Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Hari/Tanggal :

Toksikologi Veteriner Waktu : 11.30 – 14.00 WIB


PJP :

IDENTIFIKASI RACUN LOGAM BERAT


Kelompok 8
Odi Prayoga B04140110
Moch. Hanif Ilham B04140111
Yevi Pradina Lensi B04140112
Ridwan Syahril B04140113
Naufal Karmawan B04140114

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan
menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh
fisikokimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Umunya logam bermanfaat
bagi manusia karena penggunaannya di bidang industri, pertanian atau
kedokteran. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila
terdapat dalam makanan, air atau udara dan dapat berbahaya bagi pekerja
tambang, pekerja peleburan logam dan berbagai jenis industri. Logam memiliki
berbagai jenis sifat toksisk misal timbal dan merkuri bersifat sangat toksik dan
titanium hampir tidak beracun. Kerja utama logam adalah menghambat enzim
yang biasanya timbul akibat interaksi antara logam dengan gugus SH pada enzim
itu. Mekanisme lain dalam mengganggu fungsi enzim adalah menghambat
sintesisnya misal nikel dan platina menghambat asam δ-aminolevulinat sintetase
(ALAS), sehingga mengganggu sintesis heme (Maines dan Kappas 1997).
Logam-logam biasanya bisa didapatkan dalam bentuk larutan garam-garamnya
pada spesimen yang diambil dari hewan atau manusia yang diduga keracunan
logam.

Logam berat merupakan istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok
logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm 3 (Hutagalung
et al. 1997). Namun pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai
sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Sedikitnya terdapat
80 jenis dari 109 unsur kimia yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat.

Logam berat, bedasarkan sudut pandang toksikologi dapat dibagi menjadi


dua jenis yaitu, logam berat essensial dan logam berat non-essensial. Logam berat
essensial merupakan logam yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
organisme dalam jumlah tertentu. Contoh logam ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn
dan sebagainya. Sebaliknya logam berat non-essesial atau beracun merupakan
logam yang keberadaannya masih belum diketahui dan bersifat racun.

Tujuan
Mengidentifikasi logam berat dalam bentuk garam secara kualitatif
menggunakan Reinsch’s test.

TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan Bahan

Prosedur Kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Hasil pengamatan identifikasi logam berat.

Perlakuan Hasil Gambar


Hg Berwarna abu-abu
mengkilat
Ag Endapan putih

As Berwarna abu- abu


kehitaman

Bi Menjadi berwarna
keunguan

Pada percobaan kali ini, yaitu identifikasi racun logam berat dengan
melakukan identifikasi kimia sederhana. Percobaan ini dilakukan dengan
Reinsch’s tes tyang merupakan analisa kualitatif untuk logam-logam seperti Hg,
Ag, As, dan Bi. Prinsip utama dari uji ini adalah adanya logam berat dalam bentuk
ion akan terikat pada plat tembaga (Cu), sehingga plat tembaga terlapisi logam
yang ada dalam suatu larutan. Cu (tembaga) yang digunakan tidak ikut bereaksi
dalam perubahan yang terjadi, tembaga hanya bertindak sebagai pengikat yang
akan menunjukkan hasil endapan yang terbentuk. Sebelumnya pencelupan logam
Cu terhadap HNO3 bertujuan untuk membersihkan plat logam Cu (Darmono
2006).
Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang perlu
diwaspadai, pencemaran logam dapat berasal dari limbah industri, pertanian
maupun rumah tangga (Siregar dan Murtini 2008). Logam- logam berat yang
terlarut dalam perairan pada konsenterasi tertentu akan berubah fungsi menjadi
racun bagi kehidupan (Murtini et al. 2001). Merkuri (Hg), Arsen (As), Bismuth
( Bi), dan Argentum (Ag) merupakan logam berat yang diuji pada praktikum
identifikasi logam berat.
Metil merkuri merupakan logam berat yang menjadi bahan pencemar dan
perlu diwaspadai. Beberapa dampak yang timbul karena keracunan merkuri antara
lain, terjadinya kerusakan syaraf, paralisis, kebutaan, dan keterbelakangan,mental
pada bayi (Siregar dan Murtini 2008). Pada praktikum, keping Cu yang direndam
dalam larutan Hg + HCL dan dipanaskan selama 10- 15 menit, menunjukan
perubahan warna permukaan keping. Keping Cu berubah menjadi kelabu
mengkilat, hal ini menunjukan hasil positif bahwa dalam larutan tersebut terdapat
logam.
Reaksi yang terjadi dalam larutan:
2HgCl2(aq)+2Cu2+(s2CuCl(aq)+2Hg2+(s)
Perak (Ag) merupakan salah satu unsur logam transisi yang sering
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh dalam pembuatan uang
logam, harganya yang lebih terjangkau sebagai logam mulia menjadikan perak
sebagai pilihan yang banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Keping Cu
yang direndam dalam larutan Ag + HCl, yang kemudian dipanaskan selama 10-
15 menit, juga menunjukan reaksi yang ditandai dengan terjadinya perubahan
warna pada permukaan keping Cu. Permukann keping Cu berubah menjadi
berwarna abu dengan endapan putih. Hal ini menunjukan bahwa larutan Ag + HCl
positif mengandung logam.
Reaksi yang terjadi dalam larutan:
AgCl2(aq)+Cu2+(s)2CuCl(aq+Ag+(s)
AgNO3 yang bereaksi dengan HCl akan menimbulkan endapan. Menurut
Mulyono (2005), kation golongan I (timbal, merkuri, raksa, perak) akan
membentuk endapan bila direaksikan dengan asam klorida encer. Reaksi dapat
dikurangi dengan suhu tinggi.
AgNO3(aq)+HCl(aq) AgCl(s)+HNO3(aq)
Arsen atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan
sekitar abad- 13. Arsenik di alam merupakan bentuk dasar yang berupa substansi
inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar
pada manusia. Arsenik menjadi salah satu unsur beracun yang dijumpai baik di
tanah, udara, maupun air. Penggunaan arsen sendiri masih banya seperti dalam
bidang industri metalurgi, pabrik gelas, produksi bahan warna dan industri yang
memproduksi bahan kimia arsen (Agustina 2014). Keping Cu yang direndam
dalam larutan As + HCl, yang kemudian dipanaskan selama 10- 15 menit, juga
menunjukan reaksi yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada
permukaan keping Cu. Permukann keping Cu berubah menjadi berwarna kelabu
kehitaman. Hal ini menunjukan bahwa larutan As + HCl positif mengandung
logam.
Reaksi yang terjadi dalam larutan:
3AsCl2(aq)+3Cu2+6CuCl(aq)+As3+(s)
Bismut adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Bi dengan nomor
atom 83. Logam dengan kristal trivalen yang memiliki sifat kimia mirip dengan
arsen. Dari semua jenis logam bismut yang paling bersifat diamagnetikdan
merupakan unsur kedua setelah raksa yang memiliki konduktivitas termal
terendah, senyawa bismut juga banyak digunakan sebagai bahan kosmetik dan
dalam bidang medis. Keping Cu yang direndam dalam larutan Bi + HCl, yang
kemudian dipanaskan selama 10- 15 menit, juga menunjukan reaksi yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna pada permukaan keping Cu. Permukann
keping Cu berubah menjadi berwarna keunguan. Hal ini menunjukan bahwa
larutan Bi + HCl positif mengandung logam.
Reaksi yang terjadi dalam larutan:
2BiCl2(aq)+2Cu2+(s)4CuCl(aq)+Bi2+(s)

SIMPULAN
Berdasarkan praktikum dapat disimpulkan bahwa logam tembaga (Cu)
dapat digunakan untuk mengidentifikasi racun logam berat, yaitu merkuri (Hg),
perak (Ag), arsen (As),dan bismuth (Bi) yang dibuktikan dengan adanya
perubahan warna pada permukaan kepingan tembaga dan terbentuknya endapan.
Penambahan HCl encer 10% pada percobaan ini berfungsi sebagai katalisator dan
reaksi yang terjadi pada suasana asam.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina T. 2014. Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya pada
kesehatan. Teknobunga. 1(1): 53-65.
Darmono.2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam.Jakarta (ID): UI Press.
Hutagalung et al. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Vol 2. Jakarta:
P3O-LIPI.

Mulyono HAM. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta(ID):


Bumi Aksara.
Murtini J T, Ariyani F, Wah yuni I S, Hak N, Suherman M, Dolaria N, dan
Nurwiyanto. 2001. Penelitian inventarisasi dan identifikasi pencemaran
logam berat pada perairan dan ikan. Laporan Teknis. Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 42 pp.
Siregar H T dan Murtini T. 2008. Kandungan logam berat pada beberapa lokasi
perairan Indonesia pada tahun 2001 sampai dengan 2005. Squalen. 3(1): 7-
14.

Anda mungkin juga menyukai