FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA JANUARI 2019 1. Siswa membuat kegaduhan (gangguan) sementara maupun berkelanjutan Bu Heni (Matematika) Termasuk salah satu guru senior di sekolah, karena sudah lama mengajar matematika. Permasalahan yang sering terjadi di kelas yaitu kegaduhan yang diakibatkan karena ada salah satu siswa yang bertanya pada beliau setelah beliau menjelaskan materi. Beliau selalu berkata jika ada yang kurang dimengerti ataupun ada soal yang susah diselesaikan silahkan maju ke meja guru untuk menanyakan. Beliau biasanya membutuhkan waktu lama untuk dapat menjelaskan permasalahan yang ditanyakan oleh siswa tersebut sehingga siswa lainnya merasa bebas dan mulai membuat kegaduhan di kelas. Kejadian seperti itu selalu terjadi setiap ada siswa yang bertanya kepada beliau. Jadi berdasarkan pengalaman suasana kelas, siswnya selalu mondar-mandir menghampiri meja guru. Faktor Penghambat : - Kegiatan belajar yang membosankan dengan materi yang abstrak - Tidak efektif karena siswa secara personal menghampiri guru untuk bertanya. Solusi : - Mengubah kegiatan belajar mungkin dengan berkelompok sehingga apabila ada siswa yang kurang paham dapat didiskusikan pada anggota kelompoknya terlebih dahulu. - Sebagai guru ilmu public speaking juga diperlukan, sehingga tidak ada salahnya jika guru menambah wawasan dalam mengatur bagaimana bisa membuat pendengar bisa menyimak apa yang disampaikan, dan yang disampaikan dapat ditransfer dengan baik kepada pendengar.
2. Siswa terlihat tidak tertarik dengan pengajaran di kelas
Bu Wulan (Matematika) Guru muda, kecil dan sangat cerdas. Begitulah hal-hal yang kerap menempel pada citra Bu Wulan. Beliau adalah guru matematika saya ketika saya menduduki kelas VIII SMP. Beliau mengajar dengan menggunakan metode ceramah, yaitu menjelaskan materi terlebih dahulu sambil menuliskan rumus-rumusnya di papan tulis. Rumus-rumus yang beliau tulis selalu detail dan rapi. Apalagi tulisan beliau yang lumayan bagus menurut saya, jadi tidak membingungkan siswa ketika mencatat ulang. Setelah itu memberi contoh soal dan pembahasan, lalu beliau memberikan waktu kepasa siswanya untuk menyalin yang sudah beliau tulis di papan. Barulah kemudian murid-muridnya diminta mengerjakan latihan soal yang ada di LKS. Biasanya sebelum beliau menginstruksikan siswanya untuk menyalin catatan, beliau akan bertanya pada siswanya apakah ada pertanyaan tentang materi yang baru saja diajarkan. Di awal-awal beliau mengajar satupun tidak ada yang bertanya pada beliau, bahkan sepengamatan saya teman-teman saya cenderung tidak peduli. Bahkan ada teman saya yang enggan untuk mencatat apa yang beliau sampaikan. Hingga suatu saat beliau pernah ngambek kepada kelas saya, dan tidak mau berbicara pada kelas selama seminggu. Beliau hanya menulis di papan tanpa menjelaskan apapun. Akhirnya ketua kelas berinisiatif mewakili teman-teman untuk meminta maaf kepada beliau. Syukurnya beliau memaafkan, namun dengan memberikan hukuman dan beberapa aturan pada kelas kami. Hukuman yang dimaksud disini adalah selama satu bulan, ketika mengikuti kelas beliau wajib memakai kalung pengenal yang berbahan kardus, disertai dengan pernyataan bahwa tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Sedangkan untuk aturan, beliau membuat aturan bahwa setiap beliau selesai mengajar, haruslah ada anak yang bertanya dan yang bertanya akan mendapatkan nilai tambah, serta setiap anak harus bertanya selama proses pembelajaran satu semester. Meskipun demikian menurut saya pembelajaran masih berlangsung membosankan, karena ketika beliau menjelaskan sambil menulis biasanya beliau akan membelakangi siswa, terus saja menulis dan tidak mau tahu apakah siswa benar-benar paham per sub materi yang beliau ajarkan, beliau hanya menanyakan hal tersebut ketika di akhir pembelajaran. Selain itu, dengan adanya aturan nilai tambah tersebut ternyata juga belum efektif, aturan tambahan tersebut tidak bisa menarik perhatian siswa ketika di kelas. Hal ini dibuktikan dengan beberapa teman saya sampai-sampai meminta bantuan saya untuk membuat pertanyaan karena saking tidak mengerti apa yang akan ditanyakan. Faktor Penghambat: - Cara mengajar yang sangat monoton, apalagi hingga membelakangi siswa - Menjelaskan pelajaran terkadang terlalu cepat - Cara penyampaian masih terlalu kaku, dan sulit dimengerti - Guru tidak dekat dengan siswa, sehingga siswa jadi malas untuk bertanya - Adanya aturan tambahan justru membuat siswa terpaksa mengikuti kelas. Yaitu semata agar mendapatkan nilai - Adanya aturan kewajiban bertanya menjadikan siswa bergantung kepada temannya yang dianggap pandai - Faktor usia guru yang masih muda sehingga siswa masih senang meremehkan Solusi: - Menerapkan model pembelajaran lain yang lebih menarik sehingga siswa bisa berperan aktif disana. Bisa juga didukung alat peraga atau tampilan-tampilan yang bisa membuat siswa terkesima dengan materi yang akan dipelajarinya, ataupun membawa media pembelajaran yang sesuai terlebih media yang menggunakan teknologi terkini sehingga siswa merasa. - Tidak perlu menampakkan kekesalan kepada siswa secara berlebih - Guru haruslah mengakrabkan diri kepada siswa. Berusaha membuat siswa nyaman hingga mengangap kalian ini adalah temannya, bukan lagi gurunya. Dengan begitu relasi dengan siswa akan semakin baik - Mempersiapkan dengan matang aturan tambahan diluar kelas. Buatlah aturan tambahan yang seru dan manfaat bagi siswa, misalnya mewajibkan semua siswa untuk ikut tour ke tempat-tempat sejarah yang berhubungan dengan matematika. Sekaligus dapat merefresh kembali otak siswa