Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang TB
Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang TB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada
negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas
atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis
dan terapi yang cukup lama.
Di Indonesia untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina dan
India. Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar
penderita penyakit TBC (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, tahun
2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke rumah Sakit
dan Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman
tersebut menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai
35.000 orang. Tuberculosis paru merupakan suatu gangguan pada saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang menyerang paru-paru
dan merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau infeksi air ludah
sehingga mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke yang lainnya.
A. Batasan Masalah
5. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien TB paru pada anak
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi
2. Bagi keperawatan
3. Bagi pendidikan
D. Metodologi
E. Sistematika penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metodologi, sistematika penulisan
Bab II Tinjauan Teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, tes diagnostik, penatalaksanaan medis, komplikasi, patoflow diagram,
konsep asuhan keperawatan
Bab III Pengamatan Kasus terdiri dari : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan dan discharge
planning
Bab IV Pembahasan
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik ( Ngastiyah: 1997). Menurut (Donna L.Wong, dkk:
2009), Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Sedangkan
menurut (Amin, M.,1999), tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan
karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan dari
orang ke orang melalui nukley droplet melalui udara (Sandra, 2002)
2. Anatomi Fisiologi
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di dalam tubuh. Proses
ini memerlukan suplai O2 yang konstan bagi setiap selnya dan sekaligus mampu
membuang produk metaboliknya : misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan
pada bernapas tetapi juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh
http://ngemper.com/wp-content/uploads/2011/07/lung_anatomy.jpg
1) Area konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana pada bagian ini tidak
terjadi pertukaran gas
a) Hidung: Meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa
rongga hidung sebagai alat penyalur udara.
b) Pharynx: Merupakan saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang menghubungkan nasal
dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak, pharyx ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu : Nasopharyx, oropharix dan laryngopharynx.
c) Larynx: Larynx terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil dan 3 kartilago besar). Larynx
terletak pada bagian tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4 sampai 6.
d) Trachea : Merupakan saluran rigid yang memiliki panjang 11-12 cm dengan diameter 2,5
cm. trakhea mengalami percabangan pada carina membentuk bronchus kiri dan kanan
terjadi obstruksi, kerusakan atau aspirasi benda asing maka diperlukan tindakan
pembedahan (tracheostomy).
e) Bronchus : Bronchus kanan kurang pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang besar
pada saat masuk ke paru, bronchus terbagi jadi 5 percabangan ; lobus atas, tengah dan
bawah pada paru kanan dan lobus atas dan bawah pada paru kiri.
2) Area respirasi yaitu pada alveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area ini
terjadi pertukaran gas.
Paru-paru di dalam rongga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru dilapis oleh
suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara dinding thorax dilapisi
oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang berisi cairan
surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua lapisan pleura saat proses
respirasi.
Adanya mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang melekat pada
paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang sampai 1-2 cm dan
sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya dapat menyebar ke daerah
lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan penderitanya.
3. Etiologi
Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikrobakterium lain
yakni mycobakterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai
tuberkulosis.
4. Patofisiologi
Kompleks primer tuberkulosis adalah infeksi lokal pada tempat masuk dan limfonodi
regional yang mengalirkan daerah tersebut. Paru-paru adalah tempat masuk pada
lebih dari 98% kasus. Basil tuberkel memperbanyak diri pada mulanya dalam alveoli
dan duktus alveolaris. Kebanyakan basil terbunuh tetapi beberapa bertahan hidup
dalam makrofag yang di nonaktifkan, yang membawanya melalui vasa limfatika ke
limfonodi regional. Bila infeksi primer ada di paru-paru limfonodi hilus biasanya
dilibatkan, walaupun fokus lobus atas dapat mengalirkannya ke dalam limfonodi
paratrakea. Reaksi jaringan dalam parenkim paru-paru dan limfonodi intensif pada 2-
12 minggu berikutnya karena terjadi hipersensitivitas jaringan. Bagian parenkim
kompleks primer sering menyembuh secara sempurna dengan fibrosis atau klasifikasi
sesudah mengalami nekrosis dan membentuk kapsul. Kadang-kadang, bagian ini
terus membesar, menimbulkan pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika pusat lesi
sudah mencair dan mengosongkan bronkus akan meninggalkan rongga sisa
(kaverna).
Fokus infeksi di limfonodi regional menjadi fibrosis dan berkapsul, tetapi penyembuhan
biasanya kurang sempurna daripada lesi parenkim. M. Tuberculosis yang hidup dapat
menetap selama beberapa dekade dalam fokus ini. Pada kebanyakan kasus infeksi
tuberkulosis awal limfonodi ukurannya tetap normal. Namun limfonodi hilus dan
paratrakea yang sangat membesar sebagai bagian dari reaksi radang hospes dapat
melampaui batas daerah bronkus atau bronkiolus regional. Obstruksi farsial bronkus
yang disebabkan oleh kompresi eksternal dapat menyebabkan hiperinflasi pada
segmen paru sebelah distal. Limponodi yang meradang dapat melekat pada dinding
bronkus dan mengerosinya. Sehingga menimbulkan tuberkulosis endobronchial atau
saluran fistula. Cesium menyebabkan obstruksi bronkus komplet. Lesi hasilnya
kombinasi pneumotitis dan atelektasis, disebut konsolidasi-kolaps atau lesi segmental.
Waktu antara infeksi awal dan penyakit yang tampak secara klinis adalah sangat
bervariasi. Tuberkulosis tersebar atau meningeal adalah manifestasi awal sering
terjadi dalam dua sampai enam bulan infeksi. Tuberkulosis limfonadi atau
endobronchial yang bermakna secara klinis biasanya mucul dalam 3-9 bulan. Lesi
tulang dan sendi memerlukan beberapa tauhun untuk berkembang sementara lesi
ginjal dapat menjadi jelas beberapa dekade sesudah infeksi. Tuberkulosis paru yang
terjadi lebih dari setahun sesudah infeksi primer biasanya disebabkan pertumbuhan
kembali basili endogen yang menetap pada lesi yang sebagian berkapsul. Reaktifasi
tuberkulosis ini jarang pada anak tetapi sering pada remaja dan orang dewasa muda.
Bentuk yang paling sering adalah infiltrat atau kaverna di apeks lobus atas, dimana
tensi oksigen dan aliran darah besar. Penyebaran selama reaktiiftas tuberkolosis
jarang pada hospes berkemampuan imun tetapi lazim pada orang dewasa dengan
syndrom defisiensi imun (AIDS). Hanya 5-10% orang dewasa berkemampuan imun
yang menjadi terinfeksi dengan M. Tuberkulosis berkembang menjadi penyakit klinis.
Namun, sekitar 40% bayi dengan infeksi yang tidak diobati berkembang penyakit
dalam 1-2 tahun. Resiko menurun selama masa anak. Sekitar 25-35% anak dengan
tuberkulosis berkembang manifestasi ekstrapulmonal dibanding dengan sekitar 10%
orang dewasa yang berkemampuan imun.
Basil juga dipindahkan melalui system limpe danj aliran darah ke bagian tubuh lain
Bronkopneumoni
Radang kronis, lesi dikelilingi oleh jaringan kolagen Fibroblast dan limfosit
Bagian tengah lesi akan mengalami nekrosis caseosa yang disebut lesi primer
Lesi primer mengalami pengapuran dan pencairan serta bronkus. Lesi primer mengisi
rongga serta jaringan nekrotik yang sudah mencair keluar bersama dengan batuk
Bila lesi sampai menembus pleura : Effuse Pleura Tuberculosa
5. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek
b. Malaise
c. Anoreksia
e. Batuk bisa ada atau tidak, berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan
e. Demam naik-turun
6. Test Diagnostik
a. Uji Tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak sudah
terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji
Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif).
Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara
intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan
di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila
terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap
meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara
rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya
pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
1) Bilasan lambung
2) Sekret bronkus
4) Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila ada
anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu
kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis.
Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih
cepat dan besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari
cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau
intrakutan pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi
usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan
sebagai berikut :
1) Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin
BCG sebanyak 0,05 mg.
2) Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 mg
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral,
lama pemberian 18-24 bulan
b. Non farmakologi
4) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak
terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
8. Komplikasi
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila fokus
primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar.
Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan
sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris nekrotik
kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih
lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula keluarnya
basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari limponodi
subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang tidak
diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi beberapa
tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel subependimal
menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang
9. Patoflowdiagram
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS DATA
Identitas Data Umum (selain identitas klien: nama tempat tanggal lahir, usia,
agama, jenis kelamin, juga identitas orangtua; nama orangtua, pendidikan, dan
pekerjaan)
b. DIAGNOSA MEDIS :
TB Paru
Keluhan Utama
2) Saat pengkajian
Keluhan utama : Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi
PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
3) Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala klinis
TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula
1) Pre Natal
2) Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal:
kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia icterus
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan
sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah
pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?)
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien
dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja
obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik
dalam jangka panjang perlu di identifikasi
4) Tindakan (operasi)
5) Alergi
6) Kecelakaan
7) Imunisasi
b) Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh
mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari
ibu pada saat dalam kandungan
1) Vaksin polio
2) Vaksin campak
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, tachipneu (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak
simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran broncogenik).
d. Lingkungan rumah
e)Kondisi rumah, bagaimana kondisi rumah, apakah dalam satu keluarga ada
yang menderita TB paru.
f)Merasa dikucilkan, kaji perasaan pasien atau keluarga pasien atas penyakit
yang diderita.
h)Berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak.
i)Tidak bersemangat dan putus harapan karena merasa tidak akan sembuh dan
terbatas ekonomi
Pada anak biasanya belum begitu paham, tapi bagi orang tua biasnya akan
menyerahkan pada Tuhan dan selalu berdoa untuk kesembuhan keluarganya
g. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2) Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat
lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas
biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi
3) Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4) Pemeriksaan fisik
c. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau
tidak, simetris tidak.
d. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
e. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau
tidak, uji pendengaran anak
g. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
k. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum
sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Dx DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Hypertermi
3. Gangguan nutrisi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
e. Monitor temperature
R : Meningkatkan pemahaman
keluarga tentang penyebab dan
kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
klien sehingga dapat meneruskan
upaya terapi diet yang telah diberikan
selama hospitalisasi.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
6. DISCHARGE PLANNING
a. Jelaskan pada keluarga pasien tentang penyakit tersebut dan tekankan pentingnya
terus meminum obat selama waktu yang telah ditentukan.
b. Jelaskan efek samping terapi obat dan beritahu pasein untuk segera melapor jika
mengalami hal-hal tersebut.