Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Disusun Oleh :
Ade Hermawan (70011500)
Okta Angga Pratama (7001150043)
Herdian Suhada (7001150039)
Yudi Septiyana (70011500)
Asep Irfan (70011500)
Agni Revian (70011500)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis,16 April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR............................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB 1......................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Tujuan....................................................................................4
1.3 Manfaat............................................................................................................4
BAB 2....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................5
2.1 Menganalisis mekanisme penggerak………………………………………..
2.2 Macam-macam kerusakan pada mekanisme penggerak…………………
2.3 …………..
2.4 Jenis-jenis pelumas
BAB3...........................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...............................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kendaraan merupakan sebuah alat transportasi, baik yang penggeraknya mesin maupun
yang digerakkan oleh makhluk hidup, diciptakan untuk membantu meringankan pekerjaan
manusia. Namun dalam makalah ini penulis membahas mengenai kendaraan bermotorkhususnya
kendaraan bermotor bakar atau sering dikenal dengan motor bensin. Untuk menunjang
bekerjanya suatu kendaraan pastilah dibutuhkan mekanisme penggerakkendaraan seperti mesin,
propeller shaft hingga roda. Maka dari itu secara lebih khusus lagi pada makalah kali ini penulis
membahas mengenai mekanisme penggerak mesin di motor bensin beserta kelengkapaannya.
Dalam hal ini secara umum yang penulis maksud akan membahas mengenai macam-macam
piston beserta kelengkapannya, blok silinder dengan silindernya, hingga pekerjaan pada
mekanisme engkol. Oleh karena itu penulis memberi makalah ini judul “Piston, Silinder, dan
Mekanisme Poros Engkol”
1.2 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dibawah ini akan dikemukakan tujuan yang
melandasi penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui Pengertian
2. Mengetahui komponen
3. Mengetahui fungsi
4. Mengetahui Inovasi
5. Mengetahui Jenis – jenis
6.Mengetahui Sistem
7. Mengetahui Cara kerja

1.3 Manfaat Makalah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-macam Piston dan Kelengkapannya


Piston adalah sebuah komponen dari mesin yang utama. Pada piston yang bergerak
terjadilah langkah hisap yang terjadi karena vakum pada slinder,kompresikarene piston
memampatkan udara, menerima tenaga yang dihasilkan dari pembakaran untuk di diteruskan
pada mekanisme kebatang piston dan engkol, sertamendorong gas sisa untuk di buang menuju
atmosfir. Hal ini semua mengacu pada pernyataan Akukha (dalam akukha.blogspot.com,
2010).Macam –macam piston itu sendiri sebagai berikut.
1.Split pistonPada piston tipe ini terdapat alur dibagian luar yang segaris dengan lubang pin
piston. Biasanya alurnya berbentuk setengah bulat atau model U .

2. Slipper piston
Piston tipe ini memiliki coakan pada bagian bawah badan piston. Adapun tujuan
pembuatan coakan ini adalah untuk memperendek langkah piston sehingga dapat dihasilkan
mesin dengan perbandingan kompresi yang tinggi serta dengan ketinggian mesin yang lebih
pendek
3. Authothermic piston Pada piston ini terdapat sebuah kawat baja yang berupa ring, yang mana kawat
ini berfungsi untuk menyerap panas pada bagian kepala piston, sehingga pemuaian
yang berlebihan pada piston dapat dihindari.

4. Oval piston Piston jenis ini memiliki bentuk oval , sehingga ketika mesin telah hidup
dan panas mesin sudah mulai mencapai suhu kerja, maka piston ini akan mengalami perubahan se
hingga menjadi bulat benar. Pembuatan bagian oval ini lah yang akanmenyerap panas di piston agar
tidak terjadi pemuaian piston yang berlebihansehingga piston dapat terkancing atau menggesek dinding silinder
blok.

Sedangkan dari sumber serupa untuk kelengkapan piston adalah sebagai berikut.

1.Ring piston/ ring kompresi


Ring piston berfungsi untuk menahan gas kompresi yang kemungkinan bocor melalui celah
piston dengan silinder teruama pada kondisi mesin dingin. Ring piston diletakan pada ulir piston
yang terdapat pada luar piston. Biasanya terdapat 3 ring pada piston, yang pertama dan kedua
ring kompresi untuk menahan gas di atas piston tidak masuk ke bwah piston. Untuk ring yang ke
3 dibwah sendiri adalah ring oli yang berfungsi untuk memberikan pelumasan pada
piston,dinding silinder dan pin torak.
2. Pin Piston
Pin piston berfungsi untuk mengikat torak pada batang torak. Pin torak berbentuk silinder untuk
efisiensi agar ringan,jika dibuat pejal makan beban torak akan bertambah. Pin toral di kunci pada
torak dengan menggunakan ring C.
3.Batang Piston
Batang piston Batang piston berfungsi untuk meneruskan tenaga yang di peroleh dari
piston untuk diteruskan pada poros engkol yang akan di merubah gerak bolak balik piston
menjadi gerak putar pada engkol.
2.2 Blok Silinder dan Silinder
Silinder blok berfungsi sebagai ruang bakar & tempat bergerak piston dimana piston mengubah
energi panas menjadi energi gerak. Pada mesin yang sistem pendinginannya tidak menggunakan
radiator,pada silinder bloknya terdapat sirip-sirip

pendingin, gunanya untuk menyebarkan panas dari dalam keluar,sehingga suhu mesint idak
cepat panas.

Blok silinder dan ruang engkol merupakan bagian utama dari motor bakar.Bagian-bagian lain dari
motor dipasangkan di dalam atau pada blok silinder,sehingga terbentuk susunan motor yang
lengkap. Pada blok silinder ini terdapat lubang silinderyang berdinding halus,dimana torak
bergerak bolak-balik dan pada bagian sisi-sisi blok silinder dibuatkan sirip-sirip maupun lubang-
lubang mantel air pendingin yang digunakan untuk pendinginan motor. Silinder bersama-sama
dengan kepala silinder membentuk ruang bakar, yaitu tempat melaksanakan pembakaran bahan
bakar.
Blok silinder dan ruang engkol dapat dituang menjadi satu bagian atau terpisah satu sama lain,
kemudian disatukan dengan baut-baut. Variasi lain dalam konstruksi blok silinder ialah dengan
pemasangan tabung silinder ke dalam blok silinder. Tabung ini dibuat dari besi tuang atau baja
tuang.
Bantalan duduk dan bantalan jalan berhimpitan
Pada mesin 4 langkah dengan jumlah silinder banyak, terlepas dari berapa banyak silinder yang
ada, masing-masing torak akan menyelesaikan secara utuh 4kali langkah dalam 720 derajat poros
engkol berputar. Untuk operasional mesin yanglebih halus adalah tergantung dari interval derajat
kerja dari setiap torak pada porosengkol.Oleh karena itu, derajat kerja pada poros engkol seperti
diterangkan diatasadalah 720 derajat dibagi dengan jumlah silinder.Untuk mesin dengan jumlah
silinder 4 maka derajat kerjanya adalah 720 derajatdibagi 4 = 180 derajat diantara bantalan jalan
poros engkol.Untuk mesin dengan jumlah silinder 6 maka derajat kerjanya adalah 720
derajatdibagi 6 = 120 derajat diantara bantalan jalan poros engkol.Untuk mesin dengan jumlah
silinder 8 maka derajat kerjanya adalah 720 derajatdibagi 8 = 90 derajat diantara bantalan jalan
poros engkol.
Bantalan
Ada dua jenis bantalan yang digunakan pada mesin yaitu:
1.Bantalan jenis rata/luncur/busing, yang dapat digunakan pada blok silinder untukmendukung
poros bubungan, poros pengimbang atau pada pena piston.
2.Bantalan jenis sisipan yang sangat persisi, yang digunakan sebagai dudukan porosengkol pada
blok silinder atau pada ujung besar batang piston.Bantalan mempunyai baja pada bagian belakang
yang merupakan lembaran tipisdari bahan pembuatan bantalan (babbit atau metal putih) dibuat
menjadi satu.Perbedaan bahan bantalan diduat sesuai pemakaiannya pada beban-beban yang
berbeda maupun karakter desain. Perpaduan timah, tembaga dan aluminium

12
digunakan dan dikomdinasikan agar sesuai dengan fungsi atau perputaran pada bagian
permukaan bantalan.Ketahanan terhadap kelelahan adalah jangka pemakaian yang tergambar
padakekuatan bantalan didalam hubungannya dengan kekuatan terhadap beban yang berulang-
ulang, dan kemampuan lentur tanpa mengalami pecah/retak.Memberikan kemampuan
menyesuaikan diri pada bahan bantalan, adalah agarmampu mengikuti dan mengimbangi distorsi
yang tidak seimbang. Bahan bantalandibuat dengan halus dan berbentuk sama dengan bentuk
jurnal agar dapat bekerjadengan tepat. Hal ini memberikan bantalan mampu terhadap beban yang
diterimanya.Kemampuan menyimpan adalah hal lain yang menjadi syarat bahan bantalansisipan
yang mana kotoran atau partikel dapat dibenamkan pada bantalan tersebutsehingga tidak merusak
permukaan poros engkol.Tahan terhadap karat agar tidak merusak bantalan yang diakibatkan
pembentukan pengasaman dari proses pembakaran dan kondensasi.Mampu terhadap panas, agar
bantalan mampu menumpu bebannya pada saat temperatur tinggi.Kemampuan menghantarkan
panas juga merupakan suatu hal penting pada bantalandimana panas yang diterima dapat
disalurkan pada dudukan atau tutup bantalan.
Bentangan dan crush
Bentangan bantalan adalah suatu proses dimana diameter bantalan lebih besardari dudukannya
hal ini agar saat bantalan dipasang pada dudukannya akan benar- benar tercengkram.

13
Crush bantalan adalah untuk menjamin bantalan akan duduk dengan kuat padarumah bantalan itu
sendiri. Pabrik membuat bantalan lebih besar sedikit dari lobangdudukan, hal ini dibuat agar
menghindari kerusakan pada bantalan maupun pada jurnal poros engkol.Tutup bantalan utama
maupun pada bantalan jalan dibuat tanda atau nomor, halini dibuat agar dapat terpasang sesuai
pada pasangannya masing-masing. Penomoranini penting agar setelah pemasangan kembali,
karena tingkat keausan pada masing-masing tidaklah sama dan apabila hal ini saling tertukar akan
dapat mengakibatkankerusakan atau ketidak seimbangan.

Roda Penerus
Roda penerus yang bobotnya cukup berat dipasang pada salah satu ujung porosengkol. Roda
penerus menyimpan energi dari langkah usaha torak dan mengeluarkanenergi ini pada langkah
lainnya agar operasional mesin dapat terjaga menjadi halusdan berputar pada putaran yang stabil.
Kecepatan mesin yang kadang-kadang tinggidan kemudian rendah akan menimbulkan gaya
puntir pada poros engkol,sehingga dibutuhkan seperti torsional vibration.Roda penerus juga
dibuat besar, halus dan permukaannya rata untuk tempat memasang kopling atau torque
converter.Roda gigi juga dipasangkan mengelilingi sisi luar roda penerus. Pinion motor starter
akan berkaitan dengan gigi pada roda penerus sehingga mesin berputar selamamesin akan
dihidupkan untuk saat permulaan
I.1. Pengertian Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu dengan
permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan logam
yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas
yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang. Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga
berfungsi sebagai penghantar panas.
Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan
menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara permukan-permukaan yang bergesekan.
Sementara pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipkan diantara
dua permukaan yang bergerak secara relatife agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu industri terutama dalam dunia
permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara komponen-komponen mesin dan
banyaknya komponen mesin yang harus dijaga kondisinya agar umur dari suatu komponen mesin
tersebut lebih panjang dalam pemakaiannya. Misalnya dalam gerakan berputar pada bantalan
luncur, poros atau jurnal yang beroksilasi pada bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding
atau luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan, gerakan luncuran pada piston terhadap
silindernya dan yang lain yang kesemuanya itu memerlukan pelumasan.

I.3. Jenis-jenis pelumasan


1. Pelumasan Hidrodinamis
Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan yang
bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun menggelinding,
dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis pelumas
dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. Salah satu contoh
penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah gerakan rotasi yang terjadi pada
bantalan luncur (journal bearing).
2. Pelumasan Hidrostatis
Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan
minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis ini tidak memerlukan gerakan
relatif dan biasanya digunakan pada mesin-mesin yang bagian-bagian bergeraknya terlalu berat
seperti turbin yang berkapasitas besar tidak dimungkinkan lagi terjadinya pelumasan
hidrodinamis pada saat start, sementara tipe pelumasan lainnya tidak dihendaki terjadi. Untuk ini
diperlukan tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak pelumas di antara poros dan
bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh dengan menggunakan pompa tekanan
tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yangbergesek, bukann sekedar
pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai pendistribusi atau pensirkulasi minyak
pelumas. Pelumasan hidrostatis disebut juga pelumasan tekanan luar karena tekanan yang timbul
diakibatkan pengaruh kerja dari luar sistem. Setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi
biasanya pompa tekanan tinggi yang digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan
rendah sebagai pensuplai minyak pelumas terus difungsikan.

3. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)


Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang bergerak
sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul tekanan yang demikian
besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi permukaan-permukaan tersebut.
Pelumasan dengan tipe seperti ini dapat ditemukan pada bantalan gelinding meskipun pelumasan
hidrodinamis dapat juga dilakukan.

4. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)


Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya membentuk lapisan
tipis minyak pelumas yang sempurna karena beban yang terlalu besar, penurunan kecepatan dari
permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam bantalan dan
kenaikan suhu pelumas. Pada keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam ketebalan
beberapa ukuran molekul saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin dihidupkan dan terus
berlanjut hingga menjelang mesin mencapai kecepatan operasionalnya.Lapisan yang terbentuk
dalam pelumasan jenis ini sangat rumit untuk dijelaskan yang jelas, ketebalan lapisan tersebut
hanya beberapa
molekul.Lapisan ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa kotoran, oksida
logam, dan gas dari udara.
5. Pelumasan Padat (Solid Lubrication)
Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu pasir dan
kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu, pasir dan
kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir dan kerikil
tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang merekomendasikan debu,
pasir dan kerikil sebagai pelumas padat pada elemen mesin. Jadi pelumasan padat (Solid
Lubrication) dapat diartikan seperti sebuah sistem pelumasan dimana diantara permukaan kontak
saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang dilapisi dan kadang menyatu pada elemen
tersebut. Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit dan molybdenum disulfida, memiliki
sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang bergeser dengan mudah dan
menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang bergesekan.
6. Pelumasan Tekanan Ekstrim
Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada pemotongan logam atau
roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan ekstrim digunakan. Tekanan adiktif
ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung zat belerang,
chlorin atau fosfor yang bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur tinggi yang timbul
dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis yang titik cairnya tinggi
antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses
pelumasan tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara permukaan yang bergerak
tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan yang bergerak relatif.

I.4. Sifat Pelumasan


A. Karakterisik Penting Untuk Pelumas Cair
Beberapa sifat penting yang sangat dibutuhkan agar minyak lumasi dapat berfungsi dengan
baik adalah .
1. Low volatility atau tidak mudah menguap, terutama pada kondisi operasi. Volatilitas suatu
minyak lumas penting sekali dalam pemilihan jenis pelumas dasar sesuai dengan pemakaian.
Sifat ini tidak dapat diperbaiki dengan penambahan aditif.
2. Fluiditas atau sifat mengalir dalam daerah suhu operasi. Karakterisitik aliran dipengaruhi
sebagian besar oleh minyak dasar. Fluiditas dapat diperbaiki dengan aditif > Pour point
depressants untuk memperbaiki aliran pada suhu, viscosity modifiers untuk memperbaiki aliran
pada suhu tinggi.
3. Stabilitas selama periode pemakaian. Sebagian sifat ini ditentukan oleh sifat minyak dasar,
namun terutama ditentukan oleh aditif yang memperbaiki stabilitas.. Stabilitas pelumas sangat
ditentukan oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, potensial oksidasi dan kontaminasi
dengan air, fraksi bahan bahan yang tak terbakar, dan asam-asam korosif.membatasi umur
pelumas. Aditif sangat berperan menaikkan kinerja dan umur pelumas.
4. Kompatibilitas atau kecocokan dengan bahan lain dalam sistim. Kompatibilitas pelumas
dengan seals, bearings, clutch plates dll., sebagian ditentukan oleh sifat minyak dasar. Namun
aditif juga dapat memiliki pengaruh besar memperbaiki sifat ini.

I.5. Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE (Society of American


Engineers)
Dalam pelumas dikenal dua tingkat kekentalan, yaitu pelumas dengan kekentalan tunggal
(single grade) dan kekentalan ganda (multi grade). Single grade ditandai dengan satu angka SAE
misalnya SAE 10, SAE 30, SAE 40, SAE 90, dll. Sedangkan multi grade ditandai dengan dua
angka SAE misalnya SAE 10W-30, SAE 20W-50, dll. Pelumas single grade hanya memiliki satu
tingkat kekentalan. Pelumas kategori ini memiliki rentang yang relatif sempit atau kecil terhadap
perubahan temperatur. Kini yang banyak digunakan adalah pelumas multi grade, sehingga lebih
fleksibel beradaptasi terhadap perubahan temperatur. Contohnya pelumas SAE 10W-30. Huruf
W menunjukkan bahwa bila pelumas dipakai pada suhu rendah (W=winter/dingin), pelumas
akan bersifat seperti pelumas SAE 10. Sementara angka 30 menunjukkan bahwa pada suhu tinggi
(panas) pelumas bersifat seperti SAE 30.
Klasifikasi SAE untuk oli motor

Nomor Daerah Kekentalan


kekentalan 0 oF atau – 17,8 oC 210 oF atau 98,9 oC
SAE Min Max Min Max
5W - 1.300 cSt - -
10 W 1.300 cSt 2.600 cSt - -
20 W 2.600 cst 10.500 cSt - -
20 - - 5,7 cSt 9,6 cSt
30 - - 9,6 cSt 12,9 cSt
40 - - 12,9 cSt 16,8 cSt
50 - - 15,8 cSt 22,7 cSt

Klasifikasi SAE untuk oli transmisi


Nomor Temperatur maksimum Visikositas pada 210oF
kekentalan Visikositas 166.000 cSt Min Max
SAE o
F o
C cSt cSt
75 W -40 -40 4,2 -
80 W -15 -26,1 7,0 -
85 W 10 -12,2 11,0 -
90 - - 14,0 25
140 - - 25,0 43
250 - - 43,0 -

Anda mungkin juga menyukai