BAB I
STATUS KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. E
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
1.2 ANAMNESA
KELUHAN UTAMA :
Ibu merasa hamil 3 bulan, ibu mengeluh keluar darah berwarna merah segar da
asma disangkal.
Page 1
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 1/17
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Pasien tidak mengkonsumsi obat selain yang diberikan oleh dokter, sering
RIWAYAT PENGOBATAN :
RIWAYAT HAID :
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, durasi haid 7 hari, siklus 30 ha
RIWAYAT PERSALINAN :
RIWAYAT ALERGI
RIWAYAT OPERASI :
Page 2
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 2/17
TANDA VITAL
Suhu : 36.50C
Pernapasan : 20 kali/menit
Nadi : 88 kali/menit
STATUS GENERALIS
STATUS LOKALIS
Thorax
o P: Sonor
Jantung
Page 3
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 3/17
Extremitas
STATUS OBSTETRI
Abdomen
o
Leopold III : Tidak dilakukan
His :-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi :
Genitalia eksterna :
vagina bersih, terdapat rambut pubis, ulkus (-) pembengkakan vulva (-), klitoris (-), ke
Tidak dilakukan
Vaginal toucher :
Dinding vagina teraba licin, tidak teraba adanya massa, porsio teraba bulat lunak tebal
, nyeri goyang porsio (-), tidak ada nyeri tekan di kedua adneksa.
Page 4
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 4/17
1.5 Diagnosis
Page 5
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 5/17
BAB II
Analisis Kasus
Definisi Abortus
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan < 20 minggu berdasarkan HPHT atau
Sebagian hasil konsepsi yang telah keluar dari cavum uteri dan masih ada yang
tertinggal.
Anamnesis
Pemeriksaan Penunjang
USG : Besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan, kantung gestasi yang sulit
Page 6
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 6/17
Abortus iminens
pervaginam pada usia kehamilan < 20 minggu, ostium uteri masih tertutup, hasil
konsepsi masih baik berada didalam kandungan, mulas sedikit atau bahkan tidak ada
keluhan lain selain perdarahan pervaginam, besar uterus masih sesuai usia kehamilan,
Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam kondisi janin. Serviks yang telah mendatar, ostium
uteri telah membuka, hasil konsepsi masih berada didalam kavum uteri masih dalam
proses pengeluaran, mulas karena kontraksi uterus yang sering dan kuat, perdarahan
bertambah seiring pembukaan serviks dan usia kehamilan, besar uterus masih sesuai
usia kehamilan, gerak dan detak jantung janin masih jelas meskipun mungkin sudah
terganggu,
Abortus Inkomplet
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri namun masih ada yang
tertinggal. Kanalis serikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol dari ostium uteri eksternum, perdarahan tergantung jumlah jaringan yang
masih tersisa, besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan, massa hiperekoik yang
Page 7
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 7/17
Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri sudah menutup,
uterus sudah mengecil, perdarahan sedikit, besar uterus tidak sesuai usia kehamilan.
KET
Kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri. nyeri merupakan keluahn utama pada KET,
perdarahan merupakan tanda penting kedua, hal ini menandakan kematian janin dan
berasala kavum uteri karena pelepasan desidua, perdarahan tidak banyak dan berwana
kecokelatan.
Mola Hidatidosa
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenari hidropik. Adanya mola
harus dicurigai pada wanita dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang
lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditermkan tanda kehamilan pasti (balotemen
dan DJJ). Peninggian kadar hCG, snow flake pattern & honey comb appearance pada
USG.
Faktor Genetik
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenik.
Page 8
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 8/17
gangguan gen tunggal atau mutasi pada beberapa lokus yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan kariotip.
Faktor Anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 % wanita
endometrium.
endometriosis.
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus
yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang
inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda.
Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya
USG dan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu
mioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor
mekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti adanya
Page 9
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 9/17
mioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan dan
harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB pada
pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan operasi.
Faktor Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.
Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan
dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10%, dibanding
trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan
terhentinya kehamilan. aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi
negatif dari fosfolipid. paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti
syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadan obsetrik, misalnya pada
Trombosis vaskular
- satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler yang dibuktikan
Page 10
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 10/17
Komplikasi kehamilan
- tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa
- satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi seara sonografi
normal
- satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
Kriteria laboratorium
- aCL; IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6 minggu
Antibodi fosfolipid/antikoagulan
heparin.
Faktor Infeksi
Page 11
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 11/17
dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang
masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat
dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan
endometrial.
Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1% - 10% malformaasi janin akibat paparan obat, bahan kimia, atau
radiasi, umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas
anestesi dan tembakau. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik antaara
lain nikotin yang telah diketahui memiliki efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan
janin serta memacu neurotoksin. dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
abortus.
Faktor Hormonal
b. Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
Page 12
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 12/17
dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa yang
tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard, 1986).
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum
teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut
Faktor Hematologik
beberapa kasus abortus berulang dengan defek plasenta dan adanya mikrotrombin
memegang eran penting pada inplantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. pada
kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal,
Bukti lain menunjukkan bahwa sebelu terjadi abortus, sering didapatkan defek
yang berlebihan saat kehamilan berusia 8-11 minggu. perubahan rasio tromboksan-
mikrotrombin serta nekrosis plasenta. juga sering disertai penurunan kadar protein C
dan fibrinopeptida.
Page 13
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 13/17
maupun plasenter dan telah dilaporkan juga hubungan dengan abortus berulang pada
trombosis dan penyakit vaskular dini. kondisi ini berhubungan dengan 22% Kondisi
ini berhubungan dengan abortus berulang. Gen pembawa akan diturunkan secara
autosom resesif. Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat. Pada pasien
ini penambahan folat akan mengembalikan kadar homosistein normal dalam beberapa
hari.
4. Tindakan apa yang perlu dilakukan pada pasien dengan Abortus inkomplit?
Diawali dengan dilatasi servik lalu mengeluarkan jaringan dengan melakukan kerokan
pada uterus dengan alat kuret, atau dengan aspirasi vakum, atau bahkan keduanya.
janin dan plasenta tidak lengkap semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan. Dengan alasan ini, tindakan kuretase dilakukan sebelum usia kehamilan 14
Dilatasi Hygroscopic
Trauma dari dilatasi dapat diminimalisasi dengan pemakaian alat yang secara perlahan
mendilatasi servik. Cara kerja alat ini dengan menyerap air pada jaringan servik hingga
Page 14
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 14/17
Laparotomy
dibanding tehnik diatas. Hal ini dilakukan jika terdapat penyakit pada uterus, atau pasien
ingin disteril.
Misoprostol
dalam 60 – 70 tahun ini. Evakuasi sisa jaringan dengan cara dilatasi dan kuretase tetap
menjadi pilihan utama sejak tahun 1930, namun prosedur ini dapat menyebabkan
Misoprostol telah digunakan secara luas pada bidang Obstetri dan Ginekologi
antara lain sebagai pematangan servik dan penatalaksanaan abortus. Berawal dari analog
prostaglandin E1 yang semula ditujukan untuk pengobatan peroral ulcus pepticus. Untuk
kasus abortus dan pematangan servik, pemberian melalui vaginal merupakan pilihan.
pemberian peroral. Hal ini didukung oleh penelitian farmakokinetik yang menunjukkan
sistem bioavailibilitas misoprostol intravagina tiga kali lebih tinggi dibanding pemberian
peroral.
Page 15
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 15/17
Laporan Kuratase
Page 16
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 16/17
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Page 17
http://slide pdf.c om/re a de r/full/la pora n-ka sus-a bor tus-inkomplit 17/17