Anda di halaman 1dari 11

BAB ENAM

MEMPERLUAS PERGAULAN

DALAM MEMBANGUN USAHA


Relationship determine success.

-Philip B. Crosby-

The people can be taught how networks operate, hot to establish new networks, what networks
already exist, how to improve existing networks, what kind of of relationships are desirable or
undesirable.

-Noel M. Ticky, University of Michigan-

PERGAULAN BAGI SEORANG ENTREPRENEUR

“Sosial” memiliki akar kata dari Bahasa Latin, socius, yang berarti “kawan, teman,
sahabat”. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial dan tentunya tidak bisa hidup sendiri.
Konsekuensinya manusia perlu berbaur dengan masyarakat. Dengan demikian seyogyanya
seorang manusia harus berhubungan dengan masyarakat yang mempunyai latar belakang dan
tujuan yang beraneka ragam. Keanekaragaman ini dapat dilihat dari banyak hal, antara lain :
usia, jenis kelamin, status sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, profesi, agama,
kebangsaan, etnik, budaya, etika, kebiasaan, watak, tabiat, dan sebagainya.

Intinya, dalam bermasyarakat adalah hubungan antara sesame manusia. Di sinilah sikap
kita untuk menghadapi dan menyikapi keanekaragaman tersebut. Semakin banyak seseorang
bersosialisasi, maka semakin dapat belajar bagaimana menyikapi keanekaragaman, sehingga
orang tersebut dapat mengambil manfaat dari pergaulan itu. Demikian pula sebaliknya, orang
lain akan manfaat dari orang tersebut.

Sebagai seorang entrepreneur, pergaulan itu penting sekali dalam mengembangkan


usahanya, semakin besar usahanya semakin luas pergaulannya. Dalam suatu studi konon
disimpulkan bahwa 85% sukses dalam bisnis adalah karena kemampuan bergaul (people skills)
dan hanya 15% kemampuan teknis.

Dalam pergaulan terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan, agar pihak-pihak yang
berinteraksi bisa menarik manfaatnya, yaitu :

 Saling mengerti dan memahami (mutual understanding)


 Saling bermanfaat (mutual benefit)
 Saling menerima dan member (take and give)
 Saling mempercayai (mutual trust)
 Amanah (commitment)
Tidak ada kesia-siaan dari hasil pergaulan kita selama tujuan dan konteksnya
positif. Sedangkan kontennya tentunya terserah masing-masing. Sebab ingatlah, sebaik-
baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Berikut ini adalah beberapa manfaat bergaul :
 Supaya kenal dan dikenal.
 Mengenali kekuatan dan kelemahan sendiri.
 Menjadi orang yang “PD” atau percaya diri.
 Mengenal potensi diri dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki.
 Menambah wawasan dan pengetahuan dalam berbagai hal.
 Memiliki rasa humor atau “sense of humor”.
 Menunjang karir dan pekerjaan.
 Menjadi manusia yang mempunyai visi.
 Menjadi manusia yang kreatif dan inovatif.
 Memiliki keterampilan berbicara dan berkomunikasi.
 Menumbuhkan jiwa empati dan sikap simpati.
 Melatih dan membiasakan diri untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
 Mudah mendapatkan informasi.
 Dapat menumbuhkan peluang bisnis.
 Mempunyai personal network dan mampu membina keakraban.
 Hidup gembira dan optimis.
 Hidup tidak sulit, karena banyak teman yang dapat dimintai bantuan.
 Bisa bekerja sama dengan orang lain.
Dalam buku “Berbisnis Itu Tidak Mudah”, karya Arifin Panigoro pendiri perusahaan
minyak bumi Medco, dinyatakan bahwa, “Kecakapan berkomunikasi dan membina keakraban
telah menjadi talenta Arifin sejak belia. Begitu pula ketika dia menekuni kuliah di kampus ITB,
kawan Arifin berasal dari beragam latar belakang. Arifin berprinsip bahwa pertemanan harus
dilakukan seluas mungkin lapisan orang. Ibarat kata sejuta kawan kurang, satu lawan pun sudah
kebanyakan. Sebab, toh bisnis pun seringkali berjalan lancar dengan adanya hubungan
pertemanan. Pertemanan yang dimaksud bukan sebagai ajang koncoisme yang merupakan
praktik tidak sehat bisnis, namun adanya pengertian komunikasi yang lebih baik sehingga terjalin
sinergi bisnis yang baik.”

MENGAPA BERGAUL HARUS DIBIASAKAN?


“Superior human relations are your master key to success.”
--Dr. Walter Doyle Staples.
Mengerti dan menyadari pentingnya bergaul saja tidak cukup, karena yang dilakukan
manusia, umumnya hasil kebiasaan dan latihan yang terus menerus. Untuk itu, setiap orang
sebaiknya memiliki kemampuan bergaul dengan latihan dan membiasakan, sebagai :
 Hasil olah pikir, artinya tumbuh pola pikir rasional realistis, dan pragmatis.
 Hasil olah rasa, artinya tumbuh jiwa empati (mengerti keadaan orang lain) dan bersikap
simpati.
 Hasil ucapan, artinya saling berkomunikasi dengan baik dan jelas sehingga timbul saling
pengertian dan pertukaran informasi.
 Hasil perbuatan, artinya ada karya nyata atau prestasi.
Keempat hal tersebut sebaiknya selalu dijadikan, kebiasaan agar menjadi satu dengan
pribadi atau watak kita, sehingga nantinya dapat menjadi pribadi yang menarik dan bermanfaat
dalam pergaulan dimasyarakat.
Pada peraga berikut ini dicantumkan beberapa perbedaan yang kerap terlihat antara orang yang
bergaul dan yang tidak bergaul.

Orang yang bergaul Orang yang tidak bergaul

 Terbuka  Tertutup
 Open mind (berpikiran terbuka)  Close mind (berpikiran tertutup)
 Extrovert (mudah membuka diri)  Introvert (sulit membuka diri)
 Empati  Egois
 Percaya diri  Rendah diri
 Hubungan horizontal bagus  Mengutamakan hubungan vertical
 Mampu berkomunikasi  Komunikasi searah
 Berani minta maaf bila bersalah kepada siapapun  Tidak punya perasaan bersalah
 Demokratis  Otoriter
 Win-win dolution (mencari solusi terbaik bagi semua  Mau menang sendiri
pihak)  Pengecut, penakut
 Berani karena benar  Garing, kaku
 Punya rasa humor  Tidak bisa memimpin dan dipimpin
 Bisa memimpin dan dipimpin  Pasif
 Bisa berdiskusi  Pelit
 Tidak hitungan  Kaku
 Supel  Cuek dan telat mikir
 Cepat tanggap  Selalu merasa benar sendiri
 Introspeksi diri

Tabel Perbedaan antara Orang yang Bergaul dan Tidak Bergaul

Bagi orang yang ingin mengembangkan jiwa entrepreneur, pergaulan ini penting sekali.
Pergaulan menumbuhkan “personal network” yang berperan besar sebagai salah satu “modal
diri” yang akan bermanfaat bagi pengembangan kegiatan usahanya. Oleh karena itu, sebaiknya
pandailah bergaul sejak dari bangku sekolah sampai hari tua.
APA “PERSONAL NETWORK”?

“Networks exist to foster self-help, to exchange information, to change society, improve productivity and
work-life, and to show resources. They are structured to transmit information in a way thai is quicker,
more high-touch, and more energy-efficient than any other process we know .”

--John Naisbitt, “Megatrends”.

Pentingnya personal network sudah banyak dibicarakan dan ditulis dimana-mana. Penulis
berusaha ikut mempopulerkan istilah personal network sejak tahun 1987 karena ada sesuatu
pertanyaan yang sangat menggoda. Pertanyaan tersebut adalah mengapa sarjana lulusan teknik
elektro kebanyakan kurang mampu bergaul sehingga salah satu akibatnya sedikit sekali yang
menjadi pengusaha, meskipun sudah banyak yang menjadi manajer atau eksekutif.

Didalam kurikulum teknik elektro di perguruan tinggi untuk jurusan ketenagaan listrik,
computer, telekomunikasi, selalu ada mata kuliah network (jala-jala) atau jaringan, yaitu
electrical network (jala-jala listrik), computer network (jaringan computer), telecommunication
network (jaringan telekomunikasi), dan lain-lain. Tetapi kenapa sarjana elektro yang sudah
mendapatkan pelajaran network, hanya pintar menerapkan network dalam suatu sistem benda
mati (peralatan)?

Pada dasarnya, jaringan tenaga listrik, computer, atau telekomunikasi, dapat menjadi
analogi untuk jaringan antarmanusia. Dalam keduanya terdapat beberapa kesamaan, yaitu adanya
hubungan (akses), didapatnya informasi (data), adanya hubungan secara interaktif, hingga
terjadinya pertukaran informasi yang akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kenapa
konsep network ini diterapkan pada hubungan antarmanusia yang jauh lebih penting lagi?

Sejak itulah penulis selalu menggarisbawahi betapa pentingnya personal network untuk
menunjang karir atau bisnis. Semakin banyak bergaul, semakin banyak berhubungan, semakin
banyak berinteraksi dengan teman-teman dan kenalan lama atau baru, akan semakin memperluas
dan memperkuat personal network. Itulah personel network yang dapat melancarkan bisnis dan
menambahkan peluang.

“Successful human relations is really the art of making other people feel good about
themselves.” –Dr. Walter Doyle Staples.

Didalam bahasa Inggris, ada dua istilah yang berhubungan dengan orang-orang atau
bergaul, yaitu networking dan schmoozing.

Networking adalah proses aktif membangun dan memelihara hubungan-hubungan


produktif sebuah jaringan besar yang terdiri atas hubungan-hubungan pribadi dan organisasi.
Proses ini mencakup semua orang yang bekerja bersama dengan Anda atasan, rekan sejawat,
anggota tim, bawahan, dan banyak lainnya. Proses ini mencakup hubungan di dalam dan antara
unit-unit organisasi departemen, kelompok , fungsi, kantor, divisi. Juga mencakup ikatan-ikatan
eksternal hubungan dengan pelanggan, pemasok, competitor, investor dan masyarakat.

Sedangkan schmoozing adalah sebuah kata Yahudi yang berarti ngobrol atau bercakap
kesana-sini. Dalam bukunya The Joys of Yiddish, Leo Rosten mendeskripsikan schmooze
sebagai: “Shmooze (shmooz, shmoos, shmues) Yahudi : shmuos (asalnya) ‘hal-hal yang
didengar’; gosip’, ‘pembicaraan omong kosong’. Baik sebagai kata kerja dan kata benda, shmooz
berarti pembicaraan yang bersahabat, menggosip, pembicaraan yang berpanjang-panjang dari
hati ke hati dan persuasive. Sedangkan dalam sumber lain, schmoozing memiliki konotasi bahwa
Anda menginginkan sesuatu dari orang lain yang tidak ada manfaatnya untuk orang tersebut,
seperti situasi menerima tanpa mau member.

“You schmooze, you lose.”

--Leni Chauvin, founder of Superstar Networking.

Networking dapat dikategorisasikan menjadi dua :

1. Networking yang terencana (strategis). Ada orang-orang tertentu yang ingin Anda
hubungi dengan maksud tertentu. Biasanya diperlukan pihak ketiga untuk
memperkenalkan kedua belah pihak yang akan bertemu.

2. Networking yang tidak terencana (serendipity). Merupakan pertemuan yang kebetulan


atau tidak terencana yang pada akhirnya mengarah ke hubungan yang saling
menguntungkan. Misalnya dalam perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri dengan bus,
kereta api, atau pesawat terbang, duduk bersebelahan dengan orang yang tidak kita kenal.
Dalam perjalanan yang panjang, timbul obrolan dengan orang yang duduk di sebelahnya.
Dari hasil obrolan yang mulanya hanya sekedar basa-basi, obrolan “ngalor-ngidul”,
ternyata kemudian timbul obrolan yang bermanfaat dan dapat menjadi peluang bisnis
oleh kedua belah pihak stelah mengetahui posisi masing-masing. Inilah salah satu contoh
networking yang tidak terencana dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan serendipity.

Bagaimana caranya memperluas, mempererat, dan memelihara pergaulan dalam rangka


memperkuat personal network? Upayakan memelihara teman lama dan menambah teman baru
melalui hal-hal berikut:

1. Dengan kenalan baru tunjukanlah sikap sopan, santun, ramah, senyum, perhatian, dan
respek. Bercakap-cakaplah secara baik-baik tanpa mendominasi pembicaraan.
Buatlah lawan bicara kita merasa penting dan berilah mereka pujian. Kesan pertama
sebaiknya positif agar hubungan yang mulai dirintis dapat dikembangkan dan
dipertahankan. Diharapkan suatu saat kenalan baru itu akan menjadi teman, sehingga
teman kita akan selalu bertambah.
2. Terhadap teman-teman lama, peliharalah hubungan meskipun dengan cara yang
sederhana melalui telepon, SMS, kartu lebaran, ucapan selamat ulang tahun, Idul Fitri,
tahun baru dan sebagainya. Teman-teman lama merupakan aset yang sangat penting,
jangan sampai diabaikan apalagi dilupakan.

3. Sedapat mungkin hadirilah undangan pribadi misalnya pesta pernikahan, ulang tahun, dan
lain-lain dari kawan kita, dan kalau berhalangan beri tahu dan beri alasan yang baik. Hal
ini penting untuk menunjukkan perhatian kita. Demikian pula kalau kawan kita sakit atau
mendapat musibah, sedapat mungkin kita bisa menjenguk atau melayat.

4. Hadirilah acara-acara profesi seperti seminar-seminar, pameran, simposiumn atau acara


reuni sekolah, karena banyak sekali manfaatnya, terutama untuk menambah kenalan atau
teman.

5. Aktif menjadi pengurus organisasi profesi, organisasi, alumni, olahraga, sosial, politik
dan lain-lain, sesuai dengan kemampuan dan interest masing-masing.

6. Jadilah anggota yang proaktif dalam pergaulan dengan sikap ramah dan simpati, sehingga
orang lain dapat menilai apa dan siapa diri kita, sehingga orang lain dapat menilai apa
dan siapa diri kita, tentunya dalam konteks positif. Demikian juga kita akan lebih
mengenal orang lain. Bagi seorang entrepreneur, hal ini seringkali dapat membuka
peluang dan memperlancar bisnis dari hasil pergaulan tersebut.

7. Jangan menunjukkan sifat-sifat sombong, ujub, dan takabur meskipun kita ini memang
orang penting, berprestasi, terkenal, sukses, dan kaya raya. Bersikaplah rendah hati,
terutama pada kawan-kawan lama yang tahu modal kita dahulu. Dengan sifat sombong,
ujub, dan takabur itu, kita bukannya akan mendapat pujian dari kawan-kawan, malahan
dibelakang kita bisa menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Pada setiap pembicaraan,
perlakukan orang lain dengan sopan santun secara apa adanya dan jangan dibuat-buat.
Jangan menghina pribadi orang lain, hormatilah pendapatnya meskipun ada perbedaan
dengan pendapat kita. Tunjukkan perhatian kita kepada lawan bicara secara bersungguh-
sungguh, gunakan topic pembicaraan yang enak dan menyenangkan hati, apalagi diberi
sentuhan –sentuhan humor yang menyegarkan. Sebaiknya jangan membiasakan
memotong pembicaraan lawan bicara yang belum terselesaikan, walaupun ingin
mempertahankan pendirian. Tunggu sampai lawan berbicara menyelesaikannya.
Kendalikan diri sendiri. Jangan mempunyai kebiasaan mengecam, hargailah setiap
perbedaan dengan sikap sopan. Dengan demikian, diharapkan dari hasil pembicaraan tadi
timbul kesan yang baik dan diri kita menjadi pribadi yang menarik, sehingga suatu saat
bila bertemu lagi, lawan bicara kita tadi akan antusias untuk melakukan pembicaraan lagi.

8. Kembangkanlah kemampuan dalam humor dan manfaatkanlah cerita humor, anekdot,


dan lain-lain, sebagai bahan intermezzo di dalam pembicaraan serius untuk
menghindrakan suasana yang kaku, menegangkan, monoton, dan membosankan. Humor
adalah suatu cara lebih dekat dan lebih akrab dengan teman-teman atau kenalan. Selain
itu usahakanlah agar kita bisa menyemarakkan pertemuan dengan kemampuan
kita menyanyi, memainkan alat music, sehingga dengan kemampuan itu kita lebih cepat
dikenal oleh para pengunjung pertemuan tersebut. Karena kalau ingin sukses, sebaiknya
harus menjadi popular, dimulai dari lingkungan kecil.

9. Kalau orang lain datang kepada kita untuk meminta pendapat terhadap suatu masalah,
maka berikanlah perhatian, usulan, dan bantuan. Yang penting, kalau datang berwajah
sulit, maka pada waktu pulang ia menjadi gembira, memiliki semangat dan gagasan-
gagasan dalam menyelesaikan permasalahannya.

10. Doakanlah dan dorong agar teman-teman kita menjadi orang yang sukses karena yang
ingin sukses bukan diri kita saja. Gembiralah melihat orang lain sukses, karena tidak akan
menyusahkan kita.

11. Jadilah orang yang tahu membalas budi setelah sukses. Jangan lupakan orang-orang yang
pernah menolong atau membantu kita menjadi sukses, misalnya orangtua, mertua,
saudara, guru, mentor, mantan atasan, mantan majikan, teman-teman, dan lain-lain.
Jangan pula menyepelekan mereka, seolah-olah tidak ada kontribusi pada kesuksesan
kita. Tidak menyepelekan orang yang telah berkontribusi dalam kesuksesan kita
merupakan balas budi yang minimal.

Kalau kita dapat menjalankan kesebelas butir di atas, maka suatu saat kita akan dapat
memetik manfaat dari hasil pergaulan tersebut.

Jika kita ingin tahu bahwa kesuksesan seseorang itu ada korelasinya dengan kemampuan
bergaul, memelihara dan mengembangkan personal network, lihatlah kawan-kawan di sekeliling
kita. Misalnya, dalam satu angkatan di perguruan tinggi baik dalam satu jurusan atau fakultas
maupun secara keseluruhan. Dari sejak mahasiswa akan terlihat mana yang rajin kuliah saja,
mana yang aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler, serta mana yang kurang gaul dengan kawan-
kawan kuliah dan tidak aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Setelah sekian tahun lulus, kadang-kadang diadakan acara reuni angkatan. Biasanya yang
datang sekitar 25% dari total anggota angkatan tersebut. Disini akan terlihat mereka yang
dulunya gaul dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler meskipun kemungkinan prestasi
akademiknya biasa-biasa saja lebih sukses dibandingkan yang dulunya sangat rajin kuliah. Yang
dulunya rajin kuliah serta kurang gaul ternyata jarang menghadiri acara-acara reuni ini. Sekitar
25% dari jumlah kawan-kawan satu angkatan diperguruan tinggi itulah orang-orang yang sukses
dalam karir atau bisnis. Sisanya, setelah jadi sarjana mungkin hanya bekerja, membina rumah
tangga, punya anak,meniti karir, dan bekerja sampai pensiun. Mereka yang seperti ini
keberadaannya kadang-kadang hilang dari pergaulan kawan-kawan satu angkatan, padahal waktu
mahasiswa prestasi akademisnya hebat. Walaupun memang ada juga yang tidak hadir karena
bertempat tinggal jauh dari kampus atau berada di luar negeri, atau karena memang berhalangan.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dipukul rata untuk semua orang. Maksudnya, hal ini
hanya memperlihatkan salah satu indikator sukses karena pergaulan, terutama bagi entrepreneur,
dari sekian banyak indikator sukses lainnya karena ukuran sukses bisa beragam. Mungkin saja
mereka yang kurang gaul lebih sukses dalam bidang lainnya. Tentu diharapkan semuanya sukses
dalam rangka mewujudkan kemakmuran bangsa Indonesia.

“Kita dapat sukses secara permanen, hanya ketika mengembangkan orang lain.” –Harvey S. Firestone”

“Untuk menjadi kaya sekarang, Anda harus membantu orang lain menjadi kaya.”—George Perris.

2. Apa itu tugas KPPU?

 melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek


monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai
dengan Pasal 16;
 melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
 melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
 mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36;
 memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
 menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini;
 memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
3. a. Apa itu monopoli?

- Monopoli adalah suatu kondisi dalam suatu pasar dimana hanya ada satu atau segelintir
perusahaan yang menjual suatu produk atau komoditas tertentu yang tidak mempunyai
pengganti yang mirip dan ada hambatan lain bagi perusahaan lain untuk masuk kedalam
bisnis tersebut. Dengan kata lain, hambatan bagi perusahaan lain untuk masuk kebisnis
agar tidak ada persaingan dalam usaha tersebut.

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.
Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara
untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent
Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron,
Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath
Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam
menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN
sendiri.

b. Apa itu oligopoli?

Oligopoli adalah suatu kondisi dalam suatu pasar dimana satu produk hanya dijual oleh
beberapa penjual, biasanya lebih dari satu penjual dan kurang dari sepuluh penjual, dan
para penjual tersebut, dimana setiap perusahaan menjadi bagian yang terkait dalam pasar
tersebut, dimana keuntungan dari setiap perusahaan tergantung tindak-tanduk pesaing
mereka. Mereka saling bekerja sama dengan membuat perubahan harga, penawaran
produk baru, promosi sehingga tidak ada pesaing yang masuk kedalam pasar mereka.

c. Apa itu kartel?

Kartel adalah sekelompok perusahaan dimana mereka melakukan persekongkolan untuk


mengendalikan harga dan distribusi barang untuk kepentingan mereka sendiri.

d. Apa itu arogan?

Arogan adalah sombong, angkuh, mau menang sendiri, merasa paling hebat sehingga
tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, ga mau mengalah bila diajak debat tetap
ngeyel dan kukuh terhadap pendapatnya sendiri.

4. Apa itu impulsif(sifat)?

Impulsif adalah suatu tindakan yang dilakukan menurut kehendak hati. Yang berarti
tindakannya dilakukan dengan sesuka hati, tanpa menggunakan akal sehat, serta tidak
direncanakan terlebih dahulu, tanpa mengontrol emosi, tanpa melihat resiko, sehingga
biasanya menyesal dibelakang.

5. Apa itu comfort zone?

“Zona Nyaman adalah sebuah kondisi perilaku dimana seseorang bekerja dalam sebuah
kondisi netral tanpa kecemasan, dengan hanya menggunakan seperangkat perilaku
terbatas yang dipunyai untuk mencapai sebuah level kinerja yang menetap dan umumnya
tanpa disertai adanya risiko” (Alasdair A. K. White “From Comfort Zone to Performance
Management”).

Dikarenakan zona nyaman ini banyak orang yang tidak percaya diri saat menghadapi
tantangan baru, mereka yang biasanya keluar dari zona nyaman biasanya takut gagal dan
tidak mempunyai keberanian bila menghadapi kondisi yang buruk. Padahal hakikatnya
manusia dituntut untuk terus maju dan berkembang, sehingga zona nyaman bisa menjadi
“silent killer” bagi diri kita, dikarenakan kita sangat takut untuk maju karena bila kita
melepas zona nyaman tersebut, kita akan kehilangan gaji per bulan dan fasilitas lainnya.
Pepatah mengatakan pelaut yang handal akibat ombak dan badai yang ganas, apabila
tidak ada ombak dan badai yang ganas, apakah masih bisa disebut pelaut yang handal?

6. Apa itu status quo?

Status quo adalah suatu kondisi pemerintahan yang tetap atau statis, dimana tidak ada
perubahan kemajuan atau dengan kata lain mandek secara ekonomi, sehingga negara
tersebut tetap miskin, dan keadaan ini dibuat oleh pihak-pihak tertentu agar mereka
meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, walau rakyatnya miskin. Contoh status quo ini
adalah ketika zaman Suharto, diamna ia tidak menginginkan kemajuan pada negeri ini,
tidak menginginkan keterbukaan, kemajuan pendidikan, dan demokrasi, sehingga ia tetap
bisa meraup keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melihat rakyatnya yang miskin dan
tidak bisa maju.

7. Apa itu curiousity?

Curiosity adalah keingintahuan akan suatu hal yang menyebabkan kita berimajinasi liar
dan ini merupakan salah satu cara untuk menaklukan dunia, dimana bila kita benar-benar
ingin tahu sesuatu maka kita akan melalukan seluruh cara dan kemampuan agar dapat
terpenuhi keingin tahuan kita, curiosity ini dapat menjadi suatu hal yang positif dalam
suatu wirausaha, bila kita ingin tahu benar cara menjadi sukses, maka kita akan berusaha
sekuat tenaga dan belajar sekuat tenaga tanpa takut dengan risiko untuk mengejar sukses
tersebut.

8. Apa itu banalitas?

Suatu kejahatan yang dilakukan yang dilakukan secara massive(besar) sehingga menjadi
budaya atau kebiasaan, tanpa disadari mereka sebenarnya melalukan kejahatan, bahkan
ketika ada seseorang yang melakukan kejujuran dianggap salah. Banalitas ini terjadi
dinegara Indonesia, karena seringnya praktik korupsi dilakukan di lembaga Pajak,
BUMN, dan lembaga-lembaga negara lainnya, maka ketika ada orang yang melaporkan
praktek korupsi tersebut dianggap salah bahkan dikeluarkan dari lembaga tersbut.

9. Apa itu ambivalen?

Adalah dua garis yang berbeda, bahkan berlawanan namun saling berhadapan, ini
merupakan fitrah manusia, namun bisa dikatakan tidak mempunyai pendirian.
Contohnya : ketika seorang pegawai ingin kaya maka ia harus melepas status pegawainya
dan mulai menjadi entrepreneur, tetapi disatu sisi bila ia melepas status pegawainya maka
ia akan menghadapi resiko dan kehilangan status sosialnya, karena takut dan malu maka
ia akan tetap menjadi pegawai agar tetap diterima dilingkungannya.
10. Apa itu paradoks?

Adalah suatu yang timbul dari sejumlah premis (logikanya benar berdasarkan asumsi dan
alasan) tetapi pada kenyataannya tidak sesuai, dan biasanya akan timbul pada saat
konflik. Contohnya : seorang mahasiswa Bisnis S2 mempunyai modal pendidikan bisnis
yang baik tetapi kenapa tidak mampu mempunyai usaha yang baik, sedangkan seorang
dengan SD yang tidak mempunyai background pendidikan kenapa kenyataannya malah
mampu menjalankan usaha yang baik.

Anda mungkin juga menyukai