BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cuaca adalah keadaan atmosfer di suatu wilayah yang tidak terlalu luas yang terjadi
dalam waktu singkat (6 jam sampai 1 tahun). Cuaca dipengaruhi oleh iklim.
Sedangkan pengertian dari iklim adalah keadaan atmosfer di suatu wilayah yang luas
dan terjadi dalam waktu lama (lebih dari 10 tahun).
Di Indonesia cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui
prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Namun
untuk negara maju, cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat.
Secara umum, Indonesia terletak pada zona iklim tropis karena posisi lintangnya
terletak antara 6⁰ LU – 11⁰LS. Tetapi karena adanya beberapa faktor geografis, pola
iklim di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Maka dari itu, perubahan cuaca
di Indonesia tidak selalu menentu, tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Karena itulah tidak jarang masyarakat yang mengeluh tentang cuaca perubahan
cuaca yang secara tiba-tiba. Ada beberapa cara untuk mengenali dan mengetahui
tanda-tanda cuaca. Salah satunya adalah dengan menggunakan hewan lintah. Lintah
adalah hewan parasit penghisap darah yang biasa hidup di sawah, danau, sungai,
rawa, dan tempat-tempat yang berair lainnya. Lintah berbentuk seperti cacing,
namun ukurannya lebih besar dan lebih pendek. Seringkali lintah menempel pada
tubuh hewan lain atau manusia dan kemudian menghisap darahnya. Setelah
menghisap darah, tubuh lintah menjadi lebih besar dari sebelumnya, dan sesudah
merasa kenyang lintah akan melepaskan diri dari inangnya tersebut.
Selain sebagai hewan parasit, tetapi di sisi lain lintah memiliki beberapa manfaat.
Salah satunya adalah untuk memprediksi cuaca atau sebagai barometer cuaca. Kita
dapat memperkirakan cuaca yang akan terjadi dengan cara menempatkan lintah
pada gelas atau tabung yang berisi air. Jika lintah tetap berada pada dasar gelas atau
tabung, maka pertanda cuaca akan buruk. Apabila lintah merambat naik ke
permukaan, maka pertanda cuaca akan baik. Dan jika lintah melekat erat-erat pada
gelas dan menggerak-gerakkan ekornya dengan keras, maka pertanda akan terjadi
badai topan. Cara tersebut telah dilakukan oleh para peramal zaman dahulu sekitar
abad kesebelas. Maka dari itu, diadakan suatu penelitian untuk mengetahui cara
lintah meramalkan cuaca.
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Batasan Istilah
1. Curah Hujan
Banyaknya air hujan yang turun di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(KBBI).
2. Tekanan udara
Berat udara di atas titik pengukuran. Massa udara dipengaruhi tekanan atmosfer
umum di dalam massa tersebut, yang menciptakan daerah dengan tekanan tinggi
(Wikipedia).
3. Curah hujan
Jumlah air yang jatuh ke permukaan datar dalam periode tertentu (KBBI).
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Lintah Sebagai
Peramal Cuaca” adalah sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
Cuaca adalah suatu keadaan udara pada suatu saat di suatu tempat, yaitu keadaan
berdasarkan gejala suhu, tekanan udara, kelembaban, angin, dan curah hujan. Di
Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua musim yaitu kemarau dan penghujan.
Di dalam kedua musim tersebut terdapat beberapa cuaca yang sering muncul di
wilayah Indonesia, yaitu cerah, berawan, mendung, dan hujan. Dari beberapa cuaca
tersebut, dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi cuaca seperti temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban
udara, dan awan (Wardiyatmoko, 2013).
Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode
tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila
tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi (Wikipedia).
Tekanan udara
Tekanan pada titik manapun di atmosfer bumi. Umumnya, tekanan atmosfer hampir
sama dengan tekanan hidrostatik yang disebabkan oleh berat udara di atas titik
pengukuran. Massa udara dipengaruhi tekanan atmosfer umum di dalam massa
tersebut, yang menciptakan daerah dengan tekanan tinggi (antisiklon) dan tekanan
rendah (depresi). Daerah bertekanan rendah memiliki massa atmosfer yang lebih
sedikit di atas lokasinya, di mana sebaliknya, daerah bertekanan tinggi memiliki
massa atmosfer lebih besar di atas lokasinya (Wikipedia).
Klasifikasi lintah
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Clitellata
Subclass : Hirudinea
Ordo : Arhychobdellea
Family : Hirudinidae
Genus : Hirudo
Anatomi Lintah
Secara umum, lintah berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan penghisap pada
ujungnya.Ukuran biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm.Seekor lintah
mungkin mengambil waktu antara 15 hingga 30 menit untuk menyedot darah dari
badan manusia. Dalam tempo waktu tersebut ia dapat menghisap kira-kira 2.5
sehingga 5.5 gm darah. Kuantiti darah tersebut sudah cukup bagi lintah untuk
bertahan selama 6 bulan. Pada air liur lintah terdapat sekurang-kurangnya 15 jenis
zat aktif. Di antaranya ialah sejenis zat yang sama seperti yang terkandung di dalam
putih telur. Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin,
Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines, Kininases,
Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic enzymes. Lintah
menyedot oksigen melalui kulitnya yang lembap. Jika keadaan air kurang oksigen,
lintah akan muncul ke permukaan.
Saraf dan Indera pada Lintah:
Mata: fotoreseptor
Papilla & sensila: tonjolan kecil pada epidermis. Fungsinya sebagai alat
peraba dan perasa.
(Abidin, 2013)
Curah hujan di Indonesia tidak menentu, sedangkan peramalan cuaca belum akurat
dan di negara maju peramalan cuaca sudah akurat dan detail. Di Inggris, pada abad
ke 19 lintah digunakan untuk membuat alat peramal badai. Maka di Indonesia lintah
dimungkinkan dapat digunakan untuk membuat alat prediksi curah hujan. Selain
sebagai prediksi curah hujan, lintah juga digunakan sebagai media pembelajaran
tentang perubahan cuaca.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, cuaca dapat mempengaruhi perilaku lintah,
dengan demikian lintah dapat digunakan sebagai peramal cuaca dan media
pembelajaran tentang cuaca.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2016 hingga bulan Agustus 2016. Selama
rentan waktu tersebut penelitian dilakukan di Desa Pundensari, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Purworejo yang terletak pada ketinggian 15 Mdpl, dan
bercurah hujan sedang. Penelitian dilakukan di tempat tersebut karena cuaca di
tempat tersebut cenderung mendukung penelitian ini.
Beberapa ekor lintah di sawah alamat sebagai populasi, dan beberapa lintah untuk
melakukan penelitian sebagai sampel.
3. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu
penelitian. Menurut F.N. Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep. Variabel
merupakan konsep yang mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu konsep
dapat diubah menjadi suatu variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu
dari variabel itu sendiri (Wikipedia).
1. Variabel Bebas adalah variabel / faktor yang dibuat bebas atau bervariasi:
cuaca
1. Botol/toples bening
2. Kamera
3. Barometer
4. Akuarium kaca
5. Sensor deteksi
6. Baterai / adaptor
1. Lintah
2. Air
5. Prosedur Kerja
1. Siapkan sepuluh buah toples atau gelas bening dan isi masing-masing
toples atau gelas bening tersebut dengan air yang volumenya sama.
5. Catat perubahan suhu, tekanan udara, dan cuaca dari awal pengamatan
hingga akhir pengamatan sambil memperhatikan perilaku dan pergerakan lintah
pada tiap-tiap proses perubahannya.
2. Pasang bagian bawah atau dasar akuarium dengan alat deteksi (terdiri
dari otak IC mikrokontroller yang bertugas mengolah data input dari 12 sensor
infrared ketika nilai batas kepekaan terpenuhi, setelah timer terpenuhi maka
buzzer akan berbunyi).
6. Analisa Data
Pada penelitian ini, penulis mengambil data dalam bentuk tabel pengamatan dan
deskripsi data, sehingga diperoleh hasil penelitian yang dapat menjawab rumusan
masalah dan juga dapat ditarik kesimpulan, serta dapat diberikan saran dalam
penelitian ini.
A. HALAMAN JUDUL
5. Nama Jurusan
B. HALAMAN PERSETUJUAN
D. ISI
Dibagian isi terdiri dari beberapa bab dan dari beberapa bab tersebut
masih terdapat beberapa sub bab.
BAB I. PENDAHULUAN
2. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang
tegas dan jelas, serta menggambarkan arah hubungan antar dua variabel
atau lebih. Misalnya adakah, apakah, bagaimanakah, dan lainnya.
3. BATASAN MASALAH
Batasan masalah adalah pembatasan ruang lingkup yang dilakukan
dalam penelitian, dimana pembatasan tersebut meliputi: tema/topik, area
atau wilayah yang diteliti, sumber informasi, lokasi penelitian serta waktu
penelitian
4. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian meliputi :
5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian meliputi: 1) manfaat bagi pengguna (user), 2)
pengembangan keilmuan dan 3) bagi peneliti, sehingga scara khusus hasil
penelitian memberikan masukan bagi si peneliti, masyarakat, instansi
terkait dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebuah kebijakan
6. KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk
menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan
dengan topik penelitian yang dilakukannya.Setiap penelitian dilakukan
dalam konteks lingkungan yang berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, sekalipun penelitian tersebut merupakan replikasi penelitian
sebelumnya. Pernyataan tentang keaslian penelitian meliputi identifikasi
persamaan penelitian sebelumnya yang sangat relevan dan
perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukannya.
A. LANDASAN TEORI
Landasan teori menguraikan kerangka teori yang merujuk pada
referensi berbagai ahli tertentu maupun berbagai teori-teori yang ada
yang nantinya akan mendasari hasil dan pembahasan secara detail, dapat
berupa definisi-definisi atau model matematis yang langsung berkaitan
dengan tema atau masalah yang diteliti. Teori-teori yang dirujuk harus
mengacu pada variabel-variabel yang diteliti. Dimulai dari penjelasan
tema, variabel independen dan variabel dependennya atau faktor-faktor
yang diteliti serta dijelaskan teori-teori tersebut untuk mendukung
hipotesis yang akan diajukan.
B. KERANGKA TEORI
Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isu-isu dimana penelitian kita
terlibat di dalamnya dan memberikan panduan pada saat peneliti
membaca pustaka.Kerangka teori tidak dapat dikembangkan kalau
peneliti belum mempelajari pustaka dan sebaliknya kalau peneliti belum
mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca
pustaka dengan efektif.
D. HIPOTESIS
Hipotesis memuat : pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan
teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang dihadapi. Hipotesis tidak selalu harus ada tergantung pada
jenis dan tujuan penelitian. Oleh karena itu hipotesis harus diuji
kebenarannya dan pengujiaannya harus mendasarkan pada kaidah-kaidah
keilmuan (scientific methods) yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Hipotesis harus dapat diuji yaitu terdiri dari variable yang dapat diukur
dan dapat dibanding-bandingkan sehingga diperoleh hasil yang obyektif
a. Jenis Penelitian
Lihat juga
Contoh Judul Skripsi Tesis Pendidikan
Contoh Proposal Skripsi dan Tesis
Metode Pengumpulan Data
Contoh Proposal Kegiatan
Berisi langkah-langkah yang akan diambil untuk membuktikan kebenaran
hipotesis.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut
d. Variabel
Berisi keterangan tentang variable atau factor yang diamati atau diteliti
dalam suatu penelitian
e. Definisi Operasional
Menjelaskan bagaimana suatu variable akan diukur serta alat ukur apa
yang digunakan untuk mengukurnya. Definisi ini mempunyai implikasi
praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional
mendiskripsikan variable sehingga bersifat spesifik (tidak berintegrasi
ganda), terukur, menunjukkan sifat atau macam variable sesuai dengan
tingkat pengukurannya dan menunjukkan kedudukan variable dalam
kerangka teoritis.
Berisi cara pengumpulan data yang dapat berupa data primer maupun
data sekunder. Berdasarkan caranya pengumpulan data dapat berupa
observasi, wawancara langsung, angket, pengukuran / pemeriksanaan
g. Instrument Penelitian
Instrument ( alat ukur ) penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang
digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara atau angket
Berisi cara pengolahan data yang akan dilakukan peneliti sehingga data
hasil penelitian dapat menjadi informasi yang dapat digunakan untuk
mengambil kesimpulan penelitian
i. Metode Analisis Data
j. Keterbatasan
E. DAFTAR PUSTAKA
F. LAMPIRAN
About
Holistic Center
Dental Treatments
Contact Us
Holistic Center
WHAT IS HOLISTIC?
Holistic Center
What is Holistic?
Tangan kesemutan apa bisa dari kelainan gigi dan rongga mulut?
Bleaching secara internal tidak boleh dilakukan atau diulangi lebih dari 4 kali karena
struktur gigi bagian dalam dapat melemah dan resiko fraktur makhota semakin meningkat
(Schmidseder, 2000).
b.Teknik Termokatalitik
Teknik termokatalitik adalah teknik pemutihan dengan meletakkan materialoksidator di
dalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya. Panas ini diperolehdari lampu, alat
yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi
(Torabinejad dan Walton, 2009). Teknik termokatalitik menggunakan sepotong kapas kecil
yang telah dibasahi dengan bahan pemutih yangditempatkan dalam kamar pulpa, kemudian
dilakukan pemanasan selama dua menit. bila perlu dapat juga pemanasan dilakukan pada
sepotong kapas yang dibasahilarutan pemutih dan ditempatkan dibagian labial gigi.
Sumber panas yang dapatdigunakan adalah lampu pemanas, alat pemanas listrik, atau
instrumen kecil yangujungnya dipanaskan (Andang dan Hidayat, 2002).Pada teknik
termokatalitik dengan menggabungkan pemanasan dan konsentrasi hidrogen peroksida
yang tinggi menyebabkan resorpsi dibagian servikal.Teknik termokatalitik ini tidak sering
digunakan lagi pada saat ini (Greenwall,2001). Teknik ini mengunakan panas untuk
mempercepat proses oksidasi. Sumber panas yang dapat digunakan adalah rheostat
controlled photoflood, lihgt activited atau instrumen Woodson. Prosedur teknik
termokatalitik menurut Torabinejad danWalton (2009) adalah sebagai berikut:
1)Isolasi gigi yang akan dirawat dengan karet isolator. Lindungi jaringan lunak dengan
menggunakan
petrolium jelly atau cocoabutter
2)Dentin dibagian labial kamar pulpa dibuang dengan bur bulat kecepatan rendah.
3)Membuang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah gusi.
4)Membersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian keringkandengan
hembusan udara.
5)Jaringan lunak dan gigi tetangga dilindungi dari panas yang berasal dari sumber panas
dengan meletakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah karet isolator untuk menutup
bibir dan jaringan lunak.
6)Kapas diletakkan dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen peroksida 30-35%,lalu tutup
permukaan labial gigi dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih.Arahkan sumber
panas pada gigi yang telah disiapkan.
7)Kapas dibasahi kembali dengan hidrogen peroksida segar. Ulangi langkah ini 4-5kali.
8)Evaluasi efek pemutihan, bila belum berhasil pertemuan berikutnya dilakukanseminggu
kemudian setelah kavitas ditutup tumpatan sementara.9)Apabila hasilnya sudah
memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan kloroformxylene atau alkohol, kemudian lapisi
dengan semen yang berwarna putih sebelumdilakukan tumpatan permanen dengan resin
komposit.
c.Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi merupakan teknik bleaching gabungan antara teknik walking bleach dan
teknik termokatalitik. Keuntungan dari teknik kombinasi ialahhasil lebih cepat dan
memuaskan karena kedua teknik tersebut dilakukan dengan bergantian. Prosedur awal
teknik kombinasi ialah menggunakan teknik termokatalitik dengan memanaskan gigi yang
akan dilakukan pemutihan. Setelahdipanaskan, kapas yang mengandung hidrogen
peroksida dikeluarkan dari kamar pulpa dan gigi dikeringkan. Kemudian dilakukan
teknik walking bleach yaitumeletakkan pasta campuran superoksol dan Na-perborat di
dalam kamar pulpa.Prosedur selanjutnya mengikuti teknik walking bleach hingga selesai
(Walton danTorabinejab, 1996).
d. Home bleaching
dilakukan pasien dengan pengarahan dan pemantauan olehdokter gigi, akan tetapi
terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi yaituiritasi gingiva, hipersensitif
sementara pada gigi bagian servikal, mual jangka pendek, dan nyeri pada regio TMJ.
Makanan yang harus dipantang atau dibatasi usai melakukan pemutihan gigi adalah:
1. Tembakau
2. Kecap
3. Minuman ringan, kopi, teh
4. Anggur merah dan putih
5. Blueberry.
Makanan ini harus dibatasi sangat mudah meninggalkan berwarna pada gigi yang telah
diputihkan.
SITEMAP
o
http://drgdaniel.com/education/education?id=pemutihan-gigi-%28bleaching%29-3
Erlita
April 8, 2017
3825
Pengertian
Beberapa jenis makanan dan minuman terbukti mampu membuat warna gigi
mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi akibat zat yang terkandung
pada makanan dan minuman mampu mempengaruhi senyawa pada email
gigi. Bahan kimia tertentu seperti pewarna pada makanan atau minuman
juga dapat membuat gigi berubah warna. Zat-zat tersebut bisa menempel
pada gigi.
Jenis minuman yang mengandung tanin seperti kopi dan teh, mampu
merubah lapisan enamel yang ada pada bagian luar gigi. Minum teh dan kopi
tanpa diimbangi dengan pembersihan gigi yang rutin akan dapat
menyebabkan gigi menguning. Selain itu, minuman lain yang mengandung
kadar asam tinggi seperti pada anggur, wine, alkohol, soda atau minuman
berenergi juga bisa mengganggu warna gigi.
Rokok
Asap rokok yang mengandung tar dapat merubah warna gigi menjadi agak
gelap. Kandungan tar yang ada pada asap rokok bisa menumpuk pada
lapisan luar gigi. Bila tumpukan ini sudah banyak, maka warna gigi akan
menjadi gelap dan mulai menghitam. Oleh sebab itu, menghentikan
kebiasaan merokok dapat mencegah warna gigi menghitam.
Plak pada gigi bisa mengandung bakteri atau jamur dan inilah yang
menjadi penyebab gigi kuning. Dalam jumlah akumulasi tertentu, plak pada
gigi akan merubah warna gigi menjadi kehijauan atau sedikit orange. Plak
gigi terjadi bisa diakibatkan oleh endapan sisa makanan yang menempel
pada gigi. Bila jarang melakukan sikat gigi, maka endapan makanan ini akan
menumpuk dan membentuk plak yang bisa menutupi warna asli gigi.
Fluorosis
Yakni timbulnya bercak-bercak putih pada gigi yang diakibatkan oleh proses
metabolisme fluoride yang berlebih. Bila terjadi dalam waktu yang lama akan
dapat mengganggu proses pembentukan enamel gigi. Selanjutnya, warna
gigi akan menjadi memiliki bercak-bercak putih atau belang-belang.
Bleaching jenis ini dilakukan pada gigi yang berubah warna namun tidak
pada keseluruhan gigi yang bersifat global. Perubahan warna karena
kerusakan gigi seperti gigi yang mati akibat patah, proses karies gigi,
kematian jaringan pulpa, diselesaikan dengan metode ini. Untuk melakukan
bleaching jenis ini, pertama-tama gigi yang sudah rusak dilakukan perawatan
terlebih dahulu. Khususnya perawatan pada saluran akar (perawatan
endodontik). Selanjutnya bahan bleaching yakni superoksol (hidrogen
peroksida 30-35%) dan sodium perborat akan dimasukkan ke dalam
mahkota gigi. Kemudian mahkota akan ditambal sementara. Dibutuhkan
beberapa kali perawatan untuk mendapatkan warna gigi putih kembali.
Ini merupakan jenis bleaching yang biasa dilakukan pada gigi normal. Untuk
bleaching pada gigi vital ini masih terbagi lagi menjadi 2 bentuk.
1. At Home Bleaching
Metode at home bleaching dilakukan sendiri di rumah. Umumnya
menggunakan tray, point-on atau strip. Namun yang paling memberikan
hasil sesuai keinginan adalah yang menggunakan tray. Sehingga tray lebih
banyak dipilih untuk metode jenis ini.
2. In Office Bleaching
Jenis hidrogen peroksida ini lebih aktif dan efektif daripada bahan karbamid
peroksida yang biasa digunakan untuk jenis in home bleaching. Namun
penggunaannya harus ditangani langsung oleh dokter gigi karena
sensitifitasnya bisa menimbulkan iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi.
Biaya Perawatan
Harga perawatan untuk bleaching gigi variatif tergantung jenis metode yang
digunakan serta hasil seperti apa yang diinginkan. Untuk harga perawatan
paling murah sekitar 300 – 400 ribu. Pada in office bleaching, harga
perawatan regular sekitar Rp 2.500.000 – Rp 3.000.000. Namun bila
membutuhkan penyinaran atau penggunaan laser, biaya akan bertambah
hingga mencapai Rp 4.000.000 dalam satu kali perawatan.
Bila hasil bleaching masih dirasa tidak maksimal, pasien bisa mencoba
melakukan veener. Untuk metode veener gigi, pasien bisa meminta hasil
sesuai yang dia inginkan. Namun, harganya sangat mahal. Untuk veener
pada satu gigi saja bisa menghabiskan budget hingga Rp 5 juta.
Penggunaan bahan dan reaksi kimia yang terjadi pada proses bleaching bisa
menimbulkan alergi pada sejumlah orang. Bentuk alergi yang muncul
biasanya berupa rasa gatal atau panas di mulut. Selain itu bisa juga hingga
timbul bengkak dan kemerahan pada mulut.
Sensitifitas gigi
Pasca bleaching tingkat sensitifitas gigi bisa naik. Khususnya ketika gigi
menghadapi rasa dingin, akan bisa timbul rasa ngilu. Hal ini terjadi karena
zat kimia peroksida yang digunakan pada proses bleaching mengenai
jaringan gigi yang lain. Bagi pasien yang memiliki riwayat gigi sensitif maka
rasa ngilu akan bisa berlebih dan bisa jadi sangat mengganggu. (baca
juga : penyebab gigi ngilu; cara mengatasi gigi sensitif)
Zat kimia yang digunakan ketika proses bleaching bisa memiliki dampak
pada kerusakan struktur email gigi. Hal ini disebabkan oleh proses oksidasi
yang terjadi selama proses perawatan. Kerusakan struktur email ini bisa
menyebabkan jaringan gigi menjadi lebih mudah rusak. Salah satu bentuk
kerusakan adalah munculnya lubang gigi. (baca : penyebab gigi
berlubang; bahaya gigi berlubang)
Pasien dengan usia muda sangat tidak dianjurkan untuk bleaching gigi. Hal
ini karena pada usia muda, kondisi ruang pulpa yang berisi saraf dan
pembuluh darah masih sangat besar. Sehingga sangat rawan resiko
kerusakan pulpa dan pembuluh darah.
Pasien dengan riwayat tambalan gigi seperti ini sangat rawan terhadap
potensi kerusakan jaringan keras maupun jaringan lunak dimana bahan
bleaching bisa masuk melalui tambalan gigi.
Bahan utama bleaching adalah peroksida aktif. Bila pasien memiliki riwayat
alergi terhadap peroksida, maka sangat tidak disarankan melakukan
bleaching karena resiko terkena alergi yang sangat berat bisa saja terjadi.
1. Pisang
2. Stroberi
3. Lemon
4. Apel
5. Pinang
Buah-buahan diatas memiliki unsur asam yang cocok dan bisa digunakan
untuk membuat gigi menjadi putih. Selain itu kandungan buah yang dimiliki
juga bisa menjadikan gigi lebih kuat. Cara menggunakannya cukup buah
tersebut dikunyah dengan menggunakan gigi secara merata atau ditumbuk
dan dioleskan pada gigi setiap hari.
Selain itu, terdapat beberapa cara lain yang bisa ditempuh untuk
memutihkan gigi dan masih tergolong sebagai cara yang aman dan murah.
1. Rajin menyikat gigi secara rutin 30 menit setelah makan dan minum
yang mengandung zat yang bisa merubah warna gigi.
4. Mengoleskan cuka apel. Cuka apel ini bisa handal dalam mengatasi
noda pada gigi khususnya noda kopi dan rokok.
Itulah sedikit informasi mengenai bleaching gigi yang bisa Anda perhatikan.
Anda bisa mempertimbangkan segala faktor risikonya sebelum memutuskan
untuk menempuh bleaching gigi.
https://halosehat.com/tips-kesehatan/gigi/bleaching-gigi