Objektif
Vital Sign : Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 130x/menit
Pernafasan : 56 x/menit
Temp : 38,6C
BB : 4,5 kg
Pemeriksaan Fisik : Kepala : Normochepali, kaku kuduk (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
T/H/M : Dalam batas normal
Leher : Dalambatas normal
Thoraks : Simetris, retraksidinding dada (+)
Jantung
Inspeksi : Ictuscordistidaktampak
Palpasi : Ictuscordisteraba di ICS V MCL Sinistra
Perkusi : Kesanbatasjantung normal
Auskultasi : Bunyijantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru – paru
Inspeksi : Simetris, retraksidinding dada (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanandankirisama
Perkusi : Sonorpadakeduahemithoraks
Auskultasi : rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : soepel, H/L/R tidakteraba
Perkusi : Timpani, pekak hepar (-), nyeri saat perkusi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akralhangat, CRT < 2”
Hasil Laboratorium (5 Agustus 2018)
JenisPemeriksaan HasilPemeriksaan NilaiRujukan
Hematologi:
- Haemoglobin 12,5 gr/dl 12-14 gr/dl
- Leukosit 16 x 103 /ul 4,4 – 10 x 103 /ul
- Trombosit 374 x 103 /m 150 – 400 x 103 /m
- Hematokrit 29,3 % 26 – 48%
Kimia Klinik:
- Guladarahsewaktu No data 75 – 115 mg/dl
Hitung Jenis
- Basofil - 0
- Eosinofil - 0
- Batang - 1
- Segmen - 66
- Limfosit - 34
- monosit - 9
Assesment
Pneumonia
Planning
- Konsul dr. Henry, Sp.A
- IVFD D5 20 tts/menit
- O2 2 liter/menit
- Paracetamol drop4 x 0,5cc
- Injcefotaxim 250 mg/12 jam
- Nebul velutin/12 jam
- Pemberian asi dilanjutkan 3x 15cc
- Awasikeadaanumumdan vital sign
HasilPembelajaran
Pengertian
Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding dinding alveoli dan rongga
interstisium yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita
(Ridha, 2014; Pudiastuti, 2011)
Menurut WHO (2014), pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi
paru-paru, dimana alveoli paruparu terisi dengan cairan sehingga membuat asupan oksigen terbatas
untuk bernafas.
Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang terbesar penyebab
kematian anak usia di bawah lima tahun (anak balita). Pneumonia disebut sebagai pembunuh nomer
satu di dunia karena hampir satu dari lima anak balita meninggal dan lebih dari 2 juta anak di negara
berkembang meninggal setiap tahunnya. Pneumonia di negara berkembang disebut penyakit yang
terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena begitu
banyak anak yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan
terhadap masalah pneumonia
Etiologi
Berdasarkan studi mikrobiologik penyebab utama pneumonia anak balita adalah
streptococcus pneumoniae/ pneumococcus (30-50%) dan hemophilus influenzae type b/ Hib (10-
30%), diikuti staphylococcus aureus dan klebsiela pneumoniae pada kasus berat. Bakteri lain seperti
mycoplasma pneumonia, chlamydia spp, pseudomonas spp, escherichia coli. Pneumonia pada
neonatus banyak disebabkan bakteri gram negatif seperti klebsiella spp dan bakteri gram positif
seperti S. Pneumoniae, S. Aureus. Penyebab pneumonia karena virus disebabkan respiratory syncytial
virus (RSV), diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus.
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan lain misal bahan kimia (aspirasi makan/susu atau
keracunan hidrokarbon pada minyak tanah atau bensin).
Klasifikasi
Menurut Hidayat (2008), pneumonia dibagi antara lain :
1. Pneumonia lobarisyaituperadangan yang
terjadipadaseluruhatausatubagianbesardarilobusparu.
2. Pneumonia interstisialyaituperdangan yang terjadi di dalamdinding alveolar
danjaringanperibronkhialdaninterlobaris.
3. Bronkhopneumoniayaituperadangan yang terjadipadaujungakhirbronkhiolus yang
tersumbatoleheksudatmukopurulendapatmembentukbercakkonsolidasidalamlobus.
Faktor resiko
Berbagai faktor risiko yang meningkatkan kejadian, beratnya penyakit dan kematian karena
pneumonia, yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI
eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc
(mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi
risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur
(meningkatkan risiko). Maryunani (2010), menyebutkan terjadinya pneumonia di pengaruhi 3 faktor
yitu faktor lingkungan meliputi : pencemaran udara dalam rumah, fentilasi rumah, kepadatan hunian ;
faktor resiko anak meliputi : umur, BBLR, status gizi, pemberian vitamin A, status imunisasi dan
faktor perilaku meliputi : perilaku pencegahan dan penanggulangan penyakit pneumonia. Faktor
resiko meningkatnya angka kejadian dan keparahan penyakit antara lain : prematuritas, malnutrisi,
status sosial ekonomi rendah, terkena asap secara pasif, dititipkan di penitipan anak, tinggal dirumah
yang terlalu padat, mempunyai riwayat pneumonia.
Pencegahan
Pencegahan pneumonia selain menghindarkan atau mengurangi faktor resiko, dapat juga
dengan pendekatan di komunitas dengan meningkatkan pendidikan kesehatan, perbaikan gizi,
pelatihan petugas kesehatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan yang benar dan efektif. Upaya
pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri dari
pencegahan melalui imunisasi dan nonimunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab
terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik (Kartasasmita, 2010). Dari beberapa
studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus konjungasi dapat mencegah penyakit
dan kematian kasus pneumonia pneumokokus 20-35% dan vaksin Hib mencegah penyakit dan
kematian kasus pneumonia Hib 15-30%. Sekarang ini di negara berkembang direkomendasikan
vaksin Hib untuk diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus
konjugasi direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan (Said, 2010). Pemberian zink dapat
mencegah terjadinya pneumonia pada anak, meskipun apabila digunakan untuk terapi zink kurang
bermanfaat. Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam,
sesak nafas dan laju pernafasan (Marni, 2014). Pencegahan non imunisasi sebagai upaya pencegahan
nonspesifik merupakan komponen yang masih sangat strategis. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan
misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak balita
tentang besarnya masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif
sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola maka nan
sehat; penurunan faktor risiko lain seperti mencegah berat badan lahir rendah, menerapkan ASI
eksklusif, mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan
perokok pasif di lingkungan rumah.
Tata Laksana
Pemberian antibiotika segera pada anak yang terinfeksi pneumonia dapat mencegah kematian.
Antibiotik yang dianjurkan untuk pneumonia adalah antibiotik sederhana, tidak mahal seperti
kotrimoksazol atau amoksisilin yang diberikan secara oral. Dosis amoksisilin 25 mg/kg BB dan
kotrimoksazol (4 mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB. Penerapan Pedoman Tatalaksana
Baku Pneumonia termasuk pemberian antibiotik oral sesegera mungkin dapat menurunkan 13-55%
mortalitas pneumonia (20% mortalitas bayi dan 24% mortalitas anak balita).
PORTOFOLIO
PNEUMONIA
Oleh :
dr. Fildzah Zhafira Yumna Sibarani