Anda di halaman 1dari 2

Nama : Istiqoma Ruli Anisa

Npm : 16120067
Pelajaran : Kebijakan Publik
Dosen : H.M. Uhaib As’ad, M.SI

Pemprov Kalsel Dukung Aksi Tolak Tambang di Pegunungan


Meratus

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mendukung aksi warga menolak aktifitas


tambang di pegunungan meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Gubernur Kalimantan Selatan
Sahbirin Nor mengatakan, pihaknya berkomitmen akan membantu warga sesuai kewenangan
yang dimiliki pemeringah provinsi melalui Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Selatan.

Aksi penolakan warga terhadap aktifitas tambang mulai kembali marak pasca ditolaknya
gugatan Walhi kalsel terhadap Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan PT Mantimin
Coal Mining (MCM) terkait perkara lingkungan oleh majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN) Jakarta.

Walhi Kalsel menilai , PT MCM tidak memiliki izin Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) karena pemerintah daerah tidak mengeluarkan restu. Adapun PT MCM
merupakan perusahaan batu bara, yang terletak di tiga Kabupaten Di Kalimantan Selatan, yaitu
Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Tengah.

PERJUANGAN masyarakat Hulu Sungai Tengah (HST), Balangan, dan Tabalong


melawan rencana masuknya perusahaan tambang batu bara PT. Mantimin Coal Mining (MCM)
sedang melewati jalan terjal. Digugat oleh Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi), Senin
(22/10/2018) Majelis Hakim PTUN Jakarta menolak permintaan penggugat kepada Kementerian
ESDM RI dan perusahaan terkait untuk mencabut izin operasi produksi.
DIREKTUR Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono menyesalkan keputusan
majelis hakim yang diisi oleh Sutiyono (Hakim Ketua), Joko Setiono (Hakim Anggota I), dan
Nasrifal (Hakim Anggota II) itu. “Apalagi proses sidang hampir memakan waktu selama delapan
bulan,” ujarnya.

Menurutnya, putusan hakim sama saja mencederai masyarakat Kalsel, khususnya


kabupaten HST yang mayoritas menolak izin tambang batubara PT. MCM. Selain itu, hasil
putusan ini dinilainya makin memperburuk kualitas hukum yang ada di Indonesia. Mengapa
Walhi begitu getol membendung masuknya tambang di HST dan sekitarnya? Pertimbangannya
cukup logis. Pertama, menurut hasil pemetaan Walhi Kalsel, 56% area izin tambang PT MCM
berada pada bentang alam karst atau gunung kapur Pegunungan Meratus. Karst berfungsi untuk
penyalur dan penampungan air pegunungan yang bakal mengalir ke masyarakat sekitar. Kedua,
khusus untuk Hulu Sungai Tengah (HST), kegiatan operasi produksi juga bakal menghantam
Sungai Batang Alai, Kecamatan Batang Alai Timur. Dianggap vital karena menjadi hulunya
sungai-sungai yang berada di Barabai.

Di Sungai Batang Alai juga terdapat Bendungan yang berjarak 2,9 kilometer dari rencana
lokasi pertambangan. Bendungan ini mengaliri daerah irigasi seluas 8.000 hektare yang biasanya
dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan, dan air minum.

Lantas, ditanya langkah lanjutan, Kisworo menyebut pihak Walhi bakal segera
berkonsolidasi untuk mengajukan banding dan melakukan bentuk-bentuk perlawanan lainnya
mengajak masyarakat Kalsel. Dituturkan Sutiyono sebagai hakim ketua, setelah
mempertimbangkan bukti-bukti persidangan, gugatan dari pihak Walhi tidak termasuk dalam
perkara PTUN. Walhasil, majelis hakim memutuskan menolak menyidangkan perkara tersebut
dengan alasan merupakan perkara perdata dan bukan perkara PTUN. Sekadar diketahui,
perjuangan melawan tambang MCM sudah dimulai sejak awal tahun lalu. Beragam aksi besar-
besaran hingga panggung kesenian dilancarkan. Puncaknya adalah pelaksanaan istighosah yang
dilangsungkan di HST pada 11 Oktober 2018. Pelaksana Tugas (Plt) Bupati HST, Anang
Chairansyah menyebut masyarakat Bumi Murakata bakal tetap dengan pendirian: menolak
industri ekstraktif berupa tambang dan sawit masuk ke daerah meteka.

Anda mungkin juga menyukai