Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran hokum perbankan dalam khazanah system perbankan Indonesia
merupakan suatu condition sine qua non. Hal ini seiring berkembangnya bisnis
perbankan dalam system perekonomian nasional kita. Perkembangan bisnis
perbankan tersebut telah diantisipasi dengan lahirnya UU NO.7 Tahun 1992
tentang perbankan sebagai pengganti UU NO.14 Tahun 1967 tentang pokok
pokok perbankan yang kemudian disempurnakan dengan UU NO.10 Tahun 1998.

B. Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami tentang kegiatan usaha dan larangan
kegitan usaha Bank Umum dan Bank BPR

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kegiatan usaha dan larangan kegiatan usaha Bank Umum
2. Menjelaskan kegiatan usaha dan larangan kegiatan usaha Bank BPR
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perizinan Bank

Perbankan di Indonesia sebelum melakukan kegiatannya harus


memperoleh izin dari bank Indonesia,Artinya jika ingin mendirikan bank atau
pembukaan cabang baru maka diharuska untuk memenuhi beerbagai
persyaratan yang telah ditentukan oleh bank Indonesia,Kemudian Bank
Indonesioa mempelajari permohonan tersebut untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Izin pendirian Bank umun dan BPR biasanya diberikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.Untuk memperoleh izin usaha Bank , persyaratan
yang wajib dipenuhi menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
sekurang kurang nya adalah:1

a) Susunan Organisasi dan pengurusannya.


b) Permodalan
c) Kepemilikan
d) Keahlian dibidang Perbankan
e) Kelayakan rencana kerja

Dimana susuna perizinan tersebut ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Disamping izin usaha yang telah diajukan,maka pemohon dapat


memilih badan hukum yang diinginkan dan yang telah ditentukan.Pemilihan
bentuk badan hukum ini tergantung dari jenis bank yang dipilihnya,Apakah
bank umum atau BPR.dimana masing-masing badan hukum mempunyai
kelebihan dan kekurangannya.

B. Merger,Konsilidasi,dan Akuisisi
1. Merger

Merger berasal dari kata Mergere yang artinya bergabung


bersama,menyatu,berkombinasi.Istilah merger bisa dipakai secara luas untuk

1
Kasmir,Pemasaran Bank,(Jakarta:Prenada Media,2005),hal.25-26
menggambarkan penggabungan suatu objek. Dimana dapat diibaratkan seperti
menyatunya dua sungai yang berasal dari mata air yang berbeda dan
selanjutnya air sungai itu mengalir bersama menuju ke muara.2

Beberapa pengertian tentang merger:

a. Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 27 Tahun 1998


Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah
ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi
Bubar.
b. Ikatan Akuntan Indonesia
Merger adalah salah satu metode penyatuan usaha(business
combination),dimana penyatuan usaha itu sendirididefenisikan sebagai
penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas
ekonomi karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain.dari
defenisi tersebut akuntansi membedakan penyatuan usaha dalam dua
kategori3:
a. Penyatuan kepentingan atau penyatuan kepemilikan,
b. Akuisisi
c. Merger adalah suatu peeburan dari suatu perusahaan kedalam
perusahaan lain dimana terjadi satu perusahaan tetap mempertahankan
identitasnya semula, dengan melakukan pengambilalihan kekayaan ,
tanggung jawab, dan kuasa atas perusahan yang meleburkan diri
tersebut.4
Dapat disimpulkan merger adalah Penggabungan dua atau lebih
perusahan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup
sebagai badan hukun,sementara yang lainya menghentikan aktivitasnya
atau bubar.contohnya:Jika dua perusahhan A dan perusahan B
melakukan merger,maka hanya akan ada satu perusahaan saja yaitu A
atau B.pada sebagian besar kasus merger,perusahaan yang memiliki
ukuran yang lebih besar yang dipertahankan hidup dan tetap

2
Abdul Moin,Merger Akuisisi dan Divestasi,(Yogyakarta:Ekonisia,2003),hal.5
3
Ibid,hal.6
4
Muhammad Djumhana,Hukum Perbankan di Indonesia,Bandung:Citra Aditya Bakti,2000),hal.254
mempertahankan nama dan status hukumnya,sedangkan perusahaan
yang ukuran lebih kecil atau perusahan yang di merger akan
menghentikan aktivitas atau dibubarkan sebagai badan hukum.

Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan


surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham ,sementara itu
perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan
merged firm.Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin
besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke
surviving firm.

Perusahan yang di merger akan menanggalkan status hukumnya


sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi
bagian di bawah surviving firm.dengan demikian ia tidak lagi bisa bertindak
hukum atas namanya sendiri.dapat kita ilustrasikan:5

Sebelum Merger

BANK
Setelah Merger
DANAMON

BANK
DANAMON
BANK

DUTA

Gambar tersebut mengilustrasikan merger dua Bank yaitu Bank


Danamon dan Bank Duta.Bank Danamon adalah pihak yang menerima merger
dan bertahan hidup(Surviving firm) dan Bank Duta adalah pihak yang
dimerger(merged firm) dan bubar setelah merger.

5
Ibid,hal.7
Peristiwa merger mengakibatkan Bank Danamon memiliki uku7ran
yang lebih besar,karena ia telah menganbil alih seluruh aset dan hutang Bank
Duta.Pemegang saham atau pemilik Bank Duta akan tetap memiliki saham
perusahaan hasil merger melalui pertukaran atau penggantian saham,kecuali
jika saham tersebut dijual.

Syarat-syarat Merger

a) Merger yang dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan


dan merger yang dilakukan atas inisiatif badan khusus
pe3nyehatan perbankan ,maka sebelum merger wajib terlebih
dahulu memperoleh izin dari pimpinan bank Indonesia.(pasal
4).
b) Pelaksanaan merger harusmemperhatikan kepentingan
bank,kreditur,pemegang saham minoritas dan karyawan
bank,juga kepentingan raakyat banyak dan persaingan yang
sehat dalam melakukan usaha bank.(pasal 5)
c) Merger hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS(Pasal
7 ayat 2)

2. Konsolidasi

Konsolidasi atau peleburan merupakan bentuk khusus merger dimana


dua atau lebih perusahaan bersama-sama meleburkan diri dan membentuk
perusahan yang baru.Peraturan Pemerintah RI No.27 tahun 1998 tentang
penggabungan,Peleburan,Pengambilalihan perseroan terbatas menggunakan
istilah peleburan untuk istilah konsolidasi.6Dengan defenis,

Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan


atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru
dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.dapat kita
lihat Jika perusahaan A dan Perusahaan B melakukan Konsolidasi dengan
membentuk entitas baru,maka atas terbentuknya perusahaan baru tersebut
saham-saham lama (A dan B) akan diganti dengan saham baru C.Perusahaan

6
Ibid,Abdul Moin,hal.10
baru yang terbentuk dari konsolidasi tersebut akan memiliki formasi
manajemen,struktur organisasi,dan struktur modal yang baru pula.

Menurut ketentuan pasal 1 angka 26 undang-undang no 10 tahun 1998


tentang perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan,Konsolidasi di bidang perbankan adalah penggabungan dari dua
bank atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-
bank tersebut.7

Syarat-Syarat Konsolidasi

a) Konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan


dan konsolidasi yang dilakukan atas inisiatif badan khusus
penyehatan perbankan ,maka sebelum konsolidasi wajib terlebih
dahulu memperoleh izin dari pimpinan Bank Indonesia(pasal 4).
b) Pelaksanaan konsolidasi harus memperhatikan kepentingan bank,
kreditor, pemegang saham, dan karyawan bank,dan juga
kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam
melakukan usaha bank(pasal 5).
c) Konsolidasi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS,
yang mewakili sekurang kurang nya ¾ dari seluruh saham dengan
suara yang sah dan disetujui oleh sekurang-kurangnya ¾ dari
jumlah pemegang saham yang hadir.

Tata cara Konsolidasi

a.Menyusun usulan rencana Konsolidasi

b.Menyusun rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi

c.Pengumuman ringkasan rancangan konsolidasi

d.Rapat umum pemegang saham

e.Pembuatan akta konsolidasi dihadapan Notaris

f.Permohonan izin konsolidasi kepada bank Indonesia dengan tembusan


kepada mentri kehakiman
7
Ibid,Muhammad Djumhana,hal.262
g.Persetujuan permohonan izin konsolidasi

h.Pengumuman hasil konsolidasi8

3. Akuisisi

Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan pengambilalihan


kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh
perusahaan lain ,dan dalam peristiwa ini baik perusahan pengambilalihan atau
yang siambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah.9

Menurut ketentuan pasal 1 angka 27 Undang-undang Nomor 10 tahun


1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan ,Akuisisi adalah Pengambilalihan kepemilikan yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap bank berkaitan dengan kemampuan untuk
menentukan baik secara langsung maupun tidak lansung dengan cara apapun
dan kebijakan bank.

Akuisisi bank dilakukan dengan cara mengambilalh seluruh atau


sebagian saham yang mengakibatkan beralihnya pengendalian bank kepada
pihak yang mengakuisisi.akuisisi tersebut dapat dilakukan secra langsung
maupun bursa efek.

Syarat-syarat Akuisisi

a) Akuisisi yang dilakukan atas inisiatif bank yang bersangkutan


maka sebelum dilakukan akuisisi wajib terlebih dahulu
memperoleh izin dari pimpinan Bank Indonesia(pasal 4 ayat 1)
b) Pelaksanaan akuisisi harus memperhatikan:kepentingan bank,
kreditur, pemegang saham minoritas dan karyawan bank juga
kepentingan rakyat banyak dan persaingan yang sehat dalam
melakukan usaha bank.(pasal 5).
c) Akuisisi hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS.10

8
Ibid,Muhammad Djumhana
9
Abdul Moin,Merger Akuisisi dan Divestasi,hal.8
10
Ibid, Muhammad Djumhana,hal.271
Tata cara Akuisisi

a) Penyampaian maksud akuisi kepada bnk yang akan diakuisisi


b) Menyusun usulan rencana yang akan di akuisisi
c) Menyusun rancangan akuisisi dan konsep akta akuisisi
d) Pengumuman ringkasan rancangan akuisisi
e) Rapat umum pemegang saham
f) Pembuatan akta akuisisi dihadapan notaris
g) Permohonan izin akuisisi kepada bank Indonesia dengan
tembusan kepada mentri kehakiman
h) Persetujuan izin akuisisi
i) Pengumuman hasil akuisisi

C.Pencabutan Izin Usaha Pembubaran dan Likuiditas

1. pencabutan izin usaha


Pembubarab badab hokum bank terjadi karena dicabut izin usahanya
jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir, penetapan pengadilan pembubaran badan hokum yang
bersangkutan.
Pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh pimpinan bank Indonesia
dikarenakan bank tersebut tidak dapat mengatasi kesulitannya atau keadaan
bank yang bersangkutan membahayakan system perbankan nasional.
Keadaan suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya apabila berdasarkan penilaian bank Indonesia, kondisi usaha suatu
bank semakin memburuk apabila antara lain ditandai dengan menurunnya
permodalan, kualitas asset, likuidits dan rentabilitas serta pengelolaan bank
yang tidak berdasarkan prinsip kehati hatian dan atas perbankan yang sehat.
Sedangkan criteria yang membahayakan system perbankan yaitu apabila
tingkat kesulitan yang dialami dalam melakukan kegiatan usaha, suatu bank
tidak mampu memenuhi kewajiban kewajibannya kepada bank lain sehingga
pada gilirannyaakan menimbulkan dampak berantai kepada bank bank
lainnya.
Pencabutan merupakan langkah akhir dari usaha untuk menyehatkan
bank tersebut jadi sebelumnya telah ditempuh langkah langkah permulaan
oleh bank Indonesia yaitu berupa saran saran dan langkah tindakanyang lebih
efektif.
Langkah saran saran yang ditunjukkan kepada pemegang saham dan
pengurus yaitu :
a) Pemegang saham menambah modal
b) Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank
c) Bank menghapus bukukan kredit yang macet dan memperhitungkan kerugian
bank dengan modalnya
d) Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
e) Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
Langkah aktif dengan tindakan lain yang sesuai dengan peraturan
perundang undangan berlaku, seperti :
1. Menyerahka pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank kepada pihak
lain
2. Menjual sebagian harta atau seluruh harta atau kewajiban bank kepada bank
lain.
Sejak tangaal pencabutan izin usaha direksi dan dewan komisaris
dilarang melakukan perbuatan hokum yang berkaitan dengan asset dan
kewajiban bank kecuali atas persetujuan dan atau penugasan bank Indonesia
untuk pembayaran pegawai yang berhutang, pembayaran biaya kantor sert
pembayaran kewajiban bank kepada nasabah penyimpan dana dengan
menggunakan dana lembaga penjamin simpanan.
1. likuidasi
Menurut kamus perbankan likuidasi adalah pembubaran perusahaan dengan
penjualan harta perusahaan , penagihan piutang dan pelunasan utang serta
penyelesaian sisa harta atau antara para pemilik.
Likuidasi suatu bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan izin
usaha dari bank tersebut. Likuidasi dilakukan dengan cara :
a. pencairan harta dan atau penagihan penagihan piutang kepada para debitur
diikuti dengan pembayaran kewajiban bank kepada kreditur dan hasil
pencairan.
b. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang
disetujia oleh bank indonesia11
Dasar hukum yang digunakan :
a. UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah di ubah dengan UU no 10
tahun 1998
b. PP no.68 tahun 1996 tanggak 3 Desember 1996 tentang ketentuan dan tata
cara pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank.
Pihak pihak yang dirugikan oleh likuidasi bank
a. Nasabah
b. Karyawan
c. Kreditur
d. Pengguna jasa bank

11
Racmadi Usman, Aspek Aspek Hukum Perbankan Indonesia,(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,2001),
Hal.169
e. Para pemegang saham
f. Direksi dan komisaris
Direksi dan dewan komisaris bank dalam likuidasi sejak terbentuknya
menjadi non aktif tetapi tetap mempunyai kewajiban untuk setiap saat
membantu dalam memberikan segala data informasi yang diperlukan oleh
tim likuidasi.
Tim likuidasi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang diawasi
oleh bank Indonesia. Selaku demikian bank Indonesia mempunyai kewengan
untuk menilai pelaksanaan tugas dan wewenang dari tim likuidasi
memberhentikan dan mengganti anggota dan likuidasi.12
D.Pengawasan BI

Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk


membina serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kelembagaan dan
kegiatan perbankan, sebagaimana ditetapkan pada pasal 29 ayat 1undang-
undang no 10 th 1998 tentang perubahan atas undang-undang no 7 tahun 1992
tentang perbankan, Adapun pembinaan dan pengawasan tersebut dipempuh
melalui upaya-upaya tertentu baikyang bersifat prefentif dalam bentuk
ketentuan-ketentuan, petunjuk, nasihat, bimbingan dan pengarahan maupun
secara refresif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan
perbaikan.13

Dalam hal pembinaan dan pengawasan Bank indonesia menetapkan


kriteria kesehatan bank yang meliputi aspek kecukupan modal, kualitas aset,
kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usah bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.14

Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan


sistem pengawasannya dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan
berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan
berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS).

Dengan adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti


mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan

12
Muhammad Djumhana, op. cit., Hal. 248
13
Ibid,hal.276
14
Op.cit, Kasmir,hal.27
upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara
bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh BI akan beralih
menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.

a) Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya


menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan
ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan
ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan
benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian.

b) Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)

Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan


pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan (forward looking).
Dengan menggunakan pendekatan tersebut pengawasan/pemeriksaan
suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk)pada
aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control
system). Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas
pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap
permasalahan yang potensial timbul di bank.

Jenis-Jenis Risiko Bank :

a) Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty


memenuhi kewajibannya.15

b) Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel


pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank,yang
dapat merugikan Bank. Variabel pasar antara lain adalah suku bunga dan
nilai tukar.

15
Martono,Bank dan Lembaga Keuangan lain,(Yogyakarta:Ekonisia,2004),hal.26
c) Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.

d) Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanya


ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal,kesalahan
manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank.

e) Risiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek


yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontra.

f) Risiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi


negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif
terhadap Bank.

g) Risiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan


dan pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat pengambilan keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Bank terhadap perubahan
eksternal.

h) Risiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau


tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai