BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis
yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta
bersifat persisten dan irreversible.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul pada
pasien gagal ginjal kronik, peran perawat sangat penting,
diantaranya sebagai pelaksana, pendidik, pengelola,
peneliti, advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan
komprehensif yang meliputi: mempertahankan pola nafas yang
efektif, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat, meningkatkan
aktivitas yang dapat ditoleransi dan mencegah injury.
Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan
kesehatan, khususnya tentang perbatasan diet, cairan, dll.
Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat
perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya sehingga program pengobatan dan
perawatan dapat berjalan dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gagal Ginjal Kronis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep teori gagal ginjal kronis
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses
patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif,
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal
ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
menurunnya fungsi ginjal yang bersifat irreversible, dan
memerlukan terapi pengganti ginjal yaitu berupa dialisis
atau transplantasi ginjal.
Selain itu gagal ginjal kronik juga dapat diartikan
dengan terjadinya kerusakan ginjal (renal damage) yang
terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural
atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi adanya
kelainan patologis, adanya kelainan ginjal seperti
kelainan dalam komposisi darah atau urin serta adanya
kelainan pada tes pencitraan (imaging tests) serta laju
filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/mnt/1.73 m2
(Nurchayati, 2010).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
atau terjadi retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer & Bare, 2008).
Penyakit gagal ginjal kronik terjadi bila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam
yang cocok untuk kelangsungan hidup. Penyebab gagal
ginjal kronik antara lain penyakit infeksi, penyakit
peradangan, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan
jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter,
3
D. PATHWAY
6
E. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada pasien dengan gagal ginjal kronik,
yaitu (Sudoyo, 2014):
1. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti
diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperuremia, Lupus
Erimatosus Sistemik (LES) dan lain sebagainya.
2. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume
cairan,(volume overload), neuropati perifer,
pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang
sampai koma.
3. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi,
anemia, osteodstrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,
kalium dan klorida).
F. STADIUM GAGAL GINJAL KRONIK
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) stadium, yaitu (Brunner & Suddarth,
2008) :
1. Stadium I.
Dinamakan penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dengan test pemekatan kemih dan test Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG) secara seksama.
2. Stadium II
Dinamakan insufisiensi ginjal, pada stadium ini, 75%
lebih jaringan yang berfungsi telah rusak, LFG
besarnya 25% dari normal, kadar BUN dan kreatinin
serum mulai meningkat dari normal, gejala-gejala
nokturia atau sering berkemih di malam hari sampai 700
ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan).
7
3. Stadium III.
Dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia,
sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak,
atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh
dan nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal.
G. PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL KRONIK.
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2
(dua) tahap, yaitu tindakan konservatif dan dialisis
atau transplantasi ginjal.
1. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk
meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal
progresif, pengobatan antara lain:
a) Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan
cairan.
b) Pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi,
hiperkalemia, anemia, asidosis.
c) Diet rendah fosfat.
2. Pengobatan hiperurisemia
Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati
hiperuremia pada penyakit gagal ginjal lanjut adalah
alopurinol. Efek kerja obat ini mengurangi kadar asam
urat dengan menghambat biosintesis sebagai asam urat
total yang dihasilkan oleh tubuh (Guyton, 2007).
3. Dialisis
a. Hemodialisa
1) Definisi
Hemodialisa merupakan suatu proses yang
digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut
dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari sampai beberapa minggu) atau
pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium
akhir atau End Stage Renal Desease (ESRD) yang
memerlukan terapi jangka panjang atau
permanen. Sehelai membran sintetik yang
semipermeabel menggantikan glomerulus serta
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara
lain :
a. Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing/ darah pada rongga mulut
3) Adanya secret
b. Breathing
1) Pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
4) Nafas berbau amoniak
c. Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6) Capillary refill > 3 detik
7) Akral dingin
8) Cenderung adanya perdarahan terutama pada
lambung
d. Disability :
1) Pemeriksaan neurologis GCS menurun bahkan
terjadi koma, kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai
2) A: Allert sadar penuh, respon bagus
3) V: Voice Respon kesadaran menurun, berespon
terhadap suara
4) P: Pain Respons kesadaran menurun, tdk berespon
terhadap suara, berespon thd rangsangan nyeri
12
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Gangguan NOC : NIC :
a. Respiratory Airway Management
pertukaran gas
Status : Gas 1. Buka jalan nafas,
guanakan teknik
exchange
chin lift atau
b. Respiratory jaw thrust bila
Status : perlu
ventilation 2. Posisikan pasien
c. Vital Sign Status untuk
memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi
3. Identifikasi
a. Mendemonstrasikan pasien perlunya
peningkatan pemasangan alat
ventilasi dan jalan nafas
oksigenasi yang buatan
4. Pasang mayo bila
adekuat
perlu
b. Memelihara 5. Lakukan
kebersihan paru fisioterapi dada
paru dan bebas jika perlu
dari tanda tanda 6. Keluarkan sekret
distress dengan batuk atau
suction
pernafasan
7. Auskultasi suara
c. Mendemonstrasikan nafas, catat
batuk efektif dan adanya suara
suara nafas yang tambahan
bersih, tidak ada 8. Lakukan suction
sianosis dan pada mayo
dyspneu (mampu 9. Berikan
bronkodilator
mengeluarkan
bial perlu
sputum, mampu 10. Atur intake untuk
bernafas dengan cairan
mudah, tidak ada mengoptimalkan
pursed lips) keseimbangan.
d. Tanda tanda vital 11. Monitor respirasi
dalam rentang dan status O2
normal Respiratory
Monitoring:
1. Monitor rata-rata,
kedalaman, irama
dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati
15
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas
: bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,
5. Catat lokasi
trakea
6. Monitor kelelahan
otot diagfragma (
gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Uskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya
AcidBase Managemen
1. Monitor IV line
2. Pertahankan jalan
nafas paten
3. Monitor AGD,
tingkat elektrolit
4. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
5. Monitor adanya
tanda tanda gagal
nafas
6. Monitor pola
respirasi
16
7. Lakukan terapi
oksigen
8. Monitor status
neurologi
9. Tingkatkan oral
hygiene
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi
19
2. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidak seimbangan
cairan
(Hipertermia,
terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaporesis,
disfungsi hati,
dll
3. Monitor serum dan
elektrolit urine
4. Monitor serum dan
osmilalitas urine
5. Monitor BP, HR,
dan RR
6. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan
irama jantung
7. Monitor parameter
hemodinamik
infasif
8. Monitor adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan BB
9. Monitor tanda dan
gejala dari odema
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidak seimbangan
cairan
(Hipertermia,
terapi diuretik,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaporesis,
disfungsi hati,
dll)
3. Monitor berat
badan
4. Monitor serum dan
elektrolit urine
21
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
23
13. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
Activity Therapy
1. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
24
dalammerencanakan
progran terapi
yang tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan
social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi
dan mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emoi,
social dan
spiritual.
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cronik Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi
renal yang progresif irreversible yang disebabkan oleh
adanya penimbunan limbah metabolik di dalam darah,
sehingga kemampuan tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa-
sisa sampah metabolisme dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Yang di tandai dengan manifestasi klinis sistem
kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, pembesaran vena leher, friction sub
pericardial. sistem pulmoner: krekel, nafas dangkal,
kusmaull, sputum kental dan liat. sistem gastrointestinal:
anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran GI,
ulserasi dan pardarahan mulut, nafas berbau ammonia.
sistem musculoskeletal: kram otot.
B. SARAN
Dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul
pada pasien gagal ginjal kronik, peran perawat sangat
penting, diantaranya sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, peneliti, advocate. Sebagai pelaksana, perawat
berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional dan komprehensif yang meliputi: mempertahankan
pola nafas yang efektif, mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit, meningkatkan asupan nutrisi yang
adekuat, meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi dan
mencegah injury.
Sebagai pendidik perawat memberikan pendidikan
kesehatan, khususnya tentang perbatasan diet, cairan, dll.
Perawat sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat
perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya sehingga program pengobatan dan
26
DAFTAR PUSTAKA