Anda di halaman 1dari 34

INPUT UNTUK RENSTRA KEHATI

Tata Kelola PSDA &


Keterpaduan Pembangunan dng
Pendekatan Landscape
HARIADI KARTODIHARDJO

Jakarta, 16 Oktober 2017


Pokok Bahasan
1. Empiris
: Kasus Riau—Pendekatan
Landscape
2. Keterkaitan
dan ketergantungan antar
isu—program—kegiatan
3. Kondisi dan Implikasi Tata Kelola
4. Strategi
Mengatasi Masalah Keterpaduan
dan Bad Governance
5. Catatan Akhir
1. KASUS : REVITALISASI EKOSISTEM/
LANDSCAPE TESSONILO, RIAU
Ekosistem Tesso Nillo (916.343 Ha)

KAB. KAMPAR

KAB. PELALAWAN

KAB. KUANTAN
SINGINGI
Perambahan perizinan dan TN: kasus TNTN
Kiteria Pemodal/cukong:
individu yang menguasai
sawit lebih 25 ha di eks
HPH PT HSL dan SRT dan
lebih 5 ha di TNTN

Realitas
Lapangan
• Teridentifikasi 64 area
kepemilikan sawit oleh
pemodal/cukong di
konsesi eks HPH PT HSL

• Teridentifikasi 36 area
kepemilikan sawit
oleh pemodal/cukong
di konsesi eks PT SRT

• Teridentifikasi 150 area


kepemilikan sawit oleh
pemodal/cukong di
dalam TN Tesso Nilo

Sumber:
Tim Ops RETN, 2016
Diketahui oleh semua unsur
Politik perambahan diam-diam Pusat dan/atau Daerah
Ketidak-patuhan thd UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat
dan UU Perkebunan—pembatasan luas kebun per perusahaan

BACKUP ELIT &


APARAT KEAMANAN
KOORDINATOR
LAPANGAN

MOBILISASI MASYARAKAT
MASYARAKAT LOKAL/ADAT
LOKAL/ADAT DAN YANG
vs BERTAHAN
PENDATANG UNTUK
Fakta tumpang tindih HGU & izin lain (nasional): PERAMBANGAN KETEGANGAN
▪ Izin tambang (3,01 juta ha) UNTUK SAWIT SOS-POL
▪ IUPHHK-HTI (534 ribu ha)
▪ IUPHHK-HA (349 ribu ha)
PEMASARAN
▪ Kubah Gambut (801 ribu ha) HASIL
Luas tanaman melampaui luas izin; Pabrik illegal; BACKUP ELIT &
pajak kurang bayar APARAT KEAMANAN
Pembiaran oleh K/L/P; korupsi, leadership
NO LOKASI LUAS (HA)
RENCANA ALOKASI PENYEDIAN LAHAN PERMUKIMAM 1 SP.1 ± 500
2 SP.2 ± 500
3 SP.3 ± 500
SP 6 4 SP.4 ± 500
5 SP.5 ± 500
6 SP.6 ± 500
SP 5 7 SP.7 ± 500
SP 4 C2 Cadangan 1
8 ± 2.148
(C1)
C3
SP 3 Cadangan 2
9 ± 325
(C2)
SP 2 Permukiman di
HPK dan
10 ± 2.004
Perluasannya
SP 1 (C3)
SP 7 C4
Perluasan Air
Hitam dan
Lubuk
11 Kembang serta ± 1.258
pemindahan
C1 sebagian dari
TN (C4)
Lokasi rencana TORA Lokasi rencana SP (7 TOTAL ± 9.235
± 9.235 Ha lokasi) ± 3.500 Ha
Ket:
Luas berdasarkan perhitungan
digitasi
KLHK, KBUMN,
KaPOLRI, PangTNI

Bio-Fisik
TNTN
Kebijakan
PS-RA Sosial- Imple-
UPT-KLHK PEMROV mentasi MONEV
Aktor
Tim Kerja PS-RA
Tim Ops Ekonomi-
Swasta,
BUMN

Dishut-KPHP, UPT-
KLHK-KPHK, Pemkab,
CSO

Proses Pelaksanaan RETN


Semangat
kebersamaan
untuk
“penguasaan
teritori”

DENGAN DUKUNGAN
BUMN (BANK, PTPN, TELKOM)
2. KETERKAITAN DAN KETERGANTUNGAN:
PENGETAHUAN—STRATEGI—KEGIATAN
SOAL ILMU PENGETAHUAN DAN POLITIK
HUTAN—LINGKUNGAN HIDUP LESTARI DAN ADIL
M.K. Politik Kehutanan—Devisi Kebijakan, DMNH, FAHUTAN IPB

TERDAPAT 5 SYARAT
5 TATAKELOLA
YANG BAIK Bagaimana norma, standar, kebijakan
dan inovasi berjalan tanpa ada
DICAPAINYA HUTAN LESTARI

4
manipulasi dan korupsi kepentingan
DAN ADIL UKURAN KINERJA publik untuk keuntungan pribadi
PEMBANGUNAN
Bagaimana kelestarian hutan menjadi
KINI SYARAT 2, 3, 4, 5 TIDAK ukuran kinerja pengelola (operator)

3
TERPENUHI LINGKUNGAN- dan pemerintah/pemda (regulator) dan
SOSIAL-EKONOMI bukan hanya kinerja administrasi
PEMAHAMAN &
Bagaimana lingkungan sosial, ekono-

2
IMPLEMENTASI ILMU-ILMU mi, dan ekologi bersedia menerima
SISTEM
EKONOMI, SOSIAL, INSTITUSI dampak negatif yang diakibatkan
INSENTIF usaha kehutanan
DAN POLITIK SANGAT
MENDESAK Bagaimana pengelola hutan bersedia
melakukan pelestarian hutan

1
TRANSFORMASI berdasarkan apa yang diterima dan
PENGGUNAAN MULTI-
KELESTA- apa yang dikorbankan

DISIPLIN MENUJU TRANS- RIAN HASIL


Bagaimana hutan secara fisik ditata
DISIPLIN MENJADI (FISIK) sehingga jumlah penebangan tidak
menyebabkan kapasitas tumbuhnya
KENISCAYAAN berkurang

HADIR DALAM SUATU LOKASI


Strategi intervensi ? Apa, siapa, bagaimana ?

FAKTA LAPANGAN
Keterkaitan & Ketergantungan
• Alokasi resmi/de jure
berlomba dng
alokasi tdk resmi/ de
facto;
• Relasi program
Pemerintah & fakta
di tapak rendah;
• Melampaui
pendekatan
hukum—kontestasi
pengaruh (birokrasi,
gerakan sosial,
percepatan
ekonomi).
Strategi intervensi ? Apa, siapa, bagaimana?
1 MASALAH UTAMA: • Kebijakan dan
MASALAH UTAMA:
Birokrasi perizinan 2
Ekonomi komoditi
Lemah intervensi perusakan stock regulasi nasional
Bad governance
KEBIJAKAN DAN Bad governance baru memberikan
akses/hak bagi masy
Perverse incentive Mengisi target Pusat
Pilihan komoditi (ekonomi REGULASI (Pusat-Daerah) Kegiatan tidak sesuai kapasitas masy lokal/adat
lokal/adat; masalah
vs konservasi) Kegiatan tanpa evaluasi

4
MASALAH UTAMA: utama (1) (2) (3) blm
Minimum inisiatif
Minimum input teratasi
Time inconsistency

Masy lokal/adat
Fenomena tragedy of the common

MASYARAKAT
3 LOKAL/ADAT 5 MASALAH UTAMA: bertahan dengan
budaya dan 174
Organisasi (Informasi, Keputusan)
MASALAH UTAMA: Kecakapan teknis (Ekonomi produksi)
Potensi konflik agraria
Penguasaan infrastruktur
Kapasitas/pola pikir (Pendampingan)
barang & jasa
Informasi asymetric MODAL SOSIAL
MASALAH UTAMA:
ekonomi; (4) (5)
6
RUANG KONTESTASI KEPENTINGAN Alokasi SDA/Ruang Hidup
Teknologi, SDM, Modal dlsb
Perlindungan pasar
• Ruang kontestasi
AKSES/HAK THD
SD. ALAM
PRODUKSI—USAHA PASAR/HARGA ekonomi-politik tdk
seimbang antara
mitra & pesaing
Mitra atau Pesaing? masy lokal/adat; (6)
PELAKU EKONOMI
LAINNYA

Sumber: Analisis 88 Grantee KEHATI, 2010-2016


Pendekatan Landscape dlm Praktek
• BATASAN. Lintas yurisdiksi dan wilayah administrasi (K/L, TNI, POLRI, Propinsi, 3
kabupaten dan CSO). Pemulihan fungsi konservasi, tertatanya penggunaan hutan dan
sosial-ekonomi masyarakat maupun kepastian usaha bagi usaha besar secara simultan,
yangmana secara empiris cenderung saling bertentangan.

Komponen pelaksanaan (dari


PERHUTANAN
SOAOAL-
REFORMA
kasus):
AGRARIA

1. Instrumen Perhutanan Sosial


(PS) dan Reforma Agraria (RA),
2. Tata Kelola Kebun Sawit, Pasar
USAHA
PERTANIAN
DUKUNGAN PASAR, INFRA-
dan Infrastruktur,
3. Pengembangan ekonomi
MULTIPIHAK STRUKTUR
MASY

masyarakat,
4. Manajemen pengelolaan di tapak,
MANAJEMEN
5. Semua komponen dilaksanakan
TAPAK
KPHP/PEMDA untuk mewujudkan dukungan
multi-pihak (sospol).
3. KONDISI DAN IMPLIKASI
TATA KELOLA
PROSES GNPSDA—KPK, MENUJU
FRAME BARU
Tekanan Renaksi IZIN HUTAN
Narasi politik makro Renaksi PNBP HUTAN
Kebijakan
Renaksi IZIN KEBUN
Kawasan LTL Program-
GNSDA-KPK & Konflik anggaran K/L Renaksi PAJAK KEBUN
Politik- Renaksi ASET
Aktor-
Network kepen-
tingan Renaksi KONFLIK
Leadership
Renaksi INTEGRITAS

Mampu menerobos “policy space” Menghadapi 4 hambatan utama Agenda K/L

• STRATEGI: POLICY—SKEMA HUBUNGAN PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN


“Bad Governance” sbg Akar Masalah
• Masalah
yang dihadapi untuk melakukan
pembaruan/perbaikan:
 Perilaku manusia sebagai sumber masalah
 Ada faktor (regulasi, leadership, jaringan, dlsb)
yang menyebabkan perilaku menyimpang
 Terdapat konflik kepentingan
 Tidak ada atau tidak efektif adanya keterbukaan
informasi publik
 Lemahnya tekanan public
• Jalan
keluar selalu berhubungan dengan
kebutuhan “power” untuk melakukan perbaikan.
4. STRATEGI MENGATASI MASALAH
KETERPADUAN DAN BAD GOVERNANCE
Norma Integrasi Pembangunan
INVENTARISASI
RENCANA PPLH
SUMBERDAYA EKOREGION
ALAM: Nasional, EKOREGION
Pulau/Kepulauan EKOREGION
(1)
PEMANFAATAN SDA
DAYA DUKUNG &
DAYA TAMPUNG
INVENTARISASI
SUMBERDAYA PENCADANGAN SDA
ALAM: Ekoregion
(2)
KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP PENATAAN RUANG
STRATEGIS

Sumber: Interpretasi UU PPLH No 32/2009

• Di dlm control alam: antar target pembangunan saling


berpengaruh dan perlu diadopsi dalam perencanaan.
• RPPLH diadopsi RPJM/P dan menentukan a.l.
pemanfaatan & cadangan SDA yg didasarkan DD & DT.
CONTOH IKK
USULAN

KONDISI Teknis Konservasionis Tergantung


SPESIFIK Sosial Ekopopulis strategi yang
LAPANGAN Institusi Developmentalis digunakan TARGET—
Politik
(BASE LINE) OUTCOME

1. Bahan
SAAT INI

PROGRAM 2. Jasa profesi


— 3. Non operasional
4. Perjalanan
KEGIATAN 5. Dll

Masalah Strategi
tidak tidak Symbolic Evaluasi
ditetapkan ditetapkan targets lemah
“Trans-Dicipline” untuk Subyek-Obyek

Bisnis Outcome 1 Outcome 2


Proses Sosek Lingkungan

Pemetaan Regulasi
Penetapan Masalah
Sosial-Politik & Program
Pemerintah
Strategi networking

Program/Kegiatan
“Trans-Dicipline” untuk Kebijakan
Acuan
Policy 1 Policy 2

Proses

Pemetaan Regulasi
Sosial-Politik Penetapan Masalah
& Program
Pemerintah
Strategi networking

Program/Kegiatan
5. CATATAN AKHIR
Banyak perubahan dilakukan akibat
perubahan cara berfikir….
• Tatakelola, keterpaduan pembangunan dalam pendekatan
land-seascapes mengharuskan menggunakan pendekatan
trans-discipline;
• Keberhasilan (sustainable) tergantung respon utama
diharapkan dari Pemerintah/Pemda agar pelaksanaan
program berbasis outcome;
• KEHATI perlu mengidentifikasi bisnis proses dan kontestasi
“power” untuk kemudian menentukan program dan
kegiatannya. Network dengan pegiat lain tidak dapat
dihindarkan;
• Untuk mewujudkannya diperlukan penajaman peran struktur
organisasi KEHATI.
Lampiran…
Lampiran
Luasan lahan tanam yang Perusahaan beroperasi melebihi HGU tetapi
diluar HGU dan tak dilaporkan
dalam laporan pajak tidak melaporkannya dalam laporan pajak
 Perusahaan ini memiliki HGU seluas 10.157 Ha
 Tapi, dilapangan mereka beroperasi melebihi
batas HGU yaitu seluas 10.399 Ha
 Ada tambahan luasan tanaman di luar HGU
sebesar
 Sedangkan, pelaporan kewajiban pajaknya
hanya sebatas luasan HGU
 Artinya, ada produksi yang tidak dilaporkan
yang berimplikasi terhadap pengurangan
pembayaran pajak

Hasil Overlay data HGU dengan Delinasi


Luasan Tanam yang menunjukan Penanaman
di Luar HGU oleh Perusahaan
Sumber: Data HGU Kementerian ATR dan Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi LAPAN, 2016 (diolah)
Sumber: GNPSDA-KPK, 2016
Lampiran POTENSI KEHILANGAN KEKAYAAN NEGARA

77–81% Rp.5,24–7,24T Rp. 49,8–66,6T


potensi kerugian perekonomian
potensi produksi kayu potensi kerugian keuangan
dari DR/PSDH yang tidak negara akibat nilai kayu tidak
yang tidak tercatat. terpungut tiap tahun.
terpungut per tahun.

Pencatatan produksi kayu oleh Kerugian negara akibat Agregat kerugian negara yang
KLHK hanya merangkum 19– pemungutan penerimaan DR dan atas nilai komersial domestik
23% dari total produksi kayu PSDH yang kurang maksimal yang tidak tercatat mencapai
mencapai US$ 6,47–8,98 milyar (Rp. US$ 60,7–81,4 milyar (Rp. 598,0–
selama periode studi,
62,8–86,9 trilyun), sepanjang 2003- 799,3 trilyun), sepanjang 2003-
sepanjang 2003-2014. 2014. 2014.

Sumber: GNPSDA-KPK, 2015


Lampiran
Contoh penimbunan kayu hasil land clearing
yang tidak dibayar PNBPnya…

Sumber: GNPSDA-KPK, 2015


Lampiran Temuan Suap/Peras dari Kajian KPK, 2013
Penyebab Langsung:
• Peraturan, izin dan pengesahan.
a. TEKNIS/MANAJEMEN:
– Rekomendasi Gubernur/Bupati
data/Informasi,
– Multi-interpretasi pengendalian
– Lama waktu tidak dipenuhi dan tidak pasti internal,
akuntabilitas
– Tidak dapat dilaksanakan tetapi harus dilaporkan
eksternal,
– Penetapan jumlah produksi penegakan hukum
• Hubungan sosial (perusahaan—apparat keamanan) terkait dana b. COI: tarif—
pengamanan usaha dan lainnya hubungan tehnikal
dan kebijakan
Penyebab Tidak Langsung:
c. HUTAN (BUKAN)
– Kualitas birokrasi.
KEKAYAAN NEGARA:
– Sistem sangsi/hukuman. model sistem
– Kontrol institusi : efektivitas supervisi, kebebasan press/media; perizinan pasif
efektifitas audit.
– Hilangnya transparansi.
– Kurangnya contoh dari pimpinan.

Sumber: NKB-KPK, 2013


Sumber: AURIGA-KPK (2017)
Sumber: AURIGA-KPK (2017)
Sumber: AURIGA-KPK (2017)
Lampiran
Peta Aktor/Jaringan di eks PT HSL Kab. Kuansing, Riau
 Jual beli; Masyarakat lokal mendapat izin dari tokoh adat dan Desa untuk membuka lahan di
areal HSL untuk perkebunan – menjualnya kepada pihak ke 2 (pendatang dari luar seperti Sumut
atau pada masyarakat eks transmigrasi, dll)
 Hibah; Pemberian lahan oleh pemuka adat dan desa pada pihak lain, misal: hibah lahan di areal
eks HSL sbg wilayah adat suku Mandailing kepada masyarakat adat Pangean seluas +/- 2000 ha.
Dengan tujuan untuk peningkatan ekonomi anak keponakan di dua suku.
 Kemitraan; Lahan yang klaim masyarakat di eks HSL bermitra dengan cukong/ pemodal untuk
pembangunan kebun kelapa sawit .
Cukong:
 AAA (900 ha) a.n KUD Soko Jati (pangean) anggota dari masyarakat Pangean dan dari luar,
 BBB (-/+ 900 ha) a.n KUD Soko Jadi, KSJ (kebun sungai jernih) 1500 ha membuka lahan pada
tahun 2005 yang dilakukan oleh oknum dari PT.WWW dengan mengatas namakan
masyarakat dan karyawan perusahaan,
 GGG (+/- 150 ha),
 SSS alias Jenggot ; seluas 600 ha

Sumber: Tim Ops RETN, 2016


Lampiran
Insiden penting TN. Tesso Nilo, 2009—2015
Sumber: Tim Ops RETN, 2016

 Pembakaran mobil patroli Balai TN. Tesso Nilo di resort Air Hitam (2009)
 Penolakan kegiatan RHL di Bukit Kesuma dan Kuala Renangan (2012)
 Penghadangan/penolakan tim RPTN Tesso Nilo di resort Situgal (2012)
 Penolakan pembuatan kantor resort di daerah simpang silau, Resort Air Hitam (2012)
 Penghadangan oleh masyarakat Dolik terkait evakuasi alat berat yang diduga
digunakan untuk pembukaan lahan (2013).
 Penghadangan oknum masyarakat Desa Air Hitam pada saat eksekusi alat berat di
dalam kawasan (2013)
 Penghadangan masyarakat Toro Jaya terkait penangkapan oknum pembeli lahan di
Resort Onangan (2013)
 Demo penolakan masyarakat km 93 terkait operasi terpadu/pembuatan parit batas
(2013)
 Demo di kantor Bupati (2013)
 Penolakan masyarakat terhadap kegiatan Updating kawasan TNTN (2013).
 Demo masyarakat Desa kesuma Terkait penolakan TBS oleh PKS (2014)
 Penyanderaan petugas Balai TN. Tesso Nilo di Bukit Kesuma (2015)

Anda mungkin juga menyukai