Disusun oleh :
I. Tujuan
Membuat sediaan Tablet Vitamin C 50 mg yang baik menggunakan
teknik kempa langsung.
C. Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi
persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu
tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
Syarat-syarat Tablet
1) Memenuhi keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 11/3
tebal tablet.
2) Memenuhi keseragaman bobot
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut :
ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang
bobotnya menyimpangdari bobot rata-rata lebih dari harga dalam
kolom B.
Jika perlu, dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan dalam kolom A dan B.
Penyimpangan bobot rata-
Bobot Rata-rata rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg sampai dengan 150 mg 10 20
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5 15
lebih dari 300 mg 5 10
Cara pembuatannya :
zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan
zat pelican dicampur dan dibuat dengan cara kempacetak menjadi
tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang jadi dipecah
menjadi granul lalu diayak, akhirnya dikempacetak menjadi tablet
yang dikehendaki dengan mesin tablet.
e) Kempa Langsung
Syarat bahan obat yang dibuat dengan granulasi kering, yaitu :
a) Mempunyai sifat alir baik
b) Kompresibilitas baik
c) Tidak tahan pemanasan
d) Rusak oleh adanya air
e) Dapat ditambahkan pengisi yang mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas baik
H. Kontrol Kualitas
Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum,
selama dan setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan
(in process control/IPC), meliputi antara lain :
1. Pemeriksaan Sediaan Sebelum Tabletting
a. Kualitas formulasi bahan yang dipakai
b. Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah
proses pencampuran
c. Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi
ukuran partikel dan kompressibilitas
2. Pemeriksaan Selama/Setelah Tabletting
a. Penampilan Umum (Organoleptis)
Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran
(panjang, lebar, diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan,
konsistensi dan cacat fisik, dan tanda-tanda pengenal lainnya
(logo, break line, dsb), bau, ciri-ciri khas lainnya.
b. Keseragaman Kadar
Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan
monografi masing-masing bahan.
c. Keseragaman Bobot
Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan
standard deviasi relatif (RSD).
Syarat :
1) Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %
2) Tablet dengan bobot 130 – 324 mg, max RSD 7,5 %
3) Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%
d. Kekerasan Tablet
Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya
mengatur tekanan yang dibutuhkan untuk memecah satu
tablet yang diletakkan dalam alat tersebut. Gunanya untuk
mengetahui ketahanan tablet bila mengalami benturan selama
proses pengemasan dan transportasi. Tablet yang baik
kekerasan : min 4 kg
e. Kerapuhan Tablet
Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya dengan
mengukur prosentase susut berat tablet setelah diputar dalam
alat tersebut selama 4 menit (rpm 25) atau 100 putaran.
f. Waktu Hancur
Ditentukan dengan alat Desintegrating tester, prinsipnya
sejumlah tablet (6 tablet) dimasukkan dalam air atau medium
lain dengan suhu 37o C, dinaik-turunkan, diukur waktunya
sampai semua tablet hancur. Syarat : jika tidak disebutkan
lain, tidak boleh lebih dari 15 menit.
III. Formulasi
A. Formulasi Acuan
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Compressed Solid Products Volume One:Second Sarfaraz K. Niazi
Pharmaceutical Scientist, Inc. Deerfield, Illinois, US Edition page 521
B. Formulasi Usulan
R/ Asam Askorbat 50 mg
Avicel pH 102 60
Mg. Sterarat 1
GMS 3,2
IV. Preformulasi
B. Farmakodinamik
Vitamin C berperan sebagai suatu kofaktor dalam sejumlah
reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan elektron ke
enzim yang ion metalnya harus berada dalam keadaan tereduksi ;
dan dalam kondisi tertentu bersifat sebagai antioksidan. Dengan
demikian vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan
residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan
hidroksilisin pada sintesis kolagen. Selain itu juga diperlukan untuk
perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh
mikrosom dan hidroksilasi dopamin menjadi norepinefrin. Asam
askorbat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan
dalam pembentukan hormone oksitosin, hormone
antidiuretik. Dengan mereduksi ion feri menjadi fero dalam
lambung, vitamin C meningkatkan absorpsi besi. Selain itu vitamin
C juga berperan pada pembentukan steroid adrenal. Pada jaringan
fungsi utama vitamin C ialah dalam sintesis kolagen, proteoglikan
dan lain zat organik matriks antarsel misalnya pada tulang, gigi,
dan endotel kapiler. Dalam sintesis kolagen selain berperan
dalam hidroksilasi prolin, vitamin C juga nampaknya
berperan untuk menstimulasi langsung sintesis peptide
kolagen. Pada penderita skorbut gangguan sintesis kolagen
terlihat sebagai kesulitan penyembuhan luka, gangguan
pembentukan gigvdan pecahnya kapiler yang menyebabkan
perdarahan seperti petekie dan ekimosis. Perdarahan tersebut
disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel
endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada
jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh
penekanan.
3. Lactosa
Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang dihasikan berasa
manis karena bahan aktif (Furosemid) yang hampir tidak berasa
dengan demikian akan lebih mudah untuk diterima oleh pasien.
Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 65-85 %. Lactosa
digunakan sebagai pengisi yang paling umum.
7. Laktosa = 24.000 –
(6.000+300+7200+400+300+100)
= 24.000 – 14300
= 9700 mg
8. Pewarna Orange qs
E. Penimbangan Bahan
1. Asam Askorbat = 6.000 mg
2. Aerosil 200 = 288 mg = 300 mg
3. Avicel PH101 = 7200 mg
4. Gliseril monostearat = 400 mg
5. Laktosa = 9700 mg
6. Mg stearat = 100 mg
7. Asam Stearat = 288mg = 300 mg
8. Pewarna orange qs
F. Bahan dan Fungsinya di Dalam Tablet
Bahan Fungsi
Asam Askorbat Zat Aktif
Laktosa Pengisi dan Pemanis
Aerosil 200 Penghancur, pelincir
Avicel pH 101 Pengikat
Mg Stearat Lubrikan
Pewarna Kuning Pemberi Warna
Alat Bahan
Mortir dan Stamper Asam Askorbat
Gelas ukur Lactosum
Erlenmeyer Asam Stearat
Baker glass Gliseril monostearat
Corong gelas Mg Stearat
Neraca analitik gram Aerosil
Neraca analitik Pewarna Kuning
miligram
Anak timbangan
Sendok spatula
Perkamen
2. Kadar Pemampatan
% T = V0 – V500
V0
Ket :
% T = Kadar pemampatan
V0 = Volume sebelum pemampatan
V500= Volume setelah pemampatan 500 kali
% T < 20 atau V < 20 ml granul memiliki aliran yang baik.Kadar
pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran.
3. Kompresibilitas
% K = Dapt – Davc x 100 %
Davc
Ket :
Dapt : Berat jenis nyata setelah pemampatan 500 x
Davc : Berat jenis nyata sebelum pemampatan
Jika % K:
5 – 10 % : Aliran sangat baik
11 – 20 % : Aliran cukup baik
21– 25 % : Aliran cukup
> 26 % : Aliran buruk
4. Aliran
Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 gram granul menggunakan corong
kaca dengan dimensi sesuai. Dengan 2 cara yaitu, cara bebas dan
cara tidak bebas ( paksa ) digetarkan. Biasanya jika 100 gram
granul mengalir dalam 10 detik maka lairan baik.
Metode sudut istirahat
Masukkan 100 gram granul (tutup bagian bawah corong).Tampung
granul diatas kertas grafik.
Hitung x (sudut yang dibentuk tumpukan granul dengan kertas).
Jika x :
25 – 30 derajat : Sangat mudah mengalir
30 – 40 derajat : Mudah mengalir
40 – 45 derajat : Mengalir
> 45 derajat : Kurang mengalir
b. Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam
kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak 1 tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B :
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %
> 300 mg 5% 10 %
c. Kekerasan Tablet
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu
serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan
dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan
dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan (Parrott, 1971).Keseragaman minimum 4 kg diukur
dengan alat Hardness tester.
Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian
diukur kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Letakkan sebuah tablet dengan posisi tegak diantara anvit dan
punch, lalu tablet dijepit dengan cara memutar sampai tablet pecah
dan retak. Pada saat tersebut angka yang ditunjukkan oleh jarum
adalah kekerasan tablet tersebut.
d. Kerenyahan Tablet
Friabilitas dinyatakan dengan presentase selisih bobot
sebelum dan sesudah pengujian dibagi dengan bobot mula-mula .
Alat yang digunakan : Friabilator
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu
dibersihkan dari sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator dan diputar
sebanyak 100 kali putaran selama 4 menit , jadi kecepatan
putaranya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet
dari alat, bersihkan dari debu dan timbang kembali seluruh tablet
dengan seksama. Kemudian hitung persentase kehilangan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet yang baik memiliki
keregasan kurang dari 1 %
e. Waktu Hancur Tablet
Masukkan tablet ke dalam keranjang alat, turun naikkan
keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan
hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa,
kecuali fragmen dari zat penyalut. Bila tidak dinyatakan waktu
untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet bersalut gula atau
selaput.
Jika tidak memenuhi syarat, pengujian diulang dengan
menggunakan tablet satu per sat, kemudian diulangi lagi
menggunakan 5 tablet dengan cakram tertentu, dan tablet harus
memenuhi syarat diatas.
b. Keseragaman Ukuran
Diukur 6 tablet menggunakan jangka sorong
Tablet Diameter Ketebalan
1 0,66 0,52
2 0,65 0,57
3 0,65 0,59
4 0,65 0,57
5 0,64 0,58
6 0,64 0,59
Jumlah 3,89 3,42
Rata-rata 0,648 0,57
c. Friabilitas
Berat awal = 3,7667 gram
Berat akhir = 0,7864 gram
1 - 0,7864 gram x 100%= 19% (syarat ideal kurang dari 1% )
3,7667 gram
Tablet Vitamin C tidak memiliki keregasan yang baik karena tablet
yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%.
b. Kekerasan Tablet
Diukur kekerasan 6 tablet dengan menggunakan alat hardness tester.
Tablet Kekerasan
1 0
2 1
3 1
4 0
5 1
6 0
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Lampiran – lampiran
Kotak
Etiket
Brosur