellitus yang diakibatkan oleh pola makan yang salah.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai panduan dalam melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks
sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat serta memberikan bahan
referensi tambahan mengenai intervensi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai diet pada DM.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, 2003:121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003).
Tingkat pengetahuan dalam dominan kognitif menurut Notoatmojo (2003)
mempunyai 6 tingkat yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dapat dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat meninterprestasikan materi tersebut
dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan
5
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
6
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam; Pariani,
2003).
4. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan
kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi N, 1998).
5. IQ / Intelegensi
Menurut Abu Ahmadi (2000) semakin tinggi IQ seseorang maka orang
tersebut akan semakin cerdas.
6. Informasi
Pengetahuan juga dapat diperoleh dari informasi-informasi yang diterima
baik melalui poster maupun dalam bentuk penyuluhan.
7
3. Pengalaman Seseorang
Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan
pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan
bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan
membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola penalaran
manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai keterbatasan
pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk
membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman
seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.
4. Trial dan Error
Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita
dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun
pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien.
Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi, penyelesaiannya
untuk beberapa hal mungkin “idiosentris”.
5. Alasan yang Logis
Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang
logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan
ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas
alasan deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang memulai, dan
alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi
permasalahan.
6. Metode Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu
kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis
serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada
prinsip validitas dan reliabilitas (Nursalam, 2003).
8
2.2 DIABETES MELLITUS
2.2.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. (Perkeni, 2015)
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2011 dan ADA 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Diabetes Melitus Tipe 1
2. Diabetes Melitus Tipe 2
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Akibat defek genetik fungsi sel beta
b. Akibat defek genetik kerja insulin
c. Akibat penyakit eksokrin pankreas
d. Karena obat
e. Akibat kelainan imunologi
f. Akibat sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes Melitus Gestasional
9
2.2.4 Gejala Klinis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di
bawah ini (Perkeni, 2015) :
a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis Diabetes Mellitus ditegakkan jika (Perkeni, 2015 & ADA, 2012) :
a. Adanya gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥ 200
mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir, atau
b. Adanya gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL
(7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam, atau
c. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L).
TTGO yang dilakukan harus sesuai standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air, atau
d. Kadar HbA1c ≥ 6.5%, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang
telah terstandarisasi dengan baik.
Gambar 2.1 Kadar Glukosa darah untuk mendiagnosis Diabetes Mellitus (ADA, 2010)
10
Gambar 2.2 Alur Diagnosa Diabetes Mellitus (Perkeni, 2015)
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. (Perkeni, 2015).
11
Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal
dibutuhkan perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan
keluarga untuk pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat
terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari
dokter, ahli gizi, perawat, dan tenaga kesehatan lain. (Kariadi, 2009).
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani
pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:
a. Mengikuti pola makan sehat.
b. Meningkatkan kegiatan jasmani.
c. Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus
secara aman dan teratur.
d. Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan data yang ada.
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan
sakit akut dengan tepat
g. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan
mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta
mengajak keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes
h. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi
edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan. Edukasi yang
diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang (Darmono, 2010):
Materi edukasi pada tingkat awal adalah:
• Materi tentang perjalanan penyakit DM
• Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan
• Penyulit DM dan risikonya
• Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target pengobatan
12
• Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik
oral atau insulin serta obat-obatan lain
• Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia)
• Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau
hipoglikemia
• Pentingnya latihan jasmani yang teratur
• Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada kehamilan)
• Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan dan pentingnya
perawatan kaki
Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah :
• Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
• Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
• Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
• Makan di luar rumah
• Rencana untuk kegiatan khusus
• Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
• Pemeliharaan/perawatan kaki
Edukasi dapat dilakukan secara individual dengan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah. Seperti halnya dengan proses edukasi, perubahan
perilaku memerlukan perencanaan yang baik, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi.
13
Gambar 2.3 Algoritma Pilar penatalaksanaan DM Tipe 2 (Perkeni, 2015)
14
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat
dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-
malasan. Hasil penelitian menyebutkan penurunan berat badan disertai
latihan jasmani akan mengurangi dan mencegah timbulnya penyakit DM
sebanyak 5-10% (Soegondo S, 2011).
4. Intervensi/terapi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat
hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Terapi farmakologis
diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat). (Inzucchi et al, 2012).
Rekomendasi ADA untuk penggunaan OHO pada tahun 2012,
menyebutkan:
a. Saat seseorang didiagnosis dengan DM Tipe 2, maka terapi
metformin sebagai inisiasi harus diberikan bersamaan dengan
intervensi perubahan gaya hidup, kecuali terdapat kontraindikasi
penggunaan metformin pada pasien. (A)
b. Pada pasien yang baru didiagnosa DM Tipe 2, yang ditandai dengan
gejala dan/atau peningkatan kadar glukosa plasma atau kadar A1C,
harus dipikirkan terapi insulin , dengan atau tanpa obat tambahan dari
luar (E)
c. Jika monoterapi noninsulin pada dosis maksimal yang dapat
ditoleransi tidak dapat menurunkan target A1c selama lebih dari 3 – 6
bulan, harus ditambahkan obat hipoglikemik jenis kedua, agonis
reseptor GLP 1, atau insulin. (E)
5. Sesuai rekomendasi ADA, bahwa dimulainya intervensi dini saat pasien
didiagnosa DM Tipe 2, yakni kombinasi metformin dan perubahan gaya
15
hidup (MNT dan aktivitas fisik) serta kombinasi dengan OHO jenis lain
maupun insulin sebagai cara untuk memenuhi target kontrol kadar glikemik
(HbA1c 7%) dan mempertahankannya. Jika target A1C tidak tercapai, maka
dipikirkan untuk dilakukannya terapi intensif yakni dengan penambahan
OHO dari kelas yang berbeda. Analisa metadata menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, penambahan setiap kelas OHO ke dalam terapi inisial dapat
menurunkan A1c sekitar 0.9 – 1.1% (ADA, 2013).
Gambar 2.4 Gambar algoritme penggunaan OHO bagi penderita DM Tipe 2 (Perkeni,2011)
16
memiliki penyakit hipertensi diperbolehkan mengkonsumsi garam sekitar
2500 mikrogram perhari. Pengurangan asupan garam di mulai dari makanan
yang sering di konsumsi sehari-hari.
2. Turunkan berat badan (pada pasien yang obesitas dan overweight)
Cara-cara menurunkan berat badan pada pasien hipertensi yang obesitas dan
overweight yaitu dengan :
a. Makan secara teratur dan kurangi porsi makan
b. Kurangi makan-makanan yang berlemak, gurih dan manis seperti
daging berlemak, es krim, coklat, madu, sirup, minuman beralkohol
dan ikan asin.
c. Batasi makan-makanan yang mengenyangkan diluar jam makan
seperti lontong, ketan, mie, roti dan biskuit.
3. Makan-makanan dengan gizi seimbang
Makanan-makanan dengan gizi seimbang adalah semua makanan seperti
karbohidrat, lemak, protein hewani dan protein nabati dalam jumlah yang
cukup dan tidak berlebihan. Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan
makan-makanan yang sangat dianjurkan.
17
Gambar 2.5 Piramida Diet Diabetes
18
2. Lemak
• Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
• Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
• Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
• Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole
milk).
• Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
3. Protein
• Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
• Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe.
• Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai
biologik tinggi.
4. Natrium
• Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran
untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mcg atau sama dengan 6-7
gram (1 sendok teh) garam dapur.
• Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mcg.
• Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5. Serat
• Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin, mineral,
serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
• Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
19
6. Pemanis alternatif
• Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.
Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
• Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
• Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
• Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek
samping pada lemak darah.
• Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain aspartam,
sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
• Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted
Daily Intake / ADI)
Kebutuhan kalori
Terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain lain. Perhitungan
berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut:
• Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
• Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
• BB Normal : BB ideal ± 10 %
• Kurus : < BBI - 10 %
• Gemuk: > BBI + 10 %
• Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
berat badan (kg)
IMT =
tinggi badan (m) 2
Klasifikasi IMT :
• BB Kurang < 18,5 kg/m2
20
• BB Normal 18,5-22,9 kg/m2
• BB Lebih ≥ 23,0 kg/m2
ü Dengan risiko 23,0-24,9 kg/m2
ü Obes I 25,0-29,9 kg/m2
ü Obes II > 30 kg/m2
( Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining
Obesity and its Treatment).
21
yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit
penyertanya (Kariadi 2009 & Perkeni 2011).
Beberapa contoh metode lain yang digunakan dalam pengaturan diet diabetes:
a. Metode model piring (plate model) yaitu 1 piring dibagi 4 kuadran setara porsi
telapak tangan. Sayur dan buah sebanyak 2 telapak tangan, nasi 1 porsi telapak
tangan, daging/tahu/tempe 1 porsi telapak tangan.
22
BAB III
METODE
3.3. Sasaran
Peserta prolanis yang hadir mengikuti kegiatan penyuluhan rutin pada tanggal 28
April 2018 di Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo.
23
3.5. Alur Pelaksanaan Mini-Project
Alur kerja dari project ini digambarkan dalam Gambar 3.1 di bawah ini.
Populasi Project
Sampel Project
Pengumpulan data kuesioner
post-test
24
BAB IV
HASIL
25
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Taman
26
tahun, 7,74 % penduduk umur 10 – 14 tahun, 51,72 % penduduk umur 15-44 tahun,
19,50 % penduduk umur 45-64 tahun, dan 4,37% penduduk umur 65 tahun keatas.
Berdasarkan melek huruf dan ijazah tertinggi yang diperoleh, persentase penduduk
wilayah kerja Puskesmas Taman terdiri dari sebesar 15% lulusan tingkat SD/MI,
15,65% lulusan tingkat SMP/MTs, 24,94% lulusan tingkat SMA/MA, 6,28%
lulusan tingkat Diploma I/II, 3,53% lulusan tingkat Akademi/Diploma III, lulusan
Universitas/Diploma IV sebesar 0,44%.
1 Dokter 8
2 Dokter Gigi 2
3 SKM/Ka.Sub.Bag. TU 1
4 Perawat 27
5 Bidan PN/PTT 17
6 Petugas Gizi 2
7 Sanitarian 1
8 Analis Laboratorium 3
9 Perawat Gigi 2
10 Assisten Apoteker 3
11 Refraksionist 1
12 Pekarya 4
13 Juru Imunisasi 1
14 Administrasi 15
Sopir, Penjaga, Petugas Kebersihan,
15 8
Pramusaji dll
94
27
HASIL PENELITIAN
4.5. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April 2018 di Puskesmas Taman pada
program rutin Senam Prolanis Puskesmas Taman. Jumlah sampel/responden yang
diperoleh sebanyak 41 responden. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan
pengukuran menggunakan kuesioner pretest dan posttest yang diisi langsung oleh
responden.
Laki-laki 6 14,6%
Perempuan 35 85,4%
Total 41 100%
SMA 22 53,7%
SMP 8 19,5%
SD 5 12,2%
TIdak Sekolah 2 4,9%
Total 41 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan terakhir SMA (53,7%) dan diikuti oleh jenjang pendidikan SMP
(19,5%), SD (12,2%), Perguruan Tinggi (9,8%), serta 2 orang (4,9%) responden tidak
sekolah.
28
Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Diagnosis Menderita Diabetes Mellitus
Tidak 29 70,7%
Ya 12 29,3%
Total 41 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 41 responden terdapat 12 orang
(29,3%) yang terdiagnosis menderita Diabetes Mellitus sedangkan sisanya tidak pernah
didiagnosis menderita diabetes melitus.
Tabel 4.5 Distribusi Responden yang menderita Diabetes Mellitus berdasarkan lama sejak
terdiagnosis DM
Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 12 orang responden yang menderita
diabetes melitus terdapat sebanyak 3 responden (25%) yang terdiagnosis < 1 tahun, 5
responden (41,7%) telah didiagnosis dalam rentang 1 – 10 tahun, dan sisanya 4
responden (33,3%) telah terdiagnosis DM lebih dari 10 tahun.
Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Pernah/Tidak Menerima Informasi mengenai Diet
pada Diabetes Mellitus
Jumlah Persentase
Pernah 25 61%
Total 41 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 25 responden (61%) yang pernah
memperoleh informasi mengenai diet pada DM dan sisanya sebanyak 16 responden
(39%) belum pernah menerima informasi mengenai diet pada DM.
29
Tabel 4.7 Distribusi Responden yang pernah mendapat informasi mengenai diet pada diabetes
mellitus berdasarkan sumber informasi
Jumlah Persentase
Keluarga 1 4,0%
Media Elektronik 1 4%
Media Cetak 0 0%
Total 25 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 25 orang responden pernah
menerima informasi mengenai diet pada DM, sebagian besar (92%) memperoleh
informasi tersebut dari tenaga kesehatan.
Baik 15 36,6%
Cukup 22 53,7%
Kurang 4 9,8%
Total 41 100%
30
4.8. Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Diet pada Diabetes Mellitus
Setelah Pemberian Penyuluhan
Tabel 4.9 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Post-Test
Baik 24 58,5%
Cukup 17 41,5%
Kurang 0 0%
Total 41 100%
31
Tabel 4.11 Hasil Analisis Korelasi antara nilai Pre-Test dan Post-Test
Korelasi Sig. (p)
Skor Pre-Test dan 0.483 0.001
Post-Test
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor pre-test dan post-test memiliki korelasi
yang kuat dengan nilai r=0.482 dan p=0.001.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Paired T-Test antara nilai Pre-Test dan Post-Test
Paired Differences
Std. Confidence
Std. p (2-
Mean Error Interval 95% t df
Deviation tailed)
Mean Lower Upper
Skor Pre-
Test dan -0.9 1,43 0.22 -1.35 -0.45 -4.40 40 .000
Post-Test
32
BAB V
PEMBAHASAN
Diet pada diabetes mellitus merupakan salah satu upaya non-farmakologis yang
bukan hanya berperan baik bagi penderita diabetes mellitus melainkan juga baik dalam
pencegahan terjadinya diabetes mellitus. Dengan diet yang baik diharapkan penderita
diabetes mellitus dapat mengontrol kadar gula darahnya bersama dengan terapi
farmakologis serta masyarakat yang belum menderita diabetes mellitus dapat
melakukan upaya preventif agar tidak menderita diabetes mellitus.
Upaya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap diet pada diabetes mellitus
dapat dilakukan dengan berbagai upaya yang salah satunya adalah pemberian
penyuluhan. Efektivitas pemberian penyuluhan salah satunya dapat diukur berdasarkan
peningkatan pengetahuan dari peserta penyuluhan. Dalam miniproject ini, dilakukan
pengukuran tingkat pengetahuan responden dengan alat ukur kuesioner yang diberikan
sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan untuk dapat dibandingkan hasilnya.
Berdasarkan hasil yang telah dianalisis secara statistik, terdapat peningkatan
pada tingkat pengetahuan responden tentang diet pada diabetes mellitus. Hal ini terlihat
dari peningkatan rerata skor, yaitu pada pre-test sebesar 10,78 menjadi 11,68 pada post-
test. Peningkatan ini berdasarkan uji statistik memiliki perbedaan yang signifikan
(p=0.000) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan memiliki peran
yang baik dalam peningkatan pengetahuan responden. Berdasarkan data ini, dapat
disimpulkan bahwa pemberian penyuluhan dapat memberikan dampak positif pada
peningkatan pengetahuan dan pemahaman responden.
Berdasarkan hal tersebut diusulkan bagi petugas kesehatan di puskesmas untuk
dapat mengadakan kegiatan penyuluhan rutin dengan sasaran kegiatan yang diperluas
agar program promotif dan preventif dalam penanggulangan diabetes mellitus dapat
berdampak baik.
33
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Tingkat pengetahuan responden terhadap diet pada diabetes mellitus
sebelum diberikannya penyuluhan mengenai diet pada diabetes mellitus
adalah 36,6% kategori baik, 53,7% kategori cukup dan 36,6% kategori
kurang.
6.1.2 Tingkat pengetahuan responden terhadap diet pada diabetes mellitus
setelah diberikannya penyuluhan mengenai diet pada diabetes mellitus
adalah 58,5% kategori baik dan 41,5% kategori cukup.
6.1.3 Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan responden setelah
diadakan penyuluhan mayoritas responden mengalami peningkatan
tingkat pengetahuan mengenai diet pada diabetes mellitus.
6.1.4 Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai pre-test
dan post-test tingkat pengetahuan responden tentang diet pada diabetes
mellitus.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Responden
Mini project ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai diet pada diabetes mellitus
sehingga responden dapat menularkan ilmunya kepada masyarakat dan
turut serta membantu upaya promotif dan preventif terhadap
penanggulangan diabetes mellitus.
6.2.2 Bagi Puskesmas
Diharapkan penyuluhan mengenai diet pada diabetes mellitus dapat
dijadikan program rutin dan dapat diberikan kepada kader-kader
kesehatan puskesmas agar dapat lebih banyak mencakup masyarakat di
wilayah kerja puskesmas.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Perkeni 2011: Meningkatkan Efikasi Terapi Diabetes Melitus Tipe 2 at :
http://www.perkeni.org/?page=buletin.detail&id=128.Accesed on : June 21st,
2012
Pramono LA, Setiati S, Soewondo P, Subekti I, Adisasmita A, Kodim N, Sutrisna B.
Prevalence and Predictors of Undiagnosed Diabetes Mellitus inn Indonesia. Acta
Med Indones. 2010 Oct;42(4): 216-23.
Robertson C. 2011. Incretin-Related Therapies in Type 2 Diabetes: A Practical
Overview. J Diabetes Spectrum Vol 24 No.1:26-35
Schernthaner G, Barnett AH, Betteridge DJ, Carmena R, Ceriello A, Charbonnel B,et
al., 2010. For Debate : Is The ADA/EASD Algorithm for The Management of Type
2 Diabetes (January 2009) based on Evidence or Opinion? A Critical Analysis. J
Diabetologia 53:1258–1269.
Soegondo S. 2011. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam: Sudoyo
AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid 3 . Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi II
cetakan ke-7. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
The National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health,
Republic of Indonesia (KEMENKES RI) 2008. Report on result of National Basic
Health research (RISKESDAS) 2007.
Waspadji, dkk. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2004.
Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes : estimates
for the year 2000 and projections for 2030. J Diabetes Care 27:1047–1053, 2004
Ziegler D. Diabetic Peripheral Neuropathy And Neuropathy Pain Management. J
Diabetes Care 2009 : 31 (Suppl.2)
36
Lampiran 1
DATA DEMOGRAFI
Nama Inisial : ………………………
Umur : ……………………....
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
1. Pendidikan terakhir
( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SMP
( ) SMA ( ) Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan
( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) Buruh ( ) lainnya, sebutkan……
DATA KUESIONER
1. Apakah anda pernah didiagnosis oleh dokter menderita diabetes mellitus
(kencing manis)?
( ) Ya ( ) Tidak
Bila Ya, berapa lama anda telah menderita diabetes mellitus?
( ) ≤ 1 tahun ( ) 1 – 10 tahun ( ) ≥ 10 tahun
37
KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA
DIABETES MELLITUS
38
Lampiran 2
Foto Kegiatan Penyuluhan Diet pada Diabetes Mellitus
39