Bab 1 Analisis Hidrokuinon Dan Merkuri

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir 3500
tahun sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya
tanah liat, lumpur, dan arang. Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon,
rempah, minyak bumi, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam
kehidupan masyarakat saat ini (Ningsih, 2017).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
445/Menkes/Per/V/1998 Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan yang
siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan, melindungi kulit supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Kosmetika merupakan suatu
komponen sandang yang sangat penting peranannya dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya. Masyarakat tertentu sangat bergantung pada
sediaan kosmetika pada setiap kesempatan.
Tidak dapat diragukan lagi bahwa kebutuhan kosmetika dewasa ini sudah
demikian primer hampir sebagian wanita, pria, dan anak-anak. Lihat saja
besar dan kuatnya industri kosmetika yang tidak kalah kuatnya dengan
industri-industri lain. Lihat pula perangkat pelayanan (salon) dan penjualan
yang telah mendesa. Semua itu menunjukkan peranan kosmetika yang sangat
penting dewasa ini. (Wasitaatmadja,2016)
Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat,
bahan aktif ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, dan bahan
pewangi. Pada pencampuran tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan
kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk
farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 2017)
Krim pemutih adalah salah satu jenis kosmetik yang merupakan
campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan khasiat bisa
memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Tujuan penggunaannya dalam
jangka waktu lama agar dapat menghilangkan atau mengurangi
hiperpegmentasi pada kulit. Tetapi penggunaan yang terus-menerus justru
akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen (Citra, 2015).
Sediaan kosmetika jenis pemutih, pewarna bibir atau perona wajah serta
kosmetika yang berperan untuk keindahan kulit wajah lainnya banyak sekali
beredar di pasaran. Perkembangan selanjutnya suatu sediaan kosmetika akan
ditambahkan suatu zat tambahan yang akan menambah nilai artistik dan daya
jual produknya, seperti penambahan bahan pemutih (Widana, 2007).
Maraknya kosmetik yang beredar di pasaran dinilai dapat membahayakan
konsumen. Dua zat kimia yang ditambahkan dalam kosmetik adalah
hidrokuinon dan merkuri, karena kemampuan zat tersebut untuk menghambat
pembentukan melanin pada permukaan kulit dan menjadikan kulit putih
mulus dalam waktu yang relatif singkat.
Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak
digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja
pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar
yang lebih tinggi, tetapi kadar yang tinggi akan memberikan efek sampng
yang tidak diinginkan (Ibrahim et al., 2017).
Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang
penggunaannya berdasarkan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang melebihi
5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Bahaya
pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi
kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker darah dan kanker
hati. Pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan iritasi kulit, jika
diihentikan seketika akan berefek lebih buruk. Kadar hidroquinon yang
beredar di pasaran hanya diperbolehkan 2%, lebih dari itu dipergunakan obat
(BPOM RI, 2017).
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 dengan berat
molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang berasal dari
bahasa yunani hydrargyricum yang berarti cairan berwarna perak (SPU,
2017).
Dalam krim pemutih biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu
ammoniated mercury, digunakan sebagai pemutih kulit dalam sediaan krim
karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih pada
kulit sangat kuat, karena toksisitasnya terhadap organ-organ ginjal, saraf, dan
otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik
(WHO, 2017).
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998
tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet, dan tabir surya pada
kosmetik. Dalam kadar sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai dari
perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi serta pada
pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan
kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (BPOM RI, 2017).
Karena masyarakat mudah tergiur dengan yang instan, seringkali tidak
perduli apakah kosmetik yang diberikan telah terdaftar di BPOM atau belum.
Kesadaran produsen juga diperlukan sehingga tidak hanya mendahulukan
profit tapi juga keamanan. Masyarakat yang hanya melihat hasil tanpa melihat
efek juga tidak pernah tahu bahwa ternyata kosmetik yang digunakan
mengandung zat kimia berbahaya bagi tubuh.
Banyaknya produsen yang membuat kosmetik racikan untuk konsumen
yang tidak diketahui dengan jelas kandungan dalam sediaan krim kosmetik
tersebut, diduga dapat membahayakan konsumen. Hal ini diakibatkan
kecenderungan penggunaan hidroquinon dan merkuri dalam sediaan krim
pemutih. Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, maka peneliti
menguji krim pemutih yang beredaran dipasaran untuk dianalisis kandungan
hidrokuinon dan merkuri dalam sediannya.
Metode yang digunakan dalam penentuan kadar merkuri yaitu dengan
Kompleximetri. Sedangkan penetapan kadar hidrokuinon yaitu dengan
Spektrofotometri (DepKes,2017).
1.2 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, hanya dibatasi pada:


1. Sampel yang diteliti adalah krim malam merk x yang dijual di Pasar
Rengel.
2. Zat yang akan ditetapkan kadarnya adalah hidrokuinon dan merkuri

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah dalam 3 sampel krim pemutih merk x mengandung hidrokuinon ?


2. Apakah dalam 3 sampel krim pemutih merk x mengandung merkuri ?
3. Berapakah kadar hidrokuinon yang terdapat pada 3 sampel yang diuji ?
4. Berapakah kadar merkuri yang terdapat pada 3 sampel yang diuji ?
5. Apakah kadar hidrokuinon dan merkuri yang terdapat dalam krim pemutih
merk x tersebut masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kadar hidrokuinon dalam krim pemutih merk x


2. Menganalisis kadar merkuri dalam krim pemutih merk x
3. Menilai krim pemutih merk x yang dianalisis masih dalam taraf aman

1.5 Hipotesa Penelitian

1. Diduga krim pemutih merk x yang banyak digunakan mengandung


hidrokuinon dan merkuri
2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon yang melebihi batas yang
diperbolehkan dalam krim pemutih

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Umum
a. Memberi informasi kepada masyarakat agar berhati-hati dalam
menggunakan krim pemutih terutama yang tidak teregistrasi BPOM
b. Masyarakat harus lebih berhati-hati dalam menggunakan krim
pemutih

2. Manfaat Khusus
a. Memperdalam ilmu peneliti tentang analisa
b. Memberi masukan kepada pemeriintah supaya lebih ketat dalam
mengawasi keamanan kosmetik krim pemutih yang beredar di pasaran

Anda mungkin juga menyukai