Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN KELAS MATEMATIKA

PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas Matematika


yang dibina oleh Ibu Rini Nurhakiki

Oleh:
Desy Octavianti Amin (160311600230)
Izzatun Navis (160311604654)
Natya Kirana Rahmawati (160311604720)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
JANUARI 2019
1. Siswa membuat kegaduhan (gangguan) sementara maupun berkelanjutan
Bu Heni (Matematika)
Termasuk salah satu guru senior di sekolah, karena sudah lama mengajar matematika.
Permasalahan yang sering terjadi di kelas yaitu kegaduhan yang diakibatkan karena ada salah
satu siswa yang bertanya pada beliau setelah beliau menjelaskan materi. Beliau selalu berkata
jika ada yang kurang dimengerti ataupun ada soal yang susah diselesaikan silahkan maju ke
meja guru untuk menanyakan. Beliau biasanya membutuhkan waktu lama untuk dapat
menjelaskan permasalahan yang ditanyakan oleh siswa tersebut sehingga siswa lainnya merasa
bebas dan mulai membuat kegaduhan di kelas. Kejadian seperti itu selalu terjadi setiap ada
siswa yang bertanya kepada beliau. Jadi berdasarkan pengalaman suasana kelas, siswnya selalu
mondar-mandir menghampiri meja guru.
Faktor Penghambat :
- Kegiatan belajar yang membosankan dengan materi yang abstrak
- Tidak efektif karena siswa secara personal menghampiri guru untuk bertanya.
Solusi :
- Mengubah kegiatan belajar mungkin dengan berkelompok sehingga apabila ada siswa yang
kurang paham dapat didiskusikan pada anggota kelompoknya terlebih dahulu.
- Sebagai guru ilmu public speaking juga diperlukan, sehingga tidak ada salahnya jika guru
menambah wawasan dalam mengatur bagaimana bisa membuat pendengar bisa menyimak
apa yang disampaikan, dan yang disampaikan dapat ditransfer dengan baik kepada
pendengar.

2. Siswa terlihat tidak tertarik dengan pengajaran di kelas


Bu Wulan (Matematika)
Guru muda, kecil dan sangat cerdas. Begitulah hal-hal yang kerap menempel pada citra Bu
Wulan. Beliau adalah guru matematika saya ketika saya menduduki kelas VIII SMP. Beliau
mengajar dengan menggunakan metode ceramah, yaitu menjelaskan materi terlebih dahulu
sambil menuliskan rumus-rumusnya di papan tulis. Rumus-rumus yang beliau tulis selalu
detail dan rapi. Apalagi tulisan beliau yang lumayan bagus menurut saya, jadi tidak
membingungkan siswa ketika mencatat ulang. Setelah itu memberi contoh soal dan
pembahasan, lalu beliau memberikan waktu kepasa siswanya untuk menyalin yang sudah
beliau tulis di papan. Barulah kemudian murid-muridnya diminta mengerjakan latihan soal
yang ada di LKS. Biasanya sebelum beliau menginstruksikan siswanya untuk menyalin
catatan, beliau akan bertanya pada siswanya apakah ada pertanyaan tentang materi yang baru
saja diajarkan. Di awal-awal beliau mengajar satupun tidak ada yang bertanya pada beliau,
bahkan sepengamatan saya teman-teman saya cenderung tidak peduli. Bahkan ada teman saya
yang enggan untuk mencatat apa yang beliau sampaikan. Hingga suatu saat beliau pernah
ngambek kepada kelas saya, dan tidak mau berbicara pada kelas selama seminggu. Beliau
hanya menulis di papan tanpa menjelaskan apapun. Akhirnya ketua kelas berinisiatif mewakili
teman-teman untuk meminta maaf kepada beliau. Syukurnya beliau memaafkan, namun
dengan memberikan hukuman dan beberapa aturan pada kelas kami. Hukuman yang dimaksud
disini adalah selama satu bulan, ketika mengikuti kelas beliau wajib memakai kalung pengenal
yang berbahan kardus, disertai dengan pernyataan bahwa tidak akan mengulangi kesalahan
yang sama. Sedangkan untuk aturan, beliau membuat aturan bahwa setiap beliau selesai
mengajar, haruslah ada anak yang bertanya dan yang bertanya akan mendapatkan nilai tambah,
serta setiap anak harus bertanya selama proses pembelajaran satu semester. Meskipun
demikian menurut saya pembelajaran masih berlangsung membosankan, karena ketika beliau
menjelaskan sambil menulis biasanya beliau akan membelakangi siswa, terus saja menulis dan
tidak mau tahu apakah siswa benar-benar paham per sub materi yang beliau ajarkan, beliau
hanya menanyakan hal tersebut ketika di akhir pembelajaran. Selain itu, dengan adanya aturan
nilai tambah tersebut ternyata juga belum efektif, aturan tambahan tersebut tidak bisa menarik
perhatian siswa ketika di kelas. Hal ini dibuktikan dengan beberapa teman saya sampai-sampai
meminta bantuan saya untuk membuat pertanyaan karena saking tidak mengerti apa yang akan
ditanyakan.
Faktor Penghambat:
- Cara mengajar yang sangat monoton, apalagi hingga membelakangi siswa
- Menjelaskan pelajaran terkadang terlalu cepat
- Cara penyampaian masih terlalu kaku, dan sulit dimengerti
- Guru tidak dekat dengan siswa, sehingga siswa jadi malas untuk bertanya
- Adanya aturan tambahan justru membuat siswa terpaksa mengikuti kelas. Yaitu semata
agar mendapatkan nilai
- Adanya aturan kewajiban bertanya menjadikan siswa bergantung kepada temannya yang
dianggap pandai
- Faktor usia guru yang masih muda sehingga siswa masih senang meremehkan
Solusi:
- Menerapkan model pembelajaran lain yang lebih menarik sehingga siswa bisa berperan
aktif disana. Bisa juga didukung alat peraga atau tampilan-tampilan yang bisa membuat
siswa terkesima dengan materi yang akan dipelajarinya, ataupun membawa media
pembelajaran yang sesuai terlebih media yang menggunakan teknologi terkini sehingga
siswa merasa.
- Tidak perlu menampakkan kekesalan kepada siswa secara berlebih
- Guru haruslah mengakrabkan diri kepada siswa. Berusaha membuat siswa nyaman hingga
mengangap kalian ini adalah temannya, bukan lagi gurunya. Dengan begitu relasi dengan
siswa akan semakin baik
- Mempersiapkan dengan matang aturan tambahan diluar kelas. Buatlah aturan tambahan
yang seru dan manfaat bagi siswa, misalnya mewajibkan semua siswa untuk ikut tour ke
tempat-tempat sejarah yang berhubungan dengan matematika. Sekaligus dapat merefresh
kembali otak siswa

Anda mungkin juga menyukai