Npm : 16120067
Pelajaran : Kebijakan Publik
Dosen : H.M. Uhaib As’ad, M.SI
Aksi penolakan warga terhadap aktifitas tambang mulai kembali marak pasca ditolaknya
gugatan Walhi kalsel terhadap Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan PT Mantimin
Coal Mining (MCM) terkait perkara lingkungan oleh majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) Jakarta.
Walhi Kalsel menilai , PT MCM tidak memiliki izin Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) karena pemerintah daerah tidak mengeluarkan restu. Adapun PT MCM
merupakan perusahaan batu bara, yang terletak di tiga Kabupaten Di Kalimantan Selatan, yaitu
Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Tengah.
Di Sungai Batang Alai juga terdapat Bendungan yang berjarak 2,9 kilometer dari rencana
lokasi pertambangan. Bendungan ini mengaliri daerah irigasi seluas 8.000 hektare yang biasanya
dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan, dan air minum.
Lantas, ditanya langkah lanjutan, Kisworo menyebut pihak Walhi bakal segera
berkonsolidasi untuk mengajukan banding dan melakukan bentuk-bentuk perlawanan lainnya
mengajak masyarakat Kalsel. Dituturkan Sutiyono sebagai hakim ketua, setelah
mempertimbangkan bukti-bukti persidangan, gugatan dari pihak Walhi tidak termasuk dalam
perkara PTUN. Walhasil, majelis hakim memutuskan menolak menyidangkan perkara tersebut
dengan alasan merupakan perkara perdata dan bukan perkara PTUN. Sekadar diketahui,
perjuangan melawan tambang MCM sudah dimulai sejak awal tahun lalu. Beragam aksi besar-
besaran hingga panggung kesenian dilancarkan. Puncaknya adalah pelaksanaan istighosah yang
dilangsungkan di HST pada 11 Oktober 2018. Pelaksana Tugas (Plt) Bupati HST, Anang
Chairansyah menyebut masyarakat Bumi Murakata bakal tetap dengan pendirian: menolak
industri ekstraktif berupa tambang dan sawit masuk ke daerah meteka.