1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Indonesia. Hal ini dibuktikan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 atau INPRES NO 5 tahun 2010 yang menggambarkan
setidaknya 4 prioritas nasional yang sangat sesuai dengan implementasi pembangunan
berkelanjutan dengan penekanan pada penanggulangan kemiskinan, ketahanan
pangan, energi dan pengelolaan lingkungan hidup serta penanggulangan bencana.
Penipisan Sumber Daya Alam (termasuk energi fosil) yang berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia berorientasi kepada Sumber Daya Alam yang tidak
berkelanjutan. Bencana alam (seperti banjir, erosi, tanah longsor) yang memilki arti
bahwa terjadi degradasi lingkungan dan gangguan social yang berdampak pada
ketidakpastian pertumbuhan ekonomi, penurunan kualitas udara dan air karena alih
fungsi lahan menjadi kawasan industri yang menghasilkan polusi, kecenderungan
kenaikan efek gas rumah kaca sedangkan kawasan hutan Indonesia semakin gundul,
perilaku produksi dan konsumsi pasar yang tidak berorientasi pada lingkungan hidup,
bahkan pada tahap pengambilan keputusan dalam kepentingan politik yang mengalami
keterbatasan instrumen kebijakan kurang memprioritaskan teknis pembangunan
berkelanjutan. Artinya, ketidakstabilan dalam pengambilan kebijakan pun menjadi
dampak realitas paling menyakitkan terlepas dari aspek material lingkungan maupun
ekonomi yang berpengaruh secara langsung. Berdasarkan penyederhanaan sebuah
wacana dalam sebuah realitas tersebut, maka dapat ditemukan bahwa Green Economy
memang diperlukan dalam pembangunan nasional Indonesia demi keberlanjutan masa
depan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan kota yang berkelanjutan adalah suatu proses dinamis yang
berlangsung secara terus-menerus; merupakan respon terhadap tekanan perubahan
ekonomi, lingkungan, dan sosial, dan budaya. Proses dan kebijakannya tidak sama
pada setiap kota, tergantung pada kota-kotanya. Salah satu tantangan terbesar konsep
tersebut saat ini adalah menciptakan keberlanjutan, termasuk didalamnya
keberlanjutan sistem politik dan kelembagaan sampai pada strategi, program, dan
kebijakan sehingga pembangunan kota yang berkelanjutan dapat terwujud menjadi
kota yang baik dan nyaman bagi warga negaranya.
Akan tetapi tantanggan terbesar dari Pembangunan berkelanjutan ini adalah
menghadapin pertumbuhan penduduk yang besar ataupun daerah padat dengan
penduduknya, Bagaimanapun akan membutuhkan area yang besar, sehingga akan
menimbulkan masalah dengan alam, untuk itu juga harus diadakan pembangunan
perkotaan yang berwawasan lingkungan. Dikarenankan perencanaan pembangunan
kota harus memperhatikan aspek Alam dan lingkungan sebagaimana konsep E.
Howard dengan garden cittynya. "Kota besar bukanlah tempat yang cocok untuk
tempat tinggal jika persoalan lingkungannya diabaikan.”
Untuk dapat menciptakan suatu kota yang berkelanjutan, diperlukan lima prinsip
dasar, yaitu :
* ekologi,
* ekonomi,
* equity (pemerataan),
* engagement (peran serta), dan
* energi (Budiharjo, 1996).
4
Pembangunan yang berkelanjutan merupakan suatu tujuan yang dilatarbelakangi
sebuah visi akan keseimbangan dalam keterkaitan antara ekonomi, sosial, lingkungan,
dan kebudayaan (ekologi) guna membangun masyarakat yang stabil, makmur, dan
berkualitas.
Dalam hal perencanaan kota selain memperhatikan aspek lingkungan, juga harus
memperhatikan dan menguasai sistem sosial dari masyarakat tersebut, hal ini di
perlukan guna memudahkan pendekatan ke dalam masyarakat untuk menjelaskan
program apa yang akan di rencanaakan ke depan.
5
ekosistem, kurangi konversi lahan subur, dan jangan membuang limbah yang
melampaui asimilatif lingkungan.
6
Gambar 2.1 Interaksi antara Ekonomi
dan Ekologi (Hanley et al., 2001:5)
Gambar 2.2 Interaksi Terus Menerus
antara Dimensi Ekonomi, Sosial, dan
Ekologis
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
pasar secara tidak langsung akan ketergantungan dan pemborosan terhadap energi
fosil yang disebabkan karena harga murah , sekaligus pasar ikut berpartisipasi
dalam peningkatan emisi gas rumah kaca. Dampak yang sangat sulit untuk diubah
karena perliaku pasar yang telah terbiasa dimanjakan oleh sumber energi fosil yang
tersubsidi. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini beserta pemangku kebijakan
harus berpartisipasi dengan lebih aktif untuk mendorong perubahan perilaku pasar.
Namun negara tidak dapat memaksa untuk mengubah perilaku pasar dengan
intervensi terhadap perilaku ekonomi secara masif, karena dampak yang
ditimbulkan bersifat rentan dan sistemik terhadap pembangunan. Sebagai contoh
intervensi masif yaitu rencana kenaikan tarif BBM (Bahan Bakar Minyak) april lalu
yang meningkatkan tensi politik yang kemudian merambat pada berhentinya buruh
bekerja, demonstrasi atau pemboikotan SPBU, yang justru membuat pembangunan
terhambat dan hasilnya cenderung merugikan pertumbuhan ekonomi dan proteksi
lingkungan. Oleh karena itu, strategi khususnya dalam mengintervensi pasar harus
dikaji lebih dalam untuk mereduksi segala bentuk kerentanan konflik yang
ditimbulkan oleh karenanya.
9
Peningkatan kualitas hidup masyrakat, dapat perlahan melepaskan diri dari
ketergantungan energi global (ketidakpastian harga minyak dunia misalnya) dan
pertumbuhan ekonomi yang memiliki ketahanan lingkungan akan Indonesia miliki
sekaligus mengurangi kemiskinan dalam masyarakat.
10
BAB IV
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.earthsummit2012.org/blog/item/272-towards-a-green-economy-
leadership-for-the-clean-revolution
http://qushayalidrus.blogspot.com/2013/08/pembangunan-kota-berkelanjutan.html
http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-IV-12-II-
P3DI-Juni-2012-69.pdf
http://iplbi.or.id/2013/06/kota-ekologinomis-sinergi-ekologi-dan-ekonomi-dalam-
pembangunan-kota/
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57892/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf?sequence=5
12