Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Adanya kelemahan atau ketidakmampuan pada 3 unsur tersebut
dapat menyebabkan jiwa seseorang terganggu bahkan bias menjadi
gangguan jiwa.
Pada mulanya gangguan jiwa dianggap suatu hal yang gaib,sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi dan intelegensi.Tidak sedikit masyarakat
yang beranggapan bahwa individu yang sakit jiwa adalah aib dan
memalukan, tidak bermoral bahkan tidak beriman.
Pada umumnya ada 7 masalah keperawatan antara lain gangguan
konsep diri: harga diri rendah, isolasi sosial: menarik diri, gangguan
sensori persepsi: halusinasi, perubahan proses pikir: waham, resiko
perilaku kekerasan, resiko bunuh diri dan deficit perawatan diri.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman bagi individu(Stuart dan
Sundeen,1995).Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
kunstruktif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress dan merasa bersalah, dan bahkan
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini peran
serta keluarga dalam membantu menyelesaikan masalah sangat berperan
penting, karena keluarga merupakan orang yang terdekat. Namun peran
perawat merupakan ujung tombak dalam pelasanan kesehatan jiwa.

1
Masalah perilaku kekerasan banyak ditemukan pada pasien
gangguan jiwa, sering terjadi pada alasan masuk keluarga mengatakan
pasien mengamuk, marah-marah, merusak, mengancam bahkan melukai
orang lain. Hal tersebut memerlukan penanganan yang spesifik untuk
mengarahkan pasien dalam mengelola rasa marah yang maladaptive
menjadi adative dan konstruktif (Muhith, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
2. Apa saja bagian dari teori perilaku agresi?
3. Bagaimana rentang respon marah?
4. Apa penyebabperilaku kekerasan?
5. Bagaimana tanda & gejala perilaku kekerasan?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari perilaku kekerasan?
7. Apa saja hal-hal yang dapat dilakukan apabila memiliki keluarga
dengan perilaku kekerasan?
8. Bagaimana peran keluarga dalam penanganan perilaku kekerasan ?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan.
2. Untuk mengetahui bagian dari teori perilaku agresi.
3. Untuk mengetahui rentang respon marah.
4. Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan.
5. Untuk mengetahui tanda & gejala perilaku kekerasan.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari perilaku kekerasan.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan apabila memiliki
keluarga dengan perilaku kekerasan.
8. Untuk mengetahui peran keluarga dalam penanganan perilaku
kekerasan.

2
9. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan.

3
BAB II
ISI & PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), kekerasan (violence) merupakan suatu
bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) yang menyebabkan atau
dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang
lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara
agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi
sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap
kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang
memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku
kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum yang
berupa tindakan menyerang, merusak hingga membunuh. Agresi tidak
selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain
(assault), agresivitas terhadap diri sendiri (self aggression) serta
penyalahgunaan narkoba (drugs abuse) untuk melupakan persoalan
hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku
agresi.Perilaku kekerasan atau perilaku agresi merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis.Berdasarkan definisi ini, maka perilaku kekerasan dapat
dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah (Stuart dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan


untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

4
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman.(Keliat, 2010).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan


bahwa perilaku kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri yang mengakibatkan individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Teori Perilaku Agresi
Menurut Muhith (2015) ada beberapa teori mengenai perilaku agresi,
yaitu :
a. Instinct theory, mengasumsikan bahwa perilaku agresi merupakan
suatu insting naluriah setiap manusia. Menurut teori tersebut, setiap
manusia memiliki insting kematian (tanatos) yang diekspresikan
lewat agresivitas pada diri sendiri maupun orang lain. Saat ini teori
ini telah banyak ditolak.
b. Drive theory, menekankan bahwa dorongan agresivitas manusia
dipicu oleh faktor pencetus eksternal intuk survive dalam
mempertahankan eksistensinya. Menurut teori tersebut, tanpa agresi
kita dapat punah atau dipunahkan orang lain, namun teori ini pun
banyak disangkal.
c. Social learning theory, menyatakan bahwa perilaku agresi
merupakan hasil pembelajaran seseorang sejak masa kanak-
kanaknya yang kemudian menjadi pola perilaku (learned behavior).
Dalam perkembangan konsep teori ini mengasumsikan juga bahwa
pola respon agresi seseorang memerlukan stimulus (impuls) berupa
kondisi sosial lingkungan (faktor psikososial) untuk memunculkan
perilaku agresi. Namun bentuk stimulus yang sama tidak selalu
memunculkan bentuk perilaku agresi yang sama pada setiap orang.
Dengan kata lain, pola perilakuagresi seseorang dibentuk oleh faktor

5
pengendalian diri individu tersebut (internal control) serta berbagai
stimulus dari luar (impulses). Saat keseimbangan antara kemampuan
pengendalian diri dan besarnya stimulus terganggu, maka akan
membangkitkan perilaku agresi.
Agresi sendiri dapat dibedakan dalam 3 kategori yaitu :
a. Irritable aggression merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi
perasaan marah. Biasanya diinduksi oleh frustasi dan terjadi
karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami
informasi dengan intensitas emosional tinggi (directed against
an available target).
b. Instrumental aggression adalah suatu tindak kekerasan yang
dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(misalnya untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan
tindak kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan terencana;
seperti peristiwa penghancuran menara kembar WTC di New
York, tergolong dalam kekerasan instrumental).
c. Mass aggression adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
massa akibat kehilangan individualitas dari masing-masing
individu. Pada saat massa berkumpul, selalu terjadi
kecenderungan kehilangan individualitas orang-orang yang
membentuk kelompok massa tersebut. Manakala massa tersebut
telah solid, maka bila ada seseorang memelopori tindak
kekerasan, maka secara otomatis semua akan ikut melakukan
kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasikan tindak kekerasan
tersebut bisa saja melakukan agresi instrumental (sebagai
provokator ) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak
terkendali (Keliat, 2010).

6
3. Rentang Respon Marah
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri-sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Oleh karenanya, perawat harus pula
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif
marah. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995).
Secara umum,rentang respon adapatif dan maladaptif merupakan
bagian dari rentang respon sosial,dimana pembagian adalalah sebagai
berikut

1) Respon adaptif merupakan respon yang masih dapat diterima oleh


norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat dan individu dalam menyelesaikan masalahnya, dengan
kata lain respon adaptif adalah respon atau masalah yang masih
dapat di toleransi atau masih dapat di selesaikan oleh kita sendiri
dalam batas yang normal.
2) Respon maladaptif merupakan respon yang diberikan individu dalam
menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma - norma dan
kebudayaan suatu tempat atau dengan kata lain di luar batas individu
tersebut.
Adaptasi Maldaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Menurut Stuart& Sundeen (1995) rentang respon marah yaitu :

7
a. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan
atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi
kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
karena tidak reakstis atau hambatan dalam proses percakapan
tujuan.
c. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan
perasaannya, pasien tampak pemalu, pendiam sulit diajak
bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa : muka kusam ,
bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
e. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai
kehilangan kontrol diri, individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
4. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), penyebab perilaku kekerasan ada dua faktor
antara lain.
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya.,
sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
mengendalikan frustasi tersebut maka dia meluapkannya dengan
cara kekerasan.

8
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
(permisive).
4) Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorngan
agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobilogi
mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik) binatang
ternyata menimbulkan perilaku agresif. Perangsangan yang
diberikan terutama pada neukleus periforniks hipotalamus dapat
menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya,
mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram,
matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, hendak menerkam tikus
atau objek yang ada di sekitarnya. Jadi, terjadi kerusakan fungsi
sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indera penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering
dikaitkan dengan perilaku agresif: serotonin, dopamin,
norepineprin, asetilkolin, dan asam amino GABA. Faktor-faktor
yang mendukung adalah ; 1) masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan, 2) sering mengalami kegagalan, 3) kehidupan
yang penuh tindakan agresif, dan 4) lingkungan yang tidak
kondusif (bising, padat)

9
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia
itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa
rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah,
dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai, pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang
lain. Intraksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
tindakan kekerasan.

10
5. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa tanda dan gejala
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual

11
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan
kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Jenis
obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi,
ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham,
dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, mania depresif, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.

2) Haloperidol (Haldol, Serenace)


Indikasinya yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma
gilles de la toureette pada anak-anak dan dewasa maupun pada
gangguan perilaku berat pada anak-anak. Dosis oral untuk
dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi 6-15 mg untuk keadaan berat.
Kontraindikasinya depresi sistem saraf pusat atau keadaan koma,
penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. Efek
samping nya sering mengantuk, kaku, tremor lesu, letih, gelisah.
3) Trihexiphenidyl (TXP, Artane, Tremin)
Indikasi untuk penatalaksanan manifestasi psikosa khususnya
gejala skizofrenia.

12
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples.Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku
kekerasanmeliputi (VIdebeck,2008) :
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk
mempertimbangkan lingkungan bagi semua pasien ketika
mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif.Aktivitas
atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu,
menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau diskusi
informal memberikan pasien kesempatan untuk
membicarakan peristiwa atau isu ketika pasien tenang.
Aktivitas juga melibatkan pasien dalam proses terapeutik dan
meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan pasien
menunjukkan perhatian perawat yang tulus terhadap pasien
dan kesiapan untuk mendengarkan masalah pikiran serta
perasaan pasien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman pasien (Videbeck, 2008).
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam
sesi bersama dalam kelompok individu. Para anggota
kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi

13
kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan
juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok
ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
Dengan menjadi anggota kelompok, pasien dapat
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping
atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting
(Videbeck, 2008).
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan pasien dan anggota keluarganya.
Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika keluarga
memengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya
perilaku keluarga yang maladaptive, dan menguatkan
perilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass dalam
Videbeck, 2008).
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang
menimbulkan perubahan pada individu dengan cara mengkaji
perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini
memiliki hubungan personal antara ahli terapi danpasien
.Tujuan dari terapi individu yaitu memahami diri dan
perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal,
memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas
dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara pasien dan ahli terapi terbina
melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan perawat-
pasien yaitu introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi

14
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain
mendorong upaya mempercepat pasien ke fase kerja
sehingga memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari
terapi (Videbeck, 2008).
7. Hal-hal yang Dapat dilakukan Apabila Mempunyai Keluarga
dengan Risko Perilaku kekerasan
a Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi
dan minat bakat anggota keluarga yang mengalami perilaku
kekerasansehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku
kekerasan.
b Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-
pihak terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam
membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan
kekerasan.
c Mengadakan kontrol khusus dengan perawat /dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan
antara pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
8. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota
keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota
keluarga yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut

15
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan
pada anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk
membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum
obat anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan
tentang pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan pasien untuk
mengendalikan marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan
anggota keluarga risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan pasien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan pasien
mengucapkan apa yang tidak disukai pasien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti sembahyang.
5) Mendampingi pasien dalam minum obat secara teratur.
c. Bila pasien dalam Perilaku Kekerasan
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk
membantu membawa pasien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum
dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri pasien dan
penolong.

16
B. Aplikasi Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian

a. Faktor Fisik
1) Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hinu
Diagnosa medis: -
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
2) Keturunan
Pasien memiliki kemiripan sifat dengan ayahnya yaitu kasar
dan main fisik.
3) Proses Psikologis
a) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien tidak memiliki penyakit fisikdimasa lalu.Namun
secara mental pasien sering marah – marah dengan orang
terdekatnya karena masalah sepele.
b) Makan minum pasien
Pasien makan 3 kali sehari dan minum 5 gelas sehari.
c) Istirahat tidur
Pasien biasa tidur 6-7 jam dalam sehari disertai sering
menggigau seperti ada orang bertengkar.
d) Pola BAB/BAK
Pola BAB : Pasien BAB 2x sehari dengan konsistensi
lembek
Pola BAK : Pasien BAK 2-4 x sehari dengan warna
jernih

17
e) Latihan
Pasien jarang berolahraga.
f) Pemeriksaan Fisik
Fungsi sistem :
Pernapasan : 20x/menit
Kardiovaskuler : 115x/menit
Integument : Turgor kulit baik
Penampilan fisik : Berantakan, faktor tubuh tegang
4) Faktor Emosional
Pasien sering tidak nyaman sering jengkel, dendam dan
marah-marah
5) Faktor Mental
Pasien cerewet, kasar, meremehkan, dan suka berdebat.
6) Hasil wawancara
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara aneh yang
menyuruh pasien untuk memukul istrinya saat tidak
dibuatkan makanan sepulang dari kerja. Pasien mengatakan
dia akan marah, dan saat itulah dia akan mendengar suara-
suara tersebut sehingga langsung memukul istrinya dengan
sapu.
b. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Kelahiran dan Tumbuh Kembang (Biologis)
Pasien lahir di Bangli tanggal 12 januari 1981, pasien adalah
anak pertama dari 3 bersaudara.Pasien sejak kecil jarang
dirawat oleh keluarganya dan ayah pasien sangat galak sering
memukul pasien ketika berbuat kesalahan sehingga pasien
mengalami trauma sejak kecil.
2) Trauma karena aniaya fisik, seksual/tindakan aniaya fisik
Pasien merasa trauma akibat sering diberikan hukuman oleh
ayahnya waktu kecil.

18
3) Tindakan anti sosial
Waktu kecil pasien sering memukul temannya ketika
bermain.
4) Penyakit yang pernah diderita
Pasien tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.
5) Gangguan jiwa dimasa lalu
Pasien tidak memiliki gangguan jiwa dimasa lalu.
6) Pengadaan sebelumnya:
a) Faktor Biologis
Ayah pasien memiliki perilaku yang cenderung sama
dengan pasien.
b) Faktor Psikologis
Pasien memiliki trauma sering dipukul oleh ayahnya saat
melakukan kesalahan.
c) Faktor Sosiokultural
Pasien tinggal didaerah yang memiliki budaya
menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

2. Analisa Data
Data Fokus Masalah Keperawatan
Data Subjetif : Perilaku Kekerasan
- Pasien mengatakan sering
mengancam istrinya.
- Pasien mengatakan sering
mengumpat istrinya dengan
kata – kata kasar.
- Pasien mengatakan suka
berbicara ketus

19
Data Objektif
- Kadang pasien tampak
menyerang istrinya.
- Pasien tampak merusak
lingkungan kamar.
- Pasien sering mengamuk.
- Mata pasien melotot dan
pandangan pasien tajam
- Tangan pasien tampak
mengepal.
- Wajah pasien tampak
memerah.
- Rahang pasien mengatup
- Postur tubuh pasien tampak
kaku
Data Subjektif Gangguan Persepsi Sensori
- Pasien mengatakan sering
mendengar suara bisikan
untuk memukul istrinya.
- Pasien mengatakan sering
merasa kesal.
Data Objektif
- Pasien tampak seolah
mendengar sesuatu.
- Pasien tampak lebih sering
sendiri.
- Konsentrasi pasien buruk.
- Pasien tampak sering curiga

20
- Pasien sering melihat ke satu
arah.
- Pasien tampak sering bicara
sendiri.
Data Subjektif Risiko Mutilasi Diri
- Pasien mengatakan memiliki
riwayat dianiaya oleh
ayahnya dan menganiaya
istrinya.
- Pasien mengatakan jalan
untuk mengatasi masalah
adalah dengan cara
kekerasan.
Data Objektif
- Hubungan pasien dengan
istri tampak sangat tidak
harmonis.

3. Daftar Masalah Keperawatan


a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Persepsi Sensori
c. Risiko Mutilasi Diri
4. Pohon Masalah

Risiko Mutilasi Diri Effect

Perilaku Kekerasan
CCore problemCore Problem

21
Gangguan Persepsi Sensori cause
( Sumber: Keliat, B. A., 2010)

5. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Persepsi Sensori
c. Risiko Mutilasi Diri

22
6. Rencana Tindakan Keperawatan

Tgl/Wa Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


ktu Kep. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Senin, Perilaku TUM : Setelah diberikan 1. Agar pasien
10 Kekerasan Pasien tidak lagi melakukan tindakan keperawatan 1 1. Bina Hubungan Saling mampu
Septem tindakan kekerasan. x 20 menit diharapkan Percaya menceritakan
ber TUK 1 : pasien dapat 2. Identifikasi penyebab semua masalah
2018 Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala serta yang dialami
08.00 mengidentifikasi penyebab dan tanda akibat perilaku pasien yang
penyebab dan tanda perilaku kekerasan kekerasan yang mendorong pasien
perilaku kekerasan dengan kriteria hasil : dirasakan pasien. melakukan
yang dirasakan pasien. 1. Pasien 3. Latih cara mengalihkan perilaku
menyebutkan diri saat mendengar kekerasan.
a. Penyebab suara aneh 2. Mengetahui
perilaku 4. Latih cara melakukan penyebabtanda dan
kekerasan teknik nafas dalam. gejala serta akibat

23
b. Tanda dan gejala 5. Masukkan dalam perilaku kekerasan
perilaku jadwal harian pasien yang dilakukan
kekerasan, pasien.
c. Akibat dari 3. Melatih pasien
perilaku mengatur rasa
kekerasan marahnya dengan
2. Pasien dapat teknik nafas dalam
memperagakan 4. Untuk
cara mengontrol membiasakan
perilaku kekerasan pasien untuk
dengan cara mengatur rasa
melakukan teknik marah dengan
nafas dalam. teknik nafas dalam

24
TUK 2 : Setelah diberikan 1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui
- Menyebutkan jenis- tindakan keperawatan 1 lalu (SP 1) perkembangan
jenis perilaku x 20 menit diharapkan 2. Latih cara fisik II pasien dalam
kekerasan yang pasien dapat (pukul kasur atau mengontrol rasa
pernah dilakukan menyebutkan jenis- bantal) marah
jenis perilaku 3. Masukkan dalam 2. Untuk
kekerasan yang pernah jadwal harian pasien menyalurkan rasa
dilakukan degan marah pasien
kriteria hasil : secara fisik
1. Pasien dapat 3. Mengatur waktu
menyebutkan pasien dalam
kegiatan yang mengulang cara
sudah dilakukan untuk mengontrol
2. Pasien dapat rasa marahnya.
memperagakan
cara fisik untuk

25
mengontrol
perilaku
kekerasan.

TUK 3 : Setelah diberikan SP 3 : 1. Untuk mengetahui


Menyebutkan akibat dari tindakan keperawatan 1 1. Evaluasi kegiatan yang bagaimana
perilaku kekerasan yang x 15 menit diharapkan lalu ( SP 1 dan SP 2) kemampuan pasien
dilakukan pasien mampu 2. Latih secara sosial atau dalam
menyebutkan akibat verbal mengontrolrasa
dari perilaku kekerasan 3. Masukkan dalam marahnya.
yang dilakukan degan jadwal harian pasien 2. Untuk membantu
kriteria hasil : pasien dalam
Kriteria evaluasi : mengontrol rasa
1. Menyebutkan marah secara
kegiatan yang verbal
sudah dilakukan 3. Mengatur waktu
2. Memperagakan pasien dalam

26
cara sosial atu mengulang cara
verbal untuk untuk mengontrol
mengontrol prilaku rasa marahnya.
kekerasan

TUK 4 : Setelah diberikan 1. Untuk mengetahui


Menyebutkan cara tindakan keperawatan 1 1. Evaluasi kegiatan yang perkembangan pasien
mengontrol prilaku x 15 menit diharapkan lalu ( SP 1, SP 2 dan dalam
kekerasan. pasien mampu SP 3) mengontrolrasa
menyebutkan cara 2. Latih secara spiritual marah.
mengontrol perilaku berdoa dan tri sandya 2.Menganjurkan
kekerasan dengan 3. Masukkan dalam pasien untuk berdoa
kriteria hasil : jadwal harian pasien. dan tri sandya untuk
1. Pasien mampu mengontrol rasa
menyebutkan marah.
kegiatan yang sudah 3.Mengatur waktu
dilakukan pasien dalam

27
2. Pasien dapat mengulang cara untuk
memperagakan cara mengontrol rasa
spiritual marahnya.

TUK 5 : Setelah diberikan 1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui


Mengontrol perilaku tindakan keperawatan 1 lalu (SP 1,2,3 dan 4) perkembangan pasien
kekerasan dengan cara x 15 menit diharapkan 2. Latih patuh obat pasien dalam mengontrol
psikofarmaka ( obat) pasien mampu : minum obat secara rasa marah.
mengontrol perilaku teratur dengan prinsip 2.Menekan rasa
kekerasan dengan cara 5 B dan susun jadwal marah pasien dengan
psikofarmaka (obat) minum obat secara cara psikofarmaka
perilaku kekerasan teratur 3.Mengatur waktu
degan kriteria hasil : 3. Masukkan dalam pasien dalam
1. Pasien jadwal harian pasien. mengulang cara untuk
menyebutkan mengontrol rasa
kegiatan yang marahnya.
sudah dilakukan

28
2. Pasien
memperagakan
cara patuh obat

6. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Waktu Dx Tindakan Respon TTD
Senin, 10 Perilaku “Om Swastiastu Pak, perkenalkan “Om Swastiastu, nama saya A.”
September 2018 Kekerasan nama saya Bella Octaviani, panggil
08.05-08.25 saja Bella, saya yang bertugas di
Wita ruangan Soka ini. Hari ini saya dinas
pagi dari pukul 07.00-14.00. saya
yang akan merawat bapak selama
Bapak berada di rumah sakit ini.
Nama Bapak siapa? Senangnya

29
dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? “Saya merasa sangat marah denga
istri saya, saya sangat ingin
menyakiti istri saya, seperti suara –
suara perintah yang sering aya
dengar”

“Baiklah Pak, sekarang kita akan “Untuk apa ? Saya hanya ingin
berbincang-bincang tentang perasaan menyakiti istri saya dan melempar
marah dan suara yang Bapak dengar’’ barang barang disini.”

“Bapak A, saya disini akan “Ya”


mendengarkan cerita bapak. Bapak
boleh menceritakan semuanya dengan
saya. Apakah bapak bersedia ?”

30
“Dimana enaknya kita duduk sambil “Ya boleh”
berbincang-bincang ya Pak?”
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Bagaimana kalau kita ngobrol selama
20 menit saja pak?”

“Apa yang menyebabkan Bapak “Saya merasa sangat jengkel


marah? Dan dari mana biasanya bapak dengan istri saya dan ingin
mendengar suara aneh tersebut?” menyakitinya seperti suara-suara
yang menghasut saya untuk
memukul isri saya dan merusak
barang-barang disekitar saya”

“Apakah sebelumnya Bapak pernah “Saya selalu marah”


marah?”

“Lalu apa penyebabnya? Samakah “Ya sama”

31
dengan sekarang?”

“O jadi itu penyebab kemarahan “Ya”


Bapak.”

“Pada saat penyebab kemarahan itu “Saya sangat marah dan


ada, seperti ketika Bapak pulang ke meluapkan rasa marah saya dengan
rumah namun istri belum memukul istri saya dan melempar
menyediakan makanan sehingga piring sambil teriak-teriak kepada
bapak untuk memukul istri bapak ,apa istri saya dengan kata-kata kasar”
yang Bapak rasakan?”

“Apakah bapak merasakan kesal “Ya.”


kemudian dada Bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat,

32
dan tangan mengepal?”

“Ada beberapa cara untuk mengontrol “Ya”


emosi, Pak. Salah satunya adalah
dengan cara relaksasi. Dengan cara
ini, Bapak dapat menyalurkan amarah.

“Begini Pak, kalau tanda-tanda marah (Pasien mengikuti instruksi


tadi sudah Bapak rasakan, Bapak perawat untuk melakukan teknik
duduk tenang pejamkan mata relaksasi nafas dalam)
kemudian baru lakukan tehnik
relaksasi nafas dalam dengan cara
bapak berdiri lalu tarik nafas dari
hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan amarah.
Ayo coba lagi tarik nafas dari hidung,

33
bagus, tahan dan keluarkan dari
mulut.”

Nah, lakukan 5 kali lagi.Bagus sekali, “Masih terasa kesal.”


Bapak sudah bisa melakukannya.

“Bagaimana perasaan Bapak?” “Ya”

“Nah sebaiknya latihan ini Bapak “Saya masih merasa kesal”


lakukan secara rutin sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul
Bapak sudah terbiasa melakukannya.”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah “Ya”


berbincang-bincang tentang amarah

34
Bapak?”

“Iya, jadi penyebab Bapak marah “Ya”


adalah karena istri bapak tidak
menyediakan makanan dan yang
Bapak lakukan adalah meluapkan rasa
marah serta akibatnya bapak ingin
memukul istri bapak dengan sapu”

“Saat sendiri nanti, coba renungkan “2 kali saat pagi dan sore”
lagi penyebab marah Bapak yang lalu
serta apa yang Bapak lakukan marah
yang belum kita bahas tadi dan jangan
lupa latihan nafas dalamnya ya Pak.”

“Sekarang kita buat jadwal latihannya “Ya”


ya Pak, berapa kali sehari Bapak mau

35
latihan nafas? Jam berapa saja Pak?”

“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi “Ya”


saya datang dan kita latihan lagi cara
yang lain untuk mengontrol/mencegah
marah. Tempatnya disini saja ya Pak,
Om Santih Santih Santih Om.”

Senin, 10 “Om Swastiastu Pak, sesuai dengan “Saya tidak suka disini sangat ribut
September 2018 janji saya dua jam yang lalu sekarang dan banyak orang yang selalu
10.30-10.50 saya datang lagi.” menatap saya.”
Wita
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? “Ya”
Adakah hal yang menyebabkan Bapak
marah?”

36
“Baik, sekarang kita akan belajar cara “Ya”
kedua dalam mengontrol perasaan
marah dengan kegiatan fisik Pak. ”

“Mau berapa lama?Bagaimana kalau “Baik.”


20 menit?”

“Dimana kita bicara?Bagaimana kalau “Baik akan saya coba”


di ruang tamu?”

“Jika ada yang menyebabkan Bapak “Di sebelah timur kamar tamu sus”
marah dan muncul perasaan kesal,

37
berdebar-debar, dan mata melotot
selain bernafas dalam-dalam, Bapak
bisa melampiaskannya dengan
memukul bantal atau kasur.
“Sekarang mari kita latihan memukul
kasur dan bantal. Dimana kamar
Bapak?”

“Jadi kalau nanti Bapak kesal dan “Akan saya coba jika saya merasa
ingin marah, langsung pergi ke kamar marah”
dan lampiaskanlah kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba Bapak lakukan, pukul kasur
dan bantalnya.Ya, bagus sekali.”

“Nah, cara inipun dapat dilakukan (Pasien mengikuti instruksi

38
secara rutin jika ada perasaan perawat untuk memukul bantal)
marah.Jangan lupa untuk merapikan
kembali tempat tidurnya ya.”

“Bagaimana perasaan Bapak setelah “Rasa marah saya terasa


melakukan latihan menyalurkan terluapkan”
marah tadi?”

“Coba Bapak sebutkan cara-cara yang “Nafas dalam dan memukul


sudah kita lakukan tadi!Bagus!” bantal”

“Mari kita masukkan ke jadwal “Baik”


kegiatan sehari-hari Bapak. Jam
berapa Bapak mau latihan memukul
kasur dan bantal?
Bagaimana kalau setiap bangun “Ya”
tidur?”

39
“Baik, jadi jam 05.00 pagi dan jam “Baik, jam 08.30 pagi”
15.00 sore. Jika Bapak merasakan
keinginan untuk marah, gunakan
kedua cara tadi ya Pak.”

“Besok pagi kita akal latihan “Ya ”


mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik.
Mau jam berapa Pak? “

Baik jam 08.30 pagi ya. Sampai


jumpa.”

Selasa, 11 Perilaku “Om Swastiastu Pak, sesuai dengan “Om Swastiastu sus, Iya”
September 2018 Kekerasan janji saya kemarin sekarang

40
08.30-08.45 kitabertemu lagi.”
Wita “Bagaimana pak, sudah latihan tarik “Sudah saya coba. Saya merasa
nafas dalam-dalam dan memukul lebih mampu mengontrol diri
kasur dan bantal? Apa yang dirasakan untuk tidak berpikir memukul istri
setelah melakukan latihan secara saya saat marah.
teratur?’

‘’Coba saya lihat jadwal kegiatan “Ini”


hariannya.’’

‘’Bagaimana kalau sekarang kita “Ya”


latihan cara bicara untuk mencegah
marah?’’

‘’Dimana enaknya kita berbincang- “Baik, saya mau”


bincang? Bagaimana kalau ditempat
yang sama?’’

41
‘’Berapa lama bapak mau kita “Ya sus 15 menit saja”
berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?’’

‘’Sekarang kita lakukan latihan cara “Baik sus akan saya coba”
bicara yang baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah bisa
disalurkan melalui tarik nafas dalam-
dalam atau memukul kasur dan bantal
dan bapak sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat
kita marah. Ada 3 caranya pak :
Meminta dengan baik tanpa marah
dengan nada suara yang rendah serta

42
tidak menggunakan kata-kata kasar.”

“Kemarin bapak bilang penyebab “Bu, saya minta baju yang hitam”
marahnya karena istri tidak
menyediakan makanan saat bapak
pulang kerja. Coba bapak meminta
makanan denga baik :’’ Bu, saya lapar
dan ingin makan. ’’ Nanti bisa dicoba
disiini untuk meminta baju, uang obat
dan lain- lain. Coba bapak praktikan.”

“Bagus Pak, jika ada yang menyuruh “Maaf saya tidak biasa
dan bapak tidak ingin melakukannya, melakukannya karena sedang ada
katakanlah :‘’Maaf saya tidak biasa kerjaan.”
melakukannya karena sedang ada
kerjaan.’ Coba bapak praktikan.”

43
“Bagus pak, jika ada perlakuan orang “Saya jadi ingin marah karena
lain yang membuat kesal, bapak dapat perkataanmu itu”
mengatakan : ‘Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu.’ Coba
praktikan.’’

“Bagus, Pak” “Makasi”

‘’Bagaimana perasaan bapak setelah “ Saya merasa lebih lega dan


kita bercakap-cakap tentang cara santai”
mengontrol marah dengn bicara yang
baik?’’

‘’Coba bapak sebutkan lagi cara “Bu, saya minta baju yang hitam,
bicara yang baik yang telah kita Maaf saya tidak biasa
pelajari ‘’ melakukannya karena sedang ada
kerjaan, Saya jadi ingin marah

44
karena perkataanmu itu”

‘’Bagus sekali, sekarang mari kita “Iya ”


masukan dalam jadwal. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang
baik? Bisa kita buat jadwalnya?’’

“Coba masukan dalam jadwal latihan “Boleh”


sehari-hari, misalnya meminta obat,
uang dll. Bagus nanti coba ya pak!’’

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita “Baik”


bertemu?’’

“Nanti kita akan bicarakan cara lain “Iya”


untuk mengatasi rasa marah bapak,
yaitu dengan cara ibadah, bapak

45
setuju? “
“Mau dimana pak?” “Iya disini saja”
“Disini lagi?” “Iya”
“Baik sampai nanti ya.’’

Selasa, 11 “Om Swastyastu Pak, sesuai dengan “Om Swastiastu, iya”


September 2018 janjisaya dua jam yang lalu sekarang
10.30-10.45 saya datang lagi.’’
Wita
‘’Bagaimana pak latihan apa yang “Tadi saya melakukan latihan
sudah dilakukan? Apa yang dirasakan nafas dalam dan berbiacara yang
setelah melakukan latihan secara baik dengan istri saya”
teratur?’’

“Bagaimana kalau sekarang kita “Iya boleh”

46
latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?’’

‘’Dimana enaknya kita berbincang- “Iya boleh”


bincang? Bagaimana kalau ditempat
tadi?’’

“Berapa lama bapak mau kita “Iya 15 menit saja”


berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?’’

‘’Coba ceritakan kegiatan ibadah yang “Saya biasanya berdoa”


biasa bapak lakukan”

“Bagus. Baik, yang mana mau “Mantram Gayatri saja”


dicoba?”

47
‘’Nah kalau bapak sedang marah, “Baik sus”
coba bapak langsung duduk dan tarik
nafas dalam-dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan anda
rileks. Jika tidak reda juga, bersihkan
diri kemudian lakukan Puja Tri
Sandya atau Mantram Gayatri’’
‘’Bapak bisa melakukan Tri Sandya
secara teratur untuk meredakan
kemarahan.’’

‘’Coba sebutkan Tri Sandya tiga “Saat pagi jam 6, jam 12 siang dan
waktu? jam 6 sore”

‘’Bagaimana perasaan bapak setelah “Saya baru sadar bahwa banyak


kita bercakap-cakap tentang cara yang cara untuk meredam emosi”

48
ketiga ini?’’

‘’Jadi sudah berapa cara mengontrol “3”


marah yang kita pelajari?”

“Bagus.’’
‘’Mari kita masukan kegiatan ibadah “2 kali dulu ya, karena saya susah
pada jadwal kegiatan bapak. Mau bangun pagi”
berapa kali bapak Tri Sandya? Baik
kita masukan ke jadwal kegiatan
bapak”

‘’Coba bapak sebutkan lagi cara “Mantram gayatri dan Tri Sandya”
ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapak merasa marah!’’

‘’Setelah ini coba bapak lakukan Tri “Baik saya coba”

49
sandya sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi ya.’’

‘’Besok kita ketemu lagi ya pak. Nanti “Iya bisa jam 10.30”
kita bicarakan cara ke empat
mengontrol rasa marah yaitu dengan
patuh minum obat. Mau jam berapa
pak? Seperti sekarang saja, jam 10.30
ya.’’

‘’Nanti kita akan membicarakan cara “Baik sus, saya setuju”


penggunaan obat yang benar untuk
mengntrol rasa marah bapak, setuju
pak?’’

50
“Om Swastyastu, iya saya ingat”
Rabu,12 ‘’Om Swastyastu, Pak. Sesuai dengan
September 2018 janji saya kemarin hari ini kita
10.30-10.45 bertemu lagi. ‘’
Wita “Sudah, tadi saya sudah mantram
‘’Bagaimana pak, sudah dilakukan gayatri, lalu tadi saat saya marah
latihan tarik nafas dalam-dalam, karena istri saya, saya memukul
memukul kasur dan bantal, bicara bantal”.
yang baik, serta Tri Sandya dan
Mantram Gayatri? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita cek
kegiatannya’’ “Iya boleh”

‘’Bagaimana kalau sekarang kita


bicara dan latihan tentang cara minum

51
obat yang benar untuk mengontrol “Iya, disana saja”
rasa marah?’’

‘’Dimana enaknya kita berbincang- “Iya”


bincang? Bagaimana kalau ditempat
kemain?’’
‘’Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?’’

Membawakan obat pasien “Sudah tadi”


‘’Bapak sudah dapat obat dari
dokter?’’

‘’Berapa macam obat yang bapak “3 macam, orange, putih dan


minum? Warnanya apa saja?” merah jambu”

52
Bagus!

“Jam berapa bapak minum?’’ “Jam 7”


“Bagus!’’

‘’Obatnya ada tiga macam pak, yang “Oh begitu ya”


warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang
putih ini namanya THP agar rileks dan
tenang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP agar pikiran teratur dan
rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum tiga kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam.’’

‘’Bila nanti setelah minum obat mulut “Baik, akan saya lakukan.”

53
bapak tersa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-
isap es batu.’’

‘’Bila mata terasa berkunang-kunang, “Iya”


bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu.’’

‘’Nanti dirumah sebelum minum obat “Baik, nanti akan saya lihat label
ini, bapak lihat dulu label dikotak obat obatnya sebelum diminum”
apakah benar nama bapak tertulis
disitu, berapa dosis yang harus
diminum, dan jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya!’’

54
‘’Jangan pernah berhenti minum obat “Baik”
sebelum bekonsultasi degan dokter ya
pak, karena dapat terjadi
kekambuhan.’’

‘’Sekarang kita masukan waktu “Iya”


minum obatnya kedalam jadwal ya
pak.’’

‘’Bagaimana perasaan bapak setelah “Saya jadi mengerti, cara minum


kita bercakap-cakap tentang cara obat yang benar”
minum obat yang benar?’’

‘’Coba bapak sebutkan lagi jenis obat ‘’Obatnya ada tiga macam yang
yang bapak minum! Bagaimana cara warnanya oranye namanya CPZ
minum obat yang benar?’’ gunanya agar pikiran tenang, yang

55
putih ini namanya THP agar rileks
dan tenang, dan yang merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus diminum tiga
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam. Dan baca label
obat sebelum diminum’’

‘’Nah, sudah berapa cara mengontrol “Ada empat cara, relaksasi nafas
perasaan marah yang kita pelajari? dalam, memukul bantal, berdoa
Sekarang kita tambahkan jadwal dan minum obat”
kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.’’

‘’Baik, besok kita bertemu kembali “Baik, makasi ya. Sampai jumpa

56
untuk melihat sejauh mana bapak besok”
melaksanakan kegiatan dan sejauh
mana dapat mencegah rasamarah.
Sampai jumpa.’’

7. Evaluasi

Jam/waktu Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD

57
Senin, 10 Perilaku Kekerasan TUK 1
September S : Pasien mengatakanpenyebab perilaku kekerasan, tanda dan
2018 gejala perilaku kekerasan, akibat dari perilaku kekerasan..
08.25 O :Pasien tampak mampu memperagakan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara melakukan teknik nafas
dalam.
A : Tujuan SP 1tercapai, masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi SP 2

10.50 TUK 2
S :Pasien mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan.
O: Pasien tampak memperagakan cara fisik untuk mengontrol
perilaku kekerasan dengan memukul bantal

A : Tujuan SP 2 tercapai, masalah teratasi


P : Lanjutkan intervensi SP 3

58
Selasa, 12 TUK 3
September S : Pasien mengatakan dapat menyebutkan kegiatan yang
2018 sudah dilakukan,
08.45 O : Pasien tampak memperagakan cara sosial atu verbal untuk
mengontrol perilaku kekerasan
A : Tujuan SP 3 tercapai, masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi SP 4
11.00
TUK 4
S : Pasien mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan
O : Pasien tampak mengikuti instruksi perawat, pasien tampak
sudah mempraktikkan secara mandiri mengontrol emosi,
Pasien dapat memperagakan cara spiritual
A : Tujuan SP 4 tercapai, masalah teratasi
Rabu, 13 P : Lanjutkan intervensi SP 5
September TUK 5
2018 S : Pasienmengatakan kegiatan yang sudah dilakukan

59
10.45 O : pasien mengikuti instruksi perawat, pasien tampak sudah
mengetahui cara minum obat yang benar, nama obat dan waktu
pemberian obat, pasien tampak mempraktikkan cara
mengontrol emosi. , Pasien memperagakan cara patuh obat.
A : Tujuan SP 5 tercapai. Masalah teratasi.
P : Rencanakan kepulangan pasien

60
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi


(aggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap
hewan atau benda-benda. Teori Perilaku Agresi dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu Instinct theory Drive theory, Social learning theory

Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada


waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Oleh karenanya, perawat harus pula
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif
marah.

Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorngan agresif


mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobilogi mendapatkan bahwa
adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada di tengah sistem limbik) binatang ternyata menimbulkan perilaku
agresif.

B. Saran
Untuk mahasiswa agar lebih dapat memahami tentang asuhan
keperawatan pasien dengan resiko perilaku kekerasan.

61
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka


Kerja Asuhan Keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Keliat, B. A. 2010. Model Praktek Keperawatan profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Muhith, A.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : CV Andi Offset
SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta :DPP PPNI
Stuart and Sundeen.1995.Buku Keperawatan (Alih Bahasa) Achir Yani S.
Hamid.Edisi 3.Jakarta : EGC
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa.Jakarta :EGC
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika
Aditama

62

Anda mungkin juga menyukai