Isi Dan Pembahasan PK Fiks
Isi Dan Pembahasan PK Fiks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain. Adanya kelemahan atau ketidakmampuan pada 3 unsur tersebut
dapat menyebabkan jiwa seseorang terganggu bahkan bias menjadi
gangguan jiwa.
Pada mulanya gangguan jiwa dianggap suatu hal yang gaib,sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu
gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada
kesadaran, emosi, persepsi dan intelegensi.Tidak sedikit masyarakat
yang beranggapan bahwa individu yang sakit jiwa adalah aib dan
memalukan, tidak bermoral bahkan tidak beriman.
Pada umumnya ada 7 masalah keperawatan antara lain gangguan
konsep diri: harga diri rendah, isolasi sosial: menarik diri, gangguan
sensori persepsi: halusinasi, perubahan proses pikir: waham, resiko
perilaku kekerasan, resiko bunuh diri dan deficit perawatan diri.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman bagi individu(Stuart dan
Sundeen,1995).Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
kunstruktif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress dan merasa bersalah, dan bahkan
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini peran
serta keluarga dalam membantu menyelesaikan masalah sangat berperan
penting, karena keluarga merupakan orang yang terdekat. Namun peran
perawat merupakan ujung tombak dalam pelasanan kesehatan jiwa.
1
Masalah perilaku kekerasan banyak ditemukan pada pasien
gangguan jiwa, sering terjadi pada alasan masuk keluarga mengatakan
pasien mengamuk, marah-marah, merusak, mengancam bahkan melukai
orang lain. Hal tersebut memerlukan penanganan yang spesifik untuk
mengarahkan pasien dalam mengelola rasa marah yang maladaptive
menjadi adative dan konstruktif (Muhith, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan?
2. Apa saja bagian dari teori perilaku agresi?
3. Bagaimana rentang respon marah?
4. Apa penyebabperilaku kekerasan?
5. Bagaimana tanda & gejala perilaku kekerasan?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari perilaku kekerasan?
7. Apa saja hal-hal yang dapat dilakukan apabila memiliki keluarga
dengan perilaku kekerasan?
8. Bagaimana peran keluarga dalam penanganan perilaku kekerasan ?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan.
2. Untuk mengetahui bagian dari teori perilaku agresi.
3. Untuk mengetahui rentang respon marah.
4. Untuk mengetahui penyebab perilaku kekerasan.
5. Untuk mengetahui tanda & gejala perilaku kekerasan.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari perilaku kekerasan.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan apabila memiliki
keluarga dengan perilaku kekerasan.
8. Untuk mengetahui peran keluarga dalam penanganan perilaku
kekerasan.
2
9. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan
perilaku kekerasan.
3
BAB II
ISI & PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), kekerasan (violence) merupakan suatu
bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) yang menyebabkan atau
dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang
lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara
agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi
sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap
kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang
memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku
kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum yang
berupa tindakan menyerang, merusak hingga membunuh. Agresi tidak
selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain
(assault), agresivitas terhadap diri sendiri (self aggression) serta
penyalahgunaan narkoba (drugs abuse) untuk melupakan persoalan
hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku
agresi.Perilaku kekerasan atau perilaku agresi merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis.Berdasarkan definisi ini, maka perilaku kekerasan dapat
dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan
fisik.Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah (Stuart dan Sundeen, 1995).
4
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman.(Keliat, 2010).
5
pengendalian diri individu tersebut (internal control) serta berbagai
stimulus dari luar (impulses). Saat keseimbangan antara kemampuan
pengendalian diri dan besarnya stimulus terganggu, maka akan
membangkitkan perilaku agresi.
Agresi sendiri dapat dibedakan dalam 3 kategori yaitu :
a. Irritable aggression merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi
perasaan marah. Biasanya diinduksi oleh frustasi dan terjadi
karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami
informasi dengan intensitas emosional tinggi (directed against
an available target).
b. Instrumental aggression adalah suatu tindak kekerasan yang
dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(misalnya untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan
tindak kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan terencana;
seperti peristiwa penghancuran menara kembar WTC di New
York, tergolong dalam kekerasan instrumental).
c. Mass aggression adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh
massa akibat kehilangan individualitas dari masing-masing
individu. Pada saat massa berkumpul, selalu terjadi
kecenderungan kehilangan individualitas orang-orang yang
membentuk kelompok massa tersebut. Manakala massa tersebut
telah solid, maka bila ada seseorang memelopori tindak
kekerasan, maka secara otomatis semua akan ikut melakukan
kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling
membangkitkan. Pihak yang menginisiasikan tindak kekerasan
tersebut bisa saja melakukan agresi instrumental (sebagai
provokator ) maupun agresi permusuhan karena kemarahan tidak
terkendali (Keliat, 2010).
6
3. Rentang Respon Marah
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri-sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu
terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Oleh karenanya, perawat harus pula
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif
marah. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen, 1995).
Secara umum,rentang respon adapatif dan maladaptif merupakan
bagian dari rentang respon sosial,dimana pembagian adalalah sebagai
berikut
7
a. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan
atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi
kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
karena tidak reakstis atau hambatan dalam proses percakapan
tujuan.
c. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan
perasaannya, pasien tampak pemalu, pendiam sulit diajak
bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa : muka kusam ,
bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
e. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai
kehilangan kontrol diri, individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
4. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Muhith (2015), penyebab perilaku kekerasan ada dua faktor
antara lain.
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya.,
sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
mengendalikan frustasi tersebut maka dia meluapkannya dengan
cara kekerasan.
8
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
(permisive).
4) Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorngan
agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobilogi
mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik) binatang
ternyata menimbulkan perilaku agresif. Perangsangan yang
diberikan terutama pada neukleus periforniks hipotalamus dapat
menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya,
mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri, menggeram,
matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, hendak menerkam tikus
atau objek yang ada di sekitarnya. Jadi, terjadi kerusakan fungsi
sistem limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk
pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indera penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering
dikaitkan dengan perilaku agresif: serotonin, dopamin,
norepineprin, asetilkolin, dan asam amino GABA. Faktor-faktor
yang mendukung adalah ; 1) masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan, 2) sering mengalami kegagalan, 3) kehidupan
yang penuh tindakan agresif, dan 4) lingkungan yang tidak
kondusif (bising, padat)
9
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia
itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa
rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah,
dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai, pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab yang
lain. Intraksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
tindakan kekerasan.
10
5. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa tanda dan gejala
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
11
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan
kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Jenis
obat psikofarmaka adalah :
1) Clorpromazine (CPZ, Largactile)
Indikasi untuk mensupresi gejala-gejala psikosa :agitasi,
ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham,
dan gejala-gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, mania depresif, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
12
4) ECT (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples.Therapi kejang
listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
b. Tindakan Keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku
kekerasanmeliputi (VIdebeck,2008) :
1) Terapi Modalitas
a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk
mempertimbangkan lingkungan bagi semua pasien ketika
mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif.Aktivitas
atau kelompok yang direncanakan seperti permainan kartu,
menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau diskusi
informal memberikan pasien kesempatan untuk
membicarakan peristiwa atau isu ketika pasien tenang.
Aktivitas juga melibatkan pasien dalam proses terapeutik dan
meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan pasien
menunjukkan perhatian perawat yang tulus terhadap pasien
dan kesiapan untuk mendengarkan masalah pikiran serta
perasaan pasien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat
meningkatkan rasa aman pasien (Videbeck, 2008).
b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, pasien berpartisipasi dalam
sesi bersama dalam kelompok individu. Para anggota
kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi
13
kontribusi kepada kelompok untuk membantu yang lain dan
juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan kelompok
ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
Dengan menjadi anggota kelompok, pasien dapat
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping
atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya
mempelajari keterampilan interpersonal yang penting
(Videbeck, 2008).
c) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan pasien dan anggota keluarganya.
Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika keluarga
memengaruhi psikopatologi pasien, memobilisasi kekuatan
dan sumber fungsional keluarga, merestrukturisasi gaya
perilaku keluarga yang maladaptive, dan menguatkan
perilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass dalam
Videbeck, 2008).
d) Terapi Individual
Psikoterapi individu adalah metode yang
menimbulkan perubahan pada individu dengan cara mengkaji
perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini
memiliki hubungan personal antara ahli terapi danpasien
.Tujuan dari terapi individu yaitu memahami diri dan
perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal,
memperbaiki hubungan interpersonal, atau berusaha lepas
dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara pasien dan ahli terapi terbina
melalui tahap yang sama dengan tahap hubungan perawat-
pasien yaitu introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya
pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
14
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain
mendorong upaya mempercepat pasien ke fase kerja
sehingga memperoleh manfaat maksimal yang mungkin dari
terapi (Videbeck, 2008).
7. Hal-hal yang Dapat dilakukan Apabila Mempunyai Keluarga
dengan Risko Perilaku kekerasan
a Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi
dan minat bakat anggota keluarga yang mengalami perilaku
kekerasansehingga diharapkan dapat meminimalisir kejadian perilaku
kekerasan.
b Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-
pihak terkait contohnya badan konseling, RT, atau RW dalam
membantu menyelesaiakan konflik sebelum terjadi tindakan
kekerasan.
c Mengadakan kontrol khusus dengan perawat /dokter yang dapat
membahas dan melaporkan perkembangan anggota keluarga yang
mengalami risiko pelaku kekerasan terutama dari segi kejiwaan
antara pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
8. Peran Keluarga dalam Penanganan Perilaku Kekerasan
a. Mencegah terjadinya perilaku amuk :
1) Menjalin komunikasi yang harmonis dan efektif antar anggota
keluarga
2) Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota
keluarga yang berada dalam kesulitan
3) Saling menghargai pendapat dan pola pikir
4) Menjalin keterbukaan
5) Saling memaafkan apabila melakukan kesalahan
6) Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha
memperbaiki kekurangan tersebut
15
7) Apabila terjadi konflik sebaiknya keluarga memberi kesempatan
pada anggota keluarga untuk mengugkapkan perasaannya untuk
membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.
8) Keluarga dapat mengevaluasi sejauh mana keteraturan minum
obat anggota dengan risiko pelaku kekerasan dan mendiskusikan
tentang pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.
9) Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih di rumah sakit.
10) Keluarga memberi pujian atas keberhasilan pasien untuk
mengendalikan marah.
11) Keluarga memberikan dukungan selama masa pengobatan
anggota keluarga risiko pelaku kekerasan.
12) keluarga menyiapkan lingkungan di rumah agar meminimalisir
kesempatan melakukan perilaku kekerasan
b. Mengontrol Perilaku Kekerasaan dengan mengajarkan pasien :
1) Menarik nafas dalam
2) Memukul-mukul bantal
3) Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan pasien
mengucapkan apa yang tidak disukai pasien
4) Melakukan kegiatan keagamaan seperti sembahyang.
5) Mendampingi pasien dalam minum obat secara teratur.
c. Bila pasien dalam Perilaku Kekerasan
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk
membantu membawa pasien ke rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum
dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri pasien dan
penolong.
16
B. Aplikasi Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
1. Pengkajian
a. Faktor Fisik
1) Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hinu
Diagnosa medis: -
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
2) Keturunan
Pasien memiliki kemiripan sifat dengan ayahnya yaitu kasar
dan main fisik.
3) Proses Psikologis
a) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien tidak memiliki penyakit fisikdimasa lalu.Namun
secara mental pasien sering marah – marah dengan orang
terdekatnya karena masalah sepele.
b) Makan minum pasien
Pasien makan 3 kali sehari dan minum 5 gelas sehari.
c) Istirahat tidur
Pasien biasa tidur 6-7 jam dalam sehari disertai sering
menggigau seperti ada orang bertengkar.
d) Pola BAB/BAK
Pola BAB : Pasien BAB 2x sehari dengan konsistensi
lembek
Pola BAK : Pasien BAK 2-4 x sehari dengan warna
jernih
17
e) Latihan
Pasien jarang berolahraga.
f) Pemeriksaan Fisik
Fungsi sistem :
Pernapasan : 20x/menit
Kardiovaskuler : 115x/menit
Integument : Turgor kulit baik
Penampilan fisik : Berantakan, faktor tubuh tegang
4) Faktor Emosional
Pasien sering tidak nyaman sering jengkel, dendam dan
marah-marah
5) Faktor Mental
Pasien cerewet, kasar, meremehkan, dan suka berdebat.
6) Hasil wawancara
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara aneh yang
menyuruh pasien untuk memukul istrinya saat tidak
dibuatkan makanan sepulang dari kerja. Pasien mengatakan
dia akan marah, dan saat itulah dia akan mendengar suara-
suara tersebut sehingga langsung memukul istrinya dengan
sapu.
b. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Kelahiran dan Tumbuh Kembang (Biologis)
Pasien lahir di Bangli tanggal 12 januari 1981, pasien adalah
anak pertama dari 3 bersaudara.Pasien sejak kecil jarang
dirawat oleh keluarganya dan ayah pasien sangat galak sering
memukul pasien ketika berbuat kesalahan sehingga pasien
mengalami trauma sejak kecil.
2) Trauma karena aniaya fisik, seksual/tindakan aniaya fisik
Pasien merasa trauma akibat sering diberikan hukuman oleh
ayahnya waktu kecil.
18
3) Tindakan anti sosial
Waktu kecil pasien sering memukul temannya ketika
bermain.
4) Penyakit yang pernah diderita
Pasien tidak pernah menderita penyakit sebelumnya.
5) Gangguan jiwa dimasa lalu
Pasien tidak memiliki gangguan jiwa dimasa lalu.
6) Pengadaan sebelumnya:
a) Faktor Biologis
Ayah pasien memiliki perilaku yang cenderung sama
dengan pasien.
b) Faktor Psikologis
Pasien memiliki trauma sering dipukul oleh ayahnya saat
melakukan kesalahan.
c) Faktor Sosiokultural
Pasien tinggal didaerah yang memiliki budaya
menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
2. Analisa Data
Data Fokus Masalah Keperawatan
Data Subjetif : Perilaku Kekerasan
- Pasien mengatakan sering
mengancam istrinya.
- Pasien mengatakan sering
mengumpat istrinya dengan
kata – kata kasar.
- Pasien mengatakan suka
berbicara ketus
19
Data Objektif
- Kadang pasien tampak
menyerang istrinya.
- Pasien tampak merusak
lingkungan kamar.
- Pasien sering mengamuk.
- Mata pasien melotot dan
pandangan pasien tajam
- Tangan pasien tampak
mengepal.
- Wajah pasien tampak
memerah.
- Rahang pasien mengatup
- Postur tubuh pasien tampak
kaku
Data Subjektif Gangguan Persepsi Sensori
- Pasien mengatakan sering
mendengar suara bisikan
untuk memukul istrinya.
- Pasien mengatakan sering
merasa kesal.
Data Objektif
- Pasien tampak seolah
mendengar sesuatu.
- Pasien tampak lebih sering
sendiri.
- Konsentrasi pasien buruk.
- Pasien tampak sering curiga
20
- Pasien sering melihat ke satu
arah.
- Pasien tampak sering bicara
sendiri.
Data Subjektif Risiko Mutilasi Diri
- Pasien mengatakan memiliki
riwayat dianiaya oleh
ayahnya dan menganiaya
istrinya.
- Pasien mengatakan jalan
untuk mengatasi masalah
adalah dengan cara
kekerasan.
Data Objektif
- Hubungan pasien dengan
istri tampak sangat tidak
harmonis.
Perilaku Kekerasan
CCore problemCore Problem
21
Gangguan Persepsi Sensori cause
( Sumber: Keliat, B. A., 2010)
5. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Persepsi Sensori
c. Risiko Mutilasi Diri
22
6. Rencana Tindakan Keperawatan
23
b. Tanda dan gejala 5. Masukkan dalam perilaku kekerasan
perilaku jadwal harian pasien yang dilakukan
kekerasan, pasien.
c. Akibat dari 3. Melatih pasien
perilaku mengatur rasa
kekerasan marahnya dengan
2. Pasien dapat teknik nafas dalam
memperagakan 4. Untuk
cara mengontrol membiasakan
perilaku kekerasan pasien untuk
dengan cara mengatur rasa
melakukan teknik marah dengan
nafas dalam. teknik nafas dalam
24
TUK 2 : Setelah diberikan 1. Evaluasi kegiatan yang 1. Untuk mengetahui
- Menyebutkan jenis- tindakan keperawatan 1 lalu (SP 1) perkembangan
jenis perilaku x 20 menit diharapkan 2. Latih cara fisik II pasien dalam
kekerasan yang pasien dapat (pukul kasur atau mengontrol rasa
pernah dilakukan menyebutkan jenis- bantal) marah
jenis perilaku 3. Masukkan dalam 2. Untuk
kekerasan yang pernah jadwal harian pasien menyalurkan rasa
dilakukan degan marah pasien
kriteria hasil : secara fisik
1. Pasien dapat 3. Mengatur waktu
menyebutkan pasien dalam
kegiatan yang mengulang cara
sudah dilakukan untuk mengontrol
2. Pasien dapat rasa marahnya.
memperagakan
cara fisik untuk
25
mengontrol
perilaku
kekerasan.
26
cara sosial atu mengulang cara
verbal untuk untuk mengontrol
mengontrol prilaku rasa marahnya.
kekerasan
27
2. Pasien dapat mengulang cara untuk
memperagakan cara mengontrol rasa
spiritual marahnya.
28
2. Pasien
memperagakan
cara patuh obat
6. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Waktu Dx Tindakan Respon TTD
Senin, 10 Perilaku “Om Swastiastu Pak, perkenalkan “Om Swastiastu, nama saya A.”
September 2018 Kekerasan nama saya Bella Octaviani, panggil
08.05-08.25 saja Bella, saya yang bertugas di
Wita ruangan Soka ini. Hari ini saya dinas
pagi dari pukul 07.00-14.00. saya
yang akan merawat bapak selama
Bapak berada di rumah sakit ini.
Nama Bapak siapa? Senangnya
29
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? “Saya merasa sangat marah denga
istri saya, saya sangat ingin
menyakiti istri saya, seperti suara –
suara perintah yang sering aya
dengar”
“Baiklah Pak, sekarang kita akan “Untuk apa ? Saya hanya ingin
berbincang-bincang tentang perasaan menyakiti istri saya dan melempar
marah dan suara yang Bapak dengar’’ barang barang disini.”
30
“Dimana enaknya kita duduk sambil “Ya boleh”
berbincang-bincang ya Pak?”
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Bagaimana kalau kita ngobrol selama
20 menit saja pak?”
31
dengan sekarang?”
32
dan tangan mengepal?”
33
bagus, tahan dan keluarkan dari
mulut.”
34
Bapak?”
“Saat sendiri nanti, coba renungkan “2 kali saat pagi dan sore”
lagi penyebab marah Bapak yang lalu
serta apa yang Bapak lakukan marah
yang belum kita bahas tadi dan jangan
lupa latihan nafas dalamnya ya Pak.”
35
latihan nafas? Jam berapa saja Pak?”
Senin, 10 “Om Swastiastu Pak, sesuai dengan “Saya tidak suka disini sangat ribut
September 2018 janji saya dua jam yang lalu sekarang dan banyak orang yang selalu
10.30-10.50 saya datang lagi.” menatap saya.”
Wita
“Bagaimana perasaan Bapak saat ini? “Ya”
Adakah hal yang menyebabkan Bapak
marah?”
36
“Baik, sekarang kita akan belajar cara “Ya”
kedua dalam mengontrol perasaan
marah dengan kegiatan fisik Pak. ”
“Jika ada yang menyebabkan Bapak “Di sebelah timur kamar tamu sus”
marah dan muncul perasaan kesal,
37
berdebar-debar, dan mata melotot
selain bernafas dalam-dalam, Bapak
bisa melampiaskannya dengan
memukul bantal atau kasur.
“Sekarang mari kita latihan memukul
kasur dan bantal. Dimana kamar
Bapak?”
“Jadi kalau nanti Bapak kesal dan “Akan saya coba jika saya merasa
ingin marah, langsung pergi ke kamar marah”
dan lampiaskanlah kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba Bapak lakukan, pukul kasur
dan bantalnya.Ya, bagus sekali.”
38
secara rutin jika ada perasaan perawat untuk memukul bantal)
marah.Jangan lupa untuk merapikan
kembali tempat tidurnya ya.”
39
“Baik, jadi jam 05.00 pagi dan jam “Baik, jam 08.30 pagi”
15.00 sore. Jika Bapak merasakan
keinginan untuk marah, gunakan
kedua cara tadi ya Pak.”
Selasa, 11 Perilaku “Om Swastiastu Pak, sesuai dengan “Om Swastiastu sus, Iya”
September 2018 Kekerasan janji saya kemarin sekarang
40
08.30-08.45 kitabertemu lagi.”
Wita “Bagaimana pak, sudah latihan tarik “Sudah saya coba. Saya merasa
nafas dalam-dalam dan memukul lebih mampu mengontrol diri
kasur dan bantal? Apa yang dirasakan untuk tidak berpikir memukul istri
setelah melakukan latihan secara saya saat marah.
teratur?’
41
‘’Berapa lama bapak mau kita “Ya sus 15 menit saja”
berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?’’
‘’Sekarang kita lakukan latihan cara “Baik sus akan saya coba”
bicara yang baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah bisa
disalurkan melalui tarik nafas dalam-
dalam atau memukul kasur dan bantal
dan bapak sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat
kita marah. Ada 3 caranya pak :
Meminta dengan baik tanpa marah
dengan nada suara yang rendah serta
42
tidak menggunakan kata-kata kasar.”
“Kemarin bapak bilang penyebab “Bu, saya minta baju yang hitam”
marahnya karena istri tidak
menyediakan makanan saat bapak
pulang kerja. Coba bapak meminta
makanan denga baik :’’ Bu, saya lapar
dan ingin makan. ’’ Nanti bisa dicoba
disiini untuk meminta baju, uang obat
dan lain- lain. Coba bapak praktikan.”
“Bagus Pak, jika ada yang menyuruh “Maaf saya tidak biasa
dan bapak tidak ingin melakukannya, melakukannya karena sedang ada
katakanlah :‘’Maaf saya tidak biasa kerjaan.”
melakukannya karena sedang ada
kerjaan.’ Coba bapak praktikan.”
43
“Bagus pak, jika ada perlakuan orang “Saya jadi ingin marah karena
lain yang membuat kesal, bapak dapat perkataanmu itu”
mengatakan : ‘Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu.’ Coba
praktikan.’’
‘’Coba bapak sebutkan lagi cara “Bu, saya minta baju yang hitam,
bicara yang baik yang telah kita Maaf saya tidak biasa
pelajari ‘’ melakukannya karena sedang ada
kerjaan, Saya jadi ingin marah
44
karena perkataanmu itu”
45
setuju? “
“Mau dimana pak?” “Iya disini saja”
“Disini lagi?” “Iya”
“Baik sampai nanti ya.’’
46
latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?’’
47
‘’Nah kalau bapak sedang marah, “Baik sus”
coba bapak langsung duduk dan tarik
nafas dalam-dalam. Jika tidak reda
juga marahnya rebahkan badan anda
rileks. Jika tidak reda juga, bersihkan
diri kemudian lakukan Puja Tri
Sandya atau Mantram Gayatri’’
‘’Bapak bisa melakukan Tri Sandya
secara teratur untuk meredakan
kemarahan.’’
‘’Coba sebutkan Tri Sandya tiga “Saat pagi jam 6, jam 12 siang dan
waktu? jam 6 sore”
48
ketiga ini?’’
“Bagus.’’
‘’Mari kita masukan kegiatan ibadah “2 kali dulu ya, karena saya susah
pada jadwal kegiatan bapak. Mau bangun pagi”
berapa kali bapak Tri Sandya? Baik
kita masukan ke jadwal kegiatan
bapak”
‘’Coba bapak sebutkan lagi cara “Mantram gayatri dan Tri Sandya”
ibadah yang dapat bapak lakukan bila
bapak merasa marah!’’
49
sandya sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi ya.’’
‘’Besok kita ketemu lagi ya pak. Nanti “Iya bisa jam 10.30”
kita bicarakan cara ke empat
mengontrol rasa marah yaitu dengan
patuh minum obat. Mau jam berapa
pak? Seperti sekarang saja, jam 10.30
ya.’’
50
“Om Swastyastu, iya saya ingat”
Rabu,12 ‘’Om Swastyastu, Pak. Sesuai dengan
September 2018 janji saya kemarin hari ini kita
10.30-10.45 bertemu lagi. ‘’
Wita “Sudah, tadi saya sudah mantram
‘’Bagaimana pak, sudah dilakukan gayatri, lalu tadi saat saya marah
latihan tarik nafas dalam-dalam, karena istri saya, saya memukul
memukul kasur dan bantal, bicara bantal”.
yang baik, serta Tri Sandya dan
Mantram Gayatri? Apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita cek
kegiatannya’’ “Iya boleh”
51
obat yang benar untuk mengontrol “Iya, disana saja”
rasa marah?’’
52
Bagus!
‘’Bila nanti setelah minum obat mulut “Baik, akan saya lakukan.”
53
bapak tersa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-
isap es batu.’’
‘’Nanti dirumah sebelum minum obat “Baik, nanti akan saya lihat label
ini, bapak lihat dulu label dikotak obat obatnya sebelum diminum”
apakah benar nama bapak tertulis
disitu, berapa dosis yang harus
diminum, dan jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi
apakah benar obatnya!’’
54
‘’Jangan pernah berhenti minum obat “Baik”
sebelum bekonsultasi degan dokter ya
pak, karena dapat terjadi
kekambuhan.’’
‘’Coba bapak sebutkan lagi jenis obat ‘’Obatnya ada tiga macam yang
yang bapak minum! Bagaimana cara warnanya oranye namanya CPZ
minum obat yang benar?’’ gunanya agar pikiran tenang, yang
55
putih ini namanya THP agar rileks
dan tenang, dan yang merah jambu
ini namanya HLP agar pikiran
teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus diminum tiga
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam. Dan baca label
obat sebelum diminum’’
‘’Nah, sudah berapa cara mengontrol “Ada empat cara, relaksasi nafas
perasaan marah yang kita pelajari? dalam, memukul bantal, berdoa
Sekarang kita tambahkan jadwal dan minum obat”
kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.’’
‘’Baik, besok kita bertemu kembali “Baik, makasi ya. Sampai jumpa
56
untuk melihat sejauh mana bapak besok”
melaksanakan kegiatan dan sejauh
mana dapat mencegah rasamarah.
Sampai jumpa.’’
7. Evaluasi
57
Senin, 10 Perilaku Kekerasan TUK 1
September S : Pasien mengatakanpenyebab perilaku kekerasan, tanda dan
2018 gejala perilaku kekerasan, akibat dari perilaku kekerasan..
08.25 O :Pasien tampak mampu memperagakan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara melakukan teknik nafas
dalam.
A : Tujuan SP 1tercapai, masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi SP 2
10.50 TUK 2
S :Pasien mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan.
O: Pasien tampak memperagakan cara fisik untuk mengontrol
perilaku kekerasan dengan memukul bantal
58
Selasa, 12 TUK 3
September S : Pasien mengatakan dapat menyebutkan kegiatan yang
2018 sudah dilakukan,
08.45 O : Pasien tampak memperagakan cara sosial atu verbal untuk
mengontrol perilaku kekerasan
A : Tujuan SP 3 tercapai, masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi SP 4
11.00
TUK 4
S : Pasien mengatakan kegiatan yang sudah dilakukan
O : Pasien tampak mengikuti instruksi perawat, pasien tampak
sudah mempraktikkan secara mandiri mengontrol emosi,
Pasien dapat memperagakan cara spiritual
A : Tujuan SP 4 tercapai, masalah teratasi
Rabu, 13 P : Lanjutkan intervensi SP 5
September TUK 5
2018 S : Pasienmengatakan kegiatan yang sudah dilakukan
59
10.45 O : pasien mengikuti instruksi perawat, pasien tampak sudah
mengetahui cara minum obat yang benar, nama obat dan waktu
pemberian obat, pasien tampak mempraktikkan cara
mengontrol emosi. , Pasien memperagakan cara patuh obat.
A : Tujuan SP 5 tercapai. Masalah teratasi.
P : Rencanakan kepulangan pasien
60
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Untuk mahasiswa agar lebih dapat memahami tentang asuhan
keperawatan pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
61
DAFTAR PUSTAKA
62