Ca
Ca
PENDAHULUAN
1
1.3 BatasanMasalah
Batasan masalah dalam tugas ini dibutuhkan agar pembahasan tidak keluar
dari tujuan awal yang ingin dicapai. Batasan masalah dalam tugas ini adalah sebagai
berikut:
1. Laporan hanya perhitungan pembebanan Jembatan dan Kapasitas daya dukung.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3. Jembatan Gelagar Kotak.
4. Jembatan Rangka.
5. Jembatan Pelengkung.
6. Jembatan Gantung.
7. Jembatan Struktur Kabel (Cable Stayed dan Suspension Bridge).
2.3 Jembatan Rangka Baja
Jembatan rangka adalah jembatan yang tersusun dari batang-batang yang
dihubungkan satu sama lain dengan pelat buhul, pengikat paku keling, baut maupun
las. Di Indonesia, jembatan rangka baja biasanya menggunakan tipe pratt atau
warren . Profil yang seringkali dipakai adalah WF.
2.4 Software SAP2000
Dalam tugas akhir ini, menggunakan software SAP2000 v.14 untuk
analisisnya. Dalam permodelan struktur, kita mengenal frame dan truss. Disini
dijabarkan perbedaan analisis dengan konsep truss dan dengan konsep frame,
walaupun dilihat pada judul lebih menonjol pada truss.
Konsep truss menganggap beban-beban yang bekerja pada titik buhul atau
titik sambung dari masing-masing batang, sedangkan frame menganggap beban
bekerja sesuai dengan letak dimana beban itu berada. Hasilnya adalah pada frame
momen yang timbul besar sesuai, sedangkan pada truss momen yang timbul terjadi
sangat kecil atau bahkan terkadang dianggap tidak ada momen. Momen yang terjadi
pada truss timbul akibat beban sendiri batang, sedangkan pada frame momen
duakibatkan oleh reaksi struktur akibat beban.
4
2.5 Komponen Struktur Jembatan Rangka Baja Tipe Pratt
Jembatan rangka baja tipe pratt adalah termasuk tipe sederhana dan lebih
ekonomis dari segi struktur dengan adanya batang-batang vertikal yang dapat
mengurangi beban yang bekerja pada struktur rangka baja. Berdasarkan asumsi
bahwa lendutan terbesar terjadi di tengah bentang dan semakin ke daerah tumpuan
lendutannya semakin kecil sehingga momen yang bekerja pada rangka utama
bagian atas dan bawah jembatan semakin ke tengah semakin besar.
Rangka batang yang dibuat dalam bentuk segitiga adalah stabil sehingga
model rangka batang utama dibuat trapesium yang dapat membuat rangka tetap.
stabil dalam menahan gaya-gaya aksial dan lateral.
Rangka utama jembatan rangka baja tipe pratt terdiri dari top chord, bottom
cord, end post, hip vertical, batang vertikal dan batang diagonal. Struktur rangka
utama ini menahan beban-beban dari hasil perhitungan kombinasi beban
berdasarkan RSNI T-02-2005. Masing-masing batang menahan gaya-gaya akibat
dari beban-beban yang diterimanya. Selain itu batang vertikal berfungsi
mengurangi gaya maksimum yang terjadi pada tengah batang bagian atas maupun
bagian bawah. Batang diagonal juga berfungsi mengikat titik-titik hubung pada
5
batang utama yang masih tidak stabil dalam menerima gaya lateral akibat beban
gempa dan beban angin menjadi batang yang stabil dan untuk mengurangi panjang
tekuk ditiap-tiap batang utama. Pada analisa ini memodelkan jembatan rangka tipe
pratt dengan permodelan frame dan truss secara 3D.
6
Tabel 2.1 Berat Isi Untuk Beban Mati (kN/m3)
Berat/Satuan Isi Kerapatan Masa
No. Bahan
1. Campuran alumunium (Kn/m3)26,7 27203)
(kg/m
2. Lapisan permukaan beraspal 22,0 2240
3. Besi tuang 71,0 7200
4. Timbunan tanah dipadatkan 17,2 1760
5. Kerikil dipadatkan 18,8 – 22,7 1920 – 2320
6. Aspal beton 22,0 2240
7. Beton ringan 12,25 – 19,6 1250 – 2000
8. Beton 22,0 – 25,0 2240 – 2560
9. Beton prategang 25,0 – 26,0 2560 – 2640
10. Beton bertulang 23,5 – 25,5 2400 – 2600
7
B. Beban Mati Tambahan / Utilitas (MA)
Berat mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan. Menurut RSNI T-02-2005, yang termasuk ke
dalam beban mati tambahan adalah sebagai berikut ini :
1. Peralatan permukaan khusus.
2. Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan ulang kembali dikemudian hari.
3. Sarana lain di jembatan.
4. Pipa saluran air bersih, saluran air kotor dan lain-lain.
2.6.2 Aksi Sementara (Transient Actions)
Aksi sementara (transient actions) adalah aksi yang bekerja dengan waktu
yang pendek, walaupun mungkin terjadi seringkali. Yang termasuk ke dalam aksi
sementara diantaranya adalah beban lalu lintas. Beban lalu lintas untuk perencanaan
jembatan terdiri dari beban lajur “D” (TD) dan beban truk “T” (TT).
Aksi sementara (transient actions) yang lainnya yang dibahas pada
perencanaan ini adalah gaya rem (TB), beban pejalan kaki (TP), gaya angin (EW)
dan gaya gempa (EQ).
A. Beban Lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” merupakan pembebanan secara melintang lebar jembatan.
Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan menimbulkan pengaruh
pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan kendaraan yang
sebenarnya. Jumlah total beban lajur “D” yang bekerja tergantung pada lebar jalur
kendaraan itu sendiri. Secara umum, beban “D” akan menjadi beban penentu dalam
perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang.
8
Gambar 2.3 Beban Lajur “D”
(Sumber : RSNI-T-02-2005 Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan)
Beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi merata (BTR) dan beban garis tegak
(BGT). Masing-masing beban tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
1. Beban terbagi rata (BTR)
Beban terbagi merata mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q
tergantung pada panjang total yang dibebani L
2. Beban garis tegak (BGT)
Beban garis tegak (BGT) dengan intensitas p Kn/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p menurut RSNI
T-02-2005 adalah 49,0 kN/m.
Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada jembatan menerus,
BGT kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang
jembatan pada bentang lainnya.
Penyebaran beban “D” pada arah melintang disusun sedemikian rupa
sehingga menimbulkan momen maksimum. Penyusunan komponen-komponen
BTR dan BGT dari beban “D” pada arah melintang harus sama. Apabila lebar jalur
kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka beban “D” harus
ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100%. Apabila lebar jalur lebih
besar dari 5,5 m, beban “D” harus ditempatkan pada jumlah jalur lalu lintas rencana
9
(n1) yang berdekatan, dengan intensitasnya 100%. Hasilnya adalah beban garis
ekuivalen sebesar n1 x 2,75 q Kn/m dan beban terpusat ekuivalen sebesar n1 x 2,75
p kN, kedua-duanya bekerja berupa strip pada jalur selebar n1 x 2,75 m. Beban “D”
tambahan harus ditempatkan pada seluruh lebar sisan dari jalur dengan intensitas
50%.
10
Gambar 2.5 Susunan Pembebanan “D”
(Sumber : RSNI-T-02-2005 Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan)
11
dari getaran lentur jembatan. Untuk perencanaan, FBD dinyatakan sebagai beban
statis ekuivalen.
12
Gambar 2.7 Pembebanan Truk “T” (500 kN)
(Sumber : RSNI-T-02-2005 Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan)
13
Gambar 2.8 Gaya Rem Per Lajur 2,75 Meter (KBU)
(Sumber : RSNI-T-02-2005 Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan)
14
(Sumber : RSNI-T-02-2005 Standar Perencanaan Pembebanan Untuk Jembatan)
BAB III
DATA TEKNIS
15
Gambar 3.1 sungai jangkang
3.2 Data Yang Dibutuhkan
3.2.1 Data Primer
Data perimer marepakan data dari survei lapangan data primer yang di
butung dalam perencanaan ini berupa data panjang sungai dan data kedalaman sungani.
16
Gambar 3.2 peoses pengukuran sungai
17
Gambar 3.4 peroses pengukuran kedalaman sungai
Dari hasil survei yang telah di lakukan di lapangan di dapat data sungai sebagai berikut
dengan panjang sungai 54 m dan kedalaman kasiman 3,4 m
18
BAB IV
PERHITUNGAN
19
a. Panjang total jembatan = 50 m
b. Lebar jembatan =9m
c. Jumlah lajur = 1 lajur 2 jalur
d. Lebar lantai kendaraan =7m
e. Lebar trotoar =1x2m
f. Tipe jembatan = with truss
g. Tinggi rangka jembatan =6m
h. Jarak antar rangka gelagar memanjang = 1,75 m
i. Jarak antar rangka gelagar melintang =5m
j. Berat jenis beton = 2,5 t/m3
k. Berat jenis apal = 2,2 t/m3
l. Tebal slab = 0,2 m
m. Tebal aspal = 0,1 m
n. Mutu beton Fc’ = 25 mpa
o. Berat jenis air = 1 t/m3
20
Menggunkan IWF = 700 300 13 24 (gelagar melintang)
5 𝑙𝑠
=
6 6−1,96
5 𝑙𝑠
=
6 6 − 𝐻𝑠
𝑙𝑠 = 3,76 m
Hasil perhitungan di dapat posisi dari pipa sandara berda pada tinggi 166 cm
dengan detail posisi depert pada gambar 3.3 berikut
21
4.1.3 Data Perencanaan Pipa Sandaran
a. Bahan : Bj 37 = 240 mpa
Baja besi = 7850 kn/m2
b. Dipakai pipa sandaran = 61, m
c. Penampang pipa sandaran : DL = 6,1 cm
D0 = 5,73 cm
A: ¼ 𝜋(DL2- D02) = 2,46 cm2
I : 234037,58 mm2 = 32,4037 cm4
4.1.4 Perhitugan Pembebanan Pipa Sandaran
a. Beban vertikal = qsandaran + qpipa = 75 + 7,13 = 82,13 kg/m
b. Momen vertikal = 1/8 WL2 = 103,16 Kg
c. Beban horizontal = qsandaran = 75 kg/m
d. Momen horizontal = 1/8 ql2 = 94,21 kg/m
DL
e. Zx =½Ax = 4,447 x 336 = 1504,272 cm3
2
22
Gambar 4.4 Rencana Pipa Sandaran Jembatan
L trotoar =1m
a. Beban mati
Beban sendiri trotoar = 0,5 m x 1m x 25mpa = 12,5Kn x 0,5m = 6,25 kn/m
Beban plat lantai = 0,2m x 1m x 25mpa = 5,0Kn x 0,5m = 2,5 kn/m
MMS = 8,75 kn/m
b. Beban hidup
Beban horizontal kerb (H2) = 1,5 x 0,35 = 0,52 kn/m
kn
Beban vertikal terpusat (p) = 3,7 x 0,5 =1,85 /m +
23
MTP = 8,75 kn/m
c. Beban air hujan (mati tambahan)
Beban air hujan = 0,03m x 1m x 10mpa
=0,3m x 0,5Kn
= 0,15 kn/m
MMA = 0,15 kn/m
d. Mu slap trotoar
Faktor beban ultimit KMS = 1,3
Faktor beban ultimit KRP = 2,0
Faktor beban ultimit KMA = 2,0
MMS x 1,3 = 11,73 kn/m
MTP x 2,0 = 4,76 kn/m
MMA x 2,0 = 0,3 kn/m +
Mu = 16,435 kn/m
Geser Ø = 0,5
24
Momen ultimit Mu = 16,435 kn/m
Rn = 0,604
Rn < Rmax
d. luas tulanagan
As= ρxbxd= 0,00191x 1000 x 160=305,6 mm2
e. diameter tulangan yang dipakai
D = 16 mm
ᴫ b
S = x D2 x 𝑎𝑠 = 656,57 mm
𝑑
ᴫ b
As = 4 x D2 x 𝑎𝑠 = 502,65 mm
25
g. Tulangan longitudinal 50% dari tulangan pokok
b. Perhitungan pembebanan
Faktor beban ultimit kms = 1,2 (beton cor ditempat) karena perhitungan
kombinasi 1 terbesar maka didapati
26
Mutu baja Bj 34 fy = 390 mpa
Jarak tulangan kesisi luar beton d’ = 40 mm
d = h- d = 200mm – 40 mm = 160mm
𝑀𝑛 104
f. Faktor tahanan nominal Rn = = 4,08
𝑏𝑑4
0,5
h. Rasio tulangan minimun ρmin = 𝑓𝑦 = 0,001
27
l. Tulangan baji/susut diambil 50% dari tulangan pokok
Es = 200.000 Mpa
Ec = 23.500 Kpa
h = 200 mm
d’ = 40 mm
a. Beban merata
Q = QM + QMA = 750 Kn/m
b. Lendutan total
Lx 1750
(δ total) < 240 = = 7.291 mm
240
28
c. Inersia bruto slab
(Ig) = ½ bh3= 6,7 x 108 mm4
d. Modulus runtuh beton
Fr = 0,7√𝑓𝑐=350 Mpa
𝐸𝑠
n = 𝐸𝑐 = 8,51
29
l. Lendutan jangka panjang akibat rangka dan susut
r
ᴫ
Sg = 𝐸𝑐 𝑥 𝑙𝑒 x Q x lx4 = 0,13
384
lx
Syarat = 240 =7,291 mm
30
Modulus baja = 200.000 Mpa
Tegangan leleh baja BJ 55 fy = 410 Mpa
Tegangan ultimit fu = 550 Mpa
a. Beban mati
Menggunakan gelagar IWF 600 x 200 x 11 x 17
31
b. Bebab hidup
Akibat beban “D” (faktor beban KTD = 1,8)
Beban terbagi rata (BTR)
L = 50 m > 30 m
15
G = 9 (0,5 + ) Kpa = 7,2 kpa = 720 Kg/m2
𝑙
32
ML2 = 1/2 PTT x b = ½ 146,25KN x 1,75m = 127,968 KN.m =12796,8
kg.m
Momen yang dipakai ialan momen yang terbesar, yaitu 12796,8 kg.m
(akibat beban truk “T”
Gaya geser maksimum VLL = PTT x L = 146,25 Kg.m
Ev = VDL+ VLL = 78480 Kg
Sayap
b 170 200 170
≤ = 2 𝑥 17 ≤ = 5,88 ≤ 8,39 OK!!!!
2 𝑥 𝑡𝑓 √𝑓𝑦 √410
33
= (0,013mm x 99,89 mm) + (0,02 x 174,04155)
= 1,300 mm + 3,48 mm
= 4,78 mm = 0,478 cm
lendutan akibat beban truk “T”
1 Pr x L3 1 14.625 kg x (500 mm)3
δt = 48 x = 48 x 200.000 𝑀𝑝𝑎 𝑥 77.600 𝑐𝑚4 = 0,245 cm
𝐸 𝑥 𝐼𝑥
Vu ≤ Ø Vn
Vu ≤ 0,6 x fy x Aw
78.480 kg ≤ 0,6 x 410 N/mm2 x 566 mm x 11mm
78.480 kg ≤ 153159,6 kg OK!!!!
34
Perhitungan pembebanan
a. Beban mati
Beban lapisan aspal = 0,010 x 5 x 2200 x 2 = 2200 kg/m
Beban trotoar
Berat sendiri plat beton = 0,2 x 5 x 250 x 1,3 = 4063 kg/m
Berat steel deck = 10,05 x 5,0 x 1,3 = 65,33 kg/m +
Total = 6328,33 kg/m
ΣMB = 0
(4128 x 1 x 5)+ (2200 x 7 x 4,5)+ (4128 x 1 x8,5
Ra = = 11827,825 kg
9
3543,75+391,25+3543,75
Beban Garis =( ) = 23034,375
2
35
Trotoar = t x l x 𝛾 beban
Gelagar tengah
c. Gelagar Tengah
Aspal = t x l x 𝛾 aspal
36
Air hujan = t x l x 𝛾 air hujan
d. Beban D
L = 40 m
P = 49 KN/m
QBGT = n x p x 2.75
= (1 + 0.4) x 269.5
= 377.3 KN/m
37
BGT 50% = 0.5 x QBGT
= 188.65 KN/m
f. Beban Truck T
= 32.5 kn
= 146.25 kn
Gelagar tepi
Gelagar tengah
= 33.4555 KN.m
38
g. Beban Angin
Pada rangka jembatan
Panjang bentang atas (La) = 35 m
Panjang bentang bawah (Lb) = 40 m
Tinggi rangka h =6m
Luasan bidang luar rangka Ab = 1/2 (La + Lb) x h
= 1/2 ( 35 + 40) x 6
= 225 m2
30% x Ab = 67.5 m2
Cw =1.2 rangkabawah = 9
Vw = 0.0006 x Lw x Vw2 x Ab rangkabawah= 8
jumlah joint = 59.535 KN jumlah total joint = 17
TEW1perjoint = 3.50 KN
39
Luas trotoar = 3.7 kpa
Beban pejalan kaki = 3.7 kpa = KN.m
Beban mati Ma
tambahan
a. Gelagar 2,77
tepi
b. Gelagar 4,55
tengah
40
Beban terbagi BTR
merata
a. Gelagar 5,91
tepi
b. Gelagar 13,98
tengah
41
Beban rem Tb 1.43
42
Gambar 4.7 analisa beban yang terjadi pada tumpuan sendi jembatan
Gambar 4.8 analisa beban yang terjadi pada tumpuan rol jembatan
43
Dari analisa dengan sap 2000 juga di dapat analisa pada tiap batang yeng
terjadi dengan nilai sebagai berikut
Gaya yang terjadi pada gelagar (pu)
batang atas utama = 1913 , 914 kg (tekan)
batang bawah = 385796,49 kg (tarik)
batang diagonal = 10120,18 kg (tekan)
= 38796,45 kg (tarik)
Batang angin = 19516,491 kg (tekan)
Ix = 66600 cm4
Iy = 22400cm4
ix = 17.5 cm
iy = 10.1 cm
a. Menghitung radius gerasi (r)
Fx = √𝐼𝑥 = √66600 = 17.43 cm
Ag 218.7
Ag 218.7
b. Parameter kerampimgan (ʎc)
𝜆c = k x l √𝑓𝑦 dimana k = 0.5
44
r 𝜋2 x E
45
4.1.16 Perencanaan Batang Diagonal
dimensi IWF 400. 400.13.21 dengan analisa kekuatan profil
a. Batang utama diagonal (tekan)
Dari hasil output SAP 2000 hasilnya adalah 10120,18 kg
Digunakan profil WF 400 x 400 x 13 x 21
Ix 66600
rx =√ =√ = 17,45 cm
Ag 218,7
Iy 22400
ry =√ =√ = 10,12 cm
Ag 218,7
diameter kerampingan
46
Dipakai dimensi WF 400 x 400 x 13 x 21
Luas penampang bersih (AC) = 0,85 x 213,37 cm2 = 181,36 cm2
Kontrol kekuatan desain :
Berdasarkan pada pelelehan penampang bruto :
Øt . Tn = Øt . fy . Ag ≥ Pu
= 0,9 x 4100 x 181,36 ≥ 38796,45 kg
= 807003 kg ≥ 38796,45 kg
Berdasarkan pada retakan penampang bersih :
Øt . Tn = Øt . fu . Ac ≥ Pu
= 0,75 x 5500 x 181,36 ≥ 38796,45 kg
= 748115 kg ≥ 38796,45 kg
PROFIL AMAN OKE !!!!
Digunakan kekuatan desain terkecil, yaitu :
748115 kg ≥ 38796,45 kg
47
Ix 1640
rx =√ =√ = 6,39 cm
Ag 40,14
Iy 563
ry =√ =√ = 3,75 cm
Ag 40,14
diameter kerampingan
Maka, Øc . Pn ≥ Pu
0,85 x 2782,09 x 40,14 ≥ 195164,91 kg
94922,12 ≥ 195164,91 kg
48