Anda di halaman 1dari 64

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada :

Tanggal : 5 s.d. 24 November 2018

Tempat : Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang

Alamat : Jl. Soetomo No. 17 Semarang 50141 Telp. (024) 35559444

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Studi S1 Farmasi Universitas Ngudi Waluyo.

Semarang, November 2018

Apoteker Pembimbing Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama


Semarang.

Septina Rohmiyati S.Farm., Apt. Willy Tirza Eden, M.Sc, Apt

NIP. NIP.

Puspita Sari S.Farm., Apt.

NIP.
Dosen Pembimbing PBL Universitas Ngudi Waluyo

Nova Hasani Furdiyanti, S.Farm.,M.Sc.,Apt Ibu Richa Yuswantina, S.Farm,Apt,M.Si


NIP. NIP .
Mengetahui,

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ketua Program Studi


S1Farmasi
Bhakti Wira Tamtama Semarang Universitas Ngudi Waluyo

Agus Suharto
Ibu Richa Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si
Mayor CKM NRP.519594
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan kasih-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktek Belajar Lapangan
(PBL) di Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan PBL di Rumah Sakit
TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Tujuan dari PBL ini adalah diharapkan agar mahasiswa/i Universitas


Ngudi Waluyo mampu menerapkan teori yang telah diperoleh pada saat kuliah,
sehingga diharapkan mahasiswa/i terampil dalam bidang pelayanan kefarmasiaan
khususnya di Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan


berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Subiyantoro,M.Hum. selaku Rektor Universitas Ngudi


Waluyo.
2. Ibu Heni Setyowati, S.SIT, M.KES selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo.
3. Seluruh Dosen, staf, karyawan dan karyawati di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
atas segala ilmu dan pengarahan yang telah diberikan.
4. Ibu Nova Hasani Furdiyanti, S.Farm.,M.Sc.,Apt dan Ibu Richa
Yuswantina, S.Farm,Apt, M.Si selaku Dosen Pembimbing PKL
5. Direktur Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang
yang telah menerima kami untuk melakukan PKL.
6. Bapak Willy Tirza Eden M.Sc.,Apt, Ibu Puspita Sari S.Farm.,Apt dan Ibu
Septina Rohmiyati S.Farm.,Apt selaku Apoteker pembimbing.
7. Seluruh pegawai khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK III
04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu, atas bantuan, ilmu dan arahannya.
8. Serta Keluarga di rumah atas doa dan dukungannya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah sehat baik secara fisik mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial maupun ekonomis. Kesehatan juga merupakan suatu kebutuhan bagi
setiap manusia, dengan kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk
menciptakan sarana-sarana kesehatan yang berkualitas dan tentunya
berpengaruh positif terhadap kesehatan bangsa Indonesia. Sarana
kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan, bertujuan untuk kemampuan agar selalu hidup sehat.
Upaya kesehatan dapat dilakukan melalui pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)/
yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah
satu unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi
Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum,
Rumah Sakit khusus dan sarana kesehatan lainnya.
Kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
meliputi pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian
dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Pengelolaan perbekalan
farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, memproduksi,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.
Universitas Ngudi Waluyo fakultas Kesehatan jurusan Farmasi
merupakan institusi pendidikan kesehatan yang bergerak dalam bidang
kefarmasian. Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan mata kuliah
berkehidupan bermasyarakat di fakultas Kesehatan kefarmasian
Universitas Ngudi Waluyo yang bertujuan untuk menghasilkan Tenaga
Teknis Farmasi yang terampil, terlatih, dan mampu mengembangkan diri
dengan baik sebagai Tenaga Kesehatan yang profesional.
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) di Rumah Sakit TK III
04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang merupakan kegiatan pelatihan
bagi mahasiwa/i Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Kesehatan Jurusan
Farmasi untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dan memberi
pengalaman bagi mahasiwa/i itu sendiri. Diharapkan mahasiswa praktik
dapat mengetahui kegiatan pengelolaan obat yang ada di Rumah Sakit.
Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini sangat besar manfaatnya bagi
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan teoritis yang didapatkan dari
perguruan tunggi secara langsung. Melalui Praktek Belajar Lapangan
(PBL) ini, diharapkan dapat menghasilkan seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian yang benar-benar handal dan profesional dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
B. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
1. Untuk menerapkan teori yang telah didapatkan selama perkuliahan di
Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Kesehatan jurusan Farmasi dan
membandingkannya dengan lapangan.
2. Untuk memahami peran Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit
dalam menunjang pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem
manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan obat di
Rumah Sakit.

C. Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL)


1. Agar mahasiwa memperoleh gambaran peran Tenaga Teknis
Kefarmasian di dunia Kerja, khususnya di Rumah Sakit.
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Universitas Ngudi
Waluyo Fakultas Kesehatan jurusan Farmasi mengenai kegiatan
kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Mengetahui perbandingan antara teori yang diperoleh selama
perkuliahan dengan kenyataan yang diperoleh di lapangan.
4. Menambah pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mngenai
kinerja profesi farmasi di Rumah Sakit.
D. Waktu dan Tempat pelaksanaan PBL
Pelaksanaan PBL dilaksanakan pada tanggal 05 November-24 November
2018 di Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan layanan
rawata inap, rawat jalan dan gawat darurat. (Permenkes, 2016).

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014


tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014, rumah
sakit umum mempunyai fungsi:

a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan


sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan


berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas
tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan. Berdasarkan jenis
pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi:

a) Rumah Sakit Umum. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub
spesialistik. Rumah Sakit Umum memberi pelayanan kepada berbagai
penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis
dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah,
pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.
b) Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang
mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk
penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non
bedah, misal : Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit
Jantung, Rumah Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.

Berdasarkan kepemilikan, Rumah Sakit dibagi atas:

a) Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah


Rumah Sakit Umum milik Pemerintah, baik pusat maupun daerah,
Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik
Negara. Rumah Sakit Umum Pemerintah dapat dibedakan berdasarkan
unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas
yaitu rumah sakit umum Kelas A, B, C, dan D.
b) Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas:
1) Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit Umum
Swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara
dengan Rumah Sakit Pemerintah Kelas D.
2) Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit Umum Swasta
yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik
dalam 4 cabang, setara dengan Rumah Sakit Pemerintah kelas C.
3) Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit Umum Swasta
yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan
subspesialistik, setara dengan Rumah Sakit Pemerintah kelas B.

Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur :

a) Rumah Sakit Kelas A Rumah Sakit Kelas A yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan
subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1.000 tempat tidur.
b) Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi: Rumah sakit B1 yaitu RS yang
melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum
memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur. Rumah
Sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub
spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.
c) Rumah Sakit Kelas C Rumah Sakit Kelas C yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar,
yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan,
dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.
d) Rumah Sakit Kelas D Rumah Sakit Kelas D yaitu Rumah Sakit Umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan
kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui


tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-
indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :

a) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


BOR menurut Huffman (1994) adalah “The ratio of patient service days
to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan
menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah
har dalam satu periode)) X 100%
b) AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization
stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
c) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien
keluar (hidup +mati)
d) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “The net effect of changed in


occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :

BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur

e) NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah


dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan
gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Rumus :

NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) )
X 1000 ‰

f) GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk


setiap 1000 penderita keluar.

Rumus :

GDR = (Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati))
X 1000 %. (Depkes RI, 2005).

5. Formularium Rumah Sakit


a) Pengertian Formularium

Himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi
untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu. Formularium adalah
dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-
sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang
merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.

Formularium Rumah Sakit merupakan penerapan konsep obat


esensial di Rumah Sakit yang berisi daftar obat dan informasi
penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium
merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat
alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap harus
mengindahkan prinsip manajemen dan kriteria mayor yaitu berdasarkan
pada : pola penyakit yang berkembang di daerah tersebut, efficacy,
efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber
daya dan keuangan rumah sakit (Anonim, 2012).
Seleksi obat yang tepat melalui sistem Formularium Rumah Sakit,
banyak keuntungan yang didapat antara lain meningkatkan mutu terapi
obat, dan menurunkan kejadian efek samping obat. Formularium juga
meningkatkan efisiensi pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan
efisiensi pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan efisiensi dalam
manajemen persediaan, sehingga pada akhirnya akan menurunkan biaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Anonim, 2012).
b) Format Formularium
Format formularium harus menarik, mudah dibaca, berpenampilan
bersih dan profesional, dengan tata bahasa yang baik. Umumnya terdiri
atas:
1) Judul
2) Nama dan gelar KFT
3) Daftar isi
4) Informasi tentang prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat
5) Sediaan yang diterima di rumah sakit mencakup daftar obat yang
ditambah atau ditiadakan sejak edisi terakhir.

Buku formularium harus didistribusikan dan disosialisasikan


kepada semua staf medik rumah sakit, termasuk pimpinan rumah sakit,
komite rumah sakit. Komposisi Formularium : Halaman judul, Daftar
anggota PFT, Daftar isi, Informasi tentang kebijakan & prosedur, Produk
yang diterima, lampiran.
c) Isi Formularium

Isi formularium meliputi :

1. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat yang
meliputi:
Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan obat
dan prosedur untuk menambah obat baru dalam formularium. Uraian
singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk anggota-anggotanya,
tanggung jawab dan kegiatannya. Peraturan rumah sakit tentang penulisan
resep, peracikan dan pemberian obat mencakup penulisan order obat,
singkatan, prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan
terapetik, penghentian obat secara otomatis, order obat secara lisan,
penggunaan obat sendiri oleh penderita, obat sendiri yang dibawa sendiri
dari rumah, dan lain sebagainya.
Prosedur pelayanan kefarmasian, misalnya jam kerja IFRS
(Instalasi Farmasi Rumah Sakit), kebijakan pemberian obat untuk
penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur distribusi, obat untuk
rawat inap dan lain-lain.
2. Daftar Sediaan Obat
Daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam formularium dapat
disusun berdasarkan abjad, menurut nama-nama generik obat,
penggolongan terapi atau kombinasi keduanya.
Informasi pada tiap-tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat
aktif utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara penggunaan
obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan ukuran jumlah dalam
kemasan, formulasi sediaan jika diperlukan. Informasi tambahan, meliputi
rentang dosis bagi dewasa atau anak-anak, informasi biaya.
3. Informasi Khusus
Meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-obat
yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi parenteral baku,
pedoman perhitungan dosis bagi anak-anak, komposisi, tabel kandungan
natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas gula, isi kotak obat
darurat, informasi pemantauan dan penetapan kadar secara farmakokinetik,
formulir untuk permintaan obat nonformularium, formulir pelaporan reaksi
obat merugikan, tabel interaksi obat, informasi pengendalian keracunan,
pembawa baku atau pengencer untuk injeksi, komposisi elektrolit untuk
sediaan parenteral volume besar.
4. Pedoman Penggunaan Formularium
Pedoman penggunaan formularium meliputi :
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu
dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka
mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi. Staf medis harus menerima kebijakan-
kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi. Nama obat yang tercantum dalam formularium
adalah nama generik. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin
harus tersedia di Instalasi Farmasi. Membuat prosedur yang mengatur
pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama, seperti :
1) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik
yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang
diminta.
2) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus
didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.
3) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan
sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang
digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
5. Prinsip Penerapan Formularium
Formularium harus direvisi secara periodic sehingga dapat
merefleksikan penilaian terkini para staf medic. Penerapan formularim
harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut (Anonim, 2012 ):
a) Obat harus diseleksi atas dasar kebutuhan komunitas dan obat-obatan
tersebut harus dapat mengatasi pola penyakit dan kondisi daerah
tersebut.
b) Obat yang dipilih adalah drug of choice. Daftar formularium harus
memiliki jumlah oabat yang terbatas. Hanya obat-obatan yang
diperlukan yang dapat disediakan di rumah sakit. Duplikasi obat
dengan khasiat terapetik sama tidak boleh terjadi.
c) Penggunaan produk obat kombinasi hanya untuk kasus tertentu,
misalnya TB.

Obat-obat yang tidak cukup bukti tentang khasiat, keamanan dan


kualitas, serta tidak cost effectiveperlu dievaluasi dan dihapus bila telah
ada alternative obat yang lebih dapat diterima.

Formularium merupakan sarana yang digunakan oleh dokter dalam


pola pengobatan, oleh karena itu formularium harus lengkap, ringkas dan
mudah digunakan. Formularium sangat diperlukan di rumah sakit karena
dapat digunakan sebagai dasar pedoman perencanaan obat bagi
manajemen dan sebagai sebagai pedoman perencanaan obat bagi dokter
dalam melakukan peresepan di rumah sakit (Anonim, 2012). Prinsip
pengelolaan sistem formularium terdiri atas tiga bagian yaitu :

1) Evaluasi Penggunaan Obat, adalah suatu proses yang dilaksanakan


terus-menerus dan terstruktur yang diakui oleh rumah sakit dan
ditujukan untuk menjamin bahwa obat digunakan secara tepat, aman dan
efektif.
2) Pemeliharaan Formularium Pengkajian golongan terapi obat. Pengkajian
ulang dilakukan setiap tahun oleh Tim Farmasi dan Terapi, bertujuan
agar formularium dapat memberikan informasi yang selalu mutakhir.
Kriteria pengkajian meliputi kemanfaatan, toksisitas, perbedaan harga
dari antara golongan obat yang sama, laporan reaksi obat yang
merugikan, informasi baru tentang suatu obat dari penelitian atau
pustaka medik mutakhir, dan penghapusan golongan obat. Hasil
pengkajian golongan terapi obat dapat menjadi masukan bagi
pengembangan kriteria penggunaan obat baru, dan perubahan
formularium. Penambahan atau penghapusan monografi obat
formularium, yang disampaikan oleh apoteker atau dokter dalam bentuk
formulir permohonan perubahan formularium, disertai laporan evaluasi
obat, dan data mengenai pengaruh obat yang diusulkan terhadap mutu
dan biaya perawatan penderita. Penggunaan obat nonformularium untuk
penderita khusus. Kebijakan dan prosedur penggunaan obat-obat
nonformularium perlu ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi dan perlu
pengkajian tentang kecenderungan penggunaan obat non formularium di
rumah sakit, yang akan mempengaruhi keputusan penambahan atau
penghapusan obat formularium.
3) Seleksi sediaan obat, mencakup konsep kesetaraan terapi yang terdiri
dari subsitusi generik dan pertukaran terapi. Subsitusi generik adalah
obat yang mengandung zat aktif sama dan mempunyai bentuk,
konsentrasi, kekuatan dan rute pemberian yang sama, tetapi dapat
menghasilkan respon farmakologi yang berbeda, sedangkan pertukaran
terapi adalah obat-obat dengan kandungan zat aktif berbeda tetapi dapat
menghasilkan respon farmakologi yang sama.

6. Evaluasi Obat Untuk Formularium

Evaluasi obat untuk formularium terdiri atas nama generik, nama


dagang, sumber pemasok obat, penggolongan farmakologi, indikasi terapi,
bentuk sediaan, daya ketersediaan hayati, dan data farmakokinetik, rentang
dosis dari berbagai rute pemberian, efek samping dan toksisitas, perhatian
khusus, keuntungan dan kerugian, serta rekomendasi. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka dapat diberikan rekomendasi tentang obat
dengan kategori sebagai berikut :

a) Kategori tidak dikendalikan, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua
staf medik.
b) Kategori dipantau, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf
medik, tetapi penggunaanya dipantau oleh IFRS.
c) Kategori terbatas, yaitu obat yang dapat digunakan oleh staf-staf medik
tertentu atau oleh departemen tertentu.
d) Kategori bersyarat, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua staf
medik pada periode tertentu.
e) Ketegori dihapus, yaitu obat yang dihapus dari formularium yang ada.

6. Tinjauan Tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit


a) Definisi IFRS

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas


dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia,
2004). Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu
oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian
(Siregar dan Amalia, 2004).

b) Tujuan dan Tugas Utama Rumah Sakit

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal


b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.

Fungsi Farmasi Rumah Sakit yang tertera pada Kepmenkes No.


1197/MENKES/SK/X/2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

c) Struktur Organisasi IFRS

Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar


Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yaitu :

a. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit


b. Administrasi Farmasi
c. Pengelolaan perbekalan farmasi
d. Pelayanan farmasi klinik
e. Manajemen mutu
d) Kegiatan IFRS

Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan


farmasi rumah sakitsebagai pengelola perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
2. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman
perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data
pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang
farmasi) dan secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan, melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril
dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/droping/hibah.
4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan
farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga murah, sediaan
farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi yang tidak tersedia
dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral,
rekonstruksi sediaan obat kanker.
5. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan


sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi
yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus bersumber dari
distributor utama, harus mempunyai material safety data sheet (MSDS),
khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin,
dan expire date minimal 2 tahun.

6. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang


ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya,
mudah tidaknya meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya,
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7. Pendistribusian

Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit


untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi
dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:

a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada


b) Metode sentralisasi atau desentralisasi
c) Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
Tinjauan Khusus
1. Visi, Misi, Motto Instalasi Rumah Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti Wira
Tamtama Semarang
a. Visi
Menjadi sumber informasi rumah sakit yang akurat.
b. Misi
Meningkatkan mutu pelayanan dan administrasi kesehatan Rumah
Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang
c. Motto
Cepat, Tepat, Akurat
2. Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti
Wira Tamtama Semarang

a. Kepala Instalasi Farmasi

4) Tugas pokok :
a) Membuat rencana kerja tahunan instalasi farmasi
b) Menyusun lembaga anggaran tahunan instalasi farmasi
c) Menyusun struktur organisasi pelaksanaan tugas instalasi
farmasi
d) Menyusun sistem operasional instalasi farmasi
e) Membuat tatalaksana dan petunjuk teknis pelanayanan
kefarmasian
f) Melakukanm evaluasi penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
g) Membuat laporan berkala dan laporan khusus instalasi farmasi
h) Membuat DP-3 seluruh staff instalasi farmasi
5) Wewenang
a) Mengatur pelaksanaan tugas instlasi farmasi
b) Memberikan saran staff kepada kepala rumah sakit
b. Kepala SUB Instalasi Pengendalian Kefarmsian (Dalfar)
1) Tugas Pokok
a) Berkemampuan membuat rencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian diinstalasi farmasi secara periodic.
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan perbekalan
kefarmasian.
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian atas
permintaan bagian pelayanan.
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian perbekalan
kefarmasian sejak penerimaan penyimpanan dan penyaluran
perbekalan kefarmasian.
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan
penerimaan penyimpanan dan penyaluran.
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal pembinaan personil
Dalfar.
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal proses perencanaan ,
pengadaan, perbekalan,kefarmasian berikut proses administrasi.
h) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam pemantauan pekerjaan anfrah
dan produksi persediaan cairan tertentu
i) Pertanggungjawabkan seluruh tugasnya kepada Ka Instalasi Farmasi

2) Wewenang : Memberikan saran staf kepada Ka Instalasi Farmasi

c. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Kefarmasian Yanfar


1) Tugas pokok
a) Berkemampuan membuat perencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian di intalasi farmasi secara periodik
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan
perbekalan kefarmasian sesuai ketentuan
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian atas
permeintaan bagian pelayanan sesuai ketentuan
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian
perbekalan kefarmasian
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan
penerimaan penyimpanan dan penyaluran
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam pembinaan personil Dalfar
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam proses perencanaan
pengadaan perbekalan kefarmasian
h) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal pemantauan pekerjaan
anfrah dan produksi cairan tertentu
i) mempertanggungjawabkan tugasnya seluruh tugfasnya kepada Ka
Instalasi Farmasi
2) Wewenang : Memeberikan saran staf kepada Ka Instalasi Farmasi

d. Penanggungjawab pelayanan BPJS Mandiri Rawat Jalan dan Rawat


Inap
1) Tugas pokok :
a) Berkemampuan membuat rencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian di instalasi farmasi secara periodik
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan
perbekalan kefarmasian sesuai ketentuan.
c) Berkemampuan menyalyurkan perbekalan kefarmasian atas
permintaan bagian pelayanan sesuai ketentuan.
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian
perbekalan kefarmasian sejak penerimaan, penyimpanan, dan
penyaluran perbekalan kefarmasian.
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan
dengan penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan.
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalm hal pembinaan personil
Dalfar.
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam proses perencanaan,
pengadaan perbekalan kefarmasian berikut proses administrasi.
h) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam pemantauan pekerjaan
anfrah dan produksi sediaan cairan tertentu.
i) Mempertanggungjawabkan seluruh tugasnya kepada Ka Instalasi
Farmasi.
2) Wewenang : Memberikan saran staf kepada Ka Instalasi Farmasi

e. Penanggungjawaban Pelayanan BPJS TNI Rawat Jalan dan Rawat Inap


1) Tugas pokok :
a) Berkemampuan membuat rencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian di unit pelayanan BPJS secara periodic
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan
perbekalan kefarmasian di unit pelayanan BPJS sesuai ketentuan
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian di setiap unit
pelayanan BPJS sesuai ketentuan
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian
perbekalan kefarmasian di unit pelayanan BPJS sejak proses
penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran perbekalan kefarmasian.
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan
penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran di unit pelayanan BPJS.
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam proses perencanaan,
pengadaan perbekalan kefarmasian berikut proses administrasi.
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal pembinaan personil unit
pelayanan BPJS.
h) Mempertanggungjawabkan seluruh tugasnya kepada Ka Instalasi
Farmasi.
2) Wewenang : Memberikan saran staf kepada Ka Instalasi Farmasi

f. Penanggungjawab PIO dan Konseling


1) Tugas pokok :
a) Membuka komunikasi dua arah antara pasien/ keluarga pasien
dengan apoteker dengan sikap ramah dan sopan.
b) Berkemampuan memberikan pemahaman yang benar tentang
perbekalan kefarmasian kepada pasien/ keluarga pasien dan tenaga
kesehatan terkait mengenai nama obat, tujuan pengobatan, cara
penggunaan obat, lama pengobatan, efek samping obat, cara
penyimpanan obat dan tanda-tanda toksisitas, dll.
c) Berkemampuan menjelaskan cara penggunaan obat kepada
pasien/keluarga pasien
d) Membuat catatan edukasi/ konseling pasien dan membuat evaluasi
e) Melakukan koordinasi dengan bagian terkait atau hasil edukasi
yang dilaksanakan
f) Mempertanggungjawabkan seluruh tugas keapada Ka Instalasi
Farmasi.
2) Wewenang : Memberikan saran kepada Ka Instalasi Farmasi

g. Kepala Gudang Farmasi :


1) Tugas pokok :
a) Berkemampuan membuat rencanan kebutuhan perbekalan
kefarmasian di gudang farmasi secara rutin
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan
perbekalan kefarmasian di gudang kefarmasian sesuai ketentuan.
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian di setiap unit
pelayanan sesuai ketentuan.
d) Berkemampuan dalam hal pengawasan dan pengendalian
perbekalan kefarmasian gudang farmasi sejak proses penerimaan,
penyimpanan, dan penyaluran perbekalan kefarmasian
e) Membuat laporan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan
penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran di unit pelayanan
perbekalan kefarmasian.
f) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam hal pembinan personil
gudang farmasi.
g) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam proses perencanan
pengadaan perbekal kefarmasian berikut proses administrasi.
h) Mempertanggungjawabkan seluruh tugas keapada Ka Instalasi
Farmasi.

h. Penangggung Jawab Pengendalian dan Peningkatan Mutu


1) Tugas pokok :
a) Mengendalikan agar kegiatan pelayanan perbekalan kefarmasian
memenuhi ketentuan standar pelayanan kefarmasian.
b) Menjaga dan meningkatkan efisiensi pelayanan.
c) Menjaga dan meningkatkan mutu perbekalan kefarmasian
d) Meminimalisir keluhan pelanggan.
e) Mencatat dan mengevaluasi setiap komplain/keluhan.
2) Wewenang :
a) Membantu Ka Instalasi Farmasi dalam mengatur pelaksanaan tugas
di instalasi farmasi
b) Memberikan saran staf kepada Kepala Rumkit

i. Tenaga Teknis Kefarmasian


1) Tugas pokok
a) Berkemampuan membuat rencana kebutuhan perbekalan
kefarmasian di instalasi farmasi secara periodik.
b) Berkemampuan dalam hal penerimaan dan penyimpanan
perbekalan kefarmasian sesuai ketentuan.
c) Berkemampuan menyalurkan perbekalan kefarmasian atas
permintaan bagian pelayanan sesuai ketentuan.
d) Berkemampuan dalam hal pengoprasian komputer dalam
menunjang pelaksanaan tugas di setiap unit instalasi farmasi.
e) Berkemampuan di bidang pelayanan perbekalan kefarmasian.
f) Penerapan resep rawat jalan.
g) Berkemampuan menelaah kelengkapan resep.
h) Berkemampuan menyiapkan obat dan pembuatan etiket.
i) Berkemampuan memberikan edukasi kepada pasien sebelum
menyerahkan obat kepada pasien.
j) Berkemampuan membuat laporan/memasukan data secara
komputerisasi
k) Mempertanggungjawabkan seluruh tugas kepada Ka Instalasi
Farmasi
2) Wewenang : Memberikan saran staf kepada Ka Instalasi Farmasi

j. Reseptir
1) Tugas pokok
a) Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapihan ruangan kantor
dan pelayanan di Instalasi farmasi pada saat jam kerja maupun di
luar waktu jam kerja.
b) Bertanggung jawab atas pembuangan sampah sampai ke titik
kumpul sampah sesuai golongan sampah.
c) Bertanggungjawab dalam pendistribusian obat ke ruangan.
d) Mempertanggungjawabkan seluruh tugas kepada Ka Instalasi
Farmasi.

k. Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi

Menurut SK Menkes Nomor 1197/SK/Menkes/X/2016, Personalia


Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam
bagian organisasi rumah sakit dengan persyaratan yaitu terdapat di
Departemen Kesehatan, terdaftar di Asosiasi Profesi, mempunyai izin
kerja dan mempunyai SK penempatan.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga


kefarmasian professional yang berwenang berdasarkan UU memenuhi
persyaratan baik dari segi aspek hokum, strata pendidikan, kualitas
maupun kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam
rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kepuasan dan rasio
kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan
pelayanan.

f. Sejarah Rumah Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti WIra Tamtama Semarang

Pada tanggal 8 Desember 1949 telah tersusun organisasi Divisi


III/Gubernur III dengan Panglima Devisi dijabat oleh Kolonel Gatot Subroto
Kepala Kesehatan (DK Devisi III) dijabat oleh Letkol. Dr.Suhardi dibantu staf
administrasi Lettu Adam Saleh, kantor yang berlokasi di Hotel Dibya Puti
Semarang. Mayor Dr. Sumartono diperintahkan oleh Kepala DKT III untuk
menerima penyerahan Militer Hospital yang berkedudukan di jalan Bojong 150
Semarang, serah terima dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 1949 dimana
Mayor Dr.Sumartono didampingi oleh Lettu Adam Saleh dan Lettu Ismaun.
Penyerahan dilaksanakan secara bertahap dimana tahap pertama baru diserahkan
Territorial Militair Gezondheids Dienst (TMGD). Rumah sakit yang berlokasi di
jalan Bojong 150, dan yang dijalan HOS Cokroaminoto 10 masih dipergunakan
untuk merawat tentara Belanda yang luka-luka akibat pertempuran sebagai
penanggung jawab Rumah Sakit yang terletak di jalan Bojong 150 ditunjuk Lettu
Ismaun dibantu Zr. Sumartini serta beberapa orang tenaga tambahan dari DKT
Solo.

Penyerahan dilaksanakan secara bertahap dimana tahap pertama baru


diserahkan Teritorial Militair Gezondheids Dients (TMGD). Rumah sakit yang
berlokasi di Jalan Bojong 150, sedang yang di Jalan HOS Cokroaminoto 1 masih
dipergunakan untuk merawat tentara Belanda yang luka-luka akibat pertempuran
sebagai penanggung jawab Rumah Sakit di Jalan Bojong 150 ditunjuk Lettu
Ismaun dibantu Zr. Sumartini serta beberapa orang tenaga tambahan dari DKT
Solo. DKT divisi III yang semula berkedudukan di Hotel Puri kemudian
bergbaung dengan Rummah Sakit di Jalan Bojong 150.
Pada bulan Juni 1950 Mayor Dr. Sumartono ditarik dijakarta dan sebagai
penggantinya ditunjuk Letkol. Dr. Suwondo. Pada bulan Agustus 1950 Militer
Hospital Yuliana Jalan HOS Cokroaminoto 10 daerah diserah terimakan kepada
RI dan di beri nama Rumah Sakit Devisi III / Tentara dan Teritorium Jawa
Tengah. Setelah serah terima dilanjutkan pemisahan personil antara yang
bergabung dengan APRIS dengan tetep bernaung dibawah KNIL/KL.

RS Bhakti Wira Tamtama Semrang merupakan rumah sakit tingkat III


04.06.02 atau setara dengan rumah sakit Depkes tipe C. Berdasarkan surat
keputusan Pangdam IV/Dipoegoro No. Skep/283.04/X/1993 sejak tanggal 30
Oktober 1993, rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
dinas yang terdiri dari TNI (AD, AL, AU), PNS, Askes, Jamsostek beserta
keluargnya serta melayani masyarakat umum atau swasta.

g. Pelayanan Kesehatan Sejarah Rumah Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti WIra


Tamtama Semarang
1. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)
Tugas pokok dan fungsi TPPRJ yaitu melaksanakan pendaftaran pasien
rawat jalan baru maupun pasien lama agar semua pasien rawat jalan dicatat
dan dilayani sesuai dengan ketentuan.
2. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI)
Tugas pokok dan fungsi TPPRI yaitu agar pasien rawat inap dan petugas
TPPRI dapat memahami dan menjaga aturan pendaftaran rawat ina di RS
Bhakti Wira Tamtaa Semarang dan menjaga kelengkapan data pasien
sehingga tertib administrasi akan menghasilkan data yang akurat.
3. Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (TPPGD)
Tugas pokok dan fungsi TPPGD yaitu melayani pasien selama 24 jam
dalam keadaan gawat darurat atau darurat dan untuk tertib administrasi
pasien yang dirawat di UGD (unit gawat darurat).
4. Unit Filing
Bagian filing adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang
mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a) Menerima DRM yang sudah lengkap diberi kode dari bagian koding /
indeksing.
b) Menyimpan DRM yang sudah lengkap ke dalam rak penyimpanan
sesuai dengan metode yang digunakan dan sesuai dengan kode warna
pada nomor rekam medis.
c) Menyediakan DRM yang akan dipinjam.
d) Melakukan penyisiran untuk mengembalikan DRM yang salah letak.
e) Melakukan retensi DRM.
f) Menyimpan DRM inaktif berdasarkan jenis penyakitnya.
g) Bersama tim pemusnahan rekam medis melaksanakan kegiatan
pemusnahan.
h) Setiap bulan melaporkan tingkat ketidaklengkapan DRM pada Sub
Komite Rekam Medis untuk ditindaklanjuti.
5. Unit Gawat Darurat (UGD)

Melayani pasien dengan keadaan gawat darurat di RS Bhakti Wira


Tamtama Semarang dilakukan selama 24 Jam. Terdapat beberapa unit medis
untuk gawat darurat meliputi :

a) Gawat Darurat Medis


Pemeriksaan pasien yang ditangani oleh dokter jaga UGD dalam
melakukan tindakan sesuai dengan tingkat keparahan pasien dengan cepat.
b) Gawat Darurat Bedah
Pemeriksaan pasien dengan tingkat keparahan perlunya dilakukan
tindakan bedah oleh dokter sehingga pasien tidak mengalami pendarahan.
c) Rujukan atau evakuasi pasien
Merupakan suatu keputusan akhir pelayanan UGD rumah sakit dalam
menindaklanjuti pelayanan dirumah sakit apakah pasien UGD perlu
dirujuk ke rumah sakit lain atau dirawat inap.
6. Unit Rawat Jalan (URJ)
Merupakan tempat pelayanan pasien yang berobat di unit rawat jalan,
ataupun sebagai penentu apakah pasien perlu dirawat inap atau perlu
dirujuk ke rumah sakit lainnya. Jenis pelayanan rawat jalan di RS Bhakti
Wira Tamtama Semarang meliputi :
a) Poliklinik umum
b) Poliklinik bedah (umum dan tulang)
c) Poliklinik anak
d) Poliklinik gigi dan mulut
e) Poliklinik THT
f) Poliklinik Obsgyn (Kandungan)
g) Poliklinik kuIit dan kelamin
h) Poliklinik penyakit dalam
i) Poliklinik syaraf
j) Poliklinik rehab medik
k) Poliklinik mata
l) Poliklinik Jantung
7. Unit Rawat inap (URI)
Merupakan inti dari kegiatan rumah sakit, sebagai pengobatan pasien
rawat inap Unit rawat inap juga dibedakan atas kelas
perawatan, seperti sebagai berikut :
a) Nusa Indah
Digunakan untuk melayani pasien dinas beserta keluarga serta pasien
umum yang tersedia dalam fasilitas kelas I, II, dan III dengan kasus
penyakit yang kompleks seperti bedah dan THT yang harus mendapatkan
tindakan operasi.
b) Cempaka
Digunakan untuk melayani pasien dinas beserta keluarga serta pasien
umum yang tersedia dalam fasilitas kelas I, II, dan III dengan kasus semua
penyakit pasien dewasa.
c) Bangsal Melati
Digunakan untuk melayani pasien dinas terdiri dari Militer golongan
pangkat perwira tinggi dan perwira menengah beserta keluarganya,
sedangkan PNS (Pegawai Negri Sipil) yang terdiri dari golongan III dan
IV beserta keluarganya dan pasien umum, tersedia kelas VIP dan I.
d) Bangsal Anggrek

Dipergunakan untuk bangsal anak yang terdiri dari anak keluarga pasien
dinas (Pegawai Negeri Sipil, Tentara Umum, BPJS, dsb) yang tersedia
dalam kelas II dan III.

e) Bangsal Bougenville
Digunakan untuk perawatan kebidanan dan pasien nifas setelah
melahirkan bagi pasien dinas dan umumyang tersedia dalam kelas I, II,
dan III.
f) Bangsal Flamboyan
Digunakan untuk bangsal spesialis penyakit dalam, untuk melayani pasien
dinas beserta keluargannya maupun pasien umum dan BPJS yang tersedia
dalam kelas I, II, dan III
g) Bangsal Dahlia
Digunakan untuksemua pasien dewasa ,yang tersedia dalam kelas I, II dan
III.
h) ICU
Digunakan untuk melayani pasien dinas maupun umum yang
membutuhkan perawatan kritis dan pelayanan yang intensif.
h. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang

KARUMKIT
WAKIL RUMKIT
PFT
KA INSTALASI FARMASI APOTEKER
Mayor Ckm Agus Suharto PENANGGUNG JAWAB
Septina Rohmiyati S.Farm.,Apt.
KARU IFRS
PNS Dwi Kusuma A.

KASUB INSTAL DALFAR KASUB INSTAL YANFAR


Septina Rohmiyati Willy Tirza Eden, M.Sc.,Apt.
S.Farm.,Apt.

PERENCANAAN/ GUDANG PENGENDALI/PENINGKA YAN.IF RAWAT JALAN YAN.IF RAWAT INAP


PENGADAAN FARMASI TAN MUTU Puspita Sari S.Farm.,Apt PNS Nanik S.Farm
PNS Dwi Kusuma PNS Ajeng Septina Rohmiyati
A. Dyah S.Farm.,Apt.

YAN.IF YAN.PIO/K YAN.IF YAN.IF RANAP YAN.PIO/


YAN.IF
RAJAL ONSELING RANAP UMUM/MANDI KONSELIN
RAJAL BPJS
UMUM Puspita Sari BPJS RI G
-Cholifah
-Tata S.Farm.,Apt DINAS -Dani Willy Tirza
-Joko
-Okta -Maria -Fitri Eden,
-Putranto
-Didi -Danis -Senja M.Sc.,Apt.
-Nanik -Prih M
-Aviv
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
A. Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama
Semarang
1. Kegiatan Pelayanan di Farmasi Dinas , Umum, BPJS
a) Resep rawat jalan
1) Pasien Umum
Untuk pasien umum dimulai dari pendaftaran pasien di loket
pendaftaran, kemudian pasien diperiksa oleh dokter dan diberi resep,
resep dibawa ke IGD atau poliklinik sesuai keluhan pasien. Dari
klinik atau IGD pasien mendapatkan resep dari dokter yang
kemudian ditebus di Instlasi Farmasi Rumkit TK.III 04.06.02 Bhakti
Wira Tamtama Semarang. Setelah resep masuk, resep diproses mulai
dari memberi nomor pada resep, mengecek obat apakah tersedia atau
tidak, resep diberi harga, lalu menanyakan apakah pasien setuju
dengan harga tersebut atau meminta obat lain yang khasiatnya sama
namun dengan harga yang lebih murah. Jika pasien bersedia, maka
pasien dapat membayar dikasir, kemudian obat akan disiapkan oleh
petugas farmasi yang berjaga. Setelah itu, pasien dipanggil dan
pasien menyerahkan nota bukti pembayaran. Lalu petugas farmasi
menyerahkan obat dan memberi informasi tentang cara pemakaian
obat, atauran pemakaian, dan menjelaskan efek samping.
2) Pasien BPJS Mandiri
Pelayanan dimulai dari pendaftaran pasien diloket pendaftaran,
lalu dari poliklinik atau IGD pasien akan mendapatkan resep dari
dokter dan diberikan ke Instalasi Farmasi Rumkit TK III Bhakti Wira
Tamtama Semarang yang disertai fotocopy BPJS, bukti pendaftaran
dan surat eligibelitas pasien, hasil cek laborat (jika sebelumnya
dilalukan tindakan lab atau radiologi), serta buku obat (jika
memiliki). Setelah resep sampai di Instlasi Farmasi, resep diberi
nomor dan dicantumkan waktu ketika resep masuk dan mulai
dilayani, lalu resep akan dilayani dan petugas farmasi akan
mengambilkan obat sesuai resep, lalu prtugas mencatat waktu
penyiapan . kemudian, dilanjutkan dengan pemberian etiket, setelah
itu petugas memanggil nama pasien dan menyerahkan obat kepada
pasien disertai pemberian informasi tentang cara pemakaian obat,
aturan pemakaian, dan menjelaskan efek samping. Setelah itu
petugas mencantumkan waktu selesai pelayanan.
3) Pasien BPJS Dinas/ TNI
Pelayanan dimulai dari pendaftaran pasien diloket pendaftaran,
lalu dari poliklinik atau IGD pasien akan mendapatkan resep dari
dokter dan diberikan di Instalasi Farmasi khusus pasien BPJS Dinas
Rumkit Tk. III Bhakti Wira Tamtama yang disertai fotocopy BPJS
dinas, buktim pendaftaran, dan surat eligibitas pasien, hasil cek
laborat (jika dilakukan tindakan lab ataupun radiologi) dan buku
obat (jika memiliki). Setelah resep sampai di Instalasi Farmasi,
resep diberi nomor dan waktu ketika resep masuk dan mulai
dilayani. Lalu resep akan dilayani dan petugas farmasi akan
mengambilkan obat sesuai resep, lalu petugas mencatat waktu
penyiapan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian etiket. Setelah
itu, obat diserahkan kepada pasien disertai pemberian informasi
tentang cara pemakaian obat, aturan pemakaian, dan menjelaskan
efek samping. Lalu petugas mencantumkan waktu selesai
pelayanan.
b) Resep rawat inap
1. Pasien Umum
Untuk pasien rawat inap mulai dari pasien datang ke IGD
kemudian jika keadaan pasien harus dirawat maka pasien tersebut
akan dibawa diruang Rawat Inap. Kemudian dari ruangan, perawat
akan memberikan resep dari dokter untuk diberikan kepada petugas
farmasi yang bertugas, kemudian petugas farmasi akan menelaah
resep berdasrkan pengecekan nama dokter, tanggal resep, nama
pasien , nomor RM, paraf dokter, nama dan jumlah obat. Resep
rawat inap[ diberikan harga dengan pasien computer dengan harga
yang telah ditentukan, kemudian dilayani, dilakukan pengecekan
dan diantarkan diruang rawat inap disertai nota yang berisi nama
obat, jumlah obat, dan harga dari masing-masing oabt.
2. Pasien BPJS Mandiri
Untuk pasien BPJS mandiri resep masuk ke loket BPJS mandiri
kemudian petugas farmasi memberi jam waktu mulai resep masuk
dan memberi nomer pada resep tersebut. Setelah itu petugas farmasi
akan menelaah resep berdasrkan pengecekan nama dokter, tanggal
resep, nama pasien, no RM, paraf dokter, nama obat, dan jumlah
obat. Resep BPJS mandiri diberikan harga yang telah ditentukan,
kemudian pemberian etiket dan aturann pakai, lalu petugas farmasi
mengambilkan obat sesuai resep. Sebelum obat masuk ruangan, obat
di cek terlebih dahulu oleh opetugas farmasi, setelah selesai
pengecekan obat dapat diserahkan ke ruangan sebagai tanda bukti
bahwa obat sudah diserahkan.
3. Pasien BPJS Dinas/TNI
Untuk pasien BPJS dinas resep ke loket BPJS dinas kemudian
petugas farmasi memberin jam waktu mulai resep masuk dan
memberi nomor pada resep tersebut. Setelah itu petugas farmasi
akan menelaah resep berdasarkan pengecekan nama dokter, tanggal
resep, nama pasien, No.RM, paraf dokter, nama obat dan jumlah
obat. Resep BPJS dinas diberikan harga yang telah diten tukan,
kemudian pemberian etiket dan aturan pakai, lalu petugas farmasi
mengambilkan obat sesuai resep. Sebelum obat masuk keruangan,
obat doicek terlebih dahulu oleh petugas farmasi. Setelah
pengecekan dapat diserahkan ke ruangan dengan membawa resep
dan nota untuk ditandai tangani petugas ruangan sebagai tanda bukti
bahwa obat sudah diserahkan.
2. program Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhaki Wira
Tamtama Semarang
a) Harian
1) Menjaga dan memelihara kebersihan dan kerapian di lingkungan
instalasi faramsi.
2) Mengadministrasikan secara baik pengeluaran dan pemasukan obat-
obatan dikartu stock instalasi farmasi dalam kartu stock gudang
semua pasien.
3) Menjadi penghubung distribusi obat-obatan dari instlasi farmasi ke
masing-masing bagian atau ruang inap di rumah sakit.
4) Menjadi penghubung distribusi obat-obatan di instalasi farmasi
kepada sejawat kesehatan lain dilingkungan rumah sakit.
5) Menjadi penghubung distributor resep-resep yang harus direstitusi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira
Tamtama Semarang meliputi :

A. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
1. Menggambarkan alur proses Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai

Mengacu pada Formularium Nasional Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

pilihan pertama pemilihan yaitu di e-catalog (mengacu pada obat generik)

membuka e-catalog di web resmi https://e-katalog.lkpp.go.id dengan mengisi :


Provinsi, Nama, Memilih penyedia, Merk dan klik data

Kemudian dipilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Jika di e-catalog tidak tersedia karena tidak tersedia stock barang, maka pilihan kedua
yaitu pemilihan di PBF.

Pemilihan di PBF berdasarkan :


- PBF Utama dan Sub Distributor
- Harga yang sesuai ( biasanya disertakan dengan anggaran yang telah disetujui )
2. Menjelaskan Kriteria Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
a) Sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
Karena berisi obat yang tepat dan terbukti efektif serta merupakan
drug of choice.
b) Berdasarkan pola penyakit yaitu penyakit kronis
Karena di Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira Tamtama memiliki
pasien yang kebanyakan memiliki riwayat penyakit kronis seperti
DM, Hipertensi, Kolesterol.
c) Berdasarkan obat fast moving
Sediaan farmasi yang banyak dan sering keluar.

3. Menjelaskan Definisi Formularium Rumah Sakit dan Lampiran Foto


Formularium Rumah Sakit merupakan pedoman penggunaan obat
untuk pasien di luar Formularium Nasional yang disepakati staff medis,
disusun oleh Komitte Farmasi dan Terapi dan telah ditetapkan oleh
Rumah Sakit.

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang merupakan unit


kerja dalam memberikan rekomendasi kepada kepala Rumah Sakit
mengenai kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit yang anggotanya
terdiri dari Dokter yang mewakili Spesialisasi yang ada di Rumah Sakit,
Apoteker Instalasi Farmasi serta tenaga kesehatan lain apabila
diperlukan.

Prosedur penyusunan Formularium Rumah Sakit :

1) Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing SMF berdasarkan


standar terapi atau standar pelayanan medik.
2) Mengelompokan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
3) Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT, jika diperlukan dapat
meminta masukan dari pakar.
4) Rancangan hasil pembahasan KFT dikembalikan di masing-masing
SMF untuk mendapatkan umpan balik.
5) Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.
6) Menetapakan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium.
7) Susun kebijakan dan pedoman untuk implementasi.
8) Lakukan edukasi mengenai Formularium kepada staff dan lakukan
monitoring PFT bertanggungjawab dalam penyusunan atau revisi
Formularium yang dibantu secara aktif oleh IFRS.

Penyusun yang terkait :

1) Panitia Farmasi Terapi


2) Instalasi Farmasi
3) Komitte Medik
4) Instalasi Rawat Inap
5) Instalasi Rawat Jalan

B. Perencanaan dan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai
a) Menggambarkan Alur Perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan
Bahan Medis Habis Pakai

Petugas gudang melakukan pengecekan obat yang habis dalam stok persediaan

Petugas menulis dibuku permintaan obat digudang dan diserahkan dibagian


perencanaan gudang

PJ gudang mencatat dibuku defecta untuk dilakukan persiapan pengadaan

(pencatatan buku defecta dilakukan seminggu sekali)


b) Menjelaskan Metode Perencanaan Yang Digunakan Di Rumah sakit
1) Metode Konsumsi
Konsumsi ini didasarkan atas analisis data konsusmsi obat tahun
sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan koreksi langkah-langkah
metode konsumsi:
a. Langkah evaluasi
1. Evaluasi rasionalitas pada pengobatan periode lalu
2. Evaluasi supalli obat periode lalu
3. Evaluasi data stock, distribusi dan penggunaan obat periode
lalu
b. Estimasi jumlah keutuhan obat pada periode mendatang dengan
memperhatikan
1. Perubahan populasi cakupan pelayanan
2. Perubahan pola morbiditas
3. Perubahan fasiilitas pelayanan
c. Penerapan perhitungan
1. Penetapan periode konsumsi
2. Perhitingan penggunaan tiap jenis obat periode lalu
3. Hitung lead time untuk menhhitung safety stock
2) Metode Epidemiologi
Epidemiologi didasarkan pada pola penyakit dan jumlah kunjungan,
frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada, langkah-langkah
metode epidemiologi.
a. Susunan daftar masalh kesehatan/ penyakit utama yang terjadi
b. Lakukan pengelompokan pasien
c. Tentukan frekuensi tiap penyakit perperiode
d. Hitung jumlah episode pengobatan untuk setiap penyakit.
c) Menggambarkan Alur Pengadaan Di Rumah Sakit
1) Catalog Atau Reguler

Barang habis

DIREKAP

Diorder sesuai dengan kebutuhan

Menghubungi PBF:

1. ORDER DENGAN CARA MANUAL UNTUK OBAT REGULER


(MENGGUNAKAN SURAT PESANAN)
2. ORDER ONLINE LEWAT E-PURCHASING (SESUAI E-CATALOG) UNTUK
BPJS

2) LAFI AD

TIAP AKHIR TAHUN MELAKUKAN


PERENCANAAN OBAT DI KESDAM

MEMBAWAHI 7 RUMAH SAKIT DI JAWA


TENGAH

KEMUDIAN BERKUMPUL UNTUK


BERUNDING
PUSKELAD

LAFI AD

PUSKESAD

GUDANG ARE DAN DIH JAWA


TENGAH(GUDKESRA)

KERUMAH SAKIT-RUMAH SAKIT

3) Program Pemerintah (OBAT TB, KIA dll)

PENGADAAN LEAWAT ONLINE (SIMANIS)

PROSES
DIPRINT UNTUK BARANG-BARANG APA SAJA
YANG SUDAH DIPESAN

GUDANG INSTALASI DKK (DEPKKES)

OBAT-OBAT TERSEBUT DIKIRIM KERUMAH


SAKIT

BARANG-BARANG YANG DITERIMA DAN


DIGUNAKAN HARUS ADA PELAPORANNYA

d) Menjelaskan Metode Pengadaan Yang Digunakan Di Rumah Sakit


1) E-CATALOG
Adalah system informasi seputar daftar obat, jenis, spesifikasi teknis
harga satuan terkecil dan pihak penyedian pengadaan obat generic
yang sudah termuat dalam e catalog dilaksanakan melalui mkanisme e-
prchasing serta bersifat penunjukan langsung oleh satuan kerja.
2) LAFI AD
Daah pabrik sediaan farmasi yang dibuat oleh satuan ANGKATAN
DARAT
3) PROGRAM (OBAT TB, KIA dll)
Adalah obat yang disediaan oleh pemerintah untuk
kesejahteraan/kesehatan masyarakat melalui rumah sakit.
e) Lampiran Dokumen Pengadaan (Surat Pesanan)
C. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
1. Menggambarkan Alur Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai

sediaan farmasi, alkes, dan BMHP dari PBF/ droping dari


BPJS dinas diterima oleh gudang.

Pengecekan awal :
1. ED
2. Nomor Faktur
3. Jumlah Barang
4. nama Barang
5. Bentuk Sediaan
6. keadaan fisik barang

Catat di buku Penerimaan barang

Catat di buku Stock

Disimpan pada tempat yang sudah ditentukan


2. lampiran dokumen penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
D. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Bahan Medis Habis Pakai
1. Menggambarkan Alur Penyimpanan

Barang datang dari PBF dan dropping dari BPJS Dinas

disimpan berdasarkan bentuk sediaan atau jenis :


Infus, Injeksi, Tablet, Sirup, Tetes Telinga,Tetes Mata dan Alkes

Disusun berdasarkan alfabetis dan Ukuran kandungan bertujuan untuk memudahkan


pengambilan dan menggunakan sistem FIFO/FEFO

Golongan obat Narkotik dan Psikotropik disimpandalam lemari khusus dengan double
pintu terkunci

golongan obat Hight Alert disimpan pada lemari khusus obat dan diberi label tana
Hight Alert

Golongan obat-obat yang memerlukan suhu khusus disimpan didalam lemari


pendingin
2. Menjelaskan Tata Letak Obat dalam Rak atau Lemari untuk tetap menjaga
mutu
a) Diletakkan berdasarkan bentuk sediaan atau jenis :
b) Infus, Injeksi, Tablet, Sirup, Tetes Telinga,Tetes Mata, Narkotik,
Psikotropik dan Alkes
c) Metode yang digunakan FIFO/FEFO
d) Dikontrol dengan stock Opname secara berkala setiap bulan diperhatikan
suhu penyimpanan sediaan obat seperti yang disimpan pada lemari
pendingin
1. Disimpan pada suhu kamar jika tidak dengan penjelasan lain disimpan pada
suhu 15°C - 25°C
2. Disimpan pada suhu sejuk jika tidak dengan penjelasan disimpan ada suhu
5°C - 15°C
3. Disimpan pada suhu dingin jika tidak dengan penjelasan disimpan pada suhu
0°C - 5°C
e) Kelembaban, obat yang mudah menyerap air disimpan dengan bahan
pengering karena obat bersifat menghisap uap air udara sehingga menjadi
lembab maka banyak obat dalam kemasan disertai pengering (silica gel)
agar tidak lembek. Contohnya yaitu obat dalam bentuk kapsul yang
kemasan seperti botol biasanya disertai dengan silica gel agar tidak lembek
dan lengket.
f) Disimpan terlindungan dari cahaya
Disimpan dalam wadah kedap cahaya, botol kaca hitam dan merah atau
botol dalam coklat tua.
g) Penataan obat tablet secara alfabetis bertujuan untuk mempermudah
pengambilan obat dan untuk penyimpanan alfabetis ini juga harus
berdasarkan bentuk sediaan.
h) Obat-obat yang temasuk dalam Narkotika dan Psikotropika harus disusun
dalam bentuk terpisah dengan obat-obat yang lain dikarenakan ada
pelaporan khusus yang harus diserahkan ke dinas kesehatan setiap
bulannya. Obat Narkotika dan Psikotropika disimpan pada lemari yang
terbuat dari kayu dengna ukuran 40 x 80 x 120cm. Lemari diberikan kunci
ganda.

3. Menjelaskan Farameter Yang Dikontrol Untuk Menjaga Mutu Sediaan


Farmasi Alat Kesehatan Dan Bahan Medis Habis Pakai Selama
Penyimanan
a) sediaan farmasi, alat kesehatan bahan medis habis pakai disimpan
berdasarkan jenisnya
b) tempat penyimpanan tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang dapat menyebabkan kontminasi
c) Bahan yang mudah terbakar disimpan di dalam ruangan tahan api dan
diberi tanda khusus “Bahan Berbahaya”
d) Suhu, Disimpan pada suhu kamar jika tidak dengan penjelasan lain
disimpan pada suhu 15°C - 25°C. Disimpan pada suhu sejuk jika tidak
dengan penjelasan disimpan ada suhu 5°C - 15°C. Disimpan pada suhu
dingin jika tidak dengan penjelasan disimpan pada suhu 0°C - 5°C.
e) kelembaban, untuk menjaga kualitas bahan digunakan palet agar tidak
terkena langsung dengan lantai agar kardusnya tidak basah dan
lembek.

4. Menjelaskan metode penyimpanan (FIFO/FEFO) yang digunakan di Rs


a) FIFO (First In First Out) yang artinya barang dating terlebih dahulu,
dikeluarkan paling pertama. Biasanya penyimpanan obat menggunkan
system FIFO ini digunakan untuk menyimpanan obat tanpa
memperhatikan tanggal kadaluarsa. Pada system FIFO ini memiliki
kekurangan jika diterapkan dalam penyimpanan obat yaitu :
Jika obat datang belakangan EDnya (tanggal kadaluarsa) tinggal
sebentar lagi atau lebih dekat waktu EDnya dari pada obat yang dating
lebih dahulu maka obat yang ED tidak ketahuan sebelum sempat
digunakan.
b) FEFO ( First Expred First Out) barang yang lebih dahulu kadaluarsa yang
akan di keluarkan terlebih dahulu. Tempatkan obat dengan tanggal
kadaluarsa yang lebih pendek di depan obat yang berkadaluarsa lebih
lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat yang
baru di terima di belakang obat yang sudah berada di atas rak.

Keuntungan dengan menggabungkan kedua system tersebut yaitu obat – obat


yang di penyimpanan tidak akan terbuang karena kadaluarsa.

E. Pendristribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai
1. Menjelaskan sistem distribusi yang digunakan di RS untuk pelayanan ke
Unit tertentu dan menggambarkan alurnya.

1. unit IGD  digunakan Troli Emergency

2. unit bedah / OK diadakan agenda

 Alur unit IGD ( Instalasi Gawat Darurat)

Instalasi Gawat Darurat ( IGD


)

Troli9Emergency
IGD0

Jika keadaan darurat


Sudah disiapkan obat – obat petugas / perawat
untuk Emergency. Bersegel menggunakan obat –
obatan ditroli Emergency.

Perawat lapor ke apotek :


Petugas apotek mengisi a. Nama pasien
kembali Troli Emergency. b. Obat yang digunakan
 Alur Unit Bedah / OK

Diunit bedah terdapat lemari khusus yang Pada tiap hari senin dan kamis petugas
berisi injeksi dan alat kesehatan, khusus apotek mengecek.
obat minum tidak tersedia.

Obat yang habis diisi kembali.

2. Menjelaskan sistem distribusi yang digunakan di RS untuk pelayanan ke


pasien rawat

inap dan menggambarkan alurnya.


1. Alur distribusi

Perawat datang ke apotek mengantarkan resep

Sediaan obat / Alkes ditulis sesui dengan resep aslinya dibuku perawat dan di
buku apotek kemudian menuliskan waktu resep masuk dan nama pasien.

Dilakukan skrining resep dan menuliskan waktu mulai mengerjakan.

Menginput data obat / Alkes sesuai dengan Resep dan membuat etiket.

Penyiapan obat sesuai dengan Resepnya.

Dilakkan pengecekan akhir / koreksi.

Obat / Alkes yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam Troli

Dilakukan pengiriman obat ke bangsal.

Obat / Alkes diserahkan kepada perawat tiap bangsal dan disertakan tanda
tangan perawat dan jam masuk obat kebangsal.
2. Pelayanan R/ pasien pulang

Pasien / Keluarga pasien datang ke apotek mengantarkan resep

Resep ditulis dibuku perawat dan di buku apotek :

a. Jam masuk resep


b. Nama pasien
c. Nama obat / Alkes

Pengecekan awal ( kelengkapan R/ dan memberi jam masuk R/ )

Pemberian nota dan pembuatan etiket pada obat.

Pelayanan R/ ( pengambilan / peracikan obat )

Pengecekan akhir ( kesesuaian jumlah dan nama obat yang diambil dengan R/ )

Penyerahan obat diberikan kepada keluarga pasien yang datang ke apotek.


F. Penarikan dan Pemusnahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
1. Alasan Penarikan Dan Pemusnahan
a) Alasan Penarikan
Penarikan dilakukan apabila ada salah satu obat dengan nomor beth
sekian tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.
b) Alasan Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan karena semua perbekalan farmasi yang sudah
expired date atau rusak tidak dapat dikembalikan ke distributor farmasi
karena sesuatu hal.
2. Menggambarkan Alur Penarikan Dan Pemusnahan
a. Alur Penarikan Obat ED / Rusak

Petugas farmasi melaksanakan pengontrolan kadaluarsa atau rusak


menggunakan kartu stock di setiap unit Farmasi.

Pemantauan dilakukan 1 bulan sekali.

Perbekalan farmasi yang akan kadaluarsa dicatat pada kartu stock dan buku
pemantauan.

Perbekalan farmasi yang 3 bulan sebelum kadaluarsa dikembalikan ke PBF


sesuai kesepakatan disertai administrasi sesuai ketentuan.

Perbekalan farmasi yang telah kadaluarsa ditarik dari seluruh unit perawatan
untuk segera dilakukan proses pemusnahan sesuai ketentuan yang berlaku
b. Alur Pemusnahan Obat

Pemusnahan obat dilakukan setiap setahun sekali setelah stock opname akhir
tahun.

Setelah stock opname, petugas instalasi farmasi mendata perbekalan farmasi


yang mendekati kadaluarsa, yang rusak dan mendekati kadaluarsa dan macet.

Perbekalan farmasi yang mendekati kadaluarsa diinformasikan kedistributor


apakah bisa diretur / ditukar dengan perbekalan farmasi yang lain lebih
panjang waktu kadaluarsanya.

Setelah ditentukan waktunya, maka dilakukan pemusnahan perbekalan


farmasi dengan cara dibakar oleh petugas sampah dan disaksikan oleh para
saksi serta dibuat berita acara pemusnahan ( BAP ) perbekalan farmasi.

Berita acara dibuat dan diketahui kepala Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.

Pemusnahan dilakukan oleh kepala Instalasi Farmasi dan dilaksanakan oleh


petugas Instalasi Farmasi minimal 1 orang
c. Alur Pemusnahan R/ dan R/ Narkotika

R/ yang disimpan selama lebih dari 5 tahun diambil dari ruang penyimpanan
arsip R/ untuk dimusnahkan.

Menyiapkan administrasi ( Laporan dan BAP sediaan farmasi dan Alkes )

Menetapkan jadwal, metode, dan tempat pemusnahanpada pihak terkaid.

Menyiapkan tempat pemusnahan.

Kepada IFRS mengajukan permohonan kepada kepala Rumah Sakit untuk


memusnahkan resep – resep tersebut.

Setelah dilakukan kapan waktu pelaksanaannya, dilakukan dengan cara


dibakar dan disaksikan oleh para saksi.

Tata cara pemusnahan :


a. R/ Narktika dihitung jumlahnya.
b. R / lain ditimbang
c. R / dihancurkan, lalu dikubur / dibakar.

Memuat laporan pemusnahan R/ yang sekurang – kurangnya memuat :

a. Waktu dan tempat pelaksanaan.


b. Jumlah R/ narkotika dan berat R/ yang dimusnahkan.
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan R/
d. Nama saksi dalam pemusnahan.

Membuat berita acara pemusnahan ( BAP ) yang ditanda tangani oleh


apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan R/
G. Pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Menjelaskan Prosedur Evaluasi obat Slow Moving secara skematis

Petugas farmasi mengumpulkan data obat yang slow moving dan


obat yang sudah mendekati masa kadaluarsa (ED) dibuat laporan
setiap bulan

Petugas farmasi menindak lanjuti obat-obat tersebut dengan cara:


- Menghubungi principal dan distributor dari masing-masing obat
dapat di retur
- Membuat edaran kepada dokter-dokter agar obat tersebut
digunakan sesuai dengan standar farmasi

Melakukan evaluasi dan membuat laporan kepada tim penyusun


formularium agar data tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam
penyusun formularium berikutnya

2. Menjelaskan Prosedur Evaluasi obat Death Stock secara skematis

Petugas farmasi mengumpulkan data obat yang slow moving dan


obat yang sudah mendekati masa kadaluarsa (ED) dibuat laporan
setiap 6 bulan

Petugas farmasi menindak lanjuti obat-obat tersebut dengan cara:


- Menghubungi principal dan distributor dari masing-masing obat
dapat di retur
- Membuat edaran kepada dokter-dokter agar obat tersebut
digunakan sesuai dengan standar farmasi

Melakukan evaluasi dan membuat laporan kepada tim penyusun


formularium agar data tersebut dapat menjadi pertimbangan dalam
penyusun formularium berikutnya
H. Administrasi IFRS
1. Pelaporan IFRS periode bulanan dan lampirkan
a) Melakukan stock opname pada akhir bulan untuk stock obat dan alat
kesehatan
b) Pelaporan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP

2. Tidak ada pelaporan Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk Triwulanan


3. Pelaporan IFRS Semester/Tahunan dan lampirkan yaitu Laporan Evaluasi
Penggunaan Obat
BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1. Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK III 04.06.02


Bhakti Wira Tamtama Semarang menggunakan sistem First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
2. Obat di Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang
didistribusikan dari gudang ke Pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan
Rawat Jalan yang kemudian di serahkan kepada pasien.
3. Kegiatan dalam pengelolaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang sudah
sesuai dengan prosedur yaitu meliputi perencanaan, pencatatan, dan
pelaporan.

B. Saran
1. Sebaiknya dibuatkan ruangan khusus untuk tempat meracik obat agar
lebih berkonsentrasi dan leluasa dalam meracik obat.
2. Sebaiknya kartu stok dijalankan sebagaimana mestinyua agar
memudahkan dalam pendataan penerimaan dan pengeluaran obat-
obatan dan alat kesehatan
3. Adanya penambahan tenaga farmasi untuk memudahkan tercapainya
pelayanan kefarmasian yang maksimal untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Pedoman


Penerapan Formularium Nasional, Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

Mahfudhoh S. and Rohmah T.N., 2015, Faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium, Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol. 3, No. 1 Januari – Juni
2015, 21 – 30.

Maison S.G., Durand M., and Mahone M., 2014, The Effects of
Ursodeoxycholic Acid Treatment for Intrahepatic Cholestasis
of Pregnancy on Maternal and Fetal Outcomes: A Meta-
Analysis Including Non-Randomized Studies, J Obstet
Gynaecol Can 2014;36(7):632–641.

Manalu D.D., 2012, Analisis Kepatuhan Dokter Terhadap


Formularium di Rumah Sakit MH Thamrin Salemba pada
Bulan Januari – Juli 2011, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Peminatan Manajemen Rumah Sakit, Universitas
Indonesia, Depok.

Medisa D., Danu S.S. and Rustamaji., 2015, Kesesuaian Resep dengan
Standar Pelayanan Medis dan Formularium Jamkesmas pada
Pasien Rawat Jalan Jamkesmas, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.
11, No. 1 Tahun, 20 – 28.

Regaletha T.A.L., 2009, Faktor - Faktor Internal dan Eksternal yang


Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Dokter dalam Menulis
Resep Pasien Rawat Jalan Berdasarkan Formularium di RSUD
Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang, Tesis, Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Republik Indonesia, 2008, Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, Jakarta.
Petty T.L., Brandon M.L., Busse W.W., Chervinsky P., Schoenweter
W., Beaupre A., Boulet L.P., and Mazza J., 1988, A
Comparison of Oral Procaterol and Albuterol in Reversible
Airflow Obstruction, PubMed: 2974263, Terdapat di :
https://doi.org/10.1164/ajrccm/138.6.1504 [Diakses pada 8
januari 2018].

Republik Indonesia, 2009, Undang – Undang Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Republik Indonesia, 2014a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit, Jakarta.

Republik Indonesia, 2014b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Republik Indonesia, 2015, Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –
2019, Jakarta.

Republik Indonesia, 2016, Peraturan Meteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.

Siahaan S., 2013, Analisis Ketersediaan dan Pola Peresepan Obat di


Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia, Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, Vol. 16, No. 4 Oktober 2013, 373 – 379.

Wambraw J., 2006, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Ketidakpatuhan Dokter Dalam Penulisan Resep Sesuai dengan
Formularium Rumha Sakit Umum R.A Kartini Jepara Tahun
2006, Thesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai