Panduan Praktikum PF-3 PDF
Panduan Praktikum PF-3 PDF
LABORATORIUM
PENILAIAN
FORMASI
Buku Panduan Praktikum
Penilaian Formasi
LD Reza Humar Dhani, Priastoto Abib Wijanarko, Ferdian Rinaldo, Ade Yohana K., Taufan Y. S.,
Ardiyanto, Dewi Asmorowati, Dian Islami, Merry Liana Putra, Avianto Kabul P
©2006 : Cetakan I
DedyKristanto, VDCahyokoAji
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
hidayah sehingga Buku Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi ini dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Buku Petunjuk Praktikum ini. Akhirnya semoga buku ini dapat
bermanfaat .
TATA TERTIB
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 3
TATA TERTIB .............................................................................................. 4
DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
FORMAT LAPORAN ................................................................................... 6
BAB I. Deskripsi ............................................................................................ 8
Analisa Cutting
Mud Log
Core Analysis
Koreksi Lubang Bor
BAB II. Log Listrik ........................................................................................ 38
SP Log
Resisitivity Log
Induction Log
BAB III. Log Radioaktif ................................................................................ 44
Gamma Ray Log
Neutron Log
Density Log
Neutron - Density Log
BAB IV. Log Tambahan ............................................................................... 53
Sonic Log
Caliper Log
BAB V. Lithology Logging ............................................................................ 60
Kombinasi Gamma Ray Neutron Density Log
M-N Litology Plot
MID Lithology Plot
BAB VI. Kombinasi Log .............................................................................. 73
Log Litologi
Log Resisitivity
Log Porosity
Penentuan Saturasi Air
HFU (Hydraulic Flow Unit)
BAB VII. Penentuan Cadangan ................................................................... 85
Log Interpretation
Teknik Pemetaan
Penentuan Cadangan
Daftar Pustaka ............................................................................................... 110
Lampiran ........................................................................................................ 111
FORMAT LAPORAN
A = 5 cm
LAPORAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
Oleh :
Nama :
No. Mhs :
Plug/klp :
B = 3 cm
C = 5 cm
5 cm
JUDUL
A
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
7 cm
3. Format Pengetikan
1.5 cm
ABSTRAK - Diketik 1 spasi
Huruf Times New Roman 11 pcs
1.5 cm
Kertas HVS A4 Kertas HVS A4
1.5 cm 1.5 cm
BAB I
DESKRIPSI
(Analisa Cutting, Mud Log, Core Analysis, Koreksi Lubang Bor)
Tujuan Analisis
Pekerjaan analisa cutting ini dilakukan dalam kerangka pekerjaan Mud Logging yang
terutama digunakan untuk mengidentifikasikan saturasi Hidrokarbon dan
mengestimasikan karakteristik batuan reservoar.
Analisa Lithologi
Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam-macam batuan untuk
tiap kedalaman pedoman dalam pendiskripsian lithologi, yaitu:
a. Shale
Warna : merah dan hijau
Tekstur : seperti lilin, beludru dan kertas
Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat, chalky, oolitic,
sucrosic, colicastic.
Butiran : sucrosa, crystal, chalky
Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous
Kilap : suram, seperti tanah, dasar
1. Metode Prosentase
Secara visual diperkirakan prosentasi dari cutting tiap macam batuan yang ada
dalam satu kantong cutting. Biasanya ada 2 atau 3 macam batuan, dimana shale
merupakan komponen yang sering ada.
Dengan memplot prosentase dari setiap macam batuan untuk setiap interval atau
kantong, maka dengan melihat hasil keseluruhannya akan dapat diperkirakan batas
lithologinya.
Analisa Porositas.
Untuk penentuan porositas batuan dari analisa cutting bersifat kualitatif.
Caranya dengan memeriksa cutting dibawah lensa binokuler. Istilah yang digunakan
adalah:
Tidak jelas (trace) : porositas 0-10 %
Agak jelek (show) : porositas 10- 20 %
Jelas (good) : porositas > 20 %
1. Penampakan Noda
Pada batuan jenis hidrokarbon berat (residu, tar) akan memberikan noda yang
lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup tinggi akan terlihat kesan
berupa cucuran.
Tabel
Kapasitas Penampakan Noda Berdasarkan Penyebaran Dalam Batuan
Kualitas Penampakan Prosentasi Distribusi dalam Batuan
Sangat baik >75%
Baik 50-75%
Sedang 25-50%
Buruk <25%
2. Bau (Odour)
Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai bau yang spesifik.
Kekuatan baunya tergantung dari jenis dan kadar kuantitas kandungan
hidrokarbon didalam batuan. Bau wangi biasanya berasal dari minyak parafine
dan naftanik, sedangkan bau busuk berasal dari minyak aromatik.
Tabel
Warna fluoresensi Masing-masing Minyak
Jenis Minyak Warna Fluorescensi
Residu Coklat gelap - tidak berwarna
Minyak Berat Coklat - kuning tua
Minyak Medium Putih - kuning cerah
Minyak Ringan Putih biru - biru cerah
Kondensat Ungu - biru cerah
Tabel
Jenis Mineral atau Material yang Memberikan Gangguan
Pada Pengamatan Warna Fluoresensi
Residu Warna Fluoresensi
Batu gamping / dolomite Kuning/ kekuning-kuningan
Batu gamping pasiran Coklat-coklat tua
Paper shale Kuning- coklat kopi
Fosil Kuning putih – kuning coklat
Sample fluorescence
Color : from brown through green, gold, blue, yellow, to white; in most
instances, the heavier oils have darker fluorescence.
Distribution : even, spotted, or mottled
Intensity : bright, dull, pale, and faint
Mud Log
Mud Log adalah pemeriksaan dan analisis informasi geologi yang terkandung dalam
cutting (hancuran batuan) dan lumpur pengeboran untuk menentukan indikasi
minyak dan gas yang ditemukan selama proses pengeboran sebuah sumur
(penembusan batuan/formasi). Mud log terdiri dari wellsite beserta unitnya yang
terdiri dari laboratory unit, control panel dan peralatan monitoring. Mud Logger
bertugas menganalisis data geologi dan parameter pengeboran serta mengidentifikasi
dan menghitung cadangan hidrokarbon pada lapisan yang mempunyai potensi
produktif, porositas formasi bawah permukaan. Mud Logger juga menganalisis
Parameter teknis yang merupakan hasil dari analisa Mud Logger diantaranya :
Total Depth, ROP, WOH, Hook Speed, Hook Height, WOB, RPM, Rotary Torque,
Stand Pipe Press, Wellhead Press, SPM Stroke, Lag Time, Flow in/out, Temp in/out,
Mud Weight in/out, Resistively in/out, Conductivity in/out, Mud Volume,Total Gas
and Chromatography, H2S / CO2
Analisa Core
Persamaan Analitik Regresi
Hubungan linier antara dua kelompok data, dapat ditentukan dengan analisa regresi,
yang memberikan persamaan regresi sebagai berikut :
1. Regresi linier : Y = a + bx
2. Regresi eksponensial : Y = aebx, dimana a > 0
3. Regresi logaritmik : Y = a + b log x
4. Regresi power : Y = a xb, dimana a > 0
Dengan teknik regresi ini, maka konstanta a dan b dari persamaan-persamaan di atas
dapat ditentukan. Secara umum persamaan untuk menentukan konstanta-konstanta
Regresi xi Yi a b
Linier xi Yi A B
Eksponensial xi Ln Yi eA B
Logaritmik Log xi Yi A B
Power Log xi Log Yi 10A B
Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang
dianalisa, perlu dihitung koefisien regresi (R2). Koefisien tersebut dihitung dengan
persamaan berikut :
Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R2≈1 ini berarti bahwa
hampir semua titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2<1, berarti
banyak titik data yang di luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain, makin kecil
harga R2, titik data makin terpencar. Mengetahui besaran-besaran core yang diukur
oleh uji yang dilakukan di laboratorium. Analisa core terdiri dari
Keterangan :
S = jumlah selang minimum
n = jumlah data
8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang
dibagi dengan jumlah data seluruhnya.
10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat dan
frekuensi sumbu absis.
11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang.
12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
fi = frekuensi pada suatu selang
Øi = harga-tengah porositas pada selang
cut off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih besar dari harga
cut off tersebut untuk keperluan analisa.
8. Tentukan harga permeabilitas awal (dalam hal ini harga permeabilitas cut off
dapat digunakan sebagai harga permeabilitas awal), kemudian batas selang
dengan menggunakan persamaan berikut :
Kj = 2j ki
Keterangan :
J = 1, 2, 3, 4, ....
kj = batas selang permeabilitas
ki = permeabilitas awal
9. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
10. Hitung frekuensi masing-masing selang (fj) dengan menggunakan hubungan
berikut :
yaitu :
Keterangan :
n = jumlah data permeabilitas dalam selang
ki = harga-harga permeabilitas dalam selang
13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan
Keterangan :
Pc = tekanan kapiler
σ = tegangan permukaan
k = permeabilitas
Ø = porositas
Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok kecuali di atas,
hanya akan menggeser kurva pada sumbu Y. Beberapa penulis melibatkan cos θ,
dimana θ adalah sudut kontak, sehingga fungsi korelasi Leverett menjadi :
Daftar Simbol
J(Sw) = Leverett J-Function, tak bersatuan
k = permeabilitas, cm2 atau mD
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2 atau psi
Sw = saturasi air, fraksi
Ø = porositas, fraksi
σ = tegangan permukaan, dyne/cm
θ = sudut kontak, derajat
dengan cara normalisasi dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core.
Adapun harga yang dinormalisasi adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan harga titik akhir tersebut di atas, kurva kr terhadap S yang diperoleh
dari hasil pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut
Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap analisis core.
Kemudian plot seluruh harga kr* dan S* yang didapat seperti pada berikut
Karena titik kr* (S*) tersebar, maka kurva normalisasi rata-rata harus diperkirakan.
Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili atau
representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" seluruh hasil analisis core
yang ada dengan formula sebagai berikut :
dimana end point adalah harga-harga Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain-lain dari setiap
sampel dan N adalah jumlah sampel yang diukur. Langkah terakhir untuk
mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr dan S dengan menggunakan
rumus pada Tabel Normalisasi Titik Akhir dimana harga S* dan kr* dibaca dari
kurva kr* (S*) rata-rata pada (Gambar Kurva Normalisasi (S* vs kr*) Seluruh
Sampel.)
Menentukan kurva kr versus S rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir atau
formasi dari sejumlah analisa contoh batu inti (core analysis). Metode yang
digunakan adalah normalisasi - denormalisasi sejumlah kurva kr terhadap S dari
suatu formasi.
Langkah Kerja
1. Siapkan data pendukung yang tersedia untuk :
a. Sistem Air - Minyak
Tabel atau kurva kro dan krw terhadap Sw
Dari Tabel atau Kurva tersebut baca harga titik akhir (end points) :
kro @ Swc
kro @ Sor
krw @ Swc
krw @ Sor
Daftar Simbol
kr = permeabilitas relatif
krg = permeabilitas relatif gas
kro = permeabilitas relatif minyak
krw = permeabilitas relatif air
S = saturasi
Sg = saturasi gas
Sgr = saturasi gas residu
SL = saturasi cairan = So + Swc
Sor = saturasi minyak residu
Sw = saturasi air
Swc = saturasi air konat, dianggap sama dengan Swi
krg @ Sgr = permeabilitas relatif gas pada Sgr
krg @ SL = permeabilitas relatif gas pada SL
krg @ Sw = permeabilitas relatif gas pada Sw
kro @ SL = permeabilitas relatif minyak pada SL
kro @ Sw = permeabilitas relatif minyak pada Sw
kro @ Swc = permeabilitas relatif minyak pada Swc
krw @ Sgr = permeabilitas relatif air pada Sgr
krw @ Sor = permeabilitas relatif air pada Sor
krw @ Sw = permeabilitas relatif air pada Sw
Borehole Compensation
Borehole compensation adalah penyesuaian transducer ke atas maupun ke bawah
pada alat logging, yang pada umumnya bertujuan untuk menyesuaikan kesalahan
pembacaan yang diakibatkan oleh variasi ukuran lubang bor atau kesalahan pada
posisi sonde. Teknik ini digunakan untuk pengukuran yang berdasarkan pada
kelakuan gelombang, seperti sonic (gelombang suara), resistivity dan pengukuran
elektromagnetik.
Propagation log
Propagation log berdasarkan pada pengukuran perbedaan sifat gelombang pada dua
buah penangkap (receiver). Lubang bor mempengaruhi perbedaan ini bila alat
mengalami perubahan posisi atau bila ada gerowong pada posisi yang berlawanan
pada salah satu receiver. Efek tersebut dapat diatasi dengan menggunakan dua buah
transmitter yang meradiasi pada arah yang berlawanan. Pada kondisi ideal, efek dari
perubahan posisi receiver atau gerowong selalu berlawanan untuk kedua buah
transmitter, jadi nilai rata-rata dari keduanya memberikan hasil yang tepat. Borehole
compensation ini berbeda dengan dengan borehole correction (koreksi lubang bor).
Step Profile
Dengan melihat pada proses invasi, perubahan yang ekstrim dapat terjadi pada
peralihan dari flushed zone ke undisturbed zone, tanpa adanya transition zone
(annulus). Step Profile, adalah model sederhana yang digunakan secara umum untuk
menyatakan log resistivity (yang lama), sejak digunakan tiga parameter untuk
mendefinisikan resistivity, yaitu : resistivity pada flushed zone, resistivity pada
undisturbed zone dan diameter invasi. Model ini mengasumsikan kedalaman invasi
yang sama untuk semua arah. Jenis log yang baru, menginterpretasikan model invasi
yang kompleks.
Pengaruh Gerowong
Pengaruh gerowong yang dimaksud di sini adalah perubahan drastis pada diameter
lubang bor, misalnya yang disebabkan oleh gerowong (gua), pada log induksi
(induction log). Pada lubang bor yang bagus dengan diameter konstan, pengaruh
lubang bor dapat dihitung dan dikoreksi. Tetapi, pembesaran drastis pada diameter
pada interval yang kecil dapat menimbulkan pembacaan yang berbeda pada sensor
tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sinyal ini tidak dapat dikoreksi dengan
menggunakan koreksi lubang bor yang normal, tetapi dengan melakukan perubahan
koreksi pada titik log tersebut. Perubahan ini biasanya signifikan pada saat resistivity
tinggi dan terdapat perbedaan yang besar antara resistivity formasi dan resistivity
lubang bor. Perbedaan antara bagian luar alat logging dan dinding lubang bor
mempunyai pengaruh yang penting terhadap respon dari beberapa pengukuran
logging.
Koreksi Formation Density Compensated Log (FDC) terhadap Efek Lubang Sumur.
Bila CAL ≤ 9 maka FDC FDC c =
Selain diatas, FDC FDC 0.096 0.014CAL 0.00033CAL2
Laterologs
Daftar Simbol
CAL = pembacaan ukuran lubang dari caliper log (in.)
RM = resistivity lumpur pada temperature formasi (F)
RMC = resistivity mudcake pada temperatur formasi (F)
MW = berat lumpur (lb/gal)
Hole Size = diameter sumur
GR = pembacaan log gamma ray (API units)
GRC = koreksi gamma ray corrected terhadap ukuran lubang sumur dan
berat lumpur (API units)
TF = temperatur formasi (F)
SAL = salinity air formasi (ppm)/1000
PSI = tekanan pada kedalaman tertentu (pounds/in2)
CNLC = koreksi CNL
CNL = original CNL
FDCC = koreksi FDC
FDC = original FDC
Di = diameter invasi (in)
Rdeepc = koreksi deep
Rdeep = original deep
Rmedc = koreksi medium
Rmed = original medium
Rm Rmed = original medium
Rshc = koreksi shallow
Rsh = original shallow
RESD = pembacaan log deep
Rt = koreksi pembacaan log deep untuk invasi
RESM = pembacaan log medium i
RESS = pembacaan log shallow i
RESD = pembacaan deep
RESDC = koreksi pembacaan deep untuk invasion
BAB II
LOG LISTRIK
(Spontaneous Potensial Log, Resistivty Log, Induction Log)
Jenis log induksi yang sering digunakan adalah Induction Electrical Survey (IES).
Alat ini dapat mendeteksi dengan baik konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversikan dalam satuan resistivity. Dengan demikian setiap pengukuran akan
menghasilkan kurva-kurva:
SP Log untuk menentukan lithologi
Short normal resistivity (SN) untuk menentukan Rxo
Induction Log resistivity (RIL) untuk menentukan Rt
Prinsip dari log induksi (log resistivitas) adalah mengukur tahanan jenis formasi
batuan dan fluida yang dikandungnya terhadap arus listrik yang melaluinya.
Bentuk-bentuk kurva yang dihasilkan log induksi adalah:
1. Defleksi kurva RIL yang jauh lebih tinggi dari pada kurva SN menunjukkan
bahwa salinitas air formasi lebih rendah dari pada air filtrat, sehingga
kemungkinan mengandung gas.
2. Deflesi kurva RIL lebih besar sedikit atau lebih kecil sedikit ataupun sama
juga dengan kurva SN, menunjukkan adanya minyak.
3. Bila kurva RIL jauh lebih rendah dari kurva SN serta mendekati garis shale
(resistivity shale) berarti menunjukkan air asin, namun demikian harus
SP Log dapat digunakan untuk menghitung atau mengetahui : Harga RW, Ketebalan
lapisan porous, Korelasi Batuan, Evaluasi Vclay
Resistivity log
Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi
beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air
formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan.
Induction Log
Tujuan dari induction log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh untuk
menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis lumpur pemborannya.
Langkah Kerja
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Hitung temperatur formasi (Tf) (atau dengan grafik GEN-6)
BHT TS
Tf = Ts + x Depth
depth BHT
Gambar GEN 6
Gambar SP 4
8. Tentukan harga Kc
Kc = 61 + (0.133 x Tf )
9. Tentukan RWeq dengan menggunakan persamaan:
Rmfc
RWeq = ( ESSP / Kc )
10
10. Tentukan Rw dengan menggunakan Chart SP-2
Gambar SP 2
11. Tentukan ASP dari chart (per interval kedalaman)
12. Tentukan nilai Vclay dengan persamaan :
ASP
Vclay = 1 -
ESSP
13. Tentukan Rm @ tf dengan persamaan :
TS
Rm @ tf = Rm @ Ts x
Tf
14. Tentukan Ri ( Ri = R 18.8” AMP )/ Rm chart
Ri corr
15. Tentukan dengan menggunakan (Chart SP 4)
Rm
16. Tentukan Rxo (resistivism pada invazed zone) dengan persamaan:
Ri corr
Rxo = x Rm chart
Rm
17. Tentukan RIL dari chart dengan skala 0-20
18. Tentukan RIL corr dari grafik Rcorr-5
Gambar Rcorr 5
1 G xo
Rt =
1 G xo
RILcorr R xo
Tabulasi
BAB III
LOG RADIOAKTIF
(Gamma Ray, Neutron, Density)
Gamma Ray
Gamma Ray Log adalah suatu kurva yang menunjukkan besaran intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi. Prinsip kerja dari Gamma Ray log, yaitu alat
mula-mula dimasukkan sampai ke dasar lubang bor, hal ini dilakukan untuk
mengecek supaya tidak terjadi hambatan atau sangkutan. Kemudian alat ditarik ke
atas secara perlahan-lahan dan detector menangkap radiasi sinar radioaktif alamiah
yang dipancarkan batuan formasi. Di dalam detector sinar radioaktif (sinar gamma)
tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui proses ionisasi (pelepasan elektron-
elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana pelepasan electron ini akan
menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat). Sinar radioaktif disebabkan oleh
disintegrasi unsur-unsur radioaktif, seperti: Uranium (U238), Thorium (Th232),
Potassium (K40). Fungsi dari Gamma Ray Log , antara lain:
1. Membedakan lapisan shale dan non shale pada sumur open hole atau closed
hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
2. Sebagai pengganti SP log untuk pendeteksian lapisan permeable, karena
untuk formasi yang tidak terlalu resesif (Rw/Rmf) hasil SP log tidak akurat.
3. Untuk korelasi batuan.
4. Untuk mengetahui prosentase kandungan shale pada lapisan permeable.
5. Untuk mendeteksi mineral-mineral radioaktif.
6. Untuk menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air.
Neutron
Bertujuan untuk menentukan porositas total batuan, yang diisi hidrokarbon atau air
formasi. Log ini dapat digunakan pada Cased hole maupun Open hole, umumnya
digunakan pada open hole, untuk penggunaan cased hole harus dilakukan koreksi.
Log ini dapat digunakan untuk semua jenis lumpur dan gas filled hole. Ukuran
lubang bor dan semen di belakang casing akan mengurangi ketelitian Neutron log.
Fungsi dari Neutron Log, antara lain:
1. Untuk menentukan porositas ( ) total.
2. Untuk mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity
tool
3. Untuk penentuan korelasi batuan.
Log neutron adalah log pororitas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam
formasi. Pada formasi bersih (clean formation) yang bebas dari shale, dimana
porositasnya terisi oleh air atau minyak, log neutron akan mengukur porositas dari
bagian yang terisi fluida. Neutron dibuat dari bahan kimia yang biasanya adalah
campuran americium dan beryllium yang akan terus-menerus memancarkan neutron.
Neutron-neutron ini akan bertabrakan dengan atom-atom dari material formasi, dan
mengakibatkan neutron akan kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom
hidrogen hampir sama dengan neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila
keduanya bertabrakan. Kehilangan energi terbesar adalah fungsi (pengaruh) dari
konsentrasi hidrogen dalam formasi. Karena hidrogen dalam formasi berada di pori-
pori yang terisi fluida, kehilangan energi akan berhubungan dengan porositas
formasi. Bila pori-pori terisi oleh gas, maka porositas neutronnya akan lebih kecil
dibandingkan bila pori-pori terisi oleh minyak atau air. Hal ini terjadi karena
konsentrasi hidrogen pada gas lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada minyak
maupun air. Penurunan porositas neutron yang disebabkan oleh gak ini disebut efek
gas. Respon dari log neutron bervariasi, tergantung pada :
1. Perbedaan tipe detektor,
2. Jarak antara sumber neutron dan detektor
3. Litologi, misalnya sandstone, limestone dan dolomit.
Dengan adanya perbedaan ini, maka digunakan chart yang berbeda, sesuai dengan
alat dan kondisi yang ada. Interpretasi harus dilakukan pada chart yang spesifik
karena log neutron tidak dikalibrasi pada kondisi fisik alat yang standard, seperti
alat-alat lainnya. Log neutron modern pertama adalah
Sidewall Neutron Log (SNL) memiliki sepasang sumber (source) dan detektor
yang kedua pasang alat tersebut diletakkan bertolak belakang satu sama lain.
Compensated Neutron Log (CNL) memiliki sebuah source dan dua buah
detektor. Keuntungan dari CNL dibandingkan SNP adalah lebih sedikit
terpengaruh oleh ketidakseragaman lubang bor.
Kedua alat tersebut dapat merekam porositas dalam satuan apparent limestone,
sandstone maupun dolomit. Bila formasi yang kita ukur adalah limestone dan log
neutron mengukur porositas dalam satuan apparent limestone, maka apparent
limestone tersebut sama nilainya dengan porositas yang sesungguhnya. Akan tetapi,
bila ternyata litologi dari formasi tersebut berupa sandstone atau dolomit, porositas
apparent limestone harus dikoreksi menjadi porositas sesungguhnya dengan
menggunakan chart yang bersesuaian
dari log Density, yaitu: Sumber dan dua detector dipasang pada suatu pad dan
ditempelkan pada dinding lubang bor. Sinar gamma yang kuat dipancarkan ke
formasi. Sinar gamma ray akan bertabrakan dengan elektron, kemudian dipantulkan
kembali dan terekam dalam log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan
dengan elektron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam batuan.
Fungsi dari formation Density Log, antara lain :
1. Untuk mengukur porositas (Ø) batuan.
2. Untuk mengidentifikasi mineral batuan.
3. Untuk mengevaluasi shally sand dan litologi yang kompak.
Peralatan log density adalah alat yang terdiri atas source gamma-ray yang
memancarkan gamma-ray ke formasi. Sumbernya dapat berupa Cobalt-60 atau
Cesium-137. Gamma ray bertabrakan dengan elektron di dalam formasi yang
menyebabkan hilangnya energi dari partikel gamma-ray). Untuk menentukan
densitas porositas, baik dengan menggunakan chart maupun dengan perhitungan,
membutuhkan data tipe fluida dalam lubang bor. Persamaan untuk menghitung
densitas porositas, adalah sebagai berikut:
ØD =
Keterangan :
D = porositas yang diperoleh dari densitas
ρma = densitas matriks (Tabel)
ρb = densitas bulk formasi
ρf = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud dan 0.7 gas)
Bila terjadi invasi yang dangkal pada formasi, rendahnya densitas hidrokarbon pada
formasi akan meningkatkan porositas density. Keberadaan minyak tidak memberikan
efek yang signifikan pada porositas density, akan tetapi gas memberikan efek yang
besar (efek gas).
Keterangan
N−D = porositas neutron density
N = porositas neutron density (unit limestone)
D = porositas density (unit limestone)
Bila log neutron-density merekam porositas density yang bernilai lebih kecil dari 0.0
(nilai yang umum dijumpai pada reservoir anhydritic dolomite), gunakan
persamaanberikut ini :
Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap
litologi, dimana digunakan fresh water-based drilling mud
Langkah Kerja
Gamma Ray Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang di analisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya GRmax.
3. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray.
4. Membaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap
interval kedalaman yang dianalisa.
5. Tentukan besarnya volume clay dengan persamaan :
GRread GRmin
Vclay =
GRmax GRmin , kemudian plot dalam track log
Neutron Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya defleksi kurva neutron log (ØNlog) untuk setiap interval
kedalaman.
3. Tentukan besarnya harga ØNclay.
4. Tentukan besarnya porositas neutron (ØN) dengan persamaan :
ØN = (1,02 x ØNlog) + 0,00425
5. Hitung ØNcorr dengan persamaan :
Ø Ncorr = Ø N – ( Vclay x Ø Nclay ), kemudian plot dalam track log
Density Log
1. Pada ketebalan lapisan dan interval ketebalan yang sama, Tentukan ρb dari
defleksi kurva density log untuk setiap interval kedalaman.
2. Tentukan ρma = 2,71 gr/cc untuk limestone, Sandtone 2.648 gr/cc, Dolomit
2.876 gr/cc, Anhydrit 2.977 gr/cc, Salt 2.032 gr/cc, ρf = 1,1 gr/cc (saltwater),
3. Tentukan ØFDL dengan persamaan :
ma b
ØFDL =
ma f
4. Tentukan ØDclay dengan ρclay = 2,6 gr/cc (berdasarkan kurva density log):
ma clay
ØDclay =
ma f
2 N corr 7 FDLcorr
Ø= , kemudian plot dalam track log
9
Tabulasi
BAB IV
LOG TAMBAHAN
(Sonic Log, Caliper Log)
Sonic Log
Sonic log adalah log porositas yang mengukur interval transite time (Δt) dari
gelombang suara yang melewati setiap feet dari formasi. Sonic Log menggunakan
pemancar dan penerima yang dipisahkan pada jarak tertentu. Prinsip kerja dari Sonic
log, adalah sebuah transmitter melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah
melewati formasi diterima dua receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two way
travel time = Δt) diukur dan dibagi dengan jarak (μs/m). Melakukan hal serupa untuk
arah yang sebaliknya untuk menghilangkan efek lubang bor. Nilai besarnya (Interval
Transit Time - Δt) yang melalui beberapa matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Nilai besarnya (Interval Transit Time-Δt) yang melalui beberapa matriks
Acoustic Log
Lithology
Caliper Log
Caliper Log adalah alat untuk mengukur bentuk dan diameter lubang bor. Alat ini
terdiri dari 2, 4, atau lebih lengan. Lengan dapat bergerak menyesuaikan lubang bor
pada saat diturunkan dan ditarik, terdapat apotentiometer yang berfungsi untuk
mengubah pengukuran menjadi sinyal listrik. Perekaman log ditampilkan dalam
track 1 dari log bersamaan dengan ukuran bit. Skala pada umumnya diberikan dalam
inci, yang standar untuk mengukur ukuran bit.
Gambar Caliper Track Log dan Bit Track Log Record (2 lengan)
Gambar Caliper Track Log dan Lubang Bor Track Log Record (4 lengan)
Langkah Kerja
Sonic Log (Analitik)
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan lapisan prospek
3. Membaca besarnya interval transite time ( t ) dari defleksi kurva sonic log
untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa (symbol : Δtlog)
4. Tentukan jenis formasinya ( tma ) dan jenis fluidanya( t f ).
5. Hitung besarnya porositas dari sonic log ( s) dengan menggunakan persamaan
t log t ma
S
tf t ma
6. Mentabulasikannya , kemudian plot dalam track log
Untuk keduanya, fluida yang tersaturasi diasumsikan sebagai air dengan velocity
5300 ft/sec atau 1615 m/sec.
1. Masukkan Δt dari log sonik pada bagian bawah chart.
2. Tarik garis ke atas hingga bertemu dengan matrix velocity atau litologi yang
bersesuaian, lalu baca porositasnya pada bagian kiri chart.
3. Untuk batuan campuran seperti sandstone yang mengandung limestone
(limy sandstone) maupun cherty dolomites, diperlukan garis-garis diantara
matriks yang telah ditunjukkan.
Gambar Por-3
Caliper Log
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya diameter bit yang digunakan.
3. Baca besarnya defleksi kurva capiler untuk setiap interval kedalaman yang
dianalisis.
4. Hitung besarnya tebal mud cake (tmc) setiap kedalaman dengan persamaan :
bit size caliper
t mc
2
5. Hitung volume lubang bor dengan persamaan
Vh = (Dh2/2) + 1.2% (dalam satuan liter per meter)
6. Hitung volume semen yang dibutuhkan dengan persamaan
Vsemen = 0.5 x (dh2 - d2casing) + 1% (dalam satuan liter per meter)
Tabulasi
Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log)
(1) (2) (3) (4) (5)
No Depth Δtma Δtf Δtlog
(ft) (μsec/ft) (μsec/ft) (μsec/ft)
Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log)
(lanjutan)
(6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
No Depth Øs Bit Size Caliper tmc Vh Vsemen
(ft) (%) (inchi) (inchi) (inchi) (lt/m) (lt/m)
BAB V
LITOLOGI LOGGING
Dalam penilaian formasi hampir tidak ada analisa litologi dan besaran pengukuran
formasi secara langsung sehingga diperlukan solusi simultan untuk memperkirakan
litologi. Pendekatan dilakukan dengan merepresentasikannya dalam bentuk plot
silang (cross-plot), terutama neutron – density cross-plot dan berbagai plot lainnya
(M-/N plot oleh Burke et. al. (1969) atau MID plot oleh Clavier & Rust (1976)) yang
menambahkan pula sonic travel time untuk mengidentifikasi volume mineral. Seperti
halnya plot M-N, plot MID (Matrix Identification) adalah sebuah teknik plot silang
yang membantu mengidentifikasikan litologi, gas dan secondary porosity. Plot MID
ini juga membutuhkan data dari log neutron, density dan sonic.
Plot Litologi M - N
Plot M-N membutuhkan log sonic yang digabungkan dengan log neutron dan
density. Nilai M dan N tidak bergantung pada porositas matriks (sucrosic dan
intergranular). Plot silang dari kedua variabel ini akan menghasilkan litologi yang
lebih baik. Nilai M dan N dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan
∆tf = waktu interval transit dari fluida (189 untuk fresh mud dan 185
untuk salt mud)
∆t = waktu interval transit dari log
ρt = densitas fluida (1.0 untuk fresh mud dan 1.1 untuk salt mud)
ρb = densitas bulk formasi
ØN = porositas neutron formasi dari log Compensated Neutron atau log
Sidewall Neutron Porosity
ØNf = porositas neutron fluida (gunakan 1.0)
Bila digunakan parameter matriks ∆tma, ρma, ØNma, maka nilai M dan N dapat
ditentukan untuk berbagai jenis mineral seperti pada tabel berikut :
Langkah pertama dalam membuat plot MID adalah menentukan nilai dari porositas
total apparent, Øta, dengan menggunakan log neutron-density yang bersesuaian dan
ditentukan secara empiris dengan menggunakan plot silang neutron-sonic (Chart CP-
1 dan CP-2 Schlumberger).
Keterangan
ρb = densitas batuan dari log density
t = waktu interval transit dari log sonic
ρf = densitas fluida dalam pori
tf = waktu transit fluida dalam pori
Øta = porositas totoal apparent
c = konstanta (68.0≈c).
Porositas total apparent biasanya tidak sama untuk setiap persamaan. Untuk
digunakan dalam persamaan tmaa, nilainya ditentukan dari plot silang neutron-sonic
(Chart CP-2). Untuk penggunaan dalam ρmaa, nilai porositas total apparent ditentukan
dari plot silang neutron-density (Chart CP-1). Chart CP-14 dapat digunakan untuk
memperoleh nilai ρmaa secara grafis dan untuk memperoleh nilai tmaa menggunakan
hubungan waktu transit terhadap porositas berdasarkan pengamatan di lapangan.
Bagian kanan atas dari chart digunakan untuk menentukan waktu interval transit
batuan, tmaa. Bagian kiri bawah, untuk menentukan densitas apparent batuan, ρmaa.
Plot silang dari waktu interval transit batuan dan densitas apparent batuan pada plot
MID akan mengidentifikasikan mineralogi batuan berdasarkan kedekatannya pada
titik-titik pada plot yang telah di beri label. Pada Chart CP-15, mineral matriks yang
umum dijumpai (quatrz, calcite, dolomite, anhydrite) telah diplot di dalamnya.
Kecenderungan litologi dapat dilihat dengan melakukan plot pada banyak level pada
suatu zona dan melihat kecenderungan mengumpulnya titik-titik mineral pada chart.
Kehadiran gas menggeser titik yang telah diplot ke arah kanan atas plot MID.
Adanya secondary porosity akan menggeser titik ke arah berkurangnya nilai tmaa,
yaitu ke arah kiri. Untuk log SNP, shale biasanya diplot pada bagian sebelah kanan
anhydrite pada plot MID. Untuk log CNL, shale biasanya diplot pada bagian atas
daerah titik anhydrite. Plot sulfur berada diluar plot, pada 122≈tmaa dan 02.2≈ρmaa.
Arah dari titik sulfur dari grup quartz, calcite, dolomite, anhydrite, kira-kira searah
dengan pergeseran akibat kehadiran gas. Gipsum di plot pada bagian kiri bawah plot
MID.
Konsep plot MID ini serupa dengan plot M-N. Sebagai alternatif menghitung nilai M
dan N, nilai ρmaa dan tmaa dapat ditentukan dengan menggunakan Chart CP-14. Untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat, pembacaan log harus disesuaikan dan dikoreksi
terhadap pengaruh lubang bor, dan lainnya.
Keterangan
Pe = Indeks photoelectric absorption cross section
ρe = densitas elektron
Øta = porositas total apparent
Porositas total apparent dapat diestimasikan dari plot silang density-neutron, bila
formasi terisi fluida. Chart CP-20 digunakan untuk memperoleh hasil Umaa secara
grafis.
Tabel dibawah adalah daftar indeks photoelectric absorption cross section, densitas
bulk dan volumetric cross section untuk mineral dan fluida yang umum. Untuk
mineral, nilai daftar adalah matrix value Uma, ρma untuk fluida, daftarnya adalah
Uf, ρf. Chart-21 menunjukkan lokasi mineral-mineral pada plot silang ρmaa vs Umaa.
Segitiga menunjukkan tiga buah matriks yang umum, yaitu quartz, calcite dan
dolomite, yang diskalakan berdasarkan persentasi mineral tersebut. Sebagai contoh,
titik yang berada pada apparent matrix grain density 2.76 gr/cm2 dan volumetric
cross section 10.2 barns/cm3, pada plot silang didefinisikan sebagai 40% calcite,
40% dolomite dan 20% quartz, sehingga tidak terdapat mineral lain dan pori-pori
terisi fluida. Pada plot silang ini, saturasi gas menggeser titik ke arah atas chart dan
mineral berat menggeser titik ke arah kanan. Plot clay dan shale berada dibagian
bawah titik dolomite.
Untuk M-N dan MID plot diperlukan data dari Density, Neutron dan Sonic Log,
untuk Litho-Density-Neutron Plot diperlukan data dari Litho, Density dan Neutron.
Langkah Kerja
Data pendukung :
Kerapatan jenis fluida (ρf )
Porositas neutron fluida (ØNf )
Jenis lumpur yang digunakan
Waktu perambatan gelombang suara di dalam fluida (Δtf)
M = 0.01
N=
5. Plot harga (ρmaa) dari langkah 3 dan harga (tmaa) dari langkah 4 pada MID plot
Chart CP 15. Baca komposisi mineral pembentuk batuan dan plot hasil
analisa dalam track log, contoh perhitungan:
Lapisan 1 Lapisan 2
t = 67 μsec/ft t = 63 μsec/ft
3
ρb = 2.04 g/cm ρb = 2.46 g/cm3
ØCNL = -3 ØCNL = 24 p.u.
didapat ØaND = -1 ρf = 1.0 g/cm3
ØaNS = -1 didapat ØaND = 21
dan tmaa = 66 μsec/ft ØaNS = 21
3
ρmaa = 2.03 g/cm dan tmaa = 43.5 μsec/ft
ρmaa = 2.85 g/cm3
Sehingga komposisi untuk Lapisan 1 adalah garam, dan Lapisan 2 adalah dolomite
MID Plot Perhatikan alur plot untuk Lapisan 1 dan Lapisan 2 (CP 14)
8. Plot hasil analisa litologi per interval kedalaman dalam track log
BAB VI
KOMBINASI LOG
Dalam melakukan kombinasi log, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis
log yang akan dikombinasikan, sehingga dapat memperoleh hasil yang akurat.
Kombinasi log yang optimum merupakan kombinasi log sumuran yang komposisi
atau jumlah “minimal”, tetapi mampu menghasilkan data pengukuran yang “akurat”.
Untuk mendapatkan suatu kombinasi log sumuran yang optimum, maka perlu
dilakukan pemilihan terhadap berbagai jenis log sumuran yang tersedia di lapangan.
Faktor–faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi logging open
hole yang optimum adalah :
1. Jenis fluida (lumpur) pemboran yang digunakan (salt mud, water base mud,
oil base mud).
2. Jenis formasi batuan yang ditembus lubang bor (sandstone, carbonat,
vulcanic/tuff).
3. Karakteristik invasi filtrat lumpur.
4. Kondisi lubang bor (diameter lubang bor, cased hole, dan lain sebagainya).
5. Ketebalan lapisan batuan yang akan diukur logging.
6. Distribusi porositas dan resistivitas batuan.
7. Kondisi optimum dari setiap peralatan logging sumur yang ada.
Komposisi kombinasi log minimal harus meliputi tiga jenis log, yaitu:
1. Log lithologi
2. Log resistivitas
3. Log porositas
Dari ketiga kelompok log di atas, yang paling banyak dipengaruhi oleh fluida
pemboran adalah log resistivitas (listrik). Dan alat logging dipergunakan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam evaluasi formasi serta menentukan
potensial produktivitas yang dimiliki. Potensial produksi dilakukan dengan cara
pengujian terhadap lapisan yang diperkirakan mempunyai prospek kandungan
hidrokarbon. Penilaian suatu lapangan ditujukan pada penentuan paramater fisik
yang terdiri dari ketebalan lapisan, permeabilitas, porositas, dan kandungan minyak.
Metode interpretasi log ada dua :
1. Metode kualitatif.
2. Metode kuantitatif (Quick look dan Detailed Evaluation).
Tujuan Analisis
Kombinasi log dapat digunakan untuk :
1. Menentukan lapisan yang mengandung unsur hidrokarbon.
2. Menentukan permeabilitas batuan.
3. Menentukan porositas.
4. Mendapatkan kepastian jenis formasinya. Kombinasi log ini merupakan
gabungan dari aplikasi log listrik, log induksi dan log radioaktif.
Saturasi air pada zona univaded (Sw), yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Archie, adalah parameter paling fundamental dalam evaluasi log. Tapi,
walaupun saturasi zona air diketahui, informasi itu tidak cukup untuk mengevaluasi
potensi produktivitas suatu zona. Harus diketahui pula:
1. Saturasi air cukup rendah untuk dilakukan komplesi bebas air (water-free
completion)
2. Fluida hidrokarbon yang ada dapat bergerak (movable)
3. Zona permeabel
4. Cadangan hidrokarbon yang ada ekonomis dan dapat diproduksikan
(recoverable)
Saturasi air pada flushed zone (Sxo) dapat digunakan sebagai indikator dapat
bergeraknya hidrokarbon (hydrocarbom moveability). Contohnya, bila nilai Sxo lebih
besar dari Sw , maka hidrokarbon di flushed zone kemungkinan telah didorong dari
dekat lubang bor oleh fluida pemboran yang menginvasi formasi.
Keterangan
Qv = konsentrasi ion dalam air formasi yang kontak dengan clay
(meg/ml)
CEC = Cation Exchange Capacity (meg/gm)
B = ekuivalen konduktansi untuk clay exchange sebagai fungsi dari
Rw
Metoda Waxman-Smits ini berlaku untuk berbagai salinitas air formasi
Keterangan
BVW = volume bulk air
Sw = saturasi air di uninvaded zone (persamaan Archie)
Ø = porositas
Bila hasil perhitungan untuk volume air bulk dilakukan disuatu formasi pada
beberapa kedalaman, memberikan hasil yang konstan atau dengan perbedaan yang
sangat kecil, mengindikasikan zona tersebut homogen dan berada pada saturasi air
irreducible (irreducible water saturation, Swirr). Bila suatu zona berada pada
saturasi air irreducible, air yang terhitung di zona uninvaded (Sw) tidak akan
bergerak, karena tertahan di dalam batuan oleh tekanan kapiler. Akibatnya, produksi
hidrokarbon dari zona pada saturasi air irreducible akan bebas air. Formasi yang
tidak berada pada kondisi saturasi air irreducible akan memiliki nilai saturasi air bulk
yang bervariasi. Karena jumlah air yang dapat ditampung dalam batuan berbanding
terbalik dengan ukuran grain, maka volume air bulk akan berbanding terbalik dengan
ukuran grain.
Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air toal (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)
Keterangan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Rd = pembacaan log deep resistivity, (ohm-m)
Rxo = pembacaan log shallow resistivity, (ohm-m)
Rmf@ft = resistivity filtrat lumpur pada temperatur formasi
Rw@ft = resistivity air pada temperatur formasi
Swr = saturasi air dari metode ratio
Ketika tidak ada data porosity yang tersedia, saturasi dapat diperoleh dengan
membandingkan log shallow resistivity dan deep resistivity. Formula ini belum
terkoreksi terhadap shale Metode ini adalah cara terakhir untuk memperoleh saturasi
bila tidak tersedia log porosity.
Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air total (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)
Keterangan
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Sw = saturasi air total (fraksi)
Sw1 = saturasi air iterasi (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)
Flow unit didefinisikan sebagai suatu zona reservoir yang memiliki kemenerusan
lateral, dimana didalamnya terkandung sifat geologi tentang aliran fluidanya
konsisten dan berbeda dengan unit sekitarnya. Pada dasarnya yang memberi ciri
aliran fluida pada batuan adalah besarnya “pore-throat”. Dengan demikian lebih
spesifik lagi “flow unit” dapat diartikan sebagai zona yang didominasi oleh jari-jari
pore-throat yang relatif serba sama, sehingga menunjukkan kelakuan aliran fluida
yang konsisten. Mestinya flow unit dapat dicirikan dari kurva tekanan kapiler yang
diukur pada contoh batuan inti atau pendekatan (approximation) rasio permeabilitas /
porositas pada batuan non-granular.
Pada bagian reservoir yang airnya tidak ikut terproduksi (water-free reservoir zone),
penentuan flow unit dapat juga didasarkan pada perubahan drastis saturasi air
irreducible yang mencerminkan perubahan drastis ukuran pore-throat-nya. Karena
jarang tersedianya pengukuran tekanan kapiler dan data pore-throat, maka pemilahan
flow unit seringkali didasarkan pada log wireline logs. Kandungan shale yang diukur
dari log sinar Gamma atau log lain yang sensitif terhadap keberadaan shale umum
dipakai sebagai panduan pada reservoir klastik, tetapi menjadi kurang berperan pada
reservoir karbonat. Untuk itu biasanya faktor photoelectric dapat dipakai untuk
memerikan unit limestone dan dolomit yang menjadi tumpuan pemilahan flow unit.
Persamaan Flow unit didasarkan pada persamaan modifikasi Kozeny-Carmen dan
Konsep Radius Hidrolik Rata-rata (Mean Hydraulic Radius). dalam menganalisa
flow unit dibutuhkan data dari core dan well log
Langkah Kerja
Prosedur yang digunakan dalam perhitungan ini menggunakan metode detailed
evaluation yaitu dengan menggunakan schlumberger/indonesian equation.
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa.
2. Tentukan Tf :
BHT Ts
Tf = Ts + xDepth Analisa
Depth BHT
3. Tentukan Rmf@Tf :
Tukur 6,77
Rmf@Tf = Rmf@Tukur x
T f 6,77
4. Tentukan SSP dari SP Log
5. Tentukan Rw :
Rmfe Rmfe Rmf
SSP = -K Log ; dengan
R we Rwe Rw
SSP Rmf
Log
K Rw
SSP
Rmf
10 K
Rw
Rmf
Rw = SSP
10 K
Rmf
Rw =
SSP
Tf 460
70 , 7
77 460
10
6. Tentukan Vclay
a. Vshale Gamma Ray
GRlog GRmin
Vclay GR =
GRmax GRmin
b. Vclay SP
SP
Vclay SP = 1-
SSP
7. Tentukan ØD :
ma b
ØD =
ma f
8. Tentukan ØDC:
ØDC = ØD – (Vclay x ØDclay)
ma clay
ØDclay =
ma f
9. Tentukan ØN:
ØN = 1,02 ØNlog + 0,0425
10. Tentukan ФNC:
ØNC = ØN – (Vclay x ØNclay)
11. Tentukan porositas FDL-CNL (Ø*):
* 2 NC 7 DC
9
12. Tentukan Sxo:
1
S XO Vclay
1-
Vclay 2 *
R xo
R clay a R mf
Langkah Kerja
1. Siapkan data permeabilitas (k), porositas (Ø), tekanan kapiler (Pc) dan
mineralogi
2. Lakukan perhitungan terhadap Øz, RQI, FZI dan ØR dengan persamaan
berikut
ØZ =
3. Plot antara log RQI vs log ØZ, log k vs log ØR, log k/Ø vs log ØR
Tabulasi
1 2 3 4 5 6 Vshale 9 10
No Depth Tf SP SSP Rw SP GR ØD ØDC
(m) (ºF)
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
ØDsh ØN ØNsh ØNC Ø* Rxo Rsh Shr Ø*corr Sw
21 22 23 24 25
ØZ RQI FZI ØR k
BAB VII
PENENTUAN CADANGAN
Batuan bersih (clean formation) adalah batuan endapan (sediment) termasuk dalam
tipe quartzose yang tidak mengandung mineral lempung. Meskipun ada batuan pasir
halus, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di pori-pori antar butir,
masih dapat dikategorikan sebagai batuan bersih dalam interpretasi log, karena fokus
disini adalah kelakuan bahan dalam kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam
konteks ini lempung dianggap sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan
kelistrikannya berbeda dengan mineral mineral diatas. Dari log batuan demikian
dapat dikenali dengan menilik bentuk dan alur defleksi SP yang dapat dijelaskan
dengan teori elektro kimia. Pengenalan menurut log dapat dilakukan dengan melihat
defleksi SP sesuai dengan teori elektrokimia. Secara fisik, batuan-bersih (clean
formation) adalah batuan endapan (sediment), termasuk dalam tipe quartzose yang
tidak mengandung mineral lempung. Meskipun sebenarnya dalam komposisi
mengandung sandstone, limestone, dolomite, atau kapur yang mengganjal di pori-
pori antar butir, mineral ini masih dapat dikategorikan sebagai batuan-bersih dalam
interpretasi log, karena yang menjadi fokus disini adalah kelakuan mineral dalam
kaitannya dengan kelistrikan (electricity). Dalam konteks ini lempung dianggap
sebagai pengotor (impurities) karena kelakuan kelistrikannya berbeda dengan
mineral lainnya. Dari log batuan demikian dapat dikenali dengan menilik bentuk dan
alur defleksi SP yang dapat dijelaskan dengan teori elektro kimia
Langkah Kerja
Metode Kualitatif
1. Dari rekaman log SP periksa apakah lapisan yang bersangkutan permeabel:
o Tentukan garis shale (shale base line) dengan menarik satu garis yang
menghubungkan harga-harga SP pada lapisan shale. Kemudian tentukan
garis pasir bersih (clean sand line) dengan menarik garis lurus yang sejajar
dengan lubang bor, dimulai pada formasi pasir dengan harga simpangan
SP tertinggi (Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log)
3. Jika tersedia rekaman Gamma Ray Log, tipe batuan dapat ditentukan
berdasarkan rekaman masing-masing lapisan.
4. Amati log resistivity jangkauan dalam (R64, 6FF40, ILD dan sebagainya).
Harga resistivitas yang relatif tinggi bisa jadi petunjuk adanya lapisan yang
mengandung hidrokarbon atau sebaliknya merupakan lapisan dengan
porositas rendah. Harga resistivitas yang rendah menunjukkan lapisan
mengandung air (salt water bearing formation).
5. Bandingkan ketiga log jangkauan dangkal (misalnya LL8), jangkauan
menengah (misalnya ILM) dan jangkauan dalam (misalnya ILD) untuk
melihat kedalaman invasi air-tapisan (filtrat) kedalam formasi (lihat tabel
perbandingan invasi filtrat lumpur kedalam formasi)
Ro adalah resistivitas formasi pada zona air, dibaca dari log resistivity
jangkauan dalam.
7. Jika lapisan tidak ada zona airnya hitung Sw berdasarkan rumus berikut
Metode Kuantitatif
1. Tentukan tebal lapisan (h) dari log SP, dengan mengukur jarak antara titik
belok defleksi awal dan titik belok defleksi akhir dari kurva SP.
2. Tentukan harga resistivitas air formasi (Rw) dari SP log.
3. Tentukan harga porositas batuan (Ø)
4. Tentukan harga resistivitas batuan (Rt)
5. Tentukan harga F dengan rumus berikut :
Untuk Lapisan (formasi) lunak
Daftar Simbol
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
F = faktor formasi
m = faktor sementasi
Ø = porositas batuan, fraksi
Rmf = resistivitas air lapisan, ohm-m
Rxo = resistivitas daerah terkuras, ohm-m
RW = resistivitas air formasi, ohm-m
Rt = resistivitas batuan, ohm-m
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi
SW = saturasi air formasi, fraksi
Shr = saturasi hidrokarbon tersisa, fraksi
Shm = saturasi hidrokarbon yang dapat bergerak, fraksi
Sxo = saturasi minyak di flushed zone, fraksi
RF = faktor perolehan, fraksi
Pf = tekanan formasi, °F
Tf = temperatur formasi, °F
Z = faktor deviasi gas
Dengan adanya pengaruh shale terhadap interpretasi log standar maka muncul
modelmodel untuk interpretasi batuan pasir yang mengandung shale. Metode
tersebut adalah :
1. Metode kompensasi otomatis (The Automatic Compensation Method).
2. Metode berdasar Dispersed Clay.
3. Metode berdasar Simandoux Model.
4. Metode berdasar Dual Water Model.
Persyaratan
1. Metode Automatic Compensation
Tersedia SP log, Porosity log (Sonic log atau Density atau Neutron
log) dan Induction log
Batu-pasir mengandung dispersed clay
Porositas batuan antara medium sampai high (Ø>15%)
2. Metode Dispersed Clay
Tersedia 2 log porosity: Log Sonik dan Log Density
Batu-pasir mengandung authigenic clay (dispersed)
Lapisan tidak mengandung gas
3. Metode Simandoux
Tersedia 2 jenis log porositas, yaitu Log Density dan Log Neutron
4. Metode Dual-Water
Diperlukan q-log, jika tidak ada gunakan log yang dapat berfungsi
sebagai shale indicator untuk menghitung Vsh
Langkah Kerja
Metode Automatic Compensation
1. Siapkan data pendukung :
Resistivitas lumpur bor (Rm@Ta)
Resistivitas mud cake (Rmc@Ta)
Resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan dari SP log
3. Baca defleksi SP, RIND, Sonic atau Density Neutron Log pada lapisan yang
bersangkutan dan lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga Rw
5. Tentukan harga Rt
6. Tentukan harga ØS tanpa koreksi adanya shale
7. Tentukan harga VSH
8. Hitung harga Øe dengan rumus berikut :
9. Jika porosity log yang digunakan adalah log density atau log neutron,
tentukan harga ØD atau ØN (uncorrected), hitung Øe dengan rumus :
di mana
Metode Simandoux
1. Siapkan data pendukung :
resistivitas lumpur bor (Rm@Ta)
resistivitas kerak lumpur bor (Rmc@Ta)
resistivitas air tapisan (Rmf@Ta)
2. Baca tebal lapisan (h) dari SP log
3. Baca defleksi log SP, log resistivity, log density dan neutron log pada lapisan
yang bersangkutan, dan pada lapisan shale di dekatnya.
4. Tentukan harga resistivitas air formasi (RW)
5. Tentukan harga resistivitas batuan formasi (Rt)
6. Tentukan harga porositas ØD dan ØN pada lapisan yang bersangkutan dan
pada lapisan shale di dekatnya ØDSH dan ØNSH
7. Tentukan harga VSH
8. Lakukan koreksi porositas ØD dan ØN terhadap shale sebagai berikut :
Keterangan :
C = 0.4 untuk batu pasir,
C = 0.45 untuk batu gamping
Keterangan :
harga m = n = 2 dan a berkisar antara 0.8 sampai 1.0
10. Hitung harga porositas total (Øt) dan saturasi air dalam ikatan shale (SB)
dengan rumus :
11. Hitung harga resistivitas air formasi (Rw) batuan pasir bersih terdekat dengan
rumus
12. Hitung harga resistivitas air dalam ikatan shale pada lapisan shale terdekat
dengan rumus
13. Hitung resistivitas air formasi apparent dalam lapisan yang bersangkutan
(Rwa) dengan rumus:
15. Hitung saturasi air efektif dalam lapisan yang bersangkutan (Swe) dengan
rumus
Daftar Simbol
a = konstanta, tak bersatuan
h = tebal lapisan, ft
m = faktor sementasi batuan, tak bersatuan
n = konstanta, tak bersatuan
Ø = porositas, fraksi
ØCL = porositas lapisan pasir bersih, fraksi
ØD = porositas dari density log, fraksi
ØDC = ØD dikoreksi terhadap shale , fraksi
ØDSH = ØD pada lapisan shale, fraksi
ØDN = porositas rata-rata antara ØD dan ØN, fraksie
Øe = porositas efektif, fraksi
ØN = porositas dari neutron log, fraksi
ØNC = ØN dikoreksi terhadap shale, fraksi
ØNSH = ØN pada lapisan shale, fraksi
ØS = porositas dari sonic log, fraksi
ØSSH = ØS pada lapisan shale, fraksi
Teknik Pemetaan
1. Interval kontur, perbedaan nilal antara dua garis kontur yang berdekatan.
Interval selalu merupakan angka konstan untuk seluruh peta. Perbedaan nilai
ini dapat bersifat angka perbedaan hitung ataupun ratio/perbandingan.
2. Pemilihan nilai kontur, hubungannya dengan
Ketelitian data dalam titik kontrol
Kecepatan perubahan nilai secara lateral atau antara (spacing)
Jika perubahan terlalu cepat maka interval harus besar sehingga spacing
tidak terlalu rapat
Dalam pemilihan nilai
3. Titik kontrol, titik kontrol adalah setiap lokasi dalam peta dimana data
didapatkan. Titik ini dapat berupa sumur pemboran (kering ataupun yang
menghasilkan minyak) ataupun berupa sumur pemboran disebut kontrol
sumur
memelihara keseragaman spacing dan bentuk. Spacing dari garis kontur dapat
secara perlahan-lahan melebar atau merapat ke arah ekstrapolasi.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang, hal inl merupakan prinsip dari segi
estetika. Jika keadaan memaksa, gambarkan dua garis kontur dengan nilai
yang sama sejajar dan berdekatan.
4. Garis kontur tidak mungkin berpotongan, sama halnya jika keadaan
memaksa, gambarkan dua garis kontur terpisah yang sama nilainya yang
saling menyerempet. Jika nilainya tidak sama hal ini tidak mungkin terjadi
kecuali dalam kontur struktur suatu antiklin rebah (overluned), maka
gambarkan garis yang ada di sebelah bawah sebagai garis terputus-putus.
5. Satu garis kontur tidak dapat bertindak sebagai nilai maksimum,
6. Prinsip keseragaman bentuk, dari segi estetika dan geologi penarikan garis
kontur harus dibimbing sedemikian rupa sehingga bentuknya serupa, seragam
atau subpararel. Sesuaikan dengan bentuk geologi (struktur, ketebalan
sedimen, dan sebagainya) seperti terdapat secara alamiah.
7. Sesuaikan bentuk garis kontur dengan bentuk ideal geologi yang dipetakan.
Jika yang dipetakan adalah struktur geologi atau bentuk tektonik, maka harus
dapat kita bayangkan bentuk-bentuk lipatan, struktur, antiklin, sumbu-sumbu
lipatan, patahan dan sebagainya, yang akan membimbing kita dalam
memberikan bentuk pada garis kontur. Jika yang dipetakan adalah fasies
sedimen, maka harus dapat kita bayangkan asal transport sedimen, garis
pantai, batas energi gelombang, bentuk cekungan, penebalan sedimen.
1. Peta Top Structure , peta ini menunjukkan penyebaran puncak suatu lapisan
di bawah permukaan. Penyebaran puncak lapisan dapat berupa sinklin,
antiklin, ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan satuan
meter bawah permukaan laut (mbpl) top lapisan pada setiap sumur. Nilai-nilai
ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur.
2. Peta Bottom Structure, peta ini menunjukkan penyebaran lapisan bawah pada
suatu lapisan di bawah permukaan. Penyebaran bawah lapisan dapat berupa
sinklin, antiklin ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan
satuan meter bawah permukaan laut(mbpl) bottom lapisan pada setiap sumur.
Nilai-nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur.
3. Peta Isopach, peta ini menggambarkan garis-garis yg menghubungkan titik-
titik suatu formasi/lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta bawah
permukaan peta ini merupakan peta batas OWC/GOC yang diplotkan dan di-
overlay pada top structure dan bottom structure.
4. Peta Gross Sand, mekanisme pembuatan peta gross sand sama dengan
pembuatan peta top structure, namun data yang dlgunakan dalam pembuatan
peta ini adalah ketebalan dari suatu lapisan. Peta gross sand tidak
berhubungan dengan ketinggian atau kedalaman tetapi peta ini
menggambarkan penyebaran tebal tipisnya lapisan.
5. Peta Net Sand, peta ini menggambarkan akumulasi ketebalan batupasir, tidak
termasuk akumulasi pengotor seperti batulempung dan sebagainya yang ada
dalam suatu lapisan. Sama halnya dengan peta gross sand, peta ini tidak
berhubungan dengan ketinggian melainkan menggambarkan ketebalan.
6. Peta Net pay, peta ini menggambarkan ketebalan batupasir yang mengandung
hidrokarbon. Lain halnya dengan peta net isopach yang menginformasikan
ketebalan batupasir secara keseluruhan. Informasi yang dapat dilihat pada
peta ini adalah pola penyebaran lapisan yang ditunjukkan oleh kontur
struktur, penyebaran ketebalan batupasir yang ditunjukkan dengan kontur net
isopach dan WOC ataupun OGC. Dengan demikian peta net pay merupakan
gabungan dari peta isopach dan peta net sand.
Gambar Peta Net Pay, Overlay Peta Isopach dan Peta Net Sand
Penentuan Cadangan
Cadangan (reserves) adalah akumulasi minyak dan gas yang telah dibuktikan
keberadaannya dengan pemboran eksplorasi atau sebagai jumlah (volume) minyak
atau gas didalam reservoar yang telah diketemukan. Volume minyak dan gas yang
semula terakumulasi di dalam reservoar disebut volume minyak awal ditempat atau
Stock Tank Oil Initially In Place (STOIP) atau biasa juga disebut Originally Oil In
Place (OOIP). Dapat ditulis dengan persamaan:
IOIP = 7758 Vb Ø(1-Sw),bbl
IGIP = 43560 VbØ (1-Sw),cuft
Keterangan
Vb = volume bulk
Ø = porositas
Sw = saturasi air
Dalam praktikum kali ini digunakan metode volumetris dengan anggapan bahwa data
produksi sumur yang bersangkutan belum lengkap. Metode volumetris menggunakan
peta sub surface dan isopach yang didasarkan data elektrik WT, Core, DT dan test
produksi, serta peta kontur yang disiapkan untuk membuat peta isopach dimana
terdapat data-data WOC dan GOC. Volume reservoir produktif diperoleh dengan
menggunakan Planimeter. Berdasarkan pembacaan maka volume zone produktif
dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode :
1. Metode pyramidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas
garis kontur kurang dari 0,5. Dengan persamaan sebagai berikut:
h
Vb = (An + An+1 + An An 1 )
3
Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan
2. Metode trapezoidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan luas
garis kontur lebih besar atau sama dengan 0,5. Dengan persamaan sebagai
berikut:
h
Vb = (An + An+1)
2
Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan
Untuk menunjang hasil yang akurat dalam perhitungan dengan menggunakan metode
volumetrik, maka dapat digunakan metoda cut off reservoir. Metoda cut off reservoir
dapat didefinisikan sebagai suatu harga tertentu dimana dibawah atau diatas harga
tersebut parameter reservoir tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan. Terdapat
beberapa parameter dari cut off antara lain:
a. Cut off porositas didefinisikan sebagai suatu harga porositas dimana harga-
harga porositas dibawah harga tersebut tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan.
b. Cut off permeabilitas didefinisikan sebagai suatu harga permeabilitas dimana
dibawah harga tersebut permeabilitas sudah tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan dalam perhitungan.
c. Cut off saturasi air didefinisikan sebagai harga saturasi air, dimana harga
saturasi air diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
d. Cut off Vclay didefinisikan sebagai harga Vclay dimana Vclay diatas harga
tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
Manfaat penentuan cut off untuk memperkirakan cadangan reservoar akan
menghasilkan jumlah yang akurat.
Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus
terintegrasi. Pada situasi tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia dan
ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data RFT,
maka perpotongan garis gradien tekanan minyak atau gas dengan garis gradien
tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL), bukan WOC
atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya PCT = 0. Bila harga PCT . 0 (dari data
capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh :
Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT masing-masing dalam satuan
feet, psi dan lb/cuft
Metode Adcap
Ada situasi tertentu saat WOC atau GWC tidak atau belum tertembus oleh satu atau
lebih sumur yang sudah dibor. Bila pada situasi ini WOC atau GWC harus
iperkirakan, maka ada cara estimasi (metode Adcap) memperkirakan posisi FWL di
bawah “base sand” (terutama untuk reservoir yang relatif homogen) sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan : permeabilitas absolut (Kgas) porositas (Ø), saturasi air
(Sw) vs depth danPc vs Sw
2. Tentukan displacement pressure (Pd)
5. Perkirakan FWL dari base sand ke bawah sejaun hFWL (dalam satuan feet)
6. Bila ada data tekanan kapiler, maka posisi WOC atau GWC di bawah base
sand adalah
Keterangan :
Pds = displacement pressure dari seal, Psi
Pdr = displacement pressure dari reservoir, Psi
ρwater = densitas air formasi, gr/cc
ρHC = densitas minyak atau gas, gr/cc
hHC = tebal kolom minyak atau gas dalam reservoir, feet
Langkah Kerja
1. Baca skala peta yang akan dihitung.
2. Gunakan planimeter pada luasan di peta isopach, kemudian baca berapa
konstanta yang ditunjukkan oleh planimeter.
3. Hitung ratio dan tentukan metode luasan yang diukur.
4. Tentukan ketebalan dari luasan.
5. Hitung volume batuan (Vb) dengan menggunakan planimeter.
6. Tentukan ketebalan bersih, dilakukan sebagai berkut:
a. Tentukan Sw rata-rata
b. Tentukan porositas (Ø) rata-rata.
c. Tentukan harga Qekonomik limit dan nilai K (diasumsikan). Dengan
persamaan :
0,00708 K h Pe Pwf
Q
ln re rw
d. Subtitusikan nilai K untuk mendapatkan harga Øcut off.
e. Plot harga Ø*corr dan Sw (hasil interpretasi), Subtitusikan nilai Øcut off yang
didapat dan memotong kurva sehingga diperoleh harga Sw cut off.
f. Buat chart Ø*corr vs depth yang dianalisa dan Sw vs depth yang dianalisa.
g. Plot harga Øcut off pada chart, Ø*corr vs depth dan Plot Swcut off pada chart, Sw
vs depth.
h. Tarik harga masing-masing nilai cut off ke bawah sehingga memotong kurva
Ø*corr vs depth dan Sw vs depth.
i. Tentukan zona yang mempunyai harga Ø*corr yang lebih besar dari Øcut off dan
Tentukan zona yang mempunyai Sw lebih kecil dari Sw cut off.
Tabulasi
Buat tabulasi Average Weighted (Ø dan Sw)
No Depth (ft) * corr Sw K (mD)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Menentukan Harga Resistivity Air Formasi (RW)
1. Metode SP, lapisan bersih (clean formation), Lapisan yang bersangkutan mempunyai
defleksi SP, Tersedia rekaman resistivity jangkauan dalam dan jangkauan dangkal
2. Metode Rt, lapisan bersih, Lapisan mempunyai zone air, Tersedia rekaman resistivity
jangkauan dalam dan dangkal
3. Metode Resistivity – Porosity Cross Plot
4. Metode Rxo terhadap Rt Cross Plot
Langkah kerja
Metode SP
1. Siapkan data pendukung :
Diameter lubang bor (dh), Gradien temperatur (G), Resistivity lumpur (Rm)
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (Rmf), Resistivity kerak lumpur (Rmc), Kerapatan jenis lumpur
( m)
2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6 dan hitung harga Rm
pada temperatur tersebut dengan rumus :
Ta
Rm @ TR Rm @ Ta
TR
GEN 6
3. Tentukan tebal lapisan (h) dari SP log dengan mengukur jarak antara titik belok
(inflection point) awal deflekesi dan titik belok akhir defleksi.
4. Tentukan garis shale (shale base line), garis ini merupakan harga rata-rata SP lapisan –
lapisan shale. Garis tersebut merupakan garis referensi SP = 0
5. Tentukan harga SP lapisan dengan membaca harga skala log dimulai dari shale base
sampai garis rata-rata defleksi SP-nya (-mv)
6. Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR
a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m
hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut :
Rmfeq = 0.85 Rmf
b. Jika harga Rmf @ Ta < 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
GEN 9
7. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan
berikut :
1.07
Rmf K m Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf
Rmf
Km tergantung densitas kerapatan jenis (density) lumpur seperti terlihat pada Tabel
GEN-7. Baca Rmf dari Gambar SP-2
GEN 7
SP 2
8. Baca dari log resistivity harga Rxo, Ri, di, Rs, dan Rt (lihat pembacaan Rxo, pembacaan Ri
dan Rt)
Rs Rxo Ri Rxo h d
9. Hitung harga , , , , dan i
Rm Rm Rm Rt d h dh
10. Dari harga SP langkah 5 dan data yang diperoleh dari langkah 8 dan 9 gunakan Gambar
SP-3 atau SP-4 untuk menentukan harga SP.
1
ESSPcor = ESP x
E SP / E SPcor
ESP = ESP x Faktor Koreksin, ESP adalah harga SP hasil langkah 5
SP 3
SP 4
SP 1
12. Dengan harga Rweq hasil langkah 10, gunakan gambar SP-2 untuk menentukan harga
RW.
Metode Rt
1. Siapkan data pendukung
Gradien temperatur (G)
Resistivity lumpur bor (Rm)
Kerapatan jenis lumpur bor ( m)
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (Rmf)
Resistivity kerak lumpur (Rmc)
2. Tentukan temperatur lapisan (TR) menggunakan Gambar GEN-6, kemudian hitung
harga Rm pada temperatur tersebut dengan rumus:
Ta
R m @ TR Rm @ Ta
TR
3. Hitung harga Rmf, Rmfeq, Rmc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga Rmf @ TR
a. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m
Hitung harga Rmfeq dengan hubungan berikut :
Rmfeq = 0.85 Rmf
b. Jika harga Rmf @ Ta > 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
4. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga Rmf dan Rmc dari persamaan berikut
1.07
Rmf K m Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf atau untuk air lumpur garam
Rmf
Rmf = 0.75 Rm
Rmc = 1.5 Rm
Km tergantung kerapatan jenis lumpur seperti terlihat pada Tabel GEN-7.
5. Tentukan harga ROS, biasanya ROS diambil antara 10-20% atau sesuai pengalaman
lapangan.
6. Pada lapisan yang mengandung 100% air tentukan harga Ro dan Rxo dari rekaman
resistivity log (lihat untuk menentukan harga Rxo) Ro adalah Rt lapisan yang
mengandung 100 % air.
7. Hitung RW berdasarkan rumus :
Ro Rmf
RW
Rxo (1 ROS ) 2
Penentuan Rt
Pembacaan Langsung
Dilakukan dengan pembacaan langsung pada rekaman log normal atau lateral. Untuk normal
16 inci, hasil pembacaan perlu dikoreksi lagi terhadap pengaruh lubang bor menggunakan
kurva khusus.
Metode Grafis
Dilakukan terhadap kombinasi log resistivity jangkauan dalam, sedang dan dangkal, untuk
mengoreksi pengaruh keadaan lubang bor, tebal lapisan dan invasi filtrat lumpur. Macam
kombinasi yang dipakai dewasa ini antara lain:
Dual Induction - Laterolog 8
Dual Induction - SFL
Dual Induction - Laterolog 8 - Rxo
Dual Induction - SFL - Rxo
Dual Laterolog - Rxo
Dual Induction - Rxo
Petunjuk kerja ini menerangkan penentuan harga Rt untuk kombinasi Induction Log (RID,
RIM) dan laterolog 8 (RLL8). Cara yang sama dapat diterapkan untuk kombinasi lain dengan
menggunakan kurva yang sesuai.
Langkah Kerja
Pembacaan Langsung
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), ketebalan lapisan (h), resistivity lumpur (Rm),
resistivity lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan (lihat
pembacaan Rm).
2. Pilih pada tabel petunjuk cara pembacaan Rt yang sesuai bagi data dari langkah 1.
R16
3. Khusus untuk normal 16“, gunakan Gambar Rcor-8 : masukkan data pada sumbu
Rm
R16 corr
tegak, pilih diameter lubang sumur sesuai data dan dapatkan harga .
Rm
Harga Rt = R16 corr
Rcor 8
Metode Grafis
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (dh), stand off, resistivity lumpur (Rm), resistivity
lapisan sekitarnya (Rs). Koreksi harga Rm terhadap temperatur lapisan Koreksi pengaruh
lubang bor :
a. Untuk Laterolog 8: Grafik Rcor-1.
R LL8
Masukkan data pada sumbu mendatar dan pilih diameter lubang sumur serta
Rm
RLL8 corr
Rm yang mendekati data, kemudian dapatkan harga .
RLL8
RLL8 corr
RLL8 corr = x RLL8’
RLL8
b. Untuk Induction log : grafik Gambar Rcor - 4a :
Masukkan data diameter lubang sumur pada sumbu mendatar, pilih stand off sesui
data dan dapatkan barehole geometrical factor. Tarik garis lurus dari titik borehole
geometrical factor melalui harga resistivity factor (Rm) untuk mendapatkan Hole
Signal (dalam satuan Conductivity). Konversikan harga resistivity (RIM) hasil
1000
pembacaan menjadi Conductivity C IM , kemudian kurangi dengan Hole
RIM
Rcor 1
Rcor 4a
2. Lakukan koreksi terhadap ketebalan lapisan atas harga RIM dan RID hasil langkah 2b
menggunakan Gambar Rcor-6 : Pilih kurva untuk Rs yang sesuai. Tarik garis tegak lurus
dari data ketebalan lapisan pada sumbu mendatar, sehingga berpotongan dengan kurva
Ra*) yang sesuai. Baca harga RIM terkoreksi pada sumbu tegak. *) Ra = RIM atau RID pada
langkah 2b. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mengkoreksi RID hasil 2b
menggunakan Gambar Rcor-5.
Rcor 6
Rcor 5
Rt
Hitung Rt RID Disamping itu diperoleh harga Rxo :
RID
Rxo
Rxo RID
RID
Daftar Simbol
Rxo = Resisitivity Flushed Zone (ohm-m)
Rt = Resisitivity lapisan sebenarnya (ohm-m)
dh = diameter lubang bor (kaki)
h = tebal lapisan (kaki)
Rm = Resisitivity lumpur (ohm-m)
Rs = Resisitivity batuan sekitar (ohm-m)
R16” = Resisitivity Induction Log 16 Inci (ohm-m)
R16“ Corr = Resisitivity Induction Log 16 Inci terkoreksi (ohm-m)
RLL8 = Resistivity Laterolog-8 (ohm-m)
RLL8 corr = Resistivity Laterolog-8 terkoreksi (ohm-m)
RIM = Induction Resistivity, medium investigation (ohm-m)
CIM = Induction Conductivity, medium investigation (mhos)
RIM corr = Induction Resistivity, medium investigation terkoreksi (ohm-m)
RID = Induction Resistivity, deep investigation (ohm-m)
Penentuan Rxo
Menentukan Harga Resistivity Batuan Di Dalam Flushed Zone
Persyaratan
1. Microlog dan proximity log hanya digunakan dalam lubang bor dengan lumpur dasar air
tawar (fresh water base mud) atau Rmf > 2 Rw dan resistivity batuan tidak lebih dari 200
ohm-m (Rt < 200 Ohm-m).
2. Microlaterolog dan Micro Spherically Focused Log hanya digunakan dalam lubang bor
dengan lumpur dasar air asin (salt water based mud) atau Rmf < 2 Rw dan resisitivity
batuan (Rt) lebih besar dari 200 ohm-m.
3. Petunjuk kerja ini menggunakan alat dan chart interpretasi Schlumberger. Untuk alat dari
perusahaan lain chart interpretasi yang digunakan harus disesuaikan.
Langkah Kerja
Siapkan data pendukung
- diameter lubang bor (dh)
- resistivity kerak lumpur (Rmc @ Ta)
- gradien temperatur (G)
- ketebalan kerak lumpur, kalau ada (hmc)
Ta
Rmc @ TR Rmc @ Ta
TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga resistivity microlaterolog (RMLL)
4. Hitung harga RMLL/Rmc
5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2, masukkan harga RMLL/Rmc pada sumbu mendatar
dan tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva untuk ketebalan kerak lumpur (hmc).
Baca harga RMLLcorr/Rp. Hitung harga Rxo dengan rumus berikut:
RMLL corr
Rxo RMLL
RMLL
RMSFL corr
Rxo RMSFL
RMSFL
Bila digunakan Slimhole MSFL gunakan Gambar Rxo-3 (Slim MSFL) untuk
mendapatkan RMSFLcorr/RMSFL
Daftar Simbol
hmc = tebal kerak lumpur, in
Rm = resistivity lumpur bor, ohm-m
RMLL = resistivity Mikro Laterolog
RMLLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Laterolog, ohm-m
RMSFLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Spherically Focused Log (MSFL) yang
dikoreksi, ohm-m
R1x1 = resistivity batuan pembacaan micro inverse, ohm-m
R2 = resistivity batuan pembacaan micro normal, ohm-m
Rp = resistivity batuan pembacaan Proximity Log, ohm-m
Rp corr = resistivity batuan pembacaan Proximity Log yang dikoreksi, ohm-m
Rmc = resistivity kerak lumpur, ohm-m
Rt = resistivity batuan didaerah yang tidak terganggu, ohm-m
Rxo = resistivity batuan di flushed zone, ohm-m
Ta = temperatur pemukaan, F
TR = temperatur formasi, F
Gambar Rxo-1
Gambar Rxo-2
Gambar Rxo-3
Lithology Symbol