Oleh:
G99162160
Pembimbing:
dr. Paramita Putri Hapsari, Sp.An, M.Kes
SURAKARTA
2018
Manajemen Nyeri Akut untuk Pasien Dengan Terapi Pemeliharaan
Opioid: Apakah yang Dokter Lakukan Di IGD?
Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis praktek yang digunakan pada manajemen nyeri
akut pada pasien dengan terapi pemeliharaan opioid / Opioid Maintenance Treatment (OMT),
yaitu buphenophrine dan metadon. Total dari 706 dokter diminta melalui jaringan nasional
untuk menjawab survei tentang persepsi nyeri dan strategi penggunaan analgesik. Diantara
pemberi resep yaitu 323 (46%) yang menjawab survey, 131 (40%) dokter memperkirakan
bahwa pasien dalam OMT ketika terkena nyeri akut bahkan merasakan nyeri yang lebih,
sedangkan 170 (53%) memperkirakan bahwa pasien merasakan nyeri yang sama,. Penggunaan
analgesic WHO tahap 1 dilaporkan oleh 283 (88%) pemberi resep, [264( (82%) pemberi resep
melaporkan penggunaan parasetamol dan 178 (55%) melaporkan penggunakan NSAID]. Di
antara analgesic lini kedua, analgesic WHO tahap 3 (terutama morphine) paling sering
dilaporkan [221 dokter (68%)]. Secara keseluruhan, hasil penelitian ini mendemonstrasikan
miskonsepsi dari dokter terhadap toleransi nyeri dari pasien dengan OMT. Studi klinis dan
guideline yang sesuai dengan bukti ilmiah tentunya dibutuhkan untuk meningkatkan strategi
terapeutik untuk pasien seperti ini dalam kondisi kegawatdaruratan. European Journal of
emergency medicine 21:73-76 @ 2014 Wolters Kluwer Health | Lippincott William & wilkins
Pendahuluan
Ketergantungan dan kecanduan opioid adalah masalah sosial utama. Sekitar dua juta
orang kecanduan opioid baik di Amerika Serikat [1] dan Eropa; 15,6 juta orang terkena dampak
di seluruh dunia (~0,3% dari populasi global) [2]. Literatur saat ini melaporkan efek negatif
kecanduan yaitu pada toleransi rasa sakit, karena pasien yang menyalahgunakan opioid telah
terbukti kurang toleran terhadap nyeri dibandingkan dengan mereka yang sudah di remisi[3].
Selain itu, penelitian telah secara konsisten menemukan bahwa pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat memiliki prevalensi nyeri kronis yang sangat tinggi dan lebih mungkin
untuk mengalami rasa sakit yang tak tertangani[4]. Beberapa studi klinis sudah terdapat pada
manajemen nyeri perawatan pasien OMT dalam kondisi akut [5]. Berdasarkan pengetahuan
aktual, analgesik multimodal dengan parasetamol, NSAID, dan obat adjuvan tetap menjadi
tulang`punggung manajemen nyeri, terlepas dari riwayat kecanduan obat pasien [6,7]. Opioid
harus diberikan dalam jumlah yang cukup untuk mencapai efek analgesik yang diinginkan.
Sebagai contoh, peningkatan morfin parenteral harus dititrasi sebagai tambahan dari baseline
OMT. Namun, tidak boleh diresepkan untuk jangka waktu lebih lama dari yang diperlukan dan
harus diganti dengan analgesik nonopioid sesegera mungkin secara klinis.
Tidak ada pedoman yang jelas tentang manajemen nyeri pasien dengan OMT
diakibatkan kurangnya survei, eksperimen, dan studi klinis untuk menetapkan pedoman ini.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis praktik saat ini pada manajemen
nyeri pasien dengan OMT melalui survei cross-sectional yang melibatkan dokter IGD Prancis.
Tujuan selanjutnya adalah untuk membandingkan hasil survei dengan rekomendasi yang
dilaporkan dalam literatur saat ini pada manajemen nyeri pasien ini.
Tata Cara
Sebuah survei dilakukan mulai Juni hingga September 2012, berdasarkan kuesioner
elektronik yang dipresentasikan kepada 706 dokter Prancis yang bekerja di 50 IGD dengan
asosiasi dan kepala jaringan nasional obat darurat (Colle`ge Midi-Pyre'ne´es de Me´decine
d'Urgence et Socie´te´ Franc¸aise de Me´decine d'Urgence). Pada awalnya, sebuah email
dikirim ke semua dokter untuk mempresentasikan tujuan penelitian. Dua minggu kemudian,
email kedua dikirim ke semua responden potensial. Karena survei bersifat anonim, menurut
undang-undang Prancis, tidak diperlukan persetujuan komite etik.
Pengambilan Data
Survei ini pertama kali dilaksanakan dalam Kelompok Kerja Kualitas dan Survei dari IGD
Toulouse. Dokter dari IGD setempat diuji kuesioner untuk memastikan kejelasan pertanyaan,
setelah itu modifikasi kecil dilakukan. Kuesioner dikirim melalui email dengan tautan Internet.
Pertanyaan ditujukan untuk mendapatkan data pada
(1) Karakteristik dokter (jenis kelamin, status profesional, dan pengalaman klinis);
(4) Perawatan farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri pasien dengan OMT
dibandingkan dengan pasien lain;
(5) Evaluasi nyeri, menggunakan skala numerik penilaian nyeri (numerical pain rating scale)
yang mengharuskan peresepan analgesik WHO tahap 3 dan perbedaan dalam resep opioid
(tingkat resep dan dosis yang ditentukan dibandingkan dengan pasien lain);
(6) Resep analgesik lini pertama dan lini kedua untuk pasien dengan OMT yang mengalami
nyeri akut.
Analisis Data
Hasil
Karakteristik responden
Dari 706 email yang dikirim, 323 dokter (46%) menjawab survei: 67 (21%) adalah
residen, 146 (45%) adalah dokter dengan kurang dari 10 tahun pengalaman, dan 110 (34%)
adalah dokter yang berpengalaman. Di antara mereka, 188 (58%) adalah laki-laki.
Toleransi nyeri pada pasien yang menjalani perawatan perawatan opioid
Di antara dokter, 141 (40%) percaya bahwa pasien OMT yang terpapar kejadian nyeri
akut kurang bisa mentoleransi terhadap nyeri dibandingkan dengan pasien tanpa riwayat
penggunaan opioid: 138 (43%) dokter menganggap bahwa pasien mengalami jumlah nyeri
yang sama dan 32 (10%) mengira mereka mengalami nyeri yang lebih sedikit [22 (7%) tidak
memiliki pendapat]. Para dokter yakin 80% (IQR 60-90%) bahwa ada hubungan antara kontrol
nyeri yang tidak memadai dengan perubahan dalam retensi jangka panjang OMT. Mereka
yakin 40% (IQR 20-70%) bahwa ada hubungan antara penggunaan analgesik opioid untuk
pasien dengan OMT terhadap perubahan dalam retensi jangka panjang OMT.
Strategi Analgesik
Para dokter yang mengikuti penelitian ini melaporkan digunakannya analgesic tahap 3
WHO adalah dengan skala numerik nyeri 6/10 atau lebih tinggi (IQR 5-7) dalam lingkup semua
pasien (terlepas dari apakah mereka berada di bawah OMT). Sebanyak 39 (12%) dokter
melaporkan meresepkan opioid lebih jarang, 174 (54%) melaporkan meresepkan mereka
dengan frekuensi yang sama, dan 52 (16%) diresepkan lebih sering untuk pasien dengan OMT
[58 (18%) tidak memiliki pendapat]. Sebanyak 144 (44%) dokter menyatakan menggunakan
opioid dosis lebih tinggi: 93 (29%) melaporkan meresepkan dosis yang sama dan enam (2%)
melaporkan meresepkan dosis yang lebih rendah [83 (26%) tidak memiliki pendapat].
Analgesik yang digunakan untuk perawatan nyeri (nyeri ringan, sedang, dan berat)
Sehubungan dengan obat analgesik lini pertama, 283 penulis resep (88%) melaporkan
menggunakan analgesik tahap 1, terutama parasetamol [264 (82%)]; di samping itu, 178 (55%)
dilaporkan menggunakan NSAID. Obat analgesik tahap 3 dilaporkan digunakan oleh 85 dokter
(26%) dan obat analgesik tahap 2 oleh 60 (19%) dokter (Gambar 1). Sehubungan dengan obat
analgesik lini kedua, analgesik tahap 3 adalah obat yang paling sering dilaporkan [221 dokter
(68%)]; 176 (54%) dokter menggunakan morfin (Gambar. 2).
Gambar 1. Distribusi penggunaan obat lini pertama pada pasien OMT
Diskusi
Kesimpulan
Dokter IGD melaporkan peningkatan peresepan dari obat analgesik, terutama NSAID
dan parasetamol. Ketika opioid diresepkan, morphin adalah obat yang paling banyak
dilaporkan digunakan untuk mengontrol nyeri akut. Rata-rata, hasil ini mendemonstrasikan
tentang miskonsepsi dokter dalam toleransi nyeri dari pasien dengan OMT. Bagaimanapun,
ada keterbatasan dari studi klinis dan eksperimen tentang pasien dependen opioid, yang dapat
membantu memperbaiki edukasi pemberi layanan kesehatan dan implementasi dari guideline
yang berdasarkan bukti.
DAFTAR PUSTAKA
1 Schwarz R, Zelenev A, Bruce RD, Altice FL. Retention on buprenorphine treatment reduces
emergency department utilization, but not hospitalization, among treatment-seeking
patients with opioid dependence. J Subst Abuse Treat 2012; 43:51–57.
2 World Health Organization. ATLAS on substance use (2010) – resources for the prevention
and treatment of substance use disorders. World Health Organization, Switzerland:
WHO Press; 2010.
3 Compton MA. Cold-pressor pain tolerance in opiate and cocaine abusers: correlates of drug
type and use status. J Pain Symptom Manage 1994; 9:462–473.
4 Courty P, Authier N. Pain in patients with opiates dependence. Presse Med 2012; 41:1221–
1225.
5 Fredheim OM, Borchgrevink PC, Nordstrand B, Clausen T, Skurtveit S. Prescription of
analgesics to patients in opioid maintenance therapy: a pharmacoepidemiological
study. Drug Alcohol Depend 2011; 116:158–162.
6 Alford DP, Compton P, Samet JH. Acute pain management for patients receiving
maintenance methadone or buprenorphine therapy. Ann Intern Med 2006; 144:127–
134.
7 Mehta V, Langford RM. Acute pain management for opioid dependent patients. Anaesthesia
2006; 61:269–276.
8 Dupouy J, Poutrain JC, Lapeyre-Mestre M. Naltrexone and opiate substitutive treatment.
Therapie 2011; 66:549–552.
9 Clark HW. Office-based practice and opioid-use disorders. N Engl J Med 2003; 349:928–
930.
10 Jouanjus E, Pourcel L, Saivin S, Molinier L, Lapeyre-Mestre M. Use of multiple sources
and capture-recapture method to estimate the frequency of hospitalizations related to
drug abuse. Pharmacoepidemiol Drug Saf 2012; 21:733–741.