Anda di halaman 1dari 138

Laboratorium Penilaian

Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Formasi


Yogyakarta 1
Program Studi Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional " Veteran" Yogyakarta
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
BUKU PANDUAN

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 2

LABORATORIUM
PENILAIAN
FORMASI
Buku Panduan Praktikum
Penilaian Formasi

Daftar Buku & Publikasi


Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta
Fakultas Teknologi Mineral
Program Studi Teknik Peminyakan

LD Reza Humar Dhani, Priastoto Abib Wijanarko, Ferdian Rinaldo, Ade Yohana K., Taufan Y. S.,
Ardiyanto, Dewi Asmorowati, Dian Islami, Merry Liana Putra, Avianto Kabul P

©2006 : Cetakan I

DedyKristanto, VDCahyokoAji

©2012 : Cetakan II (Revisi)

Cetak Oleh : Laboratorium Penilaian Formasi


Timesnewroman-12
spasi-1.2
A4-hal-138

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
hidayah sehingga Buku Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi ini dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana.

Buku ini dimaksudkan untuk memenuhi sarana bagi terselenggaranya Praktikun


Penilaian Formasi untuk mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Sedangkan sasaran akhir dari
praktikum ini adalah diharapkan mahasiswa dapat memahami, mengerti dan
mengevaluasi parameter-parameter reservoar dari hasil analisa cutting dan
interpretasi logging serta mengaplikasikannya.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Buku Petunjuk Praktikum ini. Akhirnya semoga buku ini dapat
bermanfaat .

Ka. Lab. Penilaian Formasi

Dr. Ir. Dedy Kristanto, MT.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 4

TATA TERTIB
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Setiap praktikan diwajibkan memenuhi tata tertib Praktikum Penilaian


Formasi, sebagai berikut:
1. Selama praktikum berlangsung, praktikan diharuskan :
a. Menyelesaikan urusan administrasi laboratorium sebelum praktikum
dimulai.
b. Mengikuti test yang diadakan sebelum acara praktikum dimulai.
c. Menepati jadwal praktikum yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin
tidak pindah plug.
d. Membuat laporan mingguan praktikum / tugas yang telah diikuti dan
dikumpulkan pada acara praktikum berikutnya.
e. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, merokok dan membuat
keributan didalam ruangan selama praktikum berlangsung.
2. Bagi yang tidak menyerahkan laporan mingguan pada saat acara praktikum,
dianggap tidak mengikuti praktikum pada acara tersebut.
3. Terlambat lebih dari 10 menit dari jadwal praktikum yang telah ditetapkan,
tidak diijinkan mengikuti praktikum.
4. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum lebih dari dua kali
dinyatakan gugur, kecuali disertakan surat keterangan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 3
TATA TERTIB .............................................................................................. 4
DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
FORMAT LAPORAN ................................................................................... 6
BAB I. Deskripsi ............................................................................................ 8
Analisa Cutting
Mud Log
Core Analysis
Koreksi Lubang Bor
BAB II. Log Listrik ........................................................................................ 38
SP Log
Resisitivity Log
Induction Log
BAB III. Log Radioaktif ................................................................................ 44
Gamma Ray Log
Neutron Log
Density Log
Neutron - Density Log
BAB IV. Log Tambahan ............................................................................... 53
Sonic Log
Caliper Log
BAB V. Lithology Logging ............................................................................ 60
Kombinasi Gamma Ray Neutron Density Log
M-N Litology Plot
MID Lithology Plot
BAB VI. Kombinasi Log .............................................................................. 73
Log Litologi
Log Resisitivity
Log Porosity
Penentuan Saturasi Air
HFU (Hydraulic Flow Unit)
BAB VII. Penentuan Cadangan ................................................................... 85
Log Interpretation
Teknik Pemetaan
Penentuan Cadangan
Daftar Pustaka ............................................................................................... 110
Lampiran ........................................................................................................ 111

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 6

FORMAT LAPORAN

1. Lembar Judul ( jarak A = disesuaikan )

A = 5 cm

LAPORAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI

Oleh :
Nama :
No. Mhs :
Plug/klp :

B = 3 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2012

C = 5 cm

2. Lembar Pengesahan ( Jarak A = B )

5 cm
JUDUL
A

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI

Disetujui untuk Laboratorium :


Praktikum Penilaian Formasi, Oleh :

7 cm

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 7

3. Format Pengetikan

1.5 cm
ABSTRAK - Diketik 1 spasi
Huruf Times New Roman 11 pcs

ISI - Diketik 1,2 ISI - Diketik 1,2


spasi spasi
Huruf Times New Huruf Times New
Roman 11 pcs Roman 11 pcs
1.5 cm

1.5 cm
Kertas HVS A4 Kertas HVS A4

( Tabel 1 spasi, ( Tabel 1 spasi,


Gambar 1 spasi ) Gambar 1 spasi )

1.5 cm 1.5 cm

4. Isi Laporan (Paper)


Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Bab I . Pendahuluan
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab.III Preparasi Data
Bab.IV Analisa Data dan Interpretasi
Bab.VI Pembahasan
Bab.VII Kesimpulan
Lampiran
Daftar Pustaka

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 8

BAB I
DESKRIPSI
(Analisa Cutting, Mud Log, Core Analysis, Koreksi Lubang Bor)

Tujuan Analisis
Pekerjaan analisa cutting ini dilakukan dalam kerangka pekerjaan Mud Logging yang
terutama digunakan untuk mengidentifikasikan saturasi Hidrokarbon dan
mengestimasikan karakteristik batuan reservoar.

Analisis Lithologi Dan Porositas


Pada saat ini analisa cutting untuk mengestimasi karakteristik reservoar harga dititik
beratkan pada analisa lithologinya.

Analisa Lithologi
Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam-macam batuan untuk
tiap kedalaman pedoman dalam pendiskripsian lithologi, yaitu:
a. Shale
Warna : merah dan hijau
Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas
Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic,
sucrosic, colicastic.
Butiran : sucrosa, crystal, chalky
Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap : suram, seperti tanah, dasar

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 9

Setelah dilakukan pendiskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas


lithologinya dimana dalam penentuan batas-batas lithologinya ada 2 (dua) metode,
yaitu:

1. Metode Prosentase
Secara visual diperkirakan prosentasi dari cutting tiap macam batuan yang ada
dalam satu kantong cutting. Biasanya ada 2 atau 3 macam batuan, dimana shale
merupakan komponen yang sering ada.
Dengan memplot prosentase dari setiap macam batuan untuk setiap interval atau
kantong, maka dengan melihat hasil keseluruhannya akan dapat diperkirakan batas
lithologinya.

2. Metode yang Pertama Muncul


Metode ini didasarkan pada adanya lithologi baru yang terlihat pertama kali dari
rangkaian cutting yang sedang dianalisa pada pertambahan kedalaman.
Kedalaman sample cutting yang baru merupakan batas atas lapisan lithologi.

Analisa Porositas.
Untuk penentuan porositas batuan dari analisa cutting bersifat kualitatif.
Caranya dengan memeriksa cutting dibawah lensa binokuler. Istilah yang digunakan
adalah:
Tidak jelas (trace) : porositas 0-10 %
Agak jelek (show) : porositas 10- 20 %
Jelas (good) : porositas > 20 %

Analisa Indikasi hidrokarbon


Dan yang akan dilakukan dalam analisa indikasi hidrokarbon adalah penampakan
noda (staining), bau (odour) dan pemeriksaan hidrokarbon.

1. Penampakan Noda
Pada batuan jenis hidrokarbon berat (residu, tar) akan memberikan noda yang
lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup tinggi akan terlihat kesan
berupa cucuran.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 10

Tabel
Kapasitas Penampakan Noda Berdasarkan Penyebaran Dalam Batuan
Kualitas Penampakan Prosentasi Distribusi dalam Batuan
Sangat baik >75%
Baik 50-75%
Sedang 25-50%
Buruk <25%

2. Bau (Odour)
Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai bau yang spesifik.
Kekuatan baunya tergantung dari jenis dan kadar kuantitas kandungan
hidrokarbon didalam batuan. Bau wangi biasanya berasal dari minyak parafine
dan naftanik, sedangkan bau busuk berasal dari minyak aromatik.

3. Pemeriksaan Indikasi hidrokarbon pada Cutting


Dalam praktikum digunakan analisa pemeriksan fluoroscopic (ultraviolet).
Dilakukan dengan memasukkan sample cutting dalam fluroscope untuk melihat
ada tidaknya fluoresensi. Biasanya hidrokarbon cair atau minyak memberikan
warna tertentu terhadap sinar ultraviolet, sedangkan gas dan minyak residu
kadang-kadang tidak berfluorensi.

Tabel
Warna fluoresensi Masing-masing Minyak
Jenis Minyak Warna Fluorescensi
Residu Coklat gelap - tidak berwarna
Minyak Berat Coklat - kuning tua
Minyak Medium Putih - kuning cerah
Minyak Ringan Putih biru - biru cerah
Kondensat Ungu - biru cerah

Tabel
Jenis Mineral atau Material yang Memberikan Gangguan
Pada Pengamatan Warna Fluoresensi
Residu Warna Fluoresensi
Batu gamping / dolomite Kuning/ kekuning-kuningan
Batu gamping pasiran Coklat-coklat tua
Paper shale Kuning- coklat kopi
Fosil Kuning putih – kuning coklat

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 11

Napal Kuning tua – abu-abu coklat


Grase atau Gemuk Putih susu
Solar Putih terang
Kulit kumbang Biru

Kualitas penampakan fluoresensi ditentukan dari distribusi fluoresensi dalam contoh


batuan, yaitu

Tabel Penampakan Fluorosensi Contoh Batuan


Kualitas Penampakan Prosentase Distribusi dalam Batuan
Sangat baik (excellent) > 75 %
Baik (good) 50 – 75 %
Sedang (fair) 25 – 50 %
Buruk (poor) < 25 %

Gambar Directly Fluoresence Under Ultraviolet Box

Sample fluorescence
Color : from brown through green, gold, blue, yellow, to white; in most
instances, the heavier oils have darker fluorescence.
Distribution : even, spotted, or mottled
Intensity : bright, dull, pale, and faint

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 12

Gambar Cut Fluorescence Under UV Box (Solvent Chloroform)

Solvent Cut Fluorescence


Cut speed : an indication of both the solubility of the oil and the permeability of
the sample.
Cut nature : the solvent with dissolved oil may occur in uniform, streaming or
blooming. A streaming cut also indicates low oil mobility.
Cut color and intensity: After observing the sample under UV light observe the
sample under natural light. The cut color observed in natural light is
just called cutcolor(example: very light brown cut color or no cut
color)
Cut Residue :The solvent dissolves rapidly under the heat of the UV light,
sometimes leaving a residue of oil around the cutting on the spot
plate. The true color of the oil can then be observed. The intensity
and opacity of color, especially of the residue, is an indicator of the
oil density and the quantity of oil originally in the cutting

Mud Log
Mud Log adalah pemeriksaan dan analisis informasi geologi yang terkandung dalam
cutting (hancuran batuan) dan lumpur pengeboran untuk menentukan indikasi
minyak dan gas yang ditemukan selama proses pengeboran sebuah sumur
(penembusan batuan/formasi). Mud log terdiri dari wellsite beserta unitnya yang
terdiri dari laboratory unit, control panel dan peralatan monitoring. Mud Logger
bertugas menganalisis data geologi dan parameter pengeboran serta mengidentifikasi
dan menghitung cadangan hidrokarbon pada lapisan yang mempunyai potensi
produktif, porositas formasi bawah permukaan. Mud Logger juga menganalisis

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 13

parameter pengeboran hubungannya dengan analisis formasi dalam rangka


memberikan rekomendasi tingkat pengeboran, biaya dan keselamatan.

Logging sensor pada Mud Log monitoring terdiri dari :


Monitoring Drilling Speed, Monitoring Standpipe Pressure, Monitoring Hookload,
Monitoring Rotary Speed, Monitoring Rotary Torque, Monitoring Stroke Speed,
Monitoring Mud Flow Out, Monitoring Mud Temperate in/out, Monitoring Mud
Conductivity in/out, Monitoring Mud Weight in/out, Monitoring Pit Volume and H2S,
Monitoring Gas Chromatographs and Gas Detector

Gambar Skema Lokasi Sensor Mud Logger

Gambar Grain Size Card

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 14

Gambar Klasifikasi Ukuran Standart Butiran

Gambar Chart Identifikasi Warna

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 15

Gambar Shape of the Cutting

Gambar Terminologi Kontak Antar Butiran


A. Point Contact, B. Long Contact, C. Concavo-Convex, D. Sutured

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 16

Gambar Drilling Well Track Report

Parameter teknis yang merupakan hasil dari analisa Mud Logger diantaranya :
Total Depth, ROP, WOH, Hook Speed, Hook Height, WOB, RPM, Rotary Torque,
Stand Pipe Press, Wellhead Press, SPM Stroke, Lag Time, Flow in/out, Temp in/out,
Mud Weight in/out, Resistively in/out, Conductivity in/out, Mud Volume,Total Gas
and Chromatography, H2S / CO2

Analisa Core
Persamaan Analitik Regresi
Hubungan linier antara dua kelompok data, dapat ditentukan dengan analisa regresi,
yang memberikan persamaan regresi sebagai berikut :
1. Regresi linier : Y = a + bx
2. Regresi eksponensial : Y = aebx, dimana a > 0
3. Regresi logaritmik : Y = a + b log x
4. Regresi power : Y = a xb, dimana a > 0

Dengan teknik regresi ini, maka konstanta a dan b dari persamaan-persamaan di atas
dapat ditentukan. Secara umum persamaan untuk menentukan konstanta-konstanta

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 17

tersebut adalah sebagai berikut : dimana harga A, B, xi dan


Yi tergantung dari jenis regresi yang digunakan, ditunjukkan pada tabel berikut :

Regresi xi Yi a b
Linier xi Yi A B
Eksponensial xi Ln Yi eA B
Logaritmik Log xi Yi A B
Power Log xi Log Yi 10A B

Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang
dianalisa, perlu dihitung koefisien regresi (R2). Koefisien tersebut dihitung dengan
persamaan berikut :

Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R2≈1 ini berarti bahwa
hampir semua titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2<1, berarti
banyak titik data yang di luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain, makin kecil
harga R2, titik data makin terpencar. Mengetahui besaran-besaran core yang diukur
oleh uji yang dilakukan di laboratorium. Analisa core terdiri dari

Analisa Core Rutin (Routine Core Analysis)


Core yang dianalisa meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-besaran
yang diukur pada uji ini adalah :
1. Porositas.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability - kair) dan permeabilitas yang
ekivalen terhadap liquid (kL).
3. Permeabilitas horisontal terbesar (maksimum).
4. Permeabilitas horisontal tegak lurus terhadap permeabilitas horisontal
maksimum.
5. Permeabilitas vertikal.
6. Berat jenis butiran.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 18

Analisa Core Spesial (Special Core Analysis - Scal)


Besaran-besaran yang diukur dan diperoleh dari uji ini adalah :
1. Permeabilitas liquid ekivalen sebagai fungsi dari volume throughput.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability) dan porositas core plug dan
full diameter core yang dilakukan pada beberapa harga confining stress.
3. Kompresibilitas formasi (pore volume compressibility) dari core plug dan full
diameter core sebagai fungsi dari tekanan overburden efektif.
4. Faktor resistivitas formasi (F), faktor sementasi (a) dan eksponen sementasi
(m).
5. Indeks resistivitas (RI), saturasi air (Sw) dan eksponen saturasi (n).
6. Permeabilitas relatif (kr)sebagai fungsi saturasi.
7. Tekanan kapiler.
8. Waterflood Susceptibility

Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata


Mengolah hasil analisa batuan inti (core), yaitu porositas, permeabilitas dan saturasi
untuk digunakan dalam menentukan perhitungan cadangan dan perhitungan teknik
reservoir lainnya dengan menggunakan analisa statistik. Dalam analisa diperlukan :
Diperlukan hasil analisa batuan inti serta interpretasi log untuk harga
porositas dan saturasi.
Harga batas Ø, k dan Sw.

Perhitungan Porositas Rata-Rata (statistik)


1. Siapkan data porositas terhadap kedalaman dari hasil analisa batuan inti dan
interpretasi log sumur.
2. Plot porositas hasil analisa batuan inti terhadap porositas hasil interpretasi log
untuk kedalaman yang sama. Tarik garis yang mewakili titik-titik tersebut.
Dengan persamaan garis.
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log terhadap kedalaman sumur-
sumur yang tidak dilakukan pengintian.
4. Dengan menggunakan hasil plot dari langkah 2, tentukan harga porositas
batuan inti ekuivalen dari harga-harga porositas di langkah 3.
5. Kumpulkan semua data porositas dari analisa batuan inti dan porositas
ekivalen dengan urutan membesar
6. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas yang lebih kecil
dari cut-off tersebut. (tentukan harga cut off)
7. Tentukan jumlah selang data dengan menggunakan persamaan berikut :
S = 1 + 3.3 log n

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 19

Keterangan :
S = jumlah selang minimum
n = jumlah data
8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang
dibagi dengan jumlah data seluruhnya.
10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat dan
frekuensi sumbu absis.
11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang.
12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :

Keterangan :
fi = frekuensi pada suatu selang
Øi = harga-tengah porositas pada selang

Perhitungan Permeabilitas Rata-Rata


1. Siapkan data porositas dan permeabilitas hasil analisa batuan inti terhadap
kedalaman.
2. Plot porositas terhadap permeabilitas untuk kedalaman yang sama pada kertas
grafik semi log. Permeabilitas pada sumbu log dan porositas pada sumbu
linear. Tarik garis lurus yang mewakili titik-titik tersebut. Garis ini dapat
ditentukan secara lebih baik dengan menggunakan analisa regresi (persamaan
garis).
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log untuk sumur-sumur yang tidak
dilakukan pengintian.
4. Tentukan harga cut off porositas dan sisihkan data porositas di langkah 3,
yang lebih kecil dari harga cut-off tersebut (tentukan harga cut off)
5. Tentukan harga permeabilitas ekivalen dari porositas hasil log, berdasarkan
persamaan garis di langkah (2).
6. Tentukan semua data permeabilitas dari analisa batuan inti maupun
permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga cut-off
permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih kecil dari harga cut-off
tersebut.
7. Kumpulkan semua data permeabilitas ekivalen dari analisa batuan inti
maupun permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 20

cut off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih besar dari harga
cut off tersebut untuk keperluan analisa.
8. Tentukan harga permeabilitas awal (dalam hal ini harga permeabilitas cut off
dapat digunakan sebagai harga permeabilitas awal), kemudian batas selang
dengan menggunakan persamaan berikut :
Kj = 2j ki
Keterangan :
J = 1, 2, 3, 4, ....
kj = batas selang permeabilitas
ki = permeabilitas awal
9. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
10. Hitung frekuensi masing-masing selang (fj) dengan menggunakan hubungan
berikut :

11. Hitung frekuensi kumulatif setiap selang :


12. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j,

yaitu :
Keterangan :
n = jumlah data permeabilitas dalam selang
ki = harga-harga permeabilitas dalam selang
13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 21

Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata-Rata


Membuat data tekanan kapiler rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir dari
sejumlah hasil analisis batuan inti (core analysis). Metode yang digunakan adalah
korelasi Leverett J-function dan korelasi Guthrie.

Metode Korelasi Leverett J - Function


Data tekanan kapiler didapatkan dari analisis batuan inti di laboratorium. Analisis
contoh tersebut merupakan bagian yang sangat kecil untuk dapat mewakili reservoir
atau formasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, seluruh data tekanan kapiler yang
diukur dari contoh batuan inti yang berasal dari reservoir tersebut digabungkan dan
kemudian ditentukan kurva tekanan kapiler yang mewakili atau representatif untuk
reservoir tersebut. Ada dua metode untuk memperoleh kurva tekanan kapiler yang
representatif :
Metode Leverett (Leverett J - function)
Metode Statistik - Guthrie

Metode Leverett Leverett membuat fungsi korelasi yang didefinisikan sebagai


berikut :

Keterangan :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan
k = permeabilitas
Ø = porositas

Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok kecuali di atas,
hanya akan menggeser kurva pada sumbu Y. Beberapa penulis melibatkan cos θ,
dimana θ adalah sudut kontak, sehingga fungsi korelasi Leverett menjadi :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 22

Gambar Contoh J(Sw) terhadap Sw

Metode Statistik - Guthrie


Tekanan kapiler merupakan fungsi permeabilitas dan saturasi. Dari berbagai
pengamatan, Guthrie mendapatkan bahwa pada suatu harga tekanan kapiler,
hubungan antara k dan Sw adalah sebagai berikut :
Sw = a log k + C
Walaupun Sw pada suatu harga Pc juga merupakan fungsi porositas, namun untuk
tujuan-tujuan praktis, hubungan persamaan di atas cukup baik untuk digunakan. Dari
hubungan tersebut di atas, dapat dibuat plot k terhadap Sw untuk berbagai harga Pc
dari contoh batuan yang dianalisis. Hubungan tersebut akan merupakan garis lurus
pada kertas semi-log untuk setiap harga Pc tertentu.

1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan


inti yang menghasilkan parameter berikut :
Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw) dari masing-masing batuan
inti.
Tegangan permukaan (σ).
Permeabilitas masing-masing batuan inti (k) dan harga rata-ratanya (k).
Porositas masing-masing batuan inti (Ø) dan harga rata-rata (Ø).
Sudut kontak (θ). Biasanya tersedia pengukuran σcosθ.
2. Hitung harga J(Sw) dari masing-masing batuan inti :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 23

3. Plot J(Sw) terhadap Sw pada sistem sumbu kartesian.


4. Buat kurva yang mewakili plot J(Sw) terhadap Sw dengan metode least
square.
5. Berdasarkan hasil kurva rata-rata J(Sw) pada langkah 4, maka tentukan harga
Pc rata-rata sebagai fungsi dari Sw dengan menggunakan

, untuk permeabilitas dan porositas digunakan harga rata-


rata.

Metode Korelasi Statistik Guthrie


1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan
inti yang menghasilkan parameter berikut :
Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw).
Permeabilitas masing-masing batuan inti dan harga rata-rata (k).
2. Plot Pc terhadap Sw untuk setiap harga k yang berbeda pada satu kertas
grafik kartesian. Tarik kurva Pc (Sw) untuk masing-masing harga k.
3. Untuk suatu harga Pc, baca harga k dan Sw.
4. Plot Sw terhadap log k untuk berbagai harga Pc.
5. Tarik garis lurus rata-rata k(Sw) untuk masing-masing harga Pc.
6. Pada hasil plot di langkah 5 tariklah garis sejajar dengan sumbu Sw untuk k =
k. Garis ini akan memotong kumpulan garis linear k(Sw) pada Sw dan Pc
tertentu.
7. Plot Pc terhadap Sw dari hasil langkah 5 yang merupakan Pc(Sw) rata-rata.

Daftar Simbol
J(Sw) = Leverett J-Function, tak bersatuan
k = permeabilitas, cm2 atau mD
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2 atau psi
Sw = saturasi air, fraksi
Ø = porositas, fraksi
σ = tegangan permukaan, dyne/cm
θ = sudut kontak, derajat

Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Rata-Rata


Apabila dilakukan pengukuran permeabilitas relatif (kr terhadap S) dari sejumlah
analisis contoh batuan inti yang berasal dari reservoir yang sama, hampir selalu
didapatkan harga titik akhir (end points : Swc, Swi, Sor, Sgr) yang berbeda untuk
setiap analisis core sehingga akan menghasilkan bentuk kurva kr terhadap S yang
berbeda pula. Sebuah kurva kr(S) yang representatif untuk suatu reservoir diperoleh

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 24

dengan cara normalisasi dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core.
Adapun harga yang dinormalisasi adalah
sebagai berikut :

Table End Point Normalisasi

Berdasarkan harga titik akhir tersebut di atas, kurva kr terhadap S yang diperoleh
dari hasil pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut

Tabel Normalisasi Titik Akhir

Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap analisis core.
Kemudian plot seluruh harga kr* dan S* yang didapat seperti pada berikut

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 25

Gambar Kurva Normalisasi (S* vs kr*) Seluruh Sampel

Karena titik kr* (S*) tersebar, maka kurva normalisasi rata-rata harus diperkirakan.
Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili atau
representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" seluruh hasil analisis core
yang ada dengan formula sebagai berikut :

dimana end point adalah harga-harga Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain-lain dari setiap
sampel dan N adalah jumlah sampel yang diukur. Langkah terakhir untuk
mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr dan S dengan menggunakan
rumus pada Tabel Normalisasi Titik Akhir dimana harga S* dan kr* dibaca dari
kurva kr* (S*) rata-rata pada (Gambar Kurva Normalisasi (S* vs kr*) Seluruh
Sampel.)

Menentukan kurva kr versus S rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir atau
formasi dari sejumlah analisa contoh batu inti (core analysis). Metode yang
digunakan adalah normalisasi - denormalisasi sejumlah kurva kr terhadap S dari
suatu formasi.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 26

Langkah Kerja
1. Siapkan data pendukung yang tersedia untuk :
a. Sistem Air - Minyak
Tabel atau kurva kro dan krw terhadap Sw
Dari Tabel atau Kurva tersebut baca harga titik akhir (end points) :
kro @ Swc
kro @ Sor
krw @ Swc
krw @ Sor

b. Sistem Gas - Minyak


Tabel krg dan kro terhadap saturasi cairan (SL)
Data harga titik akhir :
kro @ Swc
kro @ Sgr
krg @ Swc
krg @ sgr

c. Sistem Gas - Air


Tabel krg -krw versus Sw.
Data harga titik akhir :
krw @ Swc
krw @ Sgr
krg @ Swc
krg @ Sgr

2. Lakukan prosedur normalisasi untuk setiap kurva kr ternadap S dengan


menyiapkan tabel berikut :
a. Sistem Air - Minyak
Buat tabel Sw, kro, krw, Sw*, kro*, krw* seperti pada contoh, dimana

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 27

b. Sistem Gas – Minyak


Buat table SL, kro, krg, SL*, kro*,krg* seperti pada contoh dimana

c. Sistem Gas – Air


Buat table Sw, krg, krw, Sw*, krg*, krw* seperti pada contoh dimana

3. Buat Kurva S* terhadap kr* untuk seluruh contoh batuan.


4. Tentukan kurva kr* (Sw*) rata-rata seperti diperlihatkan pada
5. Lakukan denormalisasi dari kurva kr* (Sw*) rata-rata dari langkah 4 sebagai
berikut :

a. Sistem Air - Minyak


Buat tabel Sw*, kro*, krw*, Sw, kro dan krw seperti pada contoh, dimana :
Kro* dan krw* dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga Sw* .

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 28

b. Sistem Gas – Minyak


Buat table SL* kro* krg* SL, kro dan krg dimana kro* dan krg* dibaca dari kurva
di langkah 4 untuk setiap harga SL*

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 29

c. Sistem Gas – Air


Buat table Sw* krg* krw* Sw krg dan krw dimana krg* dan krw* dibaca dari
kurva di langkah 4 untuk setiap harga Sw.

Plot Kr terhadap S hasil de-normalisasi

Daftar Simbol
kr = permeabilitas relatif
krg = permeabilitas relatif gas
kro = permeabilitas relatif minyak
krw = permeabilitas relatif air
S = saturasi
Sg = saturasi gas
Sgr = saturasi gas residu
SL = saturasi cairan = So + Swc
Sor = saturasi minyak residu
Sw = saturasi air
Swc = saturasi air konat, dianggap sama dengan Swi
krg @ Sgr = permeabilitas relatif gas pada Sgr
krg @ SL = permeabilitas relatif gas pada SL
krg @ Sw = permeabilitas relatif gas pada Sw
kro @ SL = permeabilitas relatif minyak pada SL
kro @ Sw = permeabilitas relatif minyak pada Sw
kro @ Swc = permeabilitas relatif minyak pada Swc
krw @ Sgr = permeabilitas relatif air pada Sgr
krw @ Sor = permeabilitas relatif air pada Sor
krw @ Sw = permeabilitas relatif air pada Sw

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 30

Koreksi Lubang Bor


Koreksi lubang bor adalah besaran koreksi yang digunakan pada pengukuran log
yang harus disesuaikan, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh lubang bor.
Pengukuran yang dilakukan pada operasi logging, mengalami penyimpangan dengan
keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi sumur yang diameternya tidak
seragam, pengaruh lumpur pemboran dan lain sebagainya. Penyesuaian harus
dilakukan pada pengukuran log untuk mengembalikannya pada kondisi standard,
yang sesuai dengan peralatan yang digunakan. Pengukuran yang berbeda
membutuhkan koreksi yang berbeda pula. Tidak semua koreksi memberikan
perubahan signifikan pada setiap kondisi. Koreksi dapat dilakukan dengan
melakukan perhitungan secara manual, menggunakan chart atau menggunakan
software. Secara umum, koreksi dilakukan sesuai dengan urutan-urutan tertentu,
sebagai contoh pertama-tama dikoreksi terhadap lubang bor, kemudian dikoreksi
terhadap invasi. Pada situasi tertentu, seperti kombinasi dari deep invasion dan high
apparent dip, pada pengukuran resistivity, koreksi sangat tergantung pada urutannya,
untuk memperoleh hasil yang akurat.

Borehole Compensation
Borehole compensation adalah penyesuaian transducer ke atas maupun ke bawah
pada alat logging, yang pada umumnya bertujuan untuk menyesuaikan kesalahan
pembacaan yang diakibatkan oleh variasi ukuran lubang bor atau kesalahan pada
posisi sonde. Teknik ini digunakan untuk pengukuran yang berdasarkan pada
kelakuan gelombang, seperti sonic (gelombang suara), resistivity dan pengukuran
elektromagnetik.

Propagation log
Propagation log berdasarkan pada pengukuran perbedaan sifat gelombang pada dua
buah penangkap (receiver). Lubang bor mempengaruhi perbedaan ini bila alat
mengalami perubahan posisi atau bila ada gerowong pada posisi yang berlawanan
pada salah satu receiver. Efek tersebut dapat diatasi dengan menggunakan dua buah
transmitter yang meradiasi pada arah yang berlawanan. Pada kondisi ideal, efek dari
perubahan posisi receiver atau gerowong selalu berlawanan untuk kedua buah
transmitter, jadi nilai rata-rata dari keduanya memberikan hasil yang tepat. Borehole
compensation ini berbeda dengan dengan borehole correction (koreksi lubang bor).

Step Profile
Dengan melihat pada proses invasi, perubahan yang ekstrim dapat terjadi pada
peralihan dari flushed zone ke undisturbed zone, tanpa adanya transition zone

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 31

(annulus). Step Profile, adalah model sederhana yang digunakan secara umum untuk
menyatakan log resistivity (yang lama), sejak digunakan tiga parameter untuk
mendefinisikan resistivity, yaitu : resistivity pada flushed zone, resistivity pada
undisturbed zone dan diameter invasi. Model ini mengasumsikan kedalaman invasi
yang sama untuk semua arah. Jenis log yang baru, menginterpretasikan model invasi
yang kompleks.

Pengaruh Gerowong
Pengaruh gerowong yang dimaksud di sini adalah perubahan drastis pada diameter
lubang bor, misalnya yang disebabkan oleh gerowong (gua), pada log induksi
(induction log). Pada lubang bor yang bagus dengan diameter konstan, pengaruh
lubang bor dapat dihitung dan dikoreksi. Tetapi, pembesaran drastis pada diameter
pada interval yang kecil dapat menimbulkan pembacaan yang berbeda pada sensor
tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sinyal ini tidak dapat dikoreksi dengan
menggunakan koreksi lubang bor yang normal, tetapi dengan melakukan perubahan
koreksi pada titik log tersebut. Perubahan ini biasanya signifikan pada saat resistivity
tinggi dan terdapat perbedaan yang besar antara resistivity formasi dan resistivity
lubang bor. Perbedaan antara bagian luar alat logging dan dinding lubang bor
mempunyai pengaruh yang penting terhadap respon dari beberapa pengukuran
logging.

Gambar Skema Terbentuknya Mud Cake

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 32

Gambar Mud-Filtrate Invasion and Terminology (Baker Atlas)

Tabel Kondisi Daerah di Sekitar Lubang Sumur (Bateman, 1985)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 33

Gambar Perbandingan Depth of Investigation untuk Berbagai Alat Log

Penyesuaian dan koreksi harus dilakukan pada pengukuran log untuk


mengembalikannya pada kondisi standard, yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan. Koreksi yang dilakukan terdiri dari :
Koreksi Gamma Ray
Koreksi Deep Induction Log
Koreksi Deep Laterolog
Koreksi Laterolog7 terhadap
Koreksi Medium Induction Log
Koreksi Medium Laterolog (LLS)
Koreksi 16” normal (R16)
Koreksi Spherically Focused Log (SFL)
Koreksi Micro-Spherically Focused Log (MSF)
Koreksi Micro-Laterolog (MLL)
Koreksi Compensated Neutron Log (CNL)
Koreksi Formation Density Compensated Log (FDC)
Koreksi Invasi untuk Induction Logs.
Koreksi Invasi untuk Laterologs.
Perhitungan Diameter Invasi.
Induction Log
Laterologs

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 34

Koreksi Gamma Ray terhadap Efek Lubang Sumur


GR = GR(1+ 0.04(MW − 8.3))(1+ 0.06 (CAL − 8)) c
Bila CAL = 0 maka CAL = HOLE SIZE
Bila MW = 0 maka c GR =GR

Koreksi Deep Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur


Bila CAL ≤ 12 maka G =(0.0001× CAL)− 0.0011.
Bila CAL >12 maka G =(0.00073× CAL)− 0.0092

Koreksi Deep Laterolog terhadap Efek Lubang Sumur

Bila X < −1 maka X = −1


Bila X > 4 maka X = 4
Bila X ≤ 0 maka Rdeepc = Rdeep × 0.83

Koreksi Laterolog7 terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Medium Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur


Bila CAL ≤ 8 maka G = (0.0001×CAL)− 0.0004
Bila CAL >16 maka G = 0.0091 selain itu, G = (0.001125×CAL)− 0.0091

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 35

Koreksi Medium Laterolog (LLS) terhadap Efek Lubang Sumur

Bila X < −1 maka X = −1


Bila X > 4 maka X = 4
Bila X ≤ 0 maka R = R ×(1.07 + 0.29 X (CAL −10.2)) medc med
Bila X <1 maka R = R ×(1.03+ 0.03(X.6)×(CAL −10.2))

Selain dari itu,

Koreksi 16” normal (R16) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Spherically Focused Log (SFL) terhadap Efek Lubang Sumur

Koreksi Micro-Spherically Focused Log (MSF) terhadap Efek Lubang Sumur

Koreksi Micro-Laterolog (MLL) terhadap Efek Lubang Sumur.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 36

Koreksi Compensated Neutron Log (CNL) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Formation Density Compensated Log (FDC) terhadap Efek Lubang Sumur.
Bila CAL ≤ 9 maka FDC FDC c =
Selain diatas, FDC FDC 0.096 0.014CAL 0.00033CAL2

Koreksi Invasi untuk Induction Log


Bila RESD < RESM dan bila RESM < RESS ,

Selain nilai di atas, maka G = 1


R t= G x RESD

Koreksi Invasi untuk Laterolog

Perhitungan Diameter Invasi.


Induction Log

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 37

Laterologs

Daftar Simbol
CAL = pembacaan ukuran lubang dari caliper log (in.)
RM = resistivity lumpur pada temperature formasi (F)
RMC = resistivity mudcake pada temperatur formasi (F)
MW = berat lumpur (lb/gal)
Hole Size = diameter sumur
GR = pembacaan log gamma ray (API units)
GRC = koreksi gamma ray corrected terhadap ukuran lubang sumur dan
berat lumpur (API units)
TF = temperatur formasi (F)
SAL = salinity air formasi (ppm)/1000
PSI = tekanan pada kedalaman tertentu (pounds/in2)
CNLC = koreksi CNL
CNL = original CNL
FDCC = koreksi FDC
FDC = original FDC
Di = diameter invasi (in)
Rdeepc = koreksi deep
Rdeep = original deep
Rmedc = koreksi medium
Rmed = original medium
Rm Rmed = original medium
Rshc = koreksi shallow
Rsh = original shallow
RESD = pembacaan log deep
Rt = koreksi pembacaan log deep untuk invasi
RESM = pembacaan log medium i
RESS = pembacaan log shallow i
RESD = pembacaan deep
RESDC = koreksi pembacaan deep untuk invasion

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 38

BAB II
LOG LISTRIK
(Spontaneous Potensial Log, Resistivty Log, Induction Log)

Spontaneous Potensial Log (SP log)


Merupakan rekaman mengenai perbedaan arus listrik DC dalam millivolts antara
potensial natural karena pergerakan elektroda dalam lubang bor dengan elektroda
yang ditempatkan di permukaan. Harga SP log untuk serpih cenderung konstan
(shale base line), lapisan permeabel ditandai dengan adanya defleksi SP log dari
shale base line. Defleksi kurva SP log yang tergambar pada slip log akan
memberikan bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Lurus dan biasa disebut dengan shale base line
2. Untuk lapisan yang permeabel (air asin), kurva SP log berkembang negatif
(ke kiri) dari shale base line
3. Untuk lapisan permeabel (hidrokarbon), kurva SP log akan berkembang
negatif (ke kiri) dari shale base line
4. Untuk lapisan permeabel (air tawar), kurva SP Log akan berkembang positif
(ke kanan) dari shale base line

Jenis log induksi yang sering digunakan adalah Induction Electrical Survey (IES).
Alat ini dapat mendeteksi dengan baik konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversikan dalam satuan resistivity. Dengan demikian setiap pengukuran akan
menghasilkan kurva-kurva:
SP Log untuk menentukan lithologi
Short normal resistivity (SN) untuk menentukan Rxo
Induction Log resistivity (RIL) untuk menentukan Rt

Prinsip dari log induksi (log resistivitas) adalah mengukur tahanan jenis formasi
batuan dan fluida yang dikandungnya terhadap arus listrik yang melaluinya.
Bentuk-bentuk kurva yang dihasilkan log induksi adalah:
1. Defleksi kurva RIL yang jauh lebih tinggi dari pada kurva SN menunjukkan
bahwa salinitas air formasi lebih rendah dari pada air filtrat, sehingga
kemungkinan mengandung gas.
2. Deflesi kurva RIL lebih besar sedikit atau lebih kecil sedikit ataupun sama
juga dengan kurva SN, menunjukkan adanya minyak.
3. Bila kurva RIL jauh lebih rendah dari kurva SN serta mendekati garis shale
(resistivity shale) berarti menunjukkan air asin, namun demikian harus

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 39

ditunjang dengan defleksi SP apakah positif atau negatif. Dimana defleksi


positif berasosiasi dengan kandungan air tawar.

SP Log dapat digunakan untuk menghitung atau mengetahui : Harga RW, Ketebalan
lapisan porous, Korelasi Batuan, Evaluasi Vclay

Resistivity log
Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air
formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.

Induction Log
Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh untuk
menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis lumpur pemborannya.

Langkah Kerja
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Hitung temperatur formasi (Tf) (atau dengan grafik GEN-6)
BHT TS
Tf = Ts + x Depth
depth BHT

Gambar GEN 6

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 40

3. Tentukan Rm,Rmf dari log resistivity (18,8“ normal) kemudian koreksi


harga Rm dengan temperatur formasi
TS
Rmf = R chart x
Tf
Rmf corr = 0.75 x Rmf
4. Tentukan shale base line dari kurva SP log
5. Tentukan besarnya harga maksimum SP log sebagai ESP
6. Tentukan harga Ri dengan chart (Amp 18.8 N)
Ri
7. Dari harga diameter (di), ketebalan formasi
Rmchart
Tentukan faktor koreksi (Chart SP 4) untuk ESP, sehingga harga ESSP
dapat dicari dengan persamaan:
ESSP = ESP x Faktor koreksi

Gambar SP 4
8. Tentukan harga Kc
Kc = 61 + (0.133 x Tf )
9. Tentukan RWeq dengan menggunakan persamaan:
Rmfc
RWeq = ( ESSP / Kc )
10
10. Tentukan Rw dengan menggunakan Chart SP-2

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 41

Gambar SP 2
11. Tentukan ASP dari chart (per interval kedalaman)
12. Tentukan nilai Vclay dengan persamaan :
ASP
Vclay = 1 -
ESSP
13. Tentukan Rm @ tf dengan persamaan :
TS
Rm @ tf = Rm @ Ts x
Tf
14. Tentukan Ri ( Ri = R 18.8” AMP )/ Rm chart
Ri corr
15. Tentukan dengan menggunakan (Chart SP 4)
Rm
16. Tentukan Rxo (resistivism pada invazed zone) dengan persamaan:
Ri corr
Rxo = x Rm chart
Rm
17. Tentukan RIL dari chart dengan skala 0-20
18. Tentukan RIL corr dari grafik Rcorr-5

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 42

Gambar Rcorr 5

19. Tentukan Ca track dari chart dengan skala 0-1000


20. Tentukan CMGM dari grafik Rcorr-4

21. Tentukan Cin dengan persamaan:


Cin = Ca track – CMGM
22. Tentukan Rin dengan persamaan :
100
Rin =
Cin
23. Tentukan Gxo dari (grafik 2-28)
24. Tentukan Rt dengan persamaan:

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 43

1 G xo
Rt =
1 G xo
RILcorr R xo

Tabulasi

Tabulasi Perhitungan Spontaneous Potensial Log


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
No. Depth Rm =R18.8" Rmf Rmfc Ri = R18.8"AMP K
(ft) (Ωm) (Ωm) (Ωm) (Ωm)

Tabulasi Perhitungan Spontaneous Potensial Log (lanjutan)


(8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
ESP ESSP Kc Rweq Rw ASP Vclay
(Mv) (Mv) (Ωm) (Ωm)

Tabulasi Perhitungan Log Induksi


(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rm@Tf (Ri=R18.8")/Rm Ricorr/Rm Rxo RIL RILcorr
(Ωm) (Ωm) (Ωm) (Ωm)

Tabulasi Perhitungan Log Induksi (lanjutan)


(7) (8) (9) (10) (11) (12)
Ca track CMGM Cin Rin Gxo Rt
(Mv) (Ωm) (Ωm)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 44

BAB III
LOG RADIOAKTIF
(Gamma Ray, Neutron, Density)

Gamma Ray
Gamma Ray Log adalah suatu kurva yang menunjukkan besaran intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi. Prinsip kerja dari Gamma Ray log, yaitu alat
mula-mula dimasukkan sampai ke dasar lubang bor, hal ini dilakukan untuk
mengecek supaya tidak terjadi hambatan atau sangkutan. Kemudian alat ditarik ke
atas secara perlahan-lahan dan detector menangkap radiasi sinar radioaktif alamiah
yang dipancarkan batuan formasi. Di dalam detector sinar radioaktif (sinar gamma)
tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui proses ionisasi (pelepasan elektron-
elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana pelepasan electron ini akan
menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat). Sinar radioaktif disebabkan oleh
disintegrasi unsur-unsur radioaktif, seperti: Uranium (U238), Thorium (Th232),
Potassium (K40). Fungsi dari Gamma Ray Log , antara lain:
1. Membedakan lapisan shale dan non shale pada sumur open hole atau closed
hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
2. Sebagai pengganti SP log untuk pendeteksian lapisan permeable, karena
untuk formasi yang tidak terlalu resesif (Rw/Rmf) hasil SP log tidak akurat.
3. Untuk korelasi batuan.
4. Untuk mengetahui prosentase kandungan shale pada lapisan permeable.
5. Untuk mendeteksi mineral-mineral radioaktif.
6. Untuk menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air.

Neutron
Bertujuan untuk menentukan porositas total batuan, yang diisi hidrokarbon atau air
formasi. Log ini dapat digunakan pada Cased hole maupun Open hole, umumnya
digunakan pada open hole, untuk penggunaan cased hole harus dilakukan koreksi.
Log ini dapat digunakan untuk semua jenis lumpur dan gas filled hole. Ukuran
lubang bor dan semen di belakang casing akan mengurangi ketelitian Neutron log.
Fungsi dari Neutron Log, antara lain:
1. Untuk menentukan porositas ( ) total.
2. Untuk mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity
tool
3. Untuk penentuan korelasi batuan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 45

Log neutron adalah log pororitas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam
formasi. Pada formasi bersih (clean formation) yang bebas dari shale, dimana
porositasnya terisi oleh air atau minyak, log neutron akan mengukur porositas dari
bagian yang terisi fluida. Neutron dibuat dari bahan kimia yang biasanya adalah
campuran americium dan beryllium yang akan terus-menerus memancarkan neutron.
Neutron-neutron ini akan bertabrakan dengan atom-atom dari material formasi, dan
mengakibatkan neutron akan kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom
hidrogen hampir sama dengan neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila
keduanya bertabrakan. Kehilangan energi terbesar adalah fungsi (pengaruh) dari
konsentrasi hidrogen dalam formasi. Karena hidrogen dalam formasi berada di pori-
pori yang terisi fluida, kehilangan energi akan berhubungan dengan porositas
formasi. Bila pori-pori terisi oleh gas, maka porositas neutronnya akan lebih kecil
dibandingkan bila pori-pori terisi oleh minyak atau air. Hal ini terjadi karena
konsentrasi hidrogen pada gas lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada minyak
maupun air. Penurunan porositas neutron yang disebabkan oleh gak ini disebut efek
gas. Respon dari log neutron bervariasi, tergantung pada :
1. Perbedaan tipe detektor,
2. Jarak antara sumber neutron dan detektor
3. Litologi, misalnya sandstone, limestone dan dolomit.

Dengan adanya perbedaan ini, maka digunakan chart yang berbeda, sesuai dengan
alat dan kondisi yang ada. Interpretasi harus dilakukan pada chart yang spesifik
karena log neutron tidak dikalibrasi pada kondisi fisik alat yang standard, seperti
alat-alat lainnya. Log neutron modern pertama adalah
Sidewall Neutron Log (SNL) memiliki sepasang sumber (source) dan detektor
yang kedua pasang alat tersebut diletakkan bertolak belakang satu sama lain.
Compensated Neutron Log (CNL) memiliki sebuah source dan dua buah
detektor. Keuntungan dari CNL dibandingkan SNP adalah lebih sedikit
terpengaruh oleh ketidakseragaman lubang bor.

Kedua alat tersebut dapat merekam porositas dalam satuan apparent limestone,
sandstone maupun dolomit. Bila formasi yang kita ukur adalah limestone dan log
neutron mengukur porositas dalam satuan apparent limestone, maka apparent
limestone tersebut sama nilainya dengan porositas yang sesungguhnya. Akan tetapi,
bila ternyata litologi dari formasi tersebut berupa sandstone atau dolomit, porositas
apparent limestone harus dikoreksi menjadi porositas sesungguhnya dengan
menggunakan chart yang bersesuaian

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 46

Gambar Sidewall Neutron Log (SNL)

Gambar Compensated Neutron Log (CNL)


Log Density
Log Density menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari batuan yang
ditembus lubang bor, berguna untuk menentukan besarnya porositas. Prinsip kerja

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 47

dari log Density, yaitu: Sumber dan dua detector dipasang pada suatu pad dan
ditempelkan pada dinding lubang bor. Sinar gamma yang kuat dipancarkan ke
formasi. Sinar gamma ray akan bertabrakan dengan elektron, kemudian dipantulkan
kembali dan terekam dalam log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan
dengan elektron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam batuan.
Fungsi dari formation Density Log, antara lain :
1. Untuk mengukur porositas (Ø) batuan.
2. Untuk mengidentifikasi mineral batuan.
3. Untuk mengevaluasi shally sand dan litologi yang kompak.

Peralatan log density adalah alat yang terdiri atas source gamma-ray yang
memancarkan gamma-ray ke formasi. Sumbernya dapat berupa Cobalt-60 atau
Cesium-137. Gamma ray bertabrakan dengan elektron di dalam formasi yang
menyebabkan hilangnya energi dari partikel gamma-ray). Untuk menentukan
densitas porositas, baik dengan menggunakan chart maupun dengan perhitungan,
membutuhkan data tipe fluida dalam lubang bor. Persamaan untuk menghitung
densitas porositas, adalah sebagai berikut:
ØD =
Keterangan :
D = porositas yang diperoleh dari densitas
ρma = densitas matriks (Tabel)
ρb = densitas bulk formasi
ρf = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud dan 0.7 gas)

Bila terjadi invasi yang dangkal pada formasi, rendahnya densitas hidrokarbon pada
formasi akan meningkatkan porositas density. Keberadaan minyak tidak memberikan
efek yang signifikan pada porositas density, akan tetapi gas memberikan efek yang
besar (efek gas).

Tabel Densitas matriks pada litologi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 48

Gambar Chart untuk melakukan konversi densitas bulk (ρb) Menjadi


porositas ( ) menggunakan nilai yang diambil dari log density

Kombinasi Neutron-Density Log


kombinasi neutron-density Log adalah kombinasi dari log porositas. Selain
digunakan sebagai pengukur porositas, digunakan juga untuk menentukan litologi
dan mendeteksi zona gas. Kedua log neutron dan density, umumnya direkam dalam
satuan porositas limestone. Porositas sebenarnya dapat ditentukan dengan cara :
Baca porositas limestone apparent dari kurva neutron dan density.
Nilai-nilai tersebut di plot silang (cross plot) pada chart porositas neutron-
density untuk memperoleh porositas yang benar.
Porositas dari log neutron-density dapat ditentukan dengan cara matematis.
Salah satu alternatif dalam penentuan porositas density adalah dengan
menggunakan persamaan akar rata-rata (root mean square) sebagai berikut :

Keterangan
N−D = porositas neutron density
N = porositas neutron density (unit limestone)
D = porositas density (unit limestone)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 49

Bila log neutron-density merekam porositas density yang bernilai lebih kecil dari 0.0
(nilai yang umum dijumpai pada reservoir anhydritic dolomite), gunakan

persamaanberikut ini :

Gambar Contoh kombinasi log neutron-density


dengan log gamma-ray dan kaliper.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 50

Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap
litologi, dimana digunakan fresh water-based drilling mud

Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density


terhadap litologi, dimana digunakan salt water-based drilling mud

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 51

Langkah Kerja
Gamma Ray Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang di analisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya GRmax.
3. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray.
4. Membaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap
interval kedalaman yang dianalisa.
5. Tentukan besarnya volume clay dengan persamaan :
GRread GRmin
Vclay =
GRmax GRmin , kemudian plot dalam track log

Neutron Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya defleksi kurva neutron log (ØNlog) untuk setiap interval
kedalaman.
3. Tentukan besarnya harga ØNclay.
4. Tentukan besarnya porositas neutron (ØN) dengan persamaan :
ØN = (1,02 x ØNlog) + 0,00425
5. Hitung ØNcorr dengan persamaan :
Ø Ncorr = Ø N – ( Vclay x Ø Nclay ), kemudian plot dalam track log

Density Log
1. Pada ketebalan lapisan dan interval ketebalan yang sama, Tentukan ρb dari
defleksi kurva density log untuk setiap interval kedalaman.
2. Tentukan ρma = 2,71 gr/cc untuk limestone, Sandtone 2.648 gr/cc, Dolomit
2.876 gr/cc, Anhydrit 2.977 gr/cc, Salt 2.032 gr/cc, ρf = 1,1 gr/cc (saltwater),
3. Tentukan ØFDL dengan persamaan :
ma b
ØFDL =
ma f

4. Tentukan ØDclay dengan ρclay = 2,6 gr/cc (berdasarkan kurva density log):
ma clay
ØDclay =
ma f

5. Tentukan harga ØFDLcorr dengan persamaan:


ØFDLcorr = ØFDL – (Vclay x ØDclay)
6. Tentukan porositas rata-rata dari neutron log dan density log dengan
persamaan :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 52

2 N corr 7 FDLcorr
Ø= , kemudian plot dalam track log
9
Tabulasi

Tabulasi Perhitungan Log Radioaktif


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
No. Kedalaman GRmax GRmin GRread Vclay ØNclay ØNlog ØN
(ft) (API) (API) (API)

Tabulasi Perhitungan Log Radioaktif (lanjutan)


(10) (11) (12) (13)ρ (14) (15) (16) (17) (18)
No. Kedalaman ØNcorr b ρclay ØDclay Ø FDL ØFDLcorr Ø*
(ft)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 53

BAB IV
LOG TAMBAHAN
(Sonic Log, Caliper Log)

Sonic Log
Sonic log adalah log porositas yang mengukur interval transite time (Δt) dari
gelombang suara yang melewati setiap feet dari formasi. Sonic Log menggunakan
pemancar dan penerima yang dipisahkan pada jarak tertentu. Prinsip kerja dari Sonic
log, adalah sebuah transmitter melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah
melewati formasi diterima dua receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two way
travel time = Δt) diukur dan dibagi dengan jarak (μs/m). Melakukan hal serupa untuk
arah yang sebaliknya untuk menghilangkan efek lubang bor. Nilai besarnya (Interval
Transit Time - Δt) yang melalui beberapa matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel Nilai besarnya (Interval Transit Time-Δt) yang melalui beberapa matriks

Faktor-faktor mempengaruhi pengukuran (Δt), yaitu :


1. Shale, batuan shale mempunyai porositas besar, walaupun permeabilitasnya
mendekati harga nol. Sehingga batuan yang mengandung shale
mempunyai harga Δt semakin besar.
2. Kekompakan Batuan, kekompakan batuan akan memperkecil porositas,
sehingga kurva Δt akan semakin rendah.
3. Kandungan air, adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva Δt
cenderung mempunyai harga yang semakin besar.
4. Kandungan minyak, air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara
yang lebih baik dibanding dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam
batuan akan berpengaruh memperkecil harga Δt.
5. Kandungan gas, gas (hidrokarbon ringan) akan membuat transite time
menjadi lebih besar, sehingga seringkali sonic log juga digunakan sebagai
indikator yang cukup bagus untuk mendeteksi adanya gas.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 54

Acoustic Log

Lithology

Gambar Hasil Pencatatan Litologi dengan Acoustic Logging


(1. Sandstone, 2. Anhydrite, 3. Shale, 4. Salt)

Sonic log memiliki kegunaan antara lain :


1. Kalibrasi data seismik
2. Evaluasi porositas sekunder (dikombinasikan dengan neutron log/density log).
3. Menghitung porositas pada lapisan yang diketahui jenis lithologinya.

Caliper Log
Caliper Log adalah alat untuk mengukur bentuk dan diameter lubang bor. Alat ini
terdiri dari 2, 4, atau lebih lengan. Lengan dapat bergerak menyesuaikan lubang bor
pada saat diturunkan dan ditarik, terdapat apotentiometer yang berfungsi untuk
mengubah pengukuran menjadi sinyal listrik. Perekaman log ditampilkan dalam
track 1 dari log bersamaan dengan ukuran bit. Skala pada umumnya diberikan dalam
inci, yang standar untuk mengukur ukuran bit.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 55

Gambar Caliper Track Log dan Bit Track Log Record (2 lengan)

Gambar Caliper Track Log dan Lubang Bor Track Log Record (4 lengan)

Perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi, mengakibatkan


terjadinya mud cake dan filtrat lumpur. Semakin porous suatu lapisan maka mud
cake akan semakin tebal. Mud cake akan memperkecil diameter lubang bor dan ini
akan direkam oleh Caliper log. Record Caliper log akan terlihat jelas diameter lubang
bor pada lapisan permeabel akan lebih kecil dari pada ukuran pahat yang digunakan,
sedangkan pada lapisan shale/clay kondisi lubang bornya lebih besar dari pada
ukuran pahatnya, ini menunjukan bahwa pada lapisan shale sering terjadi
keruntuhan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 56

Adapun manfaat dari caliper log, antara lain :


1. Menentukan atau memperkirakan lithologi batuan
2. Untuk perhitungan kecepatan lumpur di annulus, dalam hubungannya
dengan pengangkatan cutting
3. Menentukan letak dari setting packer yang tepat pada operasi DST
4. Membantu interperasi log listrik dengan memberikan ukuran lubang bor
yang tepat, karena ukuran lubang bor yang digunakan pada interpretasi log
listrik biasanya diasumsikan sama dengan ukuran pahatnya.
5. Untuk estimasi ketebalan mud cake di depan zone permeabel yang akan
memberikan dukungan pada analisa logging secara kualitatif.

Berikut beberapa tabulasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisa dan jenis


indikasi litologi serta respon yang diperoleh dari caliper log

Tabel Faktor yang Mempengaruhi Respon Caliper Log

Gambar Bentuk Respon Caliper Log untuk Beberapa Variasi Litologi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 57

Langkah Kerja
Sonic Log (Analitik)
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan lapisan prospek
3. Membaca besarnya interval transite time ( t ) dari defleksi kurva sonic log
untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa (symbol : Δtlog)
4. Tentukan jenis formasinya ( tma ) dan jenis fluidanya( t f ).
5. Hitung besarnya porositas dari sonic log ( s) dengan menggunakan persamaan
t log t ma
S
tf t ma
6. Mentabulasikannya , kemudian plot dalam track log

Sonic Log (Grafik)


Untuk Analisa Sonic Log dengan pendekatan menggunakan grafik, dapat dipakai
Tabel Interval Transit Time dan Chart Por-3. Chart Por-3 digunakan untuk
mengkonversikan interval waktu transit (Δt) pada log sonik menjadi porositas ( ).
Ada dua set garis pada chart tersebut, yang berwarna biru diperoleh dari weighted-
average transform, sedang yang merah berasal dari observasi empiris.

Untuk keduanya, fluida yang tersaturasi diasumsikan sebagai air dengan velocity
5300 ft/sec atau 1615 m/sec.
1. Masukkan Δt dari log sonik pada bagian bawah chart.
2. Tarik garis ke atas hingga bertemu dengan matrix velocity atau litologi yang
bersesuaian, lalu baca porositasnya pada bagian kiri chart.
3. Untuk batuan campuran seperti sandstone yang mengandung limestone
(limy sandstone) maupun cherty dolomites, diperlukan garis-garis diantara
matriks yang telah ditunjukkan.

Ketika menggunakan weighted-average transform pada unconsolidated sand harus


dibuat koreksi kompaksi (Bcp).
1. Masukkan Δt, tarik ke atas hingga bertemu dengan garis koreksi kompaksi
yang bersesuaian
2. Baca porositas pada bagian kiri chart, kemudian plot dalam track log
3. Bila koreksi kompaksi tidak diketahui, dapat ditentukan dengan cara
kebalikannya, dari lapisan clean water sand yang porositasnya telah
diketahui

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 58

Gambar Por-3

Caliper Log
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya diameter bit yang digunakan.
3. Baca besarnya defleksi kurva capiler untuk setiap interval kedalaman yang
dianalisis.
4. Hitung besarnya tebal mud cake (tmc) setiap kedalaman dengan persamaan :
bit size caliper
t mc
2
5. Hitung volume lubang bor dengan persamaan
Vh = (Dh2/2) + 1.2% (dalam satuan liter per meter)
6. Hitung volume semen yang dibutuhkan dengan persamaan
Vsemen = 0.5 x (dh2 - d2casing) + 1% (dalam satuan liter per meter)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 59

Tabulasi

Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log)
(1) (2) (3) (4) (5)
No Depth Δtma Δtf Δtlog
(ft) (μsec/ft) (μsec/ft) (μsec/ft)

Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log)
(lanjutan)
(6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
No Depth Øs Bit Size Caliper tmc Vh Vsemen
(ft) (%) (inchi) (inchi) (inchi) (lt/m) (lt/m)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 60

BAB V
LITOLOGI LOGGING

Dalam penilaian formasi hampir tidak ada analisa litologi dan besaran pengukuran
formasi secara langsung sehingga diperlukan solusi simultan untuk memperkirakan
litologi. Pendekatan dilakukan dengan merepresentasikannya dalam bentuk plot
silang (cross-plot), terutama neutron – density cross-plot dan berbagai plot lainnya
(M-/N plot oleh Burke et. al. (1969) atau MID plot oleh Clavier & Rust (1976)) yang
menambahkan pula sonic travel time untuk mengidentifikasi volume mineral. Seperti
halnya plot M-N, plot MID (Matrix Identification) adalah sebuah teknik plot silang
yang membantu mengidentifikasikan litologi, gas dan secondary porosity. Plot MID
ini juga membutuhkan data dari log neutron, density dan sonic.

Plot Litologi M - N
Plot M-N membutuhkan log sonic yang digabungkan dengan log neutron dan
density. Nilai M dan N tidak bergantung pada porositas matriks (sucrosic dan
intergranular). Plot silang dari kedua variabel ini akan menghasilkan litologi yang
lebih baik. Nilai M dan N dihitung dengan menggunakan persamaan:

Keterangan
∆tf = waktu interval transit dari fluida (189 untuk fresh mud dan 185
untuk salt mud)
∆t = waktu interval transit dari log
ρt = densitas fluida (1.0 untuk fresh mud dan 1.1 untuk salt mud)
ρb = densitas bulk formasi
ØN = porositas neutron formasi dari log Compensated Neutron atau log
Sidewall Neutron Porosity
ØNf = porositas neutron fluida (gunakan 1.0)

Bila digunakan parameter matriks ∆tma, ρma, ØNma, maka nilai M dan N dapat
ditentukan untuk berbagai jenis mineral seperti pada tabel berikut :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 61

Tabel Koefisien Matriks Batuan dan Fluida untuk


Beberapa Mineral dan Tipe Porositas (Lubang Bor Terisi Cairan)

Tabel Harga Konstanta M* dan N*, dihitung berdasarkan Beberapa Mineral

Plot Litologi MID


Tabel berikut ini digunakan untuk densitas fluida, ρf (selain 1.0 g/cm3), mengkoreksi
apparent total porosity dengan faktor pengali pada tabel sebelum dimasukkan ke
dalam angka densitas pada analisa MID Plot.

Tabel Faktor Koreksi


Kerapatan Jenis Fluida (ρf) Faktor Pengali
1 1
1.05 0.98
1.1 0.95
1.15 0.93

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 62

Langkah pertama dalam membuat plot MID adalah menentukan nilai dari porositas
total apparent, Øta, dengan menggunakan log neutron-density yang bersesuaian dan
ditentukan secara empiris dengan menggunakan plot silang neutron-sonic (Chart CP-
1 dan CP-2 Schlumberger).

Keterangan
ρb = densitas batuan dari log density
t = waktu interval transit dari log sonic
ρf = densitas fluida dalam pori
tf = waktu transit fluida dalam pori
Øta = porositas totoal apparent
c = konstanta (68.0≈c).

Porositas total apparent biasanya tidak sama untuk setiap persamaan. Untuk
digunakan dalam persamaan tmaa, nilainya ditentukan dari plot silang neutron-sonic
(Chart CP-2). Untuk penggunaan dalam ρmaa, nilai porositas total apparent ditentukan
dari plot silang neutron-density (Chart CP-1). Chart CP-14 dapat digunakan untuk
memperoleh nilai ρmaa secara grafis dan untuk memperoleh nilai tmaa menggunakan
hubungan waktu transit terhadap porositas berdasarkan pengamatan di lapangan.
Bagian kanan atas dari chart digunakan untuk menentukan waktu interval transit
batuan, tmaa. Bagian kiri bawah, untuk menentukan densitas apparent batuan, ρmaa.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 63

Gambar Penentuan Parameter Matriks Apparent dari Densitas Bulk / Waktu


Interval Transit dan Total Porositas Apparent Densitas Fluida = 1 (CP-14)

Plot silang dari waktu interval transit batuan dan densitas apparent batuan pada plot
MID akan mengidentifikasikan mineralogi batuan berdasarkan kedekatannya pada
titik-titik pada plot yang telah di beri label. Pada Chart CP-15, mineral matriks yang
umum dijumpai (quatrz, calcite, dolomite, anhydrite) telah diplot di dalamnya.
Kecenderungan litologi dapat dilihat dengan melakukan plot pada banyak level pada
suatu zona dan melihat kecenderungan mengumpulnya titik-titik mineral pada chart.
Kehadiran gas menggeser titik yang telah diplot ke arah kanan atas plot MID.
Adanya secondary porosity akan menggeser titik ke arah berkurangnya nilai tmaa,
yaitu ke arah kiri. Untuk log SNP, shale biasanya diplot pada bagian sebelah kanan
anhydrite pada plot MID. Untuk log CNL, shale biasanya diplot pada bagian atas
daerah titik anhydrite. Plot sulfur berada diluar plot, pada 122≈tmaa dan 02.2≈ρmaa.
Arah dari titik sulfur dari grup quartz, calcite, dolomite, anhydrite, kira-kira searah
dengan pergeseran akibat kehadiran gas. Gipsum di plot pada bagian kiri bawah plot
MID.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 64

Gambar Plot MID (Matrix Identification)

Konsep plot MID ini serupa dengan plot M-N. Sebagai alternatif menghitung nilai M
dan N, nilai ρmaa dan tmaa dapat ditentukan dengan menggunakan Chart CP-14. Untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat, pembacaan log harus disesuaikan dan dikoreksi
terhadap pengaruh lubang bor, dan lainnya.

Plot MID ρmaa vs Umaa


Teknik plot silang lain yang digunakan untuk mengidentifikasikan litologi adalah
dengan menggunakan log Litho-Density. Plot ini menyilangkan matrix grain density,
ρmaa, dan apparent matrix volumetric cross section, Umaa (dalam satuan barns per
sentimeter kubik). Chart CP-1 dan CP-14 digunakan untuk penentuan ini. Apparent
matrix volumetric cross section dihitung dari indeks photoelectric cross section dan
pengukuran densitas bulk

Keterangan
Pe = Indeks photoelectric absorption cross section

ρe = densitas elektron
Øta = porositas total apparent

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 65

Porositas total apparent dapat diestimasikan dari plot silang density-neutron, bila
formasi terisi fluida. Chart CP-20 digunakan untuk memperoleh hasil Umaa secara
grafis.

Gambar Plot Matrix Identification ρmaa vs Umaa (CP-20)

Tabel dibawah adalah daftar indeks photoelectric absorption cross section, densitas
bulk dan volumetric cross section untuk mineral dan fluida yang umum. Untuk
mineral, nilai daftar adalah matrix value Uma, ρma untuk fluida, daftarnya adalah
Uf, ρf. Chart-21 menunjukkan lokasi mineral-mineral pada plot silang ρmaa vs Umaa.
Segitiga menunjukkan tiga buah matriks yang umum, yaitu quartz, calcite dan
dolomite, yang diskalakan berdasarkan persentasi mineral tersebut. Sebagai contoh,
titik yang berada pada apparent matrix grain density 2.76 gr/cm2 dan volumetric
cross section 10.2 barns/cm3, pada plot silang didefinisikan sebagai 40% calcite,
40% dolomite dan 20% quartz, sehingga tidak terdapat mineral lain dan pori-pori
terisi fluida. Pada plot silang ini, saturasi gas menggeser titik ke arah atas chart dan
mineral berat menggeser titik ke arah kanan. Plot clay dan shale berada dibagian
bawah titik dolomite.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 66

Tabel Indeks Photoelectric Absorption Cross Section, Density Bulk dan


Volumetric Cross Section Untuk Mineral dan Fluida yang Umum

Gambar Plot MID (Matrix Identification)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 67

Tabel Analisa Kimia Mineral Lempung

Gambar Deskripsi Litologi Menggunakan Kombinasi Log Porositas

Metode Analisa dan Perhitungan


M - N plot
MID plot
Litho - Density - Neutron Plot
PLOT MID ρmaa vs Umaa

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 68

Untuk M-N dan MID plot diperlukan data dari Density, Neutron dan Sonic Log,
untuk Litho-Density-Neutron Plot diperlukan data dari Litho, Density dan Neutron.

Langkah Kerja
Data pendukung :
Kerapatan jenis fluida (ρf )
Porositas neutron fluida (ØNf )
Jenis lumpur yang digunakan
Waktu perambatan gelombang suara di dalam fluida (Δtf)

Metode M-N Plot


1. Baca defleksi Log Density (ρb), Log Neutron (ØN) dan Log Sonic (Δt)
2. Hitung harga M dan N berdasarkan rumus berikut

M = 0.01

N=

t, ρb dan ØN adalah harga t, ρb dan ØN pada langkah 2.


Harga ρf = 1.0 , ØNf = 1.0 dan tf = 189 μsec/ft untuk lumpur bor
dengan dasar air tawar.
Harga ρf = 1.1, ØNf = 1.0 dan tf = 185 μsec/ft untuk lumpur bor
dengan dasar air asin.
3. Gunakan (dari buku Schlumberger “Log Interpretation Charts”, 1997 CP-
8) yaitu hasil plot M dan N untuk mengidentifikasi campuran mineral
pembentuk batuan dan komposisinya.
4. Plot harga M dan N pada M-N Plot
Tentukan perbandingan komposisi mineral pembentuk batuan tersebut
berdasarkan posisinya di dalam “mineral triangle” yang dibentuk oleh
kombinasi mineral dolomit, kalsit, anhidrit atau dolomit, kalsit, silika.
o Jika plot M-N jatuh pada garis sisi segitiga, maka batuan tersebut
mempunyai komposisi yang terdiri atas dua mineral dengan besarnya
prosentase ditentukan oleh letak titik tersebut terhadap ujung-ujung sisi
segitiga tersebut.
o Jika plot M-N jatuh di dalam segitiga maka batuan tersebut mempunyai
komposisi yang terdiri dari tiga mineral dengan prosentase masing-
masing mineral ditentukan oleh jarak relatif jauh dekatnya terhadap

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 69

sudut segitiga yang menyatakan komposisi tunggal (100%) mineral


yang bersangkutan.
o Jika plot M-N jatuh diluar “mineral triangle” penentuan mineral
pembentuk batuan ditentukan dari jarak terdekat terhadap salah satu
sudut “mineral triangle” dan daerah tertentu di dalam Chart CP 8.
5. Plot hasil analisa litologi dalam track log

M-N Plot (CP 8), M = 0.84 dan N = 0.48.

Metode MID Plot


1. Baca defleksi Log Density-Neutron dan Log Neutron-Sonic.
2. Tentukan total apparent porosity (Øta ) dengan menggunakan salah satu cara
penentuan Øta (lihat penentuan Porositas berdasarkan NDS), sesuai dengan
data macam log yang tersedia pada langkah 1.
3. Tentukan harga kerapatan jenis (density), matrik batuan terbaca (ρmaa) dengan
menggunakan Chart CP 14. Masukkan harga ρb pada sumbu tegak disebelah
kiri kemudian tarik garis mendatar sampai pada harga porositas total terbaca
(Øta); baca harga (ρmaa) pada sumbu mendatar bawah.
4. Tentukan harga travel time gelombang suara dalam matrik terbaca (tmaa)
dengan menggunakan Chart CP 14. Masukkan harga t pada sumbu tegak
sebelah kanan Chart CP 14, kemudian tarik garis mendatar sampai harga
porositas total terbaca (Øta); baca harga (tmaa) pada sumbu mendatar atas.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 70

5. Plot harga (ρmaa) dari langkah 3 dan harga (tmaa) dari langkah 4 pada MID plot
Chart CP 15. Baca komposisi mineral pembentuk batuan dan plot hasil
analisa dalam track log, contoh perhitungan:
Lapisan 1 Lapisan 2
t = 67 μsec/ft t = 63 μsec/ft
3
ρb = 2.04 g/cm ρb = 2.46 g/cm3
ØCNL = -3 ØCNL = 24 p.u.
didapat ØaND = -1 ρf = 1.0 g/cm3
ØaNS = -1 didapat ØaND = 21
dan tmaa = 66 μsec/ft ØaNS = 21
3
ρmaa = 2.03 g/cm dan tmaa = 43.5 μsec/ft
ρmaa = 2.85 g/cm3

Sehingga komposisi untuk Lapisan 1 adalah garam, dan Lapisan 2 adalah dolomite

MID Plot Perhatikan alur plot untuk Lapisan 1 dan Lapisan 2 (CP 14)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 71

Gambar MID Plot, CP 15, Plot untuk menentukan komposisi mineral

Metode Litho – Density - Neutron Plot


1. Siapkan data pendukung
2. Baca defleksi Log Litho (Pe), Log Density (ρb ) dan Log Neutron (ØN)
3. Masukkan harga ØN dan ρb pada salah satu gambar dari cara penentuan
(Øta) yang sesuai dan baca harga porositas total terbaca (Øta) (penentuan
Porositas berdasarkan NDS).
4. Tentukan harga densitas matrik batuan terbaca (ρmaa) dengan menggunakan
Chart CP 14 seperti pada langkah 3.
5. Baca harga apparent index absorbtion (Umaa) dari Chart CP 20). dengan
memasukkan harga Pe, ρb kemudian Øta (hasil langkah 3) seperti terlihat
pada urutan arah panah di dalam Chart CP 20.
6. Dengan harga (Umaa) dari langkah 5 dan harga (ρmaa) dari langkah 4, plot
kedua besaran tersebut ρ - U plot Chart CP 21.
7. Tentukan komposisi mineral pembentuk sebagai berikut :
Jika hasil plot langkah 6 terletak di dalam segitiga komposisi, %
komposisi masingmasing mineral dapat dibaca berdasarkan jarak
relatif terhadap efeknya.
Jika hasil plot jatuh di luar segitiga komposisi, secara kualitatif tidak
dapat ditentukan komposisi mineralnya. Komposisi secara kualitatif

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 72

ditentukan berdasarkan letak hasil plot terhadap mineral-mineral di


sekitarnya, contoh perhitungan:
Pe = 3.65
ρb = 2.52 g/cm3 (ρf = 1.0 g/cm3)
Øta = 16%
ρmaa = 2.81 g/cm3 (CP 14)
Dengan menggunakan Chart CP 20, didapat Umaa = 10.9, kemudian
harga ρmaa = 2.81 g/cm3 dan Umaa = 10.9 diplot ke Chart CP 21,
didapat perkiraan komposisi adalah 60% dolomit dan 40% batu-
gamping

Gambar Penentuan Apparent Index Absorbtion (Umaa) (CP 20)

Gambar Plot Identifikasi Litologi, CP 21, komposisi batuan

8. Plot hasil analisa litologi per interval kedalaman dalam track log

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 73

BAB VI
KOMBINASI LOG

Dalam melakukan kombinasi log, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis
log yang akan dikombinasikan, sehingga dapat memperoleh hasil yang akurat.
Kombinasi log yang optimum merupakan kombinasi log sumuran yang komposisi
atau jumlah “minimal”, tetapi mampu menghasilkan data pengukuran yang “akurat”.
Untuk mendapatkan suatu kombinasi log sumuran yang optimum, maka perlu
dilakukan pemilihan terhadap berbagai jenis log sumuran yang tersedia di lapangan.
Faktor–faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi logging open
hole yang optimum adalah :
1. Jenis fluida (lumpur) pemboran yang digunakan (salt mud, water base mud,
oil base mud).
2. Jenis formasi batuan yang ditembus lubang bor (sandstone, carbonat,
vulcanic/tuff).
3. Karakteristik invasi filtrat lumpur.
4. Kondisi lubang bor (diameter lubang bor, cased hole, dan lain sebagainya).
5. Ketebalan lapisan batuan yang akan diukur logging.
6. Distribusi porositas dan resistivitas batuan.
7. Kondisi optimum dari setiap peralatan logging sumur yang ada.

Komposisi kombinasi log minimal harus meliputi tiga jenis log, yaitu:
1. Log lithologi
2. Log resistivitas
3. Log porositas

Dari ketiga kelompok log di atas, yang paling banyak dipengaruhi oleh fluida
pemboran adalah log resistivitas (listrik). Dan alat logging dipergunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam evaluasi formasi serta menentukan
potensial produktivitas yang dimiliki. Potensial produksi dilakukan dengan cara
pengujian terhadap lapisan yang diperkirakan mempunyai prospek kandungan
hidrokarbon. Penilaian suatu lapangan ditujukan pada penentuan paramater fisik
yang terdiri dari ketebalan lapisan, permeabilitas, porositas, dan kandungan minyak.
Metode interpretasi log ada dua :
1. Metode kualitatif.
2. Metode kuantitatif (Quick look dan Detailed Evaluation).

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 74

Tujuan Analisis
Kombinasi log dapat digunakan untuk :
1. Menentukan lapisan yang mengandung unsur hidrokarbon.
2. Menentukan permeabilitas batuan.
3. Menentukan porositas.
4. Mendapatkan kepastian jenis formasinya. Kombinasi log ini merupakan
gabungan dari aplikasi log listrik, log induksi dan log radioaktif.

Dalam metode Kuantitatif, tujuan yang akan dicapai adalah:


1. Ketebalan lapisan porous dan permeable (SP log, Caliper dan GR log).
2. Kandungan fluida dalam batuan (IES, FDC-CNL).
3. Jenis lithologi (Density log, Neutron log dan Sonic log).

Penentuan Saturasi Air


Metode yang digunakan terdiri dari :
1. Saturasi air dari metode Archie
2. Saturasi air dari metode Simandoux
3. Saturasi air dari metode Waxman-Smits (CEC)
4. Saturasi air dari metode Waxman-Smits-Juhasz
5. Saturasi air dari bulk volume water
6. Persamaan Indonesia Water Saturation untuk dispersed shaly sand
7. Saturasi air dari metode Ratio
8. Saturasi air dari metode Poupon untuk laminated sand
9. Saturasi air dari metode Modified Simandoux untuk laminated sand
10. Water saturation Smoothing

Saturasi Air dari Metode Archie

Sw = saturasi air dari zona uninvaded (metode Archie)


Rw = resistivity formasi air pada temperatur formasi
Rt = true resistivity dari formasi (koreksi invasi dari ILd R atau LLd R )
Ø = porositas
a = faktor turtuosity
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normalnya 2.0

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 75

Saturasi air pada zona univaded (Sw), yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Archie, adalah parameter paling fundamental dalam evaluasi log. Tapi,
walaupun saturasi zona air diketahui, informasi itu tidak cukup untuk mengevaluasi
potensi produktivitas suatu zona. Harus diketahui pula:
1. Saturasi air cukup rendah untuk dilakukan komplesi bebas air (water-free
completion)
2. Fluida hidrokarbon yang ada dapat bergerak (movable)
3. Zona permeabel
4. Cadangan hidrokarbon yang ada ekonomis dan dapat diproduksikan
(recoverable)

Sxo = saturasi air dari flushed zone (metode Archie)


Rmf = resistivity formasi air pada temperatur formasi
Rxo = shallow resistivity dari Laterolog-8, Microspherical Focused Log
atau Microlaterolog
Ø = porositas
a = faktor turtuosity
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normal 2

Saturasi air pada flushed zone (Sxo) dapat digunakan sebagai indikator dapat
bergeraknya hidrokarbon (hydrocarbom moveability). Contohnya, bila nilai Sxo lebih
besar dari Sw , maka hidrokarbon di flushed zone kemungkinan telah didorong dari
dekat lubang bor oleh fluida pemboran yang menginvasi formasi.

Saturasi Air dari Metode Simandoux


Untuk formasi pasir dan clay, Simandoux menyarankan untuk menggunakan
pesamaan konduktivitas sebagai berikut:

Cc = konduktivitas dispersed clay

Bila digunakan eksponen saturasi sebesar n = 2.0, diasumsikan terbentuk sebuah


persamaan parabolik, yang dapat ditulis sebagai

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 76

Dengan beberapa modifikasi matematis dan disubstitusikan ke dalam persamaan


Tixier, menghasilkan persamaan saturasi air sebagai berikut:

Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits (CEC)


Metoda ini digunakan untuk dispersed clay, sebagai berikut:

dengan Q v dari persamaan Waxman & Thomas, sebagai berikut:

Keterangan
Qv = konsentrasi ion dalam air formasi yang kontak dengan clay
(meg/ml)
CEC = Cation Exchange Capacity (meg/gm)
B = ekuivalen konduktansi untuk clay exchange sebagai fungsi dari
Rw
Metoda Waxman-Smits ini berlaku untuk berbagai salinitas air formasi

Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits-Juhasz

Bila kemudian kembali lakukan perhitungan


Sw2 seperti di atas.

Persamaan ini menormalisasi CEC dan membutuhkan iterasi untuk menemukan


solusinya. keterangan :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 77

Ød = porosity dari log density, belum dikoreksi terhadap shale


Øsh = porositas shale total dari log density
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Rsh = resistivity pada shale bersih
Rd = pembacaan log deep resistivity
Vsh = volume shale, fraksi
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Sw2 = saturasi air dengan metoda Juhasz, fraksi

Saturasi Air dari Volume Air Bulk (Bulk Volume Water)


Hasil dari saturasi air formasi dan porositas (Ø) adalah volume air bulk (BVW),
sebagi berikut:

Keterangan
BVW = volume bulk air
Sw = saturasi air di uninvaded zone (persamaan Archie)
Ø = porositas

Bila hasil perhitungan untuk volume air bulk dilakukan disuatu formasi pada
beberapa kedalaman, memberikan hasil yang konstan atau dengan perbedaan yang
sangat kecil, mengindikasikan zona tersebut homogen dan berada pada saturasi air
irreducible (irreducible water saturation, Swirr). Bila suatu zona berada pada
saturasi air irreducible, air yang terhitung di zona uninvaded (Sw) tidak akan
bergerak, karena tertahan di dalam batuan oleh tekanan kapiler. Akibatnya, produksi
hidrokarbon dari zona pada saturasi air irreducible akan bebas air. Formasi yang
tidak berada pada kondisi saturasi air irreducible akan memiliki nilai saturasi air bulk
yang bervariasi. Karena jumlah air yang dapat ditampung dalam batuan berbanding
terbalik dengan ukuran grain, maka volume air bulk akan berbanding terbalik dengan
ukuran grain.

Indonesian Water Saturation Untuk Dispersed Shaly Sands

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 78

Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air toal (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)

Saturasi Air dari Metode Ratio

Keterangan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Rd = pembacaan log deep resistivity, (ohm-m)
Rxo = pembacaan log shallow resistivity, (ohm-m)
Rmf@ft = resistivity filtrat lumpur pada temperatur formasi
Rw@ft = resistivity air pada temperatur formasi
Swr = saturasi air dari metode ratio

Ketika tidak ada data porosity yang tersedia, saturasi dapat diperoleh dengan
membandingkan log shallow resistivity dan deep resistivity. Formula ini belum
terkoreksi terhadap shale Metode ini adalah cara terakhir untuk memperoleh saturasi
bila tidak tersedia log porosity.

3.8. Saturasi Air dari Metode Poupon Untuk Laminated Sands


Pada sistem laminated sandstone, Vsh = p

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 79

Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air total (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)

Saturasi Air dari Metode modified Simandoux Untuk Laminated Sands

Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Sw = saturasi air total (fraksi)
Sw1 = saturasi air iterasi (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 80

Water Saturation Smoothing


Schlumberger penyarankan fungsi smoothing untuk mengurangi kesalahan statistikal
pada data saturasi pada bagian atas dan bawah dari data tersebut

bila 0.75 < < 0.25 S w , nilai S w tidak berubah


Keterangan
Sw = saturasi air dari metode mana pun (fraksi)

Hydraulic Flow Unit


Kriteria pembagian atau pemilahan lapisan oleh ahli geologi biasanya didasarkan
pada pengenalan facies yang mengidentifikasi batuan berdasarkan genesanya. Unit
genesa yang didefinisikan oleh ahli geologi ini kadang-kadang sesuai dengan
kebutuhan operasional bagi ahli reservoir karena batas batasnya bersesuaian dengan
perubahan drastis kelakuan hidroliknya. Meskipun demikian hal initidak selalu
terjadi sehingga diperlukan penajaman perhatian pada kelakuan hidrolik yang lebih
rinci. Perlunya pemisahan pendekatan geologi dan engineering ini menggunakan
konsep “hydraulic flow unit”.

Flow unit didefinisikan sebagai suatu zona reservoir yang memiliki kemenerusan
lateral, dimana didalamnya terkandung sifat geologi tentang aliran fluidanya
konsisten dan berbeda dengan unit sekitarnya. Pada dasarnya yang memberi ciri
aliran fluida pada batuan adalah besarnya “pore-throat”. Dengan demikian lebih
spesifik lagi “flow unit” dapat diartikan sebagai zona yang didominasi oleh jari-jari
pore-throat yang relatif serba sama, sehingga menunjukkan kelakuan aliran fluida
yang konsisten. Mestinya flow unit dapat dicirikan dari kurva tekanan kapiler yang
diukur pada contoh batuan inti atau pendekatan (approximation) rasio permeabilitas /
porositas pada batuan non-granular.

Pada bagian reservoir yang airnya tidak ikut terproduksi (water-free reservoir zone),
penentuan flow unit dapat juga didasarkan pada perubahan drastis saturasi air
irreducible yang mencerminkan perubahan drastis ukuran pore-throat-nya. Karena
jarang tersedianya pengukuran tekanan kapiler dan data pore-throat, maka pemilahan
flow unit seringkali didasarkan pada log wireline logs. Kandungan shale yang diukur
dari log sinar Gamma atau log lain yang sensitif terhadap keberadaan shale umum

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 81

dipakai sebagai panduan pada reservoir klastik, tetapi menjadi kurang berperan pada
reservoir karbonat. Untuk itu biasanya faktor photoelectric dapat dipakai untuk
memerikan unit limestone dan dolomit yang menjadi tumpuan pemilahan flow unit.
Persamaan Flow unit didasarkan pada persamaan modifikasi Kozeny-Carmen dan
Konsep Radius Hidrolik Rata-rata (Mean Hydraulic Radius). dalam menganalisa
flow unit dibutuhkan data dari core dan well log

Langkah Kerja
Prosedur yang digunakan dalam perhitungan ini menggunakan metode detailed
evaluation yaitu dengan menggunakan schlumberger/indonesian equation.
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa.
2. Tentukan Tf :
BHT Ts
Tf = Ts + xDepth Analisa
Depth BHT
3. Tentukan Rmf@Tf :
Tukur 6,77
Rmf@Tf = Rmf@Tukur x
T f 6,77
4. Tentukan SSP dari SP Log
5. Tentukan Rw :
Rmfe Rmfe Rmf
SSP = -K Log ; dengan
R we Rwe Rw
SSP Rmf
Log
K Rw
SSP
Rmf
10 K
Rw
Rmf
Rw = SSP
10 K

Rmf
Rw =
SSP
Tf 460
70 , 7
77 460
10
6. Tentukan Vclay
a. Vshale Gamma Ray
GRlog GRmin
Vclay GR =
GRmax GRmin

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 82

b. Vclay SP
SP
Vclay SP = 1-
SSP
7. Tentukan ØD :
ma b
ØD =
ma f

8. Tentukan ØDC:
ØDC = ØD – (Vclay x ØDclay)
ma clay
ØDclay =
ma f

9. Tentukan ØN:
ØN = 1,02 ØNlog + 0,0425
10. Tentukan ФNC:
ØNC = ØN – (Vclay x ØNclay)
11. Tentukan porositas FDL-CNL (Ø*):
* 2 NC 7 DC

9
12. Tentukan Sxo:
1
S XO Vclay
1-
Vclay 2 *
R xo
R clay a R mf

Rxo dari chart LLS (short normal)


Rclay dari chart LLD (Rt minimum)
13. Tentukan Shr:
Shr = 1-Sxo
14. Tentukan porositas FDL-CNL Ø*c
* 2 NC 7 DC
C 1 0,1 S hr
9
15. Tentukan Sw:
1
Sw Vclay
1-
Vclay 2 *
C
Rt
R clay a Rw

16. Plot hasil analisa dalam track log

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 83

Langkah Kerja
1. Siapkan data permeabilitas (k), porositas (Ø), tekanan kapiler (Pc) dan
mineralogi
2. Lakukan perhitungan terhadap Øz, RQI, FZI dan ØR dengan persamaan
berikut

ØZ =

3. Plot antara log RQI vs log ØZ, log k vs log ØR, log k/Ø vs log ØR

4. Tentukan jumlah unit yang mengerjakan aplikasi statistik berikut ini:


• Histogram
• Test for normality
• Cluster analysis
• Error analysis
5. Karakterisasi unit-unit hidrolik
• Secara mineralogi dan secara tekstur
• Sensitivitas tekanan
• Pore throat geometry
• Modified J-function
6. Tampilkan hubungan antara variabel diatas dengan FZI
7. Hitung k

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 84

8. Plot ulang log k vs Φ


9. Plot hasil analisa dalam track log

Tabulasi
1 2 3 4 5 6 Vshale 9 10
No Depth Tf SP SSP Rw SP GR ØD ØDC
(m) (ºF)

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
ØDsh ØN ØNsh ØNC Ø* Rxo Rsh Shr Ø*corr Sw

21 22 23 24 25
ØZ RQI FZI ØR k

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 85

BAB VII
PENENTUAN CADANGAN

Log Interpretation (Clean Sand & Shaly Sand)


Interpretasi Log Clean Sand
Menentukan lapisan permeabel, lapisan mengandung hidrokarbon, untuk mencari
harga-harga porositas batuan (Ø), saturasi air (Sw) dan ketebalan efektif lapisan (h).
Metode yang dipergunakan dengan menggunakan kualitatif dan kuantitatif,
dibutukan rekaman log yang terdiri dari :
a. Log SP dan/atau Log Gamma Ray
b. Log shallow investigation, microlog (ML), proximity log (PL),
c. microlaterolog (MLL), atau micro spherically focused log (MSFL).
d. Log jangkauan menengah (medium investigation); short normal (R16),
spherically focused log (SFL) dan LL8
e. Log jangkauan dalam (deep investigation); Log normal (R64), Induction log
(LLD, 6FF40), atau laterolog (LL7, LL3, LLD), dan
f. Log Sonic, log neutron atau log density.

Batuan bersih (clean formation) adalah batuan endapan (sediment) termasuk dalam
tipe quartzose yang tidak mengandung mineral lempung. Meskipun ada batuan pasir
halus, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di pori-pori antar butir,
masih dapat dikategorikan sebagai batuan bersih dalam interpretasi log, karena fokus
disini adalah kelakuan bahan dalam kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam
konteks ini lempung dianggap sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan
kelistrikannya berbeda dengan mineral mineral diatas. Dari log batuan demikian
dapat dikenali dengan menilik bentuk dan alur defleksi SP yang dapat dijelaskan
dengan teori elektro kimia. Pengenalan menurut log dapat dilakukan dengan melihat
defleksi SP sesuai dengan teori elektrokimia. Secara fisik, batuan-bersih (clean
formation) adalah batuan endapan (sediment), termasuk dalam tipe quartzose yang
tidak mengandung mineral lempung. Meskipun sebenarnya dalam komposisi
mengandung sandstone, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di pori-
pori antar butir, mineral ini masih dapat dikategorikan sebagai batuan-bersih dalam
interpretasi log, karena yang menjadi fokus disini adalah kelakuan mineral dalam
kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam konteks ini lempung dianggap
sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan kelistrikannya berbeda dengan
mineral lainnya. Dari log batuan demikian dapat dikenali dengan menilik bentuk dan
alur defleksi SP yang dapat dijelaskan dengan teori elektro kimia

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 86

Langkah Kerja
Metode Kualitatif
1. Dari rekaman log SP periksa apakah lapisan yang bersangkutan permeabel:
o Tentukan garis shale (shale base line) dengan menarik satu garis yang
menghubungkan harga-harga SP pada lapisan shale. Kemudian tentukan
garis pasir bersih (clean sand line) dengan menarik garis lurus yang sejajar
dengan lubang bor, dimulai pada formasi pasir dengan harga simpangan
SP tertinggi (Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log)

Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log

o Harga SP pada garis shale menunjukkan lapisan tidak porous dan


permeabel. Penyimpangan harga SP kearah kiri atau kanan dari garis ini
menunjukkan lapisan pasir atau lapisan karbonat yang porous dan
permeabel. (Catatan : syarat-syarat untuk terjadinya penyimpangan SP
dipenuhi)
2. Periksa bentuk dan kwalitas kurva SP untuk menentukan tipe batuan, dan
proses pengendapan (tipe endapan).

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 87

Klasifikasi bentuk Kurva SP, Melihat Pola pengendapan

Tipikal Pola Log SP untuk Berbagai Jenis Endapan Sedimen

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 88

Tipikal Pola Log SP Pada Fasies Delta yang Bersifat "Constructional"

Tipikal Pola Log SP Pada Fasies Delta yang Bersifat "Destructional"

3. Jika tersedia rekaman Gamma Ray Log, tipe batuan dapat ditentukan
berdasarkan rekaman masing-masing lapisan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 89

Tipikal Respon Gamma Ray untuk Berbagai Mineral

4. Amati log resistivity jangkauan dalam (R64, 6FF40, ILD dan sebagainya).
Harga resistivitas yang relatif tinggi bisa jadi petunjuk adanya lapisan yang
mengandung hidrokarbon atau sebaliknya merupakan lapisan dengan
porositas rendah. Harga resistivitas yang rendah menunjukkan lapisan
mengandung air (salt water bearing formation).
5. Bandingkan ketiga log jangkauan dangkal (misalnya LL8), jangkauan
menengah (misalnya ILM) dan jangkauan dalam (misalnya ILD) untuk
melihat kedalaman invasi air-tapisan (filtrat) kedalam formasi (lihat tabel
perbandingan invasi filtrat lumpur kedalam formasi)

Tabel Perbandingan Invasi Filtrat Lumpur Kedalam Formasi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 90

6. Perkirakan harga saturasi air (Sw) dari rumus berikut :

Ro adalah resistivitas formasi pada zona air, dibaca dari log resistivity
jangkauan dalam.
7. Jika lapisan tidak ada zona airnya hitung Sw berdasarkan rumus berikut

Metode Kuantitatif
1. Tentukan tebal lapisan (h) dari log SP, dengan mengukur jarak antara titik
belok defleksi awal dan titik belok defleksi akhir dari kurva SP.
2. Tentukan harga resistivitas air formasi (Rw) dari SP log.
3. Tentukan harga porositas batuan (Ø)
4. Tentukan harga resistivitas batuan (Rt)
5. Tentukan harga F dengan rumus berikut :
Untuk Lapisan (formasi) lunak

Untuk lapisan (formasi) keras

m = 1.4 2.8 atau bukan berdasarkan Chart Por-1.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 91

Gambar Chart Por-1

Harga F dapat pula ditentukan dengan persamaan :

untuk lapisan yang hanya mengandung air, dan

Tentukan harga Rxo


6. Hitung harga Sw berdasarkan rumus berikut :

atau dengan menggunakan nomograph Gambar Chart Sw-1

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 92

Gambar Chart Sw-1

7. Hitung harga Sxo berdasarkan rumus berikut

8. Hitung harga saturasi minyak yang dapat bergerak (Shm)

9. Hitung recoverable oil setiap acre-ft STB.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 93

10. Atau hitung recoverable gas setiap acre-ft dalam MMSCF

Daftar Simbol
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
F = faktor formasi
m = faktor sementasi
Ø = porositas batuan, fraksi
Rmf = resistivitas air lapisan, ohm-m
Rxo = resistivitas daerah terkuras, ohm-m
RW = resistivitas air formasi, ohm-m
Rt = resistivitas batuan, ohm-m
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi
SW = saturasi air formasi, fraksi
Shr = saturasi hidrokarbon tersisa, fraksi
Shm = saturasi hidrokarbon yang dapat bergerak, fraksi
Sxo = saturasi minyak di flushed zone, fraksi
RF = faktor perolehan, fraksi
Pf = tekanan formasi, °F
Tf = temperatur formasi, °F
Z = faktor deviasi gas

Interpretasi Log Shally Sand


Adanya batuan shale atau clay di dalam batuan pasir mempersulit interpretasi
rekaman log,untuk menentukan jumlah minyak di dalam pori batuan. Pengaruh
adanya clay di dalam pori batuan akan memperkecil porositas efektif, permeabilitas
batuan dan membuat persamaan Archie tidak berlaku. Clay terdapat di dalam batuan
dapat berbentuk laminasi, structural atau dispersed, seperti terlihat pada (Gambar
Bentuk distribusi clay didalam sedimen). Keistimewaan shale atau batuan lempung
adalah memiliki bidang permukaan yang sangat luas, sehingga dapat mengikat air
dalam jumlah yang cukup besar pada permukaannya. Air ini akan mempengaruhi
konduktivitas elektrik batuan tetapi tidak mencerminkan konduktivitas kandungan
cairan sebenarnya di dalam. Penggunaan formula standar Archie untuk lapisan shaly
sand yang mengandung minyak akan memberikan harga saturasi air yang lebih besar
sehingga sukar untuk menentukan kepastian adanya minyak pada lapisan tersebut.
Hadirnya clay di dalam batuan pasir yang cukup banyak akan merugikan karena akan
memperkecil permeabilitas batuan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 94

Bentuk distribusi clay didalam sedimen

Dengan adanya pengaruh shale terhadap interpretasi log standar maka muncul
modelmodel untuk interpretasi batuan pasir yang mengandung shale. Metode
tersebut adalah :
1. Metode kompensasi otomatis (The Automatic Compensation Method).
2. Metode berdasar Dispersed Clay.
3. Metode berdasar Simandoux Model.
4. Metode berdasar Dual Water Model.
Persyaratan
1. Metode Automatic Compensation
Tersedia SP log, Porosity log (Sonic log atau Density atau Neutron
log) dan Induction log
Batu-pasir mengandung dispersed clay
Porositas batuan antara medium sampai high (Ø>15%)
2. Metode Dispersed Clay
Tersedia 2 log porosity: Log Sonik dan Log Density
Batu-pasir mengandung authigenic clay (dispersed)
Lapisan tidak mengandung gas
3. Metode Simandoux
Tersedia 2 jenis log porositas, yaitu Log Density dan Log Neutron
4. Metode Dual-Water
Diperlukan q-log, jika tidak ada gunakan log yang dapat berfungsi
sebagai shale indicator untuk menghitung Vsh

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 95

Langkah Kerja
Metode Automatic Compensation
1. Siapkan data pendukung :
Resistivitas lumpur bor (Rm@Ta)
Resistivitas mud cake (Rmc@Ta)
Resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan dari SP log
3. Baca defleksi SP, RIND, Sonic atau Density Neutron Log pada lapisan yang
bersangkutan dan lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga Rw
5. Tentukan harga Rt
6. Tentukan harga ØS tanpa koreksi adanya shale
7. Tentukan harga VSH
8. Hitung harga Øe dengan rumus berikut :

9. Jika porosity log yang digunakan adalah log density atau log neutron,
tentukan harga ØD atau ØN (uncorrected), hitung Øe dengan rumus :

10. Hitung harga saturasi air (Sw) dengan rumus berikut :

Jika Density dan Neutron log yang digunakan

di mana

Metode Dispersed Clay


1. Siapkan data pendukung
resistivitas lumpur bor (Rw@Ta)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 96

resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta)


resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan dari SP log
3. Baca defleksi SP, Sonic Density dan Induction log (deep) pada lapisan yang
bersangkutan dan lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga Rw
5. Tentukan harga Rt
6. Tentukan harga porositas ØS dan ØD
7. Tentukan harga VSH.
8. Hitung porositas efektif Øe dengan rumus

9. Hitung harga q dengan rumus

10. Hitung saturasi air (SW) dengan rumus berikut :

Metode Simandoux
1. Siapkan data pendukung :
resistivitas lumpur bor (Rm@Ta)
resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta)
resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan (h) dari SP log
3. Baca defleksi log SP, log resistivity, log density dan neutron log pada lapisan
yang bersangkutan, dan pada lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga resistivitas air formasi (RW)
5. Tentukan harga resistivitas batuan formasi (Rt)
6. Tentukan harga porositas ØD dan ØN pada lapisan yang bersangkutan dan
pada lapisan shale di dekatnya ØDSH dan ØNSH
7. Tentukan harga VSH
8. Lakukan koreksi porositas ØD dan ØN terhadap shale sebagai berikut :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 97

9. Hitung harga porositas efektif berdasarkan rumus

10. Hitung harga saturasi air (Sw)


a. Menggunakan rumus atau Monograp (Saturasi Air Simandoux Chart 1 and 2
- Dresser)

Keterangan :
C = 0.4 untuk batu pasir,
C = 0.45 untuk batu gamping

b. Menggunakan rumus (berikut) untuk formasi di Indonesia

Keterangan :
harga m = n = 2 dan a berkisar antara 0.8 sampai 1.0

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 98

Gambar Saturasi Air (Simandoux Chart 1 - Dresser)

Gambar Saturasi Air (Simandoux Chart 2 - Dresser)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 99

Metode Dual Water


1. Siapkan data pendukung :
resistivitas lumpur bor (RW@Ta)
resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta)
resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan (h) dari log SP untuk lapisan yang bersangkutan
3. Baca defleksi log SP, log resistivity, log gamma ray, log density dan log
neutron untuk lapisan yang bersangkutan, lapisan pasir bersih di dekatnya
dan lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga resistivitas batuan (Rt), resistivitas pasir bersih (RCL) dan
resistivitas shale di dekatnya (RSH)
5. Tentukan harga porositas ØD, ØN dan ØNSH.
6. Hitung harga VSH
7. Lakukan koreksi porositas terhadap shale dengan rumus berikut :

Perhatikan apakah ada gas yaitu apabila ØNC < ØDC


8. Hitung porositas efektif (Øe) :

9. Tentukan porositas total pada lapisan shale terdekat

dimana ∂ mempunyai harga antara 0.5 sampai 1

10. Hitung harga porositas total (Øt) dan saturasi air dalam ikatan shale (SB)
dengan rumus :

11. Hitung harga resistivitas air formasi (Rw) batuan pasir bersih terdekat dengan
rumus

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 100

12. Hitung harga resistivitas air dalam ikatan shale pada lapisan shale terdekat
dengan rumus

13. Hitung resistivitas air formasi apparent dalam lapisan yang bersangkutan
(Rwa) dengan rumus:

14. Hitung saturasi air formasi total

15. Hitung saturasi air efektif dalam lapisan yang bersangkutan (Swe) dengan
rumus

Daftar Simbol
a = konstanta, tak bersatuan
h = tebal lapisan, ft
m = faktor sementasi batuan, tak bersatuan
n = konstanta, tak bersatuan
Ø = porositas, fraksi
ØCL = porositas lapisan pasir bersih, fraksi
ØD = porositas dari density log, fraksi
ØDC = ØD dikoreksi terhadap shale , fraksi
ØDSH = ØD pada lapisan shale, fraksi
ØDN = porositas rata-rata antara ØD dan ØN, fraksie
Øe = porositas efektif, fraksi
ØN = porositas dari neutron log, fraksi
ØNC = ØN dikoreksi terhadap shale, fraksi
ØNSH = ØN pada lapisan shale, fraksi
ØS = porositas dari sonic log, fraksi
ØSSH = ØS pada lapisan shale, fraksi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 101

Øt = porositas total, fraksi


ØtSH = Øt pada lapisan shale, fraksi
q = bagian pori batuan pasir bersih yang ditempati oleh clay, fraksi
Q = Cation Exchange Capacity, meq/cc
RB = resistivitas air dalam ikatan shale, ohm-m
RCL = resistivitas batuan pasir bersih, ohm-m
Rm = resistivitas lumpur bor, ohm-m
Rmc = resistivitas kerak lumpur, ohm-m
Rmf = resistivitas air lapisan, ohm-m
Rind = resistivitas dari induction log, ohm-m
Rt = resistivitas batuan, ohm-m
Rw = resistivitas air formasi, ohm-m
Rwa = Rw apparent, ohm-m
SB = saturasi air yang terikat dalam shale, ohm-m
SP = spontaneous potensial, mv
Sw = saturasi air formasi, fraksi
Swe = saturasi air efektif, fraksi
Swt = saturasi air total, fraksi
Ta = temperatur permukaan, °F
T = temperatur, °F
Vsh = volume shale, Of

Teknik Pemetaan
1. Interval kontur, perbedaan nilal antara dua garis kontur yang berdekatan.
Interval selalu merupakan angka konstan untuk seluruh peta. Perbedaan nilai
ini dapat bersifat angka perbedaan hitung ataupun ratio/perbandingan.
2. Pemilihan nilai kontur, hubungannya dengan
Ketelitian data dalam titik kontrol
Kecepatan perubahan nilai secara lateral atau antara (spacing)
Jika perubahan terlalu cepat maka interval harus besar sehingga spacing
tidak terlalu rapat
Dalam pemilihan nilai
3. Titik kontrol, titik kontrol adalah setiap lokasi dalam peta dimana data
didapatkan. Titik ini dapat berupa sumur pemboran (kering ataupun yang
menghasilkan minyak) ataupun berupa sumur pemboran disebut kontrol
sumur

Prinsip Penggambaran Garis Kontur


1. Prinsip interpolasi/prinsip titik kontrol, garis kontur dengan nilai tertentu
digambarkan diantara titik-titik kontrol. Nilai garis kontrol harus berada
diantara nilai yang tercantum pada kedua titik control.
2. Prinsip ekstrapolasi atau prinsip keseragaman antara (spacing),
penggambaran garis kontur dapat diteruskan diluar titik kontrol dengan

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 102

memelihara keseragaman spacing dan bentuk. Spacing dari garis kontur dapat
secara perlahan-lahan melebar atau merapat ke arah ekstrapolasi.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang, hal inl merupakan prinsip dari segi
estetika. Jika keadaan memaksa, gambarkan dua garis kontur dengan nilai
yang sama sejajar dan berdekatan.
4. Garis kontur tidak mungkin berpotongan, sama halnya jika keadaan
memaksa, gambarkan dua garis kontur terpisah yang sama nilainya yang
saling menyerempet. Jika nilainya tidak sama hal ini tidak mungkin terjadi
kecuali dalam kontur struktur suatu antiklin rebah (overluned), maka
gambarkan garis yang ada di sebelah bawah sebagai garis terputus-putus.
5. Satu garis kontur tidak dapat bertindak sebagai nilai maksimum,
6. Prinsip keseragaman bentuk, dari segi estetika dan geologi penarikan garis
kontur harus dibimbing sedemikian rupa sehingga bentuknya serupa, seragam
atau subpararel. Sesuaikan dengan bentuk geologi (struktur, ketebalan
sedimen, dan sebagainya) seperti terdapat secara alamiah.
7. Sesuaikan bentuk garis kontur dengan bentuk ideal geologi yang dipetakan.
Jika yang dipetakan adalah struktur geologi atau bentuk tektonik, maka harus
dapat kita bayangkan bentuk-bentuk lipatan, struktur, antiklin, sumbu-sumbu
lipatan, patahan dan sebagainya, yang akan membimbing kita dalam
memberikan bentuk pada garis kontur. Jika yang dipetakan adalah fasies
sedimen, maka harus dapat kita bayangkan asal transport sedimen, garis
pantai, batas energi gelombang, bentuk cekungan, penebalan sedimen.

Tahapan Pembuatan Petageologi Bawah Permukaan

Gambar Korelasi dan Penampang Depth Structure

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 103

1. Peta Top Structure , peta ini menunjukkan penyebaran puncak suatu lapisan
di bawah permukaan. Penyebaran puncak lapisan dapat berupa sinklin,
antiklin, ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan satuan
meter bawah permukaan laut (mbpl) top lapisan pada setiap sumur. Nilai-nilai
ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur.
2. Peta Bottom Structure, peta ini menunjukkan penyebaran lapisan bawah pada
suatu lapisan di bawah permukaan. Penyebaran bawah lapisan dapat berupa
sinklin, antiklin ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan
satuan meter bawah permukaan laut(mbpl) bottom lapisan pada setiap sumur.
Nilai-nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur.
3. Peta Isopach, peta ini menggambarkan garis-garis yg menghubungkan titik-
titik suatu formasi/lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta bawah
permukaan peta ini merupakan peta batas OWC/GOC yang diplotkan dan di-
overlay pada top structure dan bottom structure.
4. Peta Gross Sand, mekanisme pembuatan peta gross sand sama dengan
pembuatan peta top structure, namun data yang dlgunakan dalam pembuatan
peta ini adalah ketebalan dari suatu lapisan. Peta gross sand tidak
berhubungan dengan ketinggian atau kedalaman tetapi peta ini
menggambarkan penyebaran tebal tipisnya lapisan.
5. Peta Net Sand, peta ini menggambarkan akumulasi ketebalan batupasir, tidak
termasuk akumulasi pengotor seperti batulempung dan sebagainya yang ada
dalam suatu lapisan. Sama halnya dengan peta gross sand, peta ini tidak
berhubungan dengan ketinggian melainkan menggambarkan ketebalan.
6. Peta Net pay, peta ini menggambarkan ketebalan batupasir yang mengandung
hidrokarbon. Lain halnya dengan peta net isopach yang menginformasikan
ketebalan batupasir secara keseluruhan. Informasi yang dapat dilihat pada
peta ini adalah pola penyebaran lapisan yang ditunjukkan oleh kontur
struktur, penyebaran ketebalan batupasir yang ditunjukkan dengan kontur net
isopach dan WOC ataupun OGC. Dengan demikian peta net pay merupakan
gabungan dari peta isopach dan peta net sand.

Prosedur Pembuatan Petakontur Struktur


Tentunkan horison dan tentukan datum
Korelasikan horison tersebut dari sumur ke sumur
Data yang perlu diperhatikan pada log header adalah kelly bushing rotary
table dan baca kedalaman horison tersebut
Kurangkan angka kedalaman horison dengan permukaan tanah/datum dari
permukaan air laut
Nilai hasil dapat diplot pada peta

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 104

Gambar Overlay Peta Top Structure dan Bottom Structure

Gambar Peta Net Pay, Overlay Peta Isopach dan Peta Net Sand

Penentuan Cadangan
Cadangan (reserves) adalah akumulasi minyak dan gas yang telah dibuktikan
keberadaannya dengan pemboran eksplorasi atau sebagai jumlah (volume) minyak
atau gas didalam reservoar yang telah diketemukan. Volume minyak dan gas yang
semula terakumulasi di dalam reservoar disebut volume minyak awal ditempat atau
Stock Tank Oil Initially In Place (STOIP) atau biasa juga disebut Originally Oil In
Place (OOIP). Dapat ditulis dengan persamaan:
IOIP = 7758 Vb Ø(1-Sw),bbl
IGIP = 43560 VbØ (1-Sw),cuft

Keterangan
Vb = volume bulk
Ø = porositas
Sw = saturasi air

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 105

Gambar Peta Net Pay

Dalam praktikum kali ini digunakan metode volumetris dengan anggapan bahwa data
produksi sumur yang bersangkutan belum lengkap. Metode volumetris menggunakan
peta sub surface dan isopach yang didasarkan data elektrik WT, Core, DT dan test
produksi, serta peta kontur yang disiapkan untuk membuat peta isopach dimana
terdapat data-data WOC dan GOC. Volume reservoir produktif diperoleh dengan
menggunakan Planimeter. Berdasarkan pembacaan maka volume zone produktif
dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode :
1. Metode pyramidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas
garis kontur kurang dari 0,5. Dengan persamaan sebagai berikut:
h
Vb = (An + An+1 + An An 1 )
3
Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan
2. Metode trapezoidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas
garis kontur lebih besar atau sama dengan 0,5. Dengan persamaan sebagai
berikut:
h
Vb = (An + An+1)
2
Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 106

Untuk menunjang hasil yang akurat dalam perhitungan dengan menggunakan metode
volumetrik, maka dapat digunakan metoda cut off reservoir. Metoda cut off reservoir
dapat didefinisikan sebagai suatu harga tertentu dimana dibawah atau diatas harga
tersebut parameter reservoir tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan. Terdapat
beberapa parameter dari cut off antara lain:
a. Cut off porositas didefinisikan sebagai suatu harga porositas dimana harga-
harga porositas dibawah harga tersebut tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan.
b. Cut off permeabilitas didefinisikan sebagai suatu harga permeabilitas dimana
dibawah harga tersebut permeabilitas sudah tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan dalam perhitungan.
c. Cut off saturasi air didefinisikan sebagai harga saturasi air, dimana harga
saturasi air diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
d. Cut off Vclay didefinisikan sebagai harga Vclay dimana Vclay diatas harga
tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
Manfaat penentuan cut off untuk memperkirakan cadangan reservoar akan
menghasilkan jumlah yang akurat.

Penentuan Bidang-Bidang Batas Minyak/Air Dan Gas/Air


Batas antara zona minyak dan zona air atau zona gas dan zona air, masing-masing
disebut sebagai Water Oil Contact (WOC) dan Gas - Water Contact (GWC), perlu
diketahui dalam upaya menghitung atau memperkirakan volume minyak atau gas
mula-mula di tempat (Original Oil In Place atau Original Gas In Place). Batas
antara zona gas (gas cap) dan zona minyak disebut Gas-Oil Contact (GOC).
Penentuan atau perkiraan batas (contact) dimaksud dapat dilakukan dengan
menggunakan data atau kombinasi data yang ada berikut ini :
1. Data/hasil interpretasi logs (electric log, Neutron-Density log).
2. Data Repeat Formation Tester (RFT), yaitu data gradien tekanan statik pada
masing-masing zona.
3. Data analisa fluida reservoir, terutama sifat-sifat fisik dan kimiawinya.
4. Data analisa batuan inti (Conventional dan Special Core Analysis).

Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus
terintegrasi. Pada situasi tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia dan
ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data RFT,
maka perpotongan garis gradien tekanan minyak atau gas dengan garis gradien
tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL), bukan WOC

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 107

atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya PCT = 0. Bila harga PCT . 0 (dari data
capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh :

Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT masing-masing dalam satuan
feet, psi dan lb/cuft

Metode Adcap
Ada situasi tertentu saat WOC atau GWC tidak atau belum tertembus oleh satu atau
lebih sumur yang sudah dibor. Bila pada situasi ini WOC atau GWC harus
iperkirakan, maka ada cara estimasi (metode Adcap) memperkirakan posisi FWL di
bawah “base sand” (terutama untuk reservoir yang relatif homogen) sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan : permeabilitas absolut (Kgas) porositas (Ø), saturasi air
(Sw) vs depth danPc vs Sw
2. Tentukan displacement pressure (Pd)

dimana Pd dalam satuan Psi, k dalam milidarcy dan Ø dalam fraksi


3. Hitung faktor geometri pori - pori (Fg)

4. Hitung Pc untuk harga Sw di (dekat) base sand

5. Perkirakan FWL dari base sand ke bawah sejaun hFWL (dalam satuan feet)

atau reservoir gas

6. Bila ada data tekanan kapiler, maka posisi WOC atau GWC di bawah base
sand adalah

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 108

Hasil estimasi di atas perlu dicek terhadap kedalaman “spill point”-nya,


konsultasikan dengan geologist apakah posisi kedalaman WOC melebihi
“spill point”-nya atau tidak. Juga, cek tebal kolom hidrokarbon (minyak
dan/atau gas) hHC dan ini perlu data tekanan kapiler dari “cap rock” atau
“seal” :

Keterangan :
Pds = displacement pressure dari seal, Psi
Pdr = displacement pressure dari reservoir, Psi
ρwater = densitas air formasi, gr/cc
ρHC = densitas minyak atau gas, gr/cc
hHC = tebal kolom minyak atau gas dalam reservoir, feet
Langkah Kerja
1. Baca skala peta yang akan dihitung.
2. Gunakan planimeter pada luasan di peta isopach, kemudian baca berapa
konstanta yang ditunjukkan oleh planimeter.
3. Hitung ratio dan tentukan metode luasan yang diukur.
4. Tentukan ketebalan dari luasan.
5. Hitung volume batuan (Vb) dengan menggunakan planimeter.
6. Tentukan ketebalan bersih, dilakukan sebagai berkut:
a. Tentukan Sw rata-rata
b. Tentukan porositas (Ø) rata-rata.
c. Tentukan harga Qekonomik limit dan nilai K (diasumsikan). Dengan
persamaan :
0,00708 K h Pe Pwf
Q
ln re rw
d. Subtitusikan nilai K untuk mendapatkan harga Øcut off.
e. Plot harga Ø*corr dan Sw (hasil interpretasi), Subtitusikan nilai Øcut off yang
didapat dan memotong kurva sehingga diperoleh harga Sw cut off.
f. Buat chart Ø*corr vs depth yang dianalisa dan Sw vs depth yang dianalisa.
g. Plot harga Øcut off pada chart, Ø*corr vs depth dan Plot Swcut off pada chart, Sw
vs depth.
h. Tarik harga masing-masing nilai cut off ke bawah sehingga memotong kurva
Ø*corr vs depth dan Sw vs depth.
i. Tentukan zona yang mempunyai harga Ø*corr yang lebih besar dari Øcut off dan
Tentukan zona yang mempunyai Sw lebih kecil dari Sw cut off.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 109

j. Matchingkan kedua zona tersebut untuk mendapatkan ketebalan bersih


(dimana sebagai pengontrolnya adalah Sw) karena yang mengisi pori
ditunjukkan oleh harga Sw-nya, tebal tipisnya bervariasi tergantung dari
harga cut off.
k. Tentukan SwAveg dan ØAveg dari ketebalan bersih.
7. Tentukan nilai N, dengan persamaan:
6,28 Vb 1 Sw
N
Boi
8. Tentukan banyaknya minyak yang terproduksi dengan persamaan:
0,00708 K h Pe Pwf
Q
ln re rw

Tabulasi
Buat tabulasi Average Weighted (Ø dan Sw)
No Depth (ft) * corr Sw K (mD)

Buat grafik Porositas vs Permeabilitas


Buat grafik Porositas vs Saturasi
Buat grafik match Saturasi vs Porositas

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 110

DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx J. W. et.al, “Petroleum Reservoir Engineering Physical Properties


“,.1960
2. Crafd B.C and Howkins M.F, “ Applied Petroleum Reservoir Engineering “,
1960.
3. Hariyadi, Ir., Kristanto dedy,Msc., “Penilaian Formasi”, Diktat Kuliah,
Jurusan Teknik Perminyakan, UPN “VETERAN” Yogyakarta, Yogyakarta
1999.
4. Haryoko, R. “Dasar Interpretasi Log (Suatu Pedoman Praktis)” Log Analysis,
Production Geologist Pertamina, 1983.
5. Ir., Setyowiyoto Jarot,Msc., “Analisis Data Logging Evaluasi Formasi”,
Yogyakarta 2002.
6. ____________, “ Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi “, Laboratorium
Penilaian Formasi, jurusan Teknik Perminyakan, UPN “ Veteran “,
Yogyakarta, 2005.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 111

LAMPIRAN
Menentukan Harga Resistivity Air Formasi (RW)

1. Metode SP, lapisan bersih (clean formation), Lapisan yang bersangkutan mempunyai
defleksi SP, Tersedia rekaman resistivity jangkauan dalam dan jangkauan dangkal
2. Metode Rt, lapisan bersih, Lapisan mempunyai zone air, Tersedia rekaman resistivity
jangkauan dalam dan dangkal
3. Metode Resistivity – Porosity Cross Plot
4. Metode Rxo terhadap Rt Cross Plot

Langkah kerja
Metode SP
1. Siapkan data pendukung :
Diameter lubang bor (dh), Gradien temperatur (G), Resistivity lumpur (Rm)
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (Rmf), Resistivity kerak lumpur (Rmc), Kerapatan jenis lumpur
( m)
2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6 dan hitung harga Rm
pada temperatur tersebut dengan rumus :
Ta
Rm @ TR Rm @ Ta
TR

GEN 6

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 112

3. Tentukan tebal lapisan (h) dari SP log dengan mengukur jarak antara titik belok
(inflection point) awal deflekesi dan titik belok akhir defleksi.
4. Tentukan garis shale (shale base line), garis ini merupakan harga rata-rata SP lapisan –
lapisan shale. Garis tersebut merupakan garis referensi SP = 0
5. Tentukan harga SP lapisan dengan membaca harga skala log dimulai dari shale base
sampai garis rata-rata defleksi SP-nya (-mv)
6. Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR
a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m
hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut :
Rmfeq = 0.85 Rmf
b. Jika harga Rmf @ Ta < 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR

GEN 9

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 113

7. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan
berikut :
1.07
Rmf K m Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf
Rmf
Km tergantung densitas kerapatan jenis (density) lumpur seperti terlihat pada Tabel
GEN-7. Baca Rmf dari Gambar SP-2

GEN 7

SP 2

8. Baca dari log resistivity harga Rxo, Ri, di, Rs, dan Rt (lihat pembacaan Rxo, pembacaan Ri
dan Rt)
Rs Rxo Ri Rxo h d
9. Hitung harga , , , , dan i
Rm Rm Rm Rt d h dh

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 114

10. Dari harga SP langkah 5 dan data yang diperoleh dari langkah 8 dan 9 gunakan Gambar
SP-3 atau SP-4 untuk menentukan harga SP.
1
ESSPcor = ESP x
E SP / E SPcor
ESP = ESP x Faktor Koreksin, ESP adalah harga SP hasil langkah 5

SP 3

SP 4

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 115

11. Tentukan harga Rweq dengan menggunakan Gambar SP-1


Masukkan harga SP pada sumbu datar, tarik garis tegak lurus sehingga memotong
kurva dengan temperatur lapisan yang sesuai. Dari titik potong ini tarik garis mendatar
sampai memotong sumbu tegak untuk menentukan harga Rmfeq / Rweq. Dari harga
Rmfeq/Rweq tersebut tarik garis lurus melalui harga Rmfeq sehingga diperoleh Rweq

SP 1

12. Dengan harga Rweq hasil langkah 10, gunakan gambar SP-2 untuk menentukan harga
RW.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 116

Metode Rt
1. Siapkan data pendukung
Gradien temperatur (G)
Resistivity lumpur bor (Rm)
Kerapatan jenis lumpur bor ( m)
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (Rmf)
Resistivity kerak lumpur (Rmc)
2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6, kemudian hitung
harga Rm pada temperatur tersebut dengan rumus:
Ta
R m @ TR Rm @ Ta
TR
3. Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR
a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m
Hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut :
Rmfeq = 0.85 Rmf
b. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
4. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan berikut
1.07
Rmf K m Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf atau untuk air lumpur garam
Rmf
Rmf = 0.75 Rm
Rmc = 1.5 Rm
Km tergantung kerapatan jenis lumpur seperti terlihat pada Tabel GEN-7.
5. Tentukan harga ROS, biasanya ROS diambil antara 10-20% atau sesuai pengalaman
lapangan.
6. Pada lapisan yang mengandung 100% air tentukan harga Ro dan Rxo dari rekaman
resistivity log (lihat untuk menentukan harga Rxo) Ro adalah Rt lapisan yang
mengandung 100 % air.
7. Hitung RW berdasarkan rumus :
Ro Rmf
RW
Rxo (1 ROS ) 2

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 117

Penentuan Rt

Pembacaan Langsung
Dilakukan dengan pembacaan langsung pada rekaman log normal atau lateral. Untuk normal
16 inci, hasil pembacaan perlu dikoreksi lagi terhadap pengaruh lubang bor menggunakan
kurva khusus.

Metode Grafis
Dilakukan terhadap kombinasi log resistivity jangkauan dalam, sedang dan dangkal, untuk
mengoreksi pengaruh keadaan lubang bor, tebal lapisan dan invasi filtrat lumpur. Macam
kombinasi yang dipakai dewasa ini antara lain:
Dual Induction - Laterolog 8
Dual Induction - SFL
Dual Induction - Laterolog 8 - Rxo
Dual Induction - SFL - Rxo
Dual Laterolog - Rxo
Dual Induction - Rxo
Petunjuk kerja ini menerangkan penentuan harga Rt untuk kombinasi Induction Log (RID,
RIM) dan laterolog 8 (RLL8). Cara yang sama dapat diterapkan untuk kombinasi lain dengan
menggunakan kurva yang sesuai.

Langkah Kerja
Pembacaan Langsung
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), ketebalan lapisan (h), resistivity lumpur (Rm),
resistivity lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan (lihat
pembacaan Rm).
2. Pilih pada tabel petunjuk cara pembacaan Rt yang sesuai bagi data dari langkah 1.
R16
3. Khusus untuk normal 16“, gunakan Gambar Rcor-8 : masukkan data pada sumbu
Rm
R16 corr
tegak, pilih diameter lubang sumur sesuai data dan dapatkan harga .
Rm
Harga Rt = R16 corr

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 118

Rcor 8

Metode Grafis
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), stand off, resistivity lumpur (Rm), resistivity
lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan Koreksi pengaruh
lubang bor :
a. Untuk Laterolog 8: Grafik Rcor-1.
R LL8
Masukkan data pada sumbu mendatar dan pilih diameter lubang sumur serta
Rm
RLL8 corr
Rm yang mendekati data, kemudian dapatkan harga .
RLL8
RLL8 corr
RLL8 corr = x RLL8’
RLL8
b. Untuk Induction log : grafik Gambar Rcor - 4a :
Masukkan data diameter lubang sumur pada sumbu mendatar, pilih stand off sesui
data dan dapatkan barehole geometrical factor. Tarik garis lurus dari titik borehole
geometrical factor melalui harga resistivity factor (Rm) untuk mendapatkan Hole
Signal (dalam satuan Conductivity). Konversikan harga resistivity (RIM) hasil
1000
pembacaan menjadi Conductivity C IM , kemudian kurangi dengan Hole
RIM

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 119

Signal, diperoleh Conductivity terkoreksi (C), yang dapat dikonversikan menjadi


1000
Resistivity terkoreksi R IM Corr . Cara yang sama dapat dilakukan untuk
C
mengkoreksi RID.

Rcor 1

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 120

Rcor 4a

2. Lakukan koreksi terhadap ketebalan lapisan atas harga RIM dan RID hasil langkah 2b
menggunakan Gambar Rcor-6 : Pilih kurva untuk Rs yang sesuai. Tarik garis tegak lurus
dari data ketebalan lapisan pada sumbu mendatar, sehingga berpotongan dengan kurva
Ra*) yang sesuai. Baca harga RIM terkoreksi pada sumbu tegak. *) Ra = RIM atau RID pada
langkah 2b. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mengkoreksi RID hasil 2b
menggunakan Gambar Rcor-5.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 121

Rcor 6

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 122

Rcor 5

3. Koreksi pengaruh invasi menggunakan Gambar Rint-2.


RIM RLLS
Dari hasil langkah sebelumnya, hitung serta . Gunakan hasil gambar
RID RID
Rt Rxo
tersebut pada Gambar Rint-2a sehingga diperoleh , dan di (jarak interval)
RID Rt

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 123

Rt
Hitung Rt RID Disamping itu diperoleh harga Rxo :
RID
Rxo
Rxo RID
RID

Gambar Chart Rint 2

Daftar Simbol
Rxo = Resisitivity Flushed Zone (ohm-m)
Rt = Resisitivity lapisan sebenarnya (ohm-m)
dh = diameter lubang bor (kaki)
h = tebal lapisan (kaki)
Rm = Resisitivity lumpur (ohm-m)
Rs = Resisitivity batuan sekitar (ohm-m)
R16” = Resisitivity Induction Log 16 Inci (ohm-m)
R16“ Corr = Resisitivity Induction Log 16 Inci terkoreksi (ohm-m)
RLL8 = Resistivity Laterolog-8 (ohm-m)
RLL8 corr = Resistivity Laterolog-8 terkoreksi (ohm-m)
RIM = Induction Resistivity, medium investigation (ohm-m)
CIM = Induction Conductivity, medium investigation (mhos)
RIM corr = Induction Resistivity, medium investigation terkoreksi (ohm-m)
RID = Induction Resistivity, deep investigation (ohm-m)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 124

Penentuan Rxo
Menentukan Harga Resistivity Batuan Di Dalam Flushed Zone

Menggunakan alat jangkauan pengamatan pendek :


- Microlog
- Proximity log
- Microlaterolog
- Micro Spherically Focused log
Menggunakan kombinasi alat :
- Dual induction - Laterolog 8
- Dual induction (DIL) Spherically Focused Log

Persyaratan
1. Microlog dan proximity log hanya digunakan dalam lubang bor dengan lumpur dasar air
tawar (fresh water base mud) atau Rmf > 2 Rw dan resistivity batuan tidak lebih dari 200
ohm-m (Rt < 200 Ohm-m).
2. Microlaterolog dan Micro Spherically Focused Log hanya digunakan dalam lubang bor
dengan lumpur dasar air asin (salt water based mud) atau Rmf < 2 Rw dan resisitivity
batuan (Rt) lebih besar dari 200 ohm-m.
3. Petunjuk kerja ini menggunakan alat dan chart interpretasi Schlumberger. Untuk alat dari
perusahaan lain chart interpretasi yang digunakan harus disesuaikan.

Langkah Kerja
Siapkan data pendukung
- diameter lubang bor (dh)
- resistivity kerak lumpur (Rmc @ Ta)
- gradien temperatur (G)
- ketebalan kerak lumpur, kalau ada (hmc)

Penentuan Rxo Dari Microlog


1. Baca kedalaman lapisan dan tentukan temperatur formasi serta hitung resistivity kerak
lumpur Rmc pada temperatur tersebut dengan rumus :
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
2. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity rekaman microlog 1” ( R1 1 )
dan harga rata-rata resistivity rekaman microlog 2” (R2).
R1 1 R2
3. Hitung harga dan
Rmc Rmc
R1 1
4. Koreksi harga terhadap diameter lubang bor dengan mengalikan terhadap faktor
Rmc
korelasi berikut :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 125

Diameter lubang bor Faktor koreksi


8“ 1.00
4 ¾“ 1.15
6“ 1.05
10“ 0.93

5. Dengan menggunakan gambar Rxo-1 (microlog interpretation chart), masukkan harga


R1 1 R2 R xo
pada sumbu tegak dan pada sumbu mendatar dan tentukan harga serta
Rmc Rmc Rmc
ketebalan kerak lumpur (hmc). Dengan menggunakan harga Rmc yang diketahui, hitung
harga Rxo.
6. Apabila ketebalan kerak lumpur (hmc) yang diperoleh dari Gambar Rxo-1 tersebut
berbeda dari hmc yang diperoleh dari log kaliper atau pengukuran langsung maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
R xo
a. Dari harga tarik garis dengan sudut kemiringan 45 hingga memotong kurva
Rmc
ketebalan kerak lumpur sebenarnya.
R xo R
b. Baca harga yang benar serta 2 . Hitung harga Rxo dari rumus berikut,
Rmc Rmc
Rxo / Rmc
Rxo R2
R2 / Rmc

Penentuan Rxo Dari Proximity Log


1. Siapkan data pendukung. Harga ketebalan kerak lumpur hmc harus diketahui.
Ta
2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata- rata proximity Log (Rp)
4. Hitung harga Rp/Rmc
5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2 masukkan harga Rp/Rmc pada sumbu mendatar dan
tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva dengan ketebalan kerak lumpur (hmc)
Baca harga Rp corr/Rp pada sumbu tegak. Hitung harga Rxo dengan rumus berikut:
R p corr
Rxo Rp
Rt

Penentuan Rxo Dari Microlaterolog


1. Siapkan data pendukung
2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 126

Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga resistivity microlaterolog (RMLL)
4. Hitung harga RMLL/Rmc
5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2, masukkan harga RMLL/Rmc pada sumbu mendatar
dan tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva untuk ketebalan kerak lumpur (hmc).
Baca harga RMLLcorr/Rp. Hitung harga Rxo dengan rumus berikut:
RMLL corr
Rxo RMLL
RMLL

Penentuan Rxo Dari Microspherically Focused Log (MSFL)


1. Siapkan data pendukung
Ta
2. Hitung Rmc pada temperatur lapisan Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity MSFL (RMSFL)
4. Hitung harga RMSFL/Rmc
5. Masukkan harga RMSFL/Rmc pada Gambar Rxo-3, (untuk standar MSFL) baca RMSF
corr/RMSFL. Hitung Rxo dengan rumus berikut:

RMSFL corr
Rxo RMSFL
RMSFL
Bila digunakan Slimhole MSFL gunakan Gambar Rxo-3 (Slim MSFL) untuk
mendapatkan RMSFLcorr/RMSFL

Daftar Simbol
hmc = tebal kerak lumpur, in
Rm = resistivity lumpur bor, ohm-m
RMLL = resistivity Mikro Laterolog
RMLLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Laterolog, ohm-m
RMSFLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Spherically Focused Log (MSFL) yang
dikoreksi, ohm-m
R1x1 = resistivity batuan pembacaan micro inverse, ohm-m
R2 = resistivity batuan pembacaan micro normal, ohm-m
Rp = resistivity batuan pembacaan Proximity Log, ohm-m
Rp corr = resistivity batuan pembacaan Proximity Log yang dikoreksi, ohm-m
Rmc = resistivity kerak lumpur, ohm-m
Rt = resistivity batuan didaerah yang tidak terganggu, ohm-m
Rxo = resistivity batuan di flushed zone, ohm-m
Ta = temperatur pemukaan, F
TR = temperatur formasi, F

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 127

Gambar Summary dari Interpretasi Microlog

Gambar Rxo-1

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 128

Gambar Rxo-2

Gambar Rxo-3

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 129

Lithology Symbol

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 130

Lithology Description from Mud Log Analysis

Tekstur Components of Rock

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 131

Logging Tool Response in Sedimentary Minerals

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 132

Logging Tool Response in Sedimentary Minerals (lanjutan)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 133

Simbol dan Deskripsi Litologi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 134

Simbol dan Deskripsi Litologi (lanjutan)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 135

Simbol dan Deskripsi Litologi (lanjutan)

Distribusi Fluida di kondisi Reservoir Water Wet

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 136

Quick Look to Rw from SP Log

Quick Guide to Rt from Dual Induction Logs

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 137

Quick Guide to Rt from the Dual Lateralog

Pressure Gradient Around the Oil/Water Contact

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 138

Integrated Formation Evaluation

Praktikum Penilaian Formasi

Anda mungkin juga menyukai