TEKNOLOGI SOLID
Disusun oleh:
Wildan 143340..
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan laporan praktikum ini.
Diharapkan laporan praktikum ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Tiada
gading yang tak retak, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen saya yaitu Ibu selaku Dosen Mata Kuliah
Teknologi solid dan pembimbing praktikum teknologi solid yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyusun laporan ini dengan baik.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penulis
1
BAB I
Pendahuluan
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat tablet yang baik.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi tablet sesuai dengan ketentuan.
3. Untuk mengetahui apakah tablet yang dibuat sudah memenuhi persyaratan atau
tidak.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
3
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif
yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar
suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
4
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylim : maydis,
oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet.
Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 – 5 %
Gelatin 1 – 5 %
Pasta amylum 1 – 5 %
Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
5
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.
6
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)
7
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.
9
Langkah Membuat Tablet
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan
pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
10
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan
yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang
ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada atau alternative langkah yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa
yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal,
bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
11
- Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
- Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)
- Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar
air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
- Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan
waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses ( end process control)
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
12
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
Tablet kecil : 3 – 5 kg/cm2
Tablet besar : 5 – 10 kg/cm2
Tablet umum : 4 – 8 kg/cm2
Tablet kunyah : 4 – 7 kg/cm2
Tablet hisap : 4 – 12 kg/cm2
4. Uji keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
5. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
13
2.2 Bahan Aktif dan Bahan Tambahan
Lembar Kerja Pengkajian Praformulasi
14
No SIFAT PENGAMATAN DIINGINKAN MASALAH REKOMEN
DASI
VIII STABILITAS
1 Stabilitas Padat
2 Ketercampuran -
b.tambahan
3 Stabilitas dalam larutan -
4 Cara penyimpanan Suhu ruangan terlindung dari
cahaya
IX FARMAKOLOGI
1 Indikasi Anti tuberkulosis
2 Dosis maksimum/toksik
3 Cara penggunaan Oral
4 Tempat absorbsi Jaringan tubuh
5 Waktu paruh 30 – 100 menit
6 Efek samping Mual, muntah, konstipasi
7 Interaksi obat Obat yang dapat berinteraksi
dengan isoniazid : diazepam,
glimepiride, levodopa,
carbamazepin
8 Interaksi bahan Alkohol
lain/makanan
X SIFAT LAIN-LAIN
1 Bulk density Volume serbuk= 84 ml
Berat jenis awal
50 𝑔
= = 0,82 g/ml
61𝑚𝑙
2 Tap density Volume serbuk =58 ml
Berat jenis akhir
50 𝑔
= 58 𝑚𝑙 = 0,86 g/ml
3 Higrokospisitas/kadar air 1) Hitung susut pengeringan :
Berat basah – Berat kering
X100%
Berat basah
24,45−24,45
= X 100%
24,45
=0%
2) Hitung kadar uap :
Berat basah – Berat kering
X100%
Berat kering
24,45−24,45
= X 100%
24,45
=0%
15
Tap−Bulk
: x 100%
Tap
086−0,82
: x 100% = 1,04 %
0,86
(excellent)
16
REKOMENDASI HASIL PENGUJIAN PRAFORMULASI
Kebutuhan Rekomendasi
Perlu pengisi? Perlu Amylum
Perlu pengikat ? Perlu Pasta Amylum
Perlu penghancur ? Perlu Avycel pH 102
Perlu pelincir ? Perlu Mg Stearat
Perlu pewarna ? tidak perlu -
Perlu pemanis ? tidak perlu -
Perlu pengaroma ? tidak perlu -
Perlu anti aderent ? Perlu Talcum
Perlu Pengawet ? tidak perlu -
Metode yang cocok ? Granulasi basah
Zat aktif
a. Zat aktif
Bahan tambahan
1) Magnesium stearat
Rumus Struktur : [CH3{CH2}56COO]2Mg
17
Fungsi : Lubrikan
Pemerian : Serbuk sangat halus, agak putih, memiliki bau dan rasa seperti asam
stearat. Serbuk mudah melekat di kulit.
Aplikasi dalam formulasi : Magnesium stearat digunakan secara luas pada formulasi
kosmetik, makanan dan farmasi. Penggunaan utamanya sebagai lubrikan pada
pembuatan kapsul dan tablet pada konsentrasi antara 0.25 % - 5 % b/b. Magnesium
stearat juga digunakan pada krim pelindung.
2) Amylum
Fungsi : bahan penghancur dan pengisi
Pemerian : serbuk sangat halus, puyih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95%
3) Avicell
Penghancur 5 – 15%
Peluncur 1 – 2%
4) Talcum
Fungsi : anti adherent
Pemerian : serbuk, hablur, sangat halus, licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari
butiran, warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut
18
BAB III
METODE PRAKTIKUM
19
3.3 Prosedur dan Instruksi Kerja Pembuatan Sediaan
Berikut Instruksi Kerja yang digunakan untuk pembuatan sediaan :
1. Penimbangan Bahan Baku
2. Penghalusan
3. Pencampuran I
4. Pengempaan (slugging)
5. Granulasi (mesh 14 – 20)
6. Pencampuran / lubrikasi
7. Pengempaan
Catatan : Instruksi kerja secara terperinci terlampir
20
BAB IV
*Data terlampir
21
BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan sediaan farmasi terdiri dari tahap, mulai dari pengkajian praformulasi,
formulasi sediaan, produksi atau pembuatan dan evaluasi sediaan. Pembuatan sediaan tablet
dimulai dengan pengkajian praformulasi bahan baku. Pengkajian praformulasi ini penting
dilakukan dalam formulasi sediaan karena melihat sifat fisikokimia bahan, ketercampuran
dengan bahan tambahan, sifat farmakologi, farmakokinetika, farmakodinamika dan hal
lainnya yang akan mempengaruhi kualitas produk akhir dari segi penampilan, efikasi, dan
keamanannya.
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktek pembuatan tabet isoniazid
dengan metode granulasi basah, dikarenakan zat aktif isoniazid ini merupakan serbuk hablur
yang mudah larut dalam air sehingga cocok untuk metode granulasi basah. Pada pembuatan
granulasi basah ini dilakukan dengan pencampuran zat aktif, penghancur, pengisi yang
kemudian dibasahi dengan larutan pengikat. Setelah itu diayak hingga terbentuk granul, lalu
ditambah zat pelicin dan lubrikan kemudian dicetak.
Pada saat dilakukan evaluasi tablet, ukuran tablet yang kami peroleh tidak memenuhi
syarat. dimana syarat tersebut adalah “kecuali dikatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari
1
3x dan tidak kurang dari 1 3 tebal tablet” sedangkan tablet yang kami peroleh memiliki
diameter melebihi 3x tebal tablet. Ini bisa disebabkan karna kurangnya ketelitian pada saat
pengerjaan. Selain itu, tablet kami juga tidak memenuhi syarat pada uji keseragaman bobot
dan kekerasan. Tablet yang kami hasilkan mudah hancur, ini dapat diakibatkan karena
kesalahan pada saat penyimpanan dan factor lingkungan yang lembab/basah sehingga
menyebabkan tablet kami menjadi lembab dan rapuh.
Sedangkan untuk friabilitas tablet kami adalah 0,46% yang artinya baik / memenuhi
syarat, karena friabilitas yang dapat diterima adalah kurang dari 1%.
22
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 cara umum yaitu granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Dalam pembuatannya, tablet yang baik
harus memenuhi persyaratan yang tertera pada literature seperti Farmakope Indonesia.
Pada percobaan kali ini , tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar
dari Farmakope Indonesia, sehingga tujuan pembuatan tablet yaitu untuk
menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan keamanan belum
tercapai.
23
Daftar Pustaka
24