discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/42362712
CITATION READS
1 9,910
1 author:
Dwi Suryanto
University of Sumatera Utara
45 PUBLICATIONS 77 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Utilizaton bacterial isolates and their enzymes in reducing and converting agricultural waste to
usefull product View project
All content following this page was uploaded by Dwi Suryanto on 04 October 2014.
Daftar Isi
2. Modifikasi Serat Ijuk dengan Radiasi Sinar- γ Suatu Studi untuk Perisai
Radiasi Nuklir
Mimpin Sitepu..................................................................................................... 4–9
4. Studi Minyak Sawit Mentah yang Terdapat pada Limbah Padat sebagai Akibat
Proses Pemucatan
Emma Zaidar Nasution ...................................................................................... 17–19
5. Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin yang Diisolasi dari Bonggol Nanas Serta
Imobilisasi Menggunakan Kappa Karagenan
Firman Sebayang ................................................................................................ 20–26
6. Pengaruh Waktu Irradiasi dan Laju Alir terhadap Degradasi Fotokatalitik Larutan
Asam Benzoat dengan Titanium Dioksida (TiO2) sebagai Katalis
Darwin Yunus Nasution ..................................................................................... 27–30
9. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi
Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan Standar Mutu Pakan Ikan
Emma Zaidar Nasution ...................................................................................... 40–45
i
JURNAL
SAINS KIMIA
(JOURNAL OF CHEMICAL SCIENCE)
Volume: 10, Nomor: 1, 2006 ISSN: 1410 – 5152
Kepada para mitra bestari Jurnal Sains Kimia yang telah mengevaluasi artikel-artikel Jurnal
Sains Kimia Volume 10 Nomor 1 Tahun 2006, kami mengucapkan banyak terima kasih:
ii
Etanolisis Minyak Dedak Padi yang Diesktraksi Secara Perendaman
(Cut Fatimah Zuhra)
Abstrak
Etil ester asam lemak minyak padi dapat dihasilkan melalui etanolisis minyak dedak padi dengan katalis kalium
hidroksida menggunakan bantuan pengadukan mekanik berkecepatan 3000 rpm pada suhu kamar. Hasil dari
etanolisis minyak dedak padi ini sebanyak 92,90% dan hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa minyak dedak
padi mengandung asam oleat (42,87%), asam linoleat (27,48%), asam palmitat (27,94%) dan asam stearat
(1,712%).
1
Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.1, 2006: 1–3
O O
R1 R1 CH3
O O
O KOH
R2 HO R
O + CH3
O
R3
O
2
Etanolisis Minyak Dedak Padi yang Diesktraksi Secara Perendaman
(Cut Fatimah Zuhra)
Pada reaksi ini digunakan katalis basa Standard Nasional Indonesia, 1997, SNI 01-3178-
karena apabila dikatalisis oleh basa, reaksi 1996/Ref. 92, Dewan Standardisasi Nasional
DSN,Jakarta.
dapat berlangsung lebih cepat daripada Suparyono, dan A. Setyono, 1997, Mengatasi
yang dikatalisis oleh asam. Selain itu Permasalahan Budi Daya Padi. Penebar
katalis asam lebih bersifat korosif daripada Swadaya, Jakarta, 104–106.
katalis basa.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.1, 2006: 4–9
Abstrak
Telah dilakukan modifikasi serat ijuk dengan sinar γ (Co–60) dengan lama radiasi yang berbeda. Perbedaan
lama radiasi menyebabkan perubahan derajat kristalinitas serat ijuk. Serat ijuk yang dimodifikasi dipergunakan
sebagai penguat pada papan komposit serat ijuk dengan matriks resin poliester. Papan ini dipergunakan sebagai
perisai terhadap radiasi nuklir.
Orientasi serat yang berbeda dan modifikasi serat ijuk pada papan komposit tidak mempengaruhi daya serapnya
terhadap radiasi nuklir sinar β dan sinar γ.
Fraksi berat serat mempengaruhi koefisien serapan papan ijuk terhadap sinar β dan sinar γ. Dengan fraksi berat
40% koefisien serapan papan ijuk terhadap sinar β lebih tinggi daripada aluminium.
Kata kunci: Serat Ijuk, Papan Komposit, Perisai Radiasi, Koefisien Serapan.
4
Modifikasi Serat Ijuk dengan Radiasi Sinar-γ Suatu Studi untuk Perisai Radiasi Nuklir
(Mimpin Sitepu, Evi Christiani S., Manis Sembiring, Diana Barus, Sudiati)
Setelah kering kemudian direndam di dalam menunjukkan bahwa akibat radiasi sinar γ
alkohol 80% selama 1 jam dan kemudian telah terjadi penataan rantai molekul serat ijuk
disoklatisasi dengan larutan NaOH 0,5 M sehingga jumlah bidang yang mendifraksikan
selama 1 jam. Serat ijuk yang telah berkas sinar γ bertambah, sehingga derajat
dibersihkan ini lalu dibagi menjadi 4 kristalinitasnya bertambah dan sifat
bagian, satu bagian sebagai pembanding dan mekanismenya bertambah besar.
tiga bagian lagi diradiasi dengan sinar γ dari Gambar 2a, b, c, dan d menunjukkan
sumber radioaktif Co-60 dengan aktivitas 74 grafik antara cacah dan tebal papan komposit
kBq, masing-masing selama satu minggu, dua untuk papan komposit yang diperkuat dengan
minggu, dan tiga minggu, kemudian keempat serat ijuk yang dimodifikasi dengan sinar γ
bagian ini masing-masing dianalisa pola diradiasi dan yang tidak dimodifikasi. Dari
difraksinya dengan XRD, dicetak menjadi grafik terlihat bahwa modifikasi serat ijuk
papan komposit. Masing-masing dengan arah pada papan komposit tidak mempengaruhi
acak dan 0/90o dengan fraksi berat 20%, 40%, daya serapnya, terhadap radiasi sinar β dan
dan 60%. Pencetakan dilakukan pada cetakan sinar γ baik untuk orientasi serat acak dan
dengan ukuran 20x20 cm, dan untuk 0/90o.
mendapatkan ketebalan sampel 2,5 mm di Papan komposit serat ijuk dengan
antara cetakan bagian atas dan bawah orientasi serat yang berbeda dan serat ijuk
diletakkan lempeng besi setebal 2,5 mm di yang dimodifikasi tidak mempengaruhi daya
setiap sudutnya. Kemudian ditekan dengan serapnya terhadap radiasi sinar β dan γ, hal ini
tekanan 50 kN/cm2 selama 2 jam dengan suhu disebabkan karena efek pelemahan radiasi
60oC. Resin yang dipergunakan adalah resin sinar β dan γ terhadap atom/molekul
polyester tak jenuh. penyerapnya hanyalah proses hamburan dan
Pengukuran koefisien serapan masing- ionisasi.
masing papan komposit ini dilakukan dengan Proses pelemahan ini tidak dipengaruhi
radiasi β dari unsur radioaktif Sr-90 oleh kuat/lemahnya adhesi antara serat
dengan aktivitas 74 kBq, dan radiasi γ dari dengan matriksnya tetapi oleh energi yang
unsur radioaktif Co-60 dengan aktivitas 74 diserap oleh atom/molekul penyerapnya.
kBq. Alat pengesan radiasi dipergunakan Oleh karena serapan papan komposit serat
detektor G-M dan pencacah (rate mater) ijuk terhadap radiasi sinar β dan γ tidak
Philips Harris. Pencacahan dilakukan dengan dipengaruhi oleh orientasi dan modifikasi
memvariasikan tebal papan komposit, serat, maka grafik pengujian cacah dengan
sehingga akan diperoleh data hubungan antara tebal sampel yang ditunjukkan hanya untuk
tebal dan cacah. serat ijuk yang tidak dimodifikasi dengan arah
acak dan fraksi berat serat yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3a, b, menunjukkan grafik antara
cacah dan tebal sampel dengan fraksi berat
Gambar 1a, b, c, dan d menunjukkan serat yang berbeda untuk sinar β dan sinar γ.
grafik pola difraksi serat ijuk yang diradiasi Dari grafik terlihat bahwa daya serap
dengan sinar γ dengan waktu radiasi yang papan komposit serat ijuk dipengaruhi oleh
berbeda. fraksi berat serat ijuknya. Semakin besar
Dari pola difraksi terlihat bahwa struktur fraksi berat serat ijuk maka semakin banyak
serat ijuk tidak berubah walaupun telah atom/molekul yang terhambur dan terionisasi
diradiasi dengan sinar γ dengan waktu 1, 2, sehingga energi berkas sinar β dan γ akan
dan 3 minggu. Pola difraksi menunjukkan semakin kecil.
bahwa telah terjadi perubahan intensitas pada
bidang difraksi akibat diradiasi. Ini
5
Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.1, 2006: 4–9
1a. 1b.
1c.
1d.
6
Modifikasi Serat Ijuk dengan Radiasi Sinar-γ Suatu Studi untuk Perisai Radiasi Nuklir
(Mimpin Sitepu, Evi Christiani S., Manis Sembiring, Diana Barus, Sudiati)
Gambar 2. Grafik Cacah vs Tebal Papan Komposit dengan Fraksi Berat Serat 40%
◊ Non Radiasi
radiasi 1 minggu
∆ radiasi 2 minggu
x radiasi 3 minggu
7
Jurnal Sains Kimia
Vol. 10, No.1, 2006: 4–9
Tabel 1. Koefisien Serapan Papan Komposit Serat Ijuk terhadap Sinar β dan Sinar γ
8
Modifikasi Serat Ijuk dengan Radiasi Sinar-γ Suatu Studi untuk Perisai Radiasi Nuklir
(Mimpin Sitepu, Evi Christiani S., Manis Sembiring, Diana Barus, Sudiati)
DAFTAR PUSTAKA
9
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 10–16
Abstrak
Membran kompleks polielektrolit alginat-kitosan dapat dibuat melalui pencampuran larutan natrium alginat dan
kitosan pada pH 5,28. Membran yang dihasilkan dikarakterisasi sifat difusinya terhadap urea, natrium salisilat
dan albumin, SEM, uji pengembangan, uji tarik serta analisis spektroskopi FT-IR nya. Urea dan natrium salisilat
dapat melewati membran, sementara albumin sama sekali tidak dapat melewati membran tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada saat waktu difusi 180 menit, sifat difusi membran alginat-kitosan terhadap
zat dengan berat molekul yang berbeda adalah: untuk urea sebesar 460,529 mcg/ml, untuk Na salisilat sebesar
25,658 mcg/ml sedangkan untuk albumin 0 mcg/ml (tidak terdifusi). Hasil analisis spektroskopi FT-IR
menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi antara alginat dengan kitosan akan tetapi hanya interaksi. Berdasarkan
penelitian ini, membran kitosan-alginat berpotensi untuk digunakan sebagai membran hemodialisa.
10
Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat Kitosan
(Jamaran Kaban, Hakim Bangun, Asteria K. Dawolo, Daniel)
11
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 10–16
12
Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat Kitosan
(Jamaran Kaban, Hakim Bangun, Asteria K. Dawolo, Daniel)
Tabel 1. Data Konsentrasi Zat yang Terdifusi Fluks Zat yang Terdifusi
Melalui Membran Alginat Kitosan Dari data pada tabel dan kurva terlihat
Persatuan Waktu
bahwa jumlah molekul urea yang melewati
Waktu Konsentrasi (mcg/ml) penampang melintang membran alginat-
(menit) Urea Na Albumin kitosan per satuan waktu lebih banyak
Salisilat dibanding Na salisilat
0 0.000 0.000 0.000
1 157.112 7.895 0.000 Tabel 2. Data Konsentrasi Zat yang Terdifusi
3 161.268 8..333 0.000 Melalui Membran Alginat Kitosan
5 173.738 8.772 0.000 Persatuan Waktu
10 182.050 10.088 0.000
15 194.520 10.526 0.000 Waktu Fluks zat (mcg.cm-2.s-1)
30 206.989 12.719 0.000 (menit) Urea Na Salisilat
45 248.553 15.132 0.000 0 0.000 0.000
60 273.491 16.228 0.000
1 2.316 0.116
90 327.524 19.079 0.000
3 0.793 0.041
120 373.245 21.711 0.000
5 0.512 0.026
150 406.496 23.465 0.000
180 460.529 25.658 0.000 10 0.268 0.015
15 0.191 0.010
30 0.102 0.006
45 0.081 0.005
500
450
60 0.067 0.004
90 0.054 0.003
Konsentrasi (mcg/ml)
400
350
300
250 120 0.046 0.003
150 0.040 0.002
200
150
100
50 180 0.038 0.002
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
Waktu (menit)
Membran alginat kitosan dapat
Urea Na salisilat Albumin
mengalami pengembangan dalam air
seperti pada Tabel 3.
Grafik 1. Perbandingan Penetrasi Beberapa
Penentran Melalui Membran Alginat Uji Kekuatan Tarik
Kitosan Persatuan Waktu Pengujian kekuatan tarik membran
dilakukan pada suhu kamar, dengan
Data tabel dan grafik di atas, berat beban 100 kgf dan kecepatan
menunjukkan bahwa jumlah urea yang 10 mm/menit. Kekuatan tarik membran
terdifusi pada selang waktu tertentu dapat dilihat dari nilai load dan stroke yang
melalui membran alginat-kitosan, lebih dimilikinya. Nilai Load (kgf) menyatakan
banyak dari Na-salisilat, sedangkan kekuatan tarik pada saat putus, sedangkan
albumin sama sekali tidak bisa melewati stroke (mm/menit) menunjukkan kekuatan
membran. regangan pada saat putus. Nilai load dan
stroke biasanya berbanding terbalik.
13
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 10–16
Tabel 4: Data Kekuatan Tarik (Load), Kekuatan Regangan (Stroke), dan Persentase Pertambahan Panjang
Membran Alginat Kitosan
Dari data pada tabel di atas, berbeda muatan inilah yang menyebabkan
disimpulkan bahwa membran alginat bisa terbentuknya ikatan garam yang baru.
kitosan cukup elastis karena tidak mudah Setelah mengalami difusi, membran
putus walaupun mempunyai kekuatan tarik alginat kitosan mengalami pengerutan
yang lemah. (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa
membran hanya mengalami perubahan
Pembahasan fisika, tidak mengalami perubahan struktur
Dari berbagai perbandingan massa Na dan reaksi kimia dengan zat yang terdifusi.
alginat dan kitosan yang digunakan:
(0,5:1), (1:1), (1:0,5), ternyata hanya Difusi Zat Melalui Membran Alginat
perbandingan 1:1 yang dapat membentuk Kitosan
membran. Kemungkinan pada perbandingan Berhubung tujuan penelitian ini hanya
ini, terjadi interaksi ionik antara gugus untuk melihat terjadinya difusi zat tertentu
NH3+ dari kitosan dan COO- dari alginat atau tidak, maka waktu yang digunakan
paling banyak, sedangkan pada perbandingan dalam penelitian ini hanya sampai
0,5:1, interaksi gugus NH3+ dan COO- 180 menit.
lebih sedikit. Proses difusi dipengaruhi oleh struktur,
Suhu pengeringan dan pH campuran, ukuran pori dan komposisi polimer, sifat
juga sangat mempengaruhi terjadinya dan ukuran zat serta konsentrasi larutan.
interaksi ionik. Pengeringan pada suhu Oleh karena berat molekul urea lebih kecil
600C kurang baik bagi pembuatan dibandingkan Na salisilat dan albumin,
membran alginat kitosan, karena bisa maka dapat dipahami mengapa jumlah
menghalangi pembentukan ikatan ionik, molekulnya yang terdifusi per satuan
terbukti dari sifat membran yang rapuh dan waktu melalui membran alginat kitosan
mudah koyak. Suhu pengeringan yang (Grafik 1), lebih banyak dari pada Na-
paling baik untuk membran alginat-kitosan salisilat. Sebaliknya albumin yang
adalah pada suhu kamar, walaupun waktu merupakan makromolekul, sama sekali
yang dibutuhkan untuk itu cukup lama tidak bisa terdifusi melalui membran,
(± 72 jam). Pengeringan pada suhu kamar, dikarenakan berat molekulnya yang terlalu
justru menghasilkan membran yang kuat besar.
dan mengerut. Kinerja membran ditunjukkan antara
Penelitian sebelumnya tentang pembuatan lain dari nilai fluksnya. Semakin besar nilai
membran alginat kitosan menyatakan fluks kinerja membran semakin baik.
bahwa pada pH sekitar 5, gugus COOH Besarnya nilai fluks urea dan Na salisilat
paling banyak terdapat dalam bentuk ion melalui membran alginat kitosan
karboksilat, sedangkan gugus NH2 menunjukkan kinerja membran alginat
terprotonasi. Interaksi kedua gugus yang kitosan yang baik. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh struktur membran alginat
14
Pembuatan Membran Kompleks Polielektrolit Alginat Kitosan
(Jamaran Kaban, Hakim Bangun, Asteria K. Dawolo, Daniel)
kitosan yang memiliki ukuran pori lebih gugus amina dari kitosan, maka pada
besar. Walaupun tidak ada data yang spektrum IR membran alginat kitosan akan
mendukung tentang hal ini, namun terdapat serapan pada daerah bilangan
morfologi permukaan membran, baik yang gelombang (cm-1): 1740–1630 (C=O) dan
terlihat dengan mata maupun SEM, 1630–1510 (N-C=O). Ternyata dalam
menunjukkan indikasi ke arah itu. spektrum IR membran alginat-kitosan
tidak terdapat serapan C=O dan N-C=O
Pengembangan Membran Alginat tersebut. Hal ini membuktikan bahwa yang
Kitosan terjadi dalam pembentukan membran
Swelling (pengembangan) adalah alginat kitosan adalah interaksi, bukan
peningkatan volume suatu material pada reaksi.
saat kontak dengan cairan, gas, atau uap.
Pengujian ini dilakukan antara lain untuk KESIMPULAN DAN SARAN
memprediksi ukuran zat yang bisa terdifusi
melalui material-material tertentu. Ketika Kesimpulan
suatu biopolimer kontak dengan cairan Kompleks polielektrolit alginat kitosan
misalnya air, terjadinya pengembangan dapat dibuat menjadi membran serta
disebabkan adanya termodinamika yang berpotensi untuk digunakan sebagai
bersesuaian antara rantai polimer dan air membran hemodialisa. Kondisi yang
serta adanya gaya tarik yang disebabkan paling baik untuk pembuatan membran
efek ikatan silang yang terjadi pada rantai alginat kitosan adalah pada pH = 5.28 dan
polimer. Keseimbangan swelling dicapai pengeringan pada suhu kamar. Jumlah
ketika kedua kekuatan ini sama besar. molekul urea dan natrium salisilat yang
Berhubung sifat termodinamika polimer terdifusi melalui membran alginat
dalam larutan berbeda-beda, maka tidak kitosan pada saat 180 menit adalah
ada teori yang bisa memprediksikan 460,529 mcg/ml dan 25,658 mcg/ml,
dengan pasti tentang sifat pengembangan. sementara albumin sama sekali tidak dapat
Ketika membran mengembang, mobilitas melewati membran (0 mcg/ml). Membran
rantai polimer bertambah sehingga alginat kitosan dapat mengembang dalam
memudahkan penetrasi pelarut. Selain itu air dan cukup elastis, sehingga membran
ion-ion kecil yang terperangkap dalam ini berpotensi untuk digunakan sebagai
membran, berdifusi meninggalkan membran, membran hemodialisa.
sehingga memberikan peluang yang lebih
besar bagi pelarut untuk mengisi ruang- Saran
ruang kosong yang ditinggalkan. Disarankan kepada peneliti selanjutnya
Pengembangan membran alginat kitosan untuk meneliti kemungkinan pemanfatan
kemungkinan disebabkan masih adanya membran alginat kitosan sebagai pembalut
ion COO- yang bersifat hidrofilik dalam luka.
membran.
Spektrum-IR membran alginat kitosan, DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan adanya serapan pada daerah
bilangan gelombang (cm-1): 3429.2 (O-H Boisseson, M., M. Leonard, P. Hubert, (2004),
“Physical Alginat Hidrogel Based on
dari alginat/-NH2 dari kitosan), 2923.9 Hydrophobic or Dual Hydropobic/Ionic
(C-H sp3), 1577.7 (COO-). Apabila dalam Interaction: Bead Formation, Structur and
pembentukan membran terjadi reaksi Stability”, Journal of Colloid and Interface
antara gugus karboksilat dari alginat dan Science, 273:131–139.
15
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 10–16
16
Studi Minyak Sawit Mentah yang Terdapat pada Limbah Padat
(Emma Zaidar Nasution)
Abstrak
Banyaknya kehilangan minyak sawit mentah yang terdapat pada limbah padat akibat proses pemucatan menjadi
perhatian dan sebagai pembahasan pengujian dan perhitungan kadar minyak.
Dari pengujian limbah padat ini dapat diketahui banyaknya kehilangan minyak yang terdapat pada limbah padat.
Untuk mendapatkan data dan perhitungan tentang kehilangan kadar minyak pada limbah padat, maka dilakukan
pengujian dengan metode sokletasi dan perhitungan secara perbandingan antara berat selisih dan berat sampel.
Hasil yang diperoleh dari pengujian diketahui kadar minyak yang terdapat pada limbah padat sebesar 13,5 %.
Jumlah ini sesuai dengan standar industri yang ditetapkan di PT. Pamina Adolina.
17
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 17–19
No. Berat Awal Sampel (g) Berat Akhir Sampel (g) Berat Minyak (g) Pelarut N – Heksana (ml)
1. 20 16 4 100
2. 20 18.2 1.8 100
3. 20 16.8 3.2 100
4. 20 17.7 2.3 100
5. 20 17.5 2.5 100
18
Studi Minyak Sawit Mentah yang Terdapat pada Limbah Padat
(Emma Zaidar Nasution)
Saran
Untuk menjaga agar keping penyaring
niagara filter mempunyai daya tahan yang
lebih lama dalam pemakaiannya maka
perlu dilakukan pencucian secara berkala
dengan menggunakan kaustik soda untuk
menghilangkan minyak padat yang
menempel pada keping penyaring niagara
yang sulit dibersihkan.
Tekanan uap diusahakan terus konstan
agar didapat jumlah kehilangan minyak
yang sekecil mungkin.
Perlu dilakukan percobaan oleh pihak
pabrik, jenis dari bleaching earth atau
tanah pemucat apa yang paling cocok dan
paling efisien untuk digunakan di pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
19
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 20–26
Firman Sebayang
Departemen Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Isolasi enzim bromelin dari bonggol nanas telah diliakukan. Isolasi enzim bromelin dilakukan dengan
menggunakan alkohol 80% sebagai pengendap enzim. Setelah melalui tahap pengendapan, sentrifugasi dan
pengeringan diperoleh isolat enzim dengan aktivitas 107,80 unit/ml enzim pada kondisi optimum pH 7,5
temperatur 55oC dengan lama inkubasi 15 menit. Imobilisasi isolat enzim bromelin dilakukan dengan metode
penjebakan dengan kappa karagenan sebagai matriks polimer. Aktivitas enzim imobil diperoleh 106.12 unit/ml
enzim pada kondisi optimum pH 7,5 temperatur 60oC dengan lama inkubasi 15 menit. Stabilitas termal enzim
bromilin terimobilisasi lebih baik daripada enzim bromelin bebas. Setelah penggunaan enzim imobil secara
berulang sebanyak 4 (empat) kali masih menunjukkan aktivitas sebesar 60,93%.
20
Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin yang Diisolasi dari Bonggol Nanas
(Firman Sebayang)
dilakukan dengan cara modifikasi. Salah kemudian dilarutkan dalam buffer fosfat
satu modifikasi yang dapat dikembangkan pH 7,0 disimpan pada 40C.
adalah teknik imobilisasi.
Imobilisasi enzim adalah suatu proses Pengujian Aktivitas Proteolitik Enzim
di mana pergerakan molekul enzim ditahan Bromelin
pada tempat tertentu dalam suatu ruang Aktivitas enzim bromelin ditentukan
(rongga) reaksi kimia yang dikatalisisnya. berdasarkan metode Murachi dengan
Proses ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan substrat kasein. Sebanyak
mengikatkan molekul enzim tersebut pada 0,5 ml kasein (10mg/ml) direaksikan
suatu bahan tertentu melalui pengikatan dengan 0,5 ml enzim dan 8 ml larutan
kimia atau dengan menahan secara fisik buffer fosfat. Untuk mendapatkan kondisi
dalam suatu ruang (rongga) bahan optimum aktivitas enzim, maka dibuat
pendukung atau dengan cara gabungan dari variasi suhu, pH, serta lama inkubasi
kedua cara tersebut. terhadap aktivitas enzim. Setelah diinkubasi,
Dalam penelitian ini hanya menitik- ke dalam campuran reaksi ditambahkan
beratkan pada isolasi enzim bromelin kasar 1 ml larutan asam trikloroasetat 30%.
dari bonggol nenas, karakteristik enzim Panaskan lagi pada suhu yang sama selama
terhadap parameter aktivitas, pH, suhu 30 menit. Protein yang terkoagulasi
optimum, serta imobilisasi enzim dipisahkan dengan kertas saring. Filtrat
menggunakan kappa karagenan (k-karagenan) yang diperoleh diukur absorbansinya pada
sebagai matriks polimer. panjang gelombang 280 nm. Sebagai
Juga diteliti sejauh mana stabilitas kontrol digunakan enzim yang telah
aktivitas enzim imobil pada pemakaian dimatikan aktivitasnya melalui pemanasan.
berulang serta ketahanan enzim imobil Unit aktivitas dinyatakan dalam 1 mikro
terhadap temperatur mol tirosin yang dihasilkan per ml enzim
dalam15 menit pada kondisi percobaan.
BAHAN DAN METODE Untuk mengetahui jumlah tirosin yang
dihasilkan digunakan kurva standar tirosin.
Bahan
Bonggol nanas, alkohol, enzim bromelin. Imobilisasi Enzim Bromelin dengan
Menggunakan Bahan Pendukung
Metode K-Karagenan
Imobilisasi enzim bromelin dilakukan
Isolasi Enzim Bromelin sebagai berikut:
Bonggol (hati) buah nenas dipotong 1. Ke dalam beaker glass 100 ml
kecil, diblender, diperas, disaring sehingga dimasukkan 20 ml enzim dan 5 ml
diperoleh cairan jernih. Ke dalam cairan ini larutan NaCl 0,85%. Aduk pelan-pelan
ditambahkan alkohol 80% dengan dan biarkan selama 3 menit pada suhu
perbandingan 1:4, Biarkan selama satu 370C.
malam pada suhu 100C agar enzim 2. Ke dalam beaker gelas dimasukkan
mengendap. Selanjutnya dilakukan 3,5 gram kappa karagenan dan 80 ml
sentrifugasi pada kecepatan 15.000 rpm larutan NaCl 0, 85%. Panaskan sampai
selama 15 menit pada suhu 100C. Endapan suhu 800C sambil diaduk hingga larut
yang diperoleh dikeringkan dengan cara sempurna, lalu dibiarkan hingga suhu
pengeringan beku. Diperoleh serbuk yang 550C.
merupakan enzim bromelin kasar Larutan (1) dan (2) dicampur sampai
homogen, biarkan dingin pada suhu kamar
21
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 20–26
selama 10 menit dan suhu 100C selama 30 selama 15 menit pada berbagai suhu
menit sampai terbentuk gel. Untuk pemanasan. Pengujian ini dilakukan
menambah kekerasan gel direndam dalam terhadap enzim bromelin bebas dan enzim
larutan KCl 0,3 M dingin selama 24 jam bromelin terimobilisasi. Hal ini bertujuan
pada suhu 4 0C. Selanjutnya gel dipotong- untuk mengetahui stabilitas enzim terhadap
potong dengan ukuran 3x3x3 mm. Gel temperatur.
yang sudah dipotong-potong dicuci dengan
air aquadest. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Aktivitas Enzim Bromelin
Isolasi Enzim Bromelin
Imobil
Setelah melaui tahap pengendapan dan
Prosedur pengujian aktivitas enzim
pengeringan diperoleh aktivitas enzim
imobil ini sama seperti pengujian aktivitas
sebesar 107,80 unit/ml. Sedangkan setelah
enzim bromelin bebas. Sebanyak ±6,86
enzim diimobilisasi dengan menggunakan
gram gel yang mengandung 4,675 mg
kappa karagenan sebagai matriks polomer,
protein ditambahkan 1 ml substrat kasein
diperoleh aktivitas enzim bromelin 106,12
1% dan 6 ml buffer fosfat. Inkubasi dalam
unit/ml. Terjadinya penurunan aktivitas
waktu yang sama dengan inkubasi enzim
enzim imobil diperkirakan karena
bebas.
terjadinya perubahan konformasi enzim
Selanjutnya ke dalam campuran reaksi
pada saat imobilisasi. Akan tetapi
ditambahkan 2 ml asam trikloro asetat
penyebab yang pasti dari penurunan
30%. Panaskan pada suhu 400C selama
aktivitas enzim imobil ini belum diketahui
30 menit. Protein yang terkoagulasi
dengan jelas.
disring. Filtrat yang diperoleh diukur
serapannya pada panjang gelombang
Imobilisasi Enzim Bromelin
280 mm. Sebagai kontrol digunakan enzim
Teknik imobilisasi enzim dilakukan
bromelin yang telah dimatikan aktivitasnya
secara fisik dengan teknik penjebakan
dengan pemanasan sebelum diimobilisasi.
(entrapment) tipe mikrokapsul dengan
Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin menggunakan k-karagenan sebagai matriks
Imobil pada Pemakaian Berulang polimer.dari hasil pengujian ternyata enzim
Untuk enzim bromelin terimobilisasi yang terjebak hanya sekitar 85%. Gel yang
perlu dilakukan pengujian aktivitas terbentuk baik dan bersifat cukup keras.
terhadap pemakaian berulang pada enzim
imobil yang sama dengan tujuan untuk Kondisi Optimum Aktivitas Enzim
mengetahui sampai pemakaian beberapa Bromelin
enzim imobil tersebut masih mempunyai a. Pengaruh Temperatur
aktivitas. Caranya sama seperti pengujian Pengaruh temperatur terhadap aktivitas
aktivitas enzim imobil. Hanya saja perlu enzim bromelin bebas maupun imobil
dilakukan uji ulang terhadap enzim imobil seperti pada Gambar 1.
yang sama. Temperatur optimal enzim bromelin
bebas adalah 550C, sedangkan untuk enzim
Pengujian Ketahanan Enzim Bromelin bromelin termobilisasi adalah 600C. Dalam
terhadap Temperatur penelitian ini terjadi perubahan temperatur
Pengujian enzim terhadap temperatur optimum. Hal ini disebabkan karena enzim
dilakukan dengan cara inkubasi enzim terimobilisasi lebih stabil dari enzim bebas.
22
Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin yang Diisolasi dari Bonggol Nanas
(Firman Sebayang)
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
30 35 40 45 50 55 60 65
Enzim bromelin bebas Enzim bromelin imobil
Temperatur ( C)
60
50
40
30
20
10
0
6 6,5 7 7,5 8 8,5 9
pH
23
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 20–26
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0 5 10 15 20 25 30 35
enzim bromilen imobil enzim bromelin bebas
Waktu inkubasi (menit)
24
Pengujian Stabilitas Enzim Bromelin yang Diisolasi dari Bonggol Nanas
(Firman Sebayang)
Temperatur ( C)
120
Aktivitas enzim (unit/ml)
100
80
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5
Pemakaian
25
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 20–26
DAFTAR PUSTAKA
26
Pengaruh Waktu Irradiasi dan Laju Alir terhadap Degradasi Fotokatalitik Larutan Asam Benzoat
(Darwin Yunus Nasution)
Abstrak
Asam benzoat dapat didegradasi dengan cara fotokatalitik. Degradasi dilakukan dengan cara menyinari larutan
asam benzoat dengan sinar UV di dalam kolom gelas yang dinding bagian dalamnya dilapisi dengan katalis
TiO2. Dalam percobaan ini laju alir asam benzoat dan waktu irradiasi dibuat bervariasi. Degradasi asam benzoat
ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi asam benzoat sebelum dan sesudah irradiasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam benzoat mengalami degradasi 60,70% pada laju alir 60 ml/menit dan waktu irradiasi
selama tujuh jam.
27
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 27–30
senyawaan ini banyak terdapat pada panjang 7,0 m dan diameter kolom 4 mm
limbah terutama limbah cair hasil (peralatan telah dilengkapi dengan pompa
pengolahan makanan yang menggunakan sirkulasi, lampu UV 10 watt sebagai
asam benzoat sebagai pengawet. Apabila sumber radiasi). Waktu alirnya diatur
limbah cair ini masuk ke perairan, maka dengan laju alir 20, 40, dan mL/menit
perairan seperti sungai ataupun danau akan sedangkan waktu radiasi diatur selama
tercemar oleh asam benzoat. 1,2,3,4,5,6, dan 7 jam. Selanjutnya
Untuk menghilangkan asam benzoat konsentrasi asam benzoat ditentukan
yang terdapat dalam air dapat dilakukan setelah perlakuan.
dengan mendegradasinya secara
fotokatalitik dalam kolom gelas yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah dilapisi dengan katalis TiO2 dan
sebagai sumber radiasi digunakan lampu Dari hasil penelitian yang telah
UV 40 watt Dalam penelitian ini sampel dilakukan diperoleh bahwa waktu irradiasi
yang digunakan bukan langsung memakai dan laju alir sangat berpengaruh terhadap
limbah industri akan tetapi sampel yang degradasi larutan asam benzoat secara
digunakan adalah larutan asam benzoat fotokatalitik.
murni. Bertambah lamanya waktu irradiasi
pada proses fotokatalitik, memberikan
BAHAN DAN METODE pengaruh yang nyata terhadap penurunan
konsentrasi. Pada saat degradasi dimulai
Imobilisasi TiO2 pada Dinding Kolom konsentrasi asam benzoat adalah 8 ppm,
Pipa Kapiler akan tetapi setelah radiasi berlangsung
0,1 g titanium dioksida dilarutkan selama 7 jam dengan laju alir 20 ml/menit,
dalam 100 mL metanol absolut 96%, diperoleh konsentrasi asam benzoat
kemudian disentrifugasi selama beberapa turun menjadi 0.903 ppm, pada laju
menit sehingga dihasilkan suspensi TiO2. alir 40 mL/menit diperoleh konsentrasi
Kolom gelas 4 mm dicuci dengan air, 0.636 ppm, dan pada laju alir 60 mL/menit
kemudian direndam selama 24 jam dengan diperoleh konsentrasi 0.536 ppm. Hal ini
larutan K2Cr2O4 dan H2SO4 pekat. Setelah adalah akibat kontak antara sinar UV
24 jam, kolom gelas dibilas dengan dengan molekul-molekul asam benzoat
aquadest dan dikeringkan. Kolom gelas semakin intensif dan meningkat jumlahnya
yang kering dialirkan suspensi TiO2 dan energi yang diserap oleh molekul-
dengan menggunakan bola karet dan molekul asam benzoat semakin tinggi
ditahan larutan tersebut selama 4 menit di sehingga molekul teraktifasi dan terurai.
dalam kolom gelas dengan cara menutup Dari kurva dapat diidentifikasi bahwa
aliran di masing-masing ujung selang degradasi yang intensif terjadi pada waktu
karet. Setelah itu rangkaian kolom dibuka, irradiasi antara satu jam sampai dua jam
dan dipanaskan pada suhu 100 0C selama pertama sedangkan pada jam ketiga sampai
1 jam. jam ketujuh laju degradasi semakin kecil
dan hampir konstan. Adanya gejala ini
Proses Degradasi Larutan Asam diduga karena pada jam peta sampai jam
Benzoat kedua, partikel-partikel atau molekul-
Sebanyak 1,0 liter larutan asam molekul asam benzoat masih banyak
benzoat 8 ppm disirkulasikan dalam jumlahnya sehingga tumbukan antara foton
kolom kaca yang telah diimobilisasi dengan molekul sering terjadi.
dengan TiO2 pada peralatan dengan
28
Pengaruh Waktu Irradiasi dan Laju Alir terhadap Degradasi Fotokatalitik Larutan Asam Benzoat
(Darwin Yunus Nasution)
Tabel 1. Hasil Perhitungan Konsentrasi Larutan Asam Benzoat 8 ppm Setelah Didegradasi Secara Fotokatalitik
pada Berbagai Variasi Waktu Irradiasi dan Laju Alir
0.35
0.3
Konsentrasi (ppm)
0.25
20 ml/menit
0.2
40 ml/menit
0.15
60 ml/menit
0.1
0.05
0
1 2 3 4 5 6 7
Waktu Irradiasi (jam)
Grafik 1. Hubungan antara Konsentrasi dan waktu Irradiasi pada Berbagai Variasi Laju Alir
29
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 27–30
30
Uji Bioaktivitas Penghambatan Ekstrak Metanol Ganoderma spp. terhadap Pertumbuhan Bakteri dan Jamur
(Dwi Suryanto)
Dwi Suryanto
Departemen Biologi FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstract
A study on the effect of methanol extract of Ganoderma spp. on growth of bacteria and fungi has been done. The
study was aimed to know the ability of the extract to inhibit growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
and Candida albicans using disc-diffusion method. The result showed that the methanol extract of fruiting
bodies of Ganoderma inhibited the growth of tested microbes, which were varied among the Ganoderma.
However, G. lucidum were able to reatively inhibit both S. aureus and E. coli. Concentration of the extract
should be increased more than 20% to take the extract into an effect of inhibition of C. albicans growth.
31
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 31–34
32
Uji Bioaktivitas Penghambatan Ekstrak Metanol Ganoderma spp. terhadap Pertumbuhan Bakteri dan Jamur
(Dwi Suryanto)
Tabel 1. Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak Metanol Beberapa Ganoderma terhadap Mikroba Uji S. aureus,
E. coli, dan C. albicans
33
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 31–34
DAFTAR PUSTAKA
34
Kegunaan Kitosan sebagai Penyerap terhadap Unsur Kobalt (Co2+)
(Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan kitosan sebagai bahan penyerap logam Co pada sampel
CoCl2.6H2O yang dijadikan sebagai larutan standar. Larutan kitosan disediakan dengan variasi berat dan waktu
kontak.
Sampel dicampur dengan larutan kitosan dan pembuatan flokulan dilakukan dengan metode Jar Tes selama
30 menit. Masing-masing perlakuan diukur dengan analisa kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom sehingga diperoleh kondisi optimum dengan penambahan kitosan 0,9 g dan waktu kontak
70 menit.
Hasil yang diperoleh dari penelitian bahwa kitosan lebih besar menyerap logam Co dengan metode waktu kontak
daripada berat kitosan di mana % penyerapan logam Co 99,91% dan 87%.
35
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 35–39
36
Kegunaan Kitosan sebagai Penyerap terhadap Unsur Kobalt (Co2+)
(Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar)
Hasil
Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kobalt pada Panjang Gelombang 240,7 nm
dengan Spektrofotometer Serapan Atom
Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Kadar Kobalt dalam Sampel dengan Variasi Berat Kitosan Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Kadar Kobalt dalam Sampel dengan Variasi Waktu Kontak Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
37
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 35–39
Tabel 5. Data Pengukuran Daya Serap Waktu Kontak Optimum Larutan Kitosan
10 0,0183 99,63
30 0,0157 99,68
5 50 0,0107 99,78
70 0,0043 99,91
90 0,0078 99,84
38
Kegunaan Kitosan sebagai Penyerap terhadap Unsur Kobalt (Co2+)
(Harry Agusnar, Irman Marzuki Siregar)
39
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 40–45
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan pakan ikan berupa pelet dari bahan baku campuran ampas tahu,
ampas ikan , darah sapi, dan daun keladi.
Pelet ikan yang diperoleh dari pencampuran 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung ikan, 25 g tepung daun, 20 g
tepung darah, dan 5 g tepung tapioka sebagai perekat. Campuran diolah dan dicetak dengan diameter ± 3 mm
berbentuk silinder lalu dikeringkan dalam oven 60 0C, di mana pelet yang diperoleh dapat mengapung di atas
permukaan air ± 10 menit.
Dilakukan karakterisasi terhadap pelet ikan yang diperoleh meliputi kadar protein, kadar lemak, kadar
karbohidrat, kadar serat kasar, dan kadar mineral.
Hasil karakterisasi dari pelet ikan dapat disimpulkan sebagai berikut: kadar protein 31,1925%, lemak 6,0102%,
gula reduksi 4,4033%, serat kasar 4,8290%, kadar Ca 0,16%, Na 0,0029%, Mg 0,0076%, dan Fe 0,0285%.
40
Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong
(Emma Zaidar Nasution)
41
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 40–45
42
Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong
(Emma Zaidar Nasution)
Kadar protein dari pelet ini cukup pakan buatan, penggunaan lemak
tinggi, hal ini disebabkan tingginya kadar berpengaruh terhadap rasa dan tekstur
protein dari bahan baku tepung ikan dan pakan yang dibuat.
tepung darah. Menurut Ahmad Mujiman, kebutuhan
Menurut Mujiman (2004) kadar protein lemak untuk ikan air tawar berkisar 4–18%
yang dibutuhkan ikan air tawar berkisar sedangkan menurut standar makanan ikan
antara 20–60% sedangkan kadar optimum minimal 3%. Hasil analisa pelet ikan
berkisar 30–36%. Dan menurut standar diperoleh kadar lemak sebesar 6,0102%,
makanan ikanan adalah 30–35%, maka maka persentase ini telah dapat memenuhi
hasil analisa yang diperoleh telah dapat persyaratan sebagai pakan ikan.
memenuhi syarat sebagai pakan ikan.
Kadar Karbohidrat
Kadar Lemak Pada analisa kadar karbohidrat dilakukan
Lemak tergolong mudah teroksidasi, dengan metode Nelson Somongyi yaitu
sehingga jumlah penggunaannya dalam penentuan gula reduksi glukosa dengan
pembuatan pakan buatan dibatasi. Jika menggunakan spektrofotometer UV–Vis.
kandungan lemak yang digunakan terlalu Dari hasil penelitian, kadar gula reduksi
tinggi sebaiknya ditambahkan antioksidan diperoleh 4,4033.
untuk menghambat terjadinya proses
oksidasi tersebut. Dalam kaitan dengan
Perlakukan Berat Sampel (g) Berat Lemak (Gr) Kadar Lemak Kadar Lemak
(%) Rata-Rata
I 4,031 0,241 5,9787
II 4,030 0,237 5,8809 6,0102
III 4,035 0,249 6,1710
Perlakuan Absorbansi Kadar Gula Reduksi Kadar Gula Reduksi Rata-Rata (%)
I 0,377 4,2600
II 0,386 4,4100 4,4033
43
Jurnal Sains Kimia
Vol 10, No.1, 2006: 40–45
Perlakuan Berat Berat kertas Berat Berat cawan + Berat Kadar serat Kadar serat
sampel saring (g) cawan kertas saring + cawan + kasar (%) kasar rata –
(g) (g) endapan abu (g) rata (%)
I 3,057 1,688 70,009 72,094 70,260 4,7759
II 3,044 1,677 70,012 72,105 70,281 4,8292 4,8290
III 3,052 1,691 70,013 72,095 70,255 4,8820
4. Fe 14,2812 0,0285
44
Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong
(Emma Zaidar Nasution)
45