Anda di halaman 1dari 13

Sarah Faradita's Blog

Welcome to My Blog

Makalah EYD dan Tanda Baca dalam


Bahasa Indonesia
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) DAN TANDA BACA DALAM BAHASA
INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Sarah Faradita (28113259)

3KB01

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN


TEKNOLOGI INFORMASI
Universita Gunadarma
Tahun Ajaran 2015/2016
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya sendiri. Bukan
berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang paham tentang kaidah-
kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia. Baik kita sadari atau
tidak, kita itulah yang terjadi.Berangkat dari polemik di atas, makalah ini disusun.Di dalam
makalah ini pembahasannya lebih kepada EYD dan tanda baca yang keduanya merupakan
indikator dari keabsahan Bahasa Indonesia itu sendiri.

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan
sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Sebagai contoh, dalam penulisan karya ilmiah perlu
adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah
karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun,
kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada
EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian,
biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah
disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Bruneidarussalam.

1. Rumusan Masalah
1. Apakah EYD itu?
2. Apa sajamacam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam EYD?
4. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
5. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan
partikel,singkatan,akronim dan angka?
6. Bagaimana cara penggunaan tanda baca dan unsur serapan yang benar sesuai
dengan EYD

1. Tujuan
1. mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku
2. mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata


1. Penggunaan Huruf Kapital
1. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin
Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama
orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik
25 % dari tahun sebelumnya.

1. Huruf pertama nama bangsa

Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris-
inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

1. Nama geografi sebagai nama jenis

Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi
yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi
selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok,
nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.

1. Setiap unsur bentuk ulang sempurna

Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
Garis-Garis Besar Haluan Negara.

1. Penulisan kata depan dan kata sambung

Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul
cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam
Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

2. Penulisan Huruf Miring


1. Penulisan nama buku

Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh,
Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

1. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing

Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

1. Penulisan kata ilmiah

Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

3. Penulisan Kata Turunan


1. Gabungan kata dapat awalan akhiran

Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh,
bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

1. Gabungan kata dalam kombinasi

Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,
antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi,
dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi,
pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.

4. Penulisan Gabungan Kata

1. Penulisan gabungan kata istilah khusus

Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang-
dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

1. Penulisan gabungan kata serangkai

Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis
serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,
belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,
padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.

1. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
1. PENULISAN PARTIKEL

Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah pada pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama
menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
1. Penulisan partikel pun

Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata
yang mendahuluinya.

1. Penulisan partikel per

Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan
tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

2. PENULISAN SINGKATAN

Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

1. Penulisan singkatan umum tiga huruf

Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum
seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat
pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul
berita.

1. Penulisan singkatan mata uang

Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan,
dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

3. PENULISAN AKRONIM

Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.

Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama
diri berupa gabungan huruf.

1. Akronim nama diri

Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

1. Akronim bukan nama diri

Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim,
maka harus diperhatikan dua syarat

Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia.

Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim

4. PENULISAN ANGKA

Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,

Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :

(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,

(2) satuan waktu,

(3) nilai uang, dan

(4) kuanitas.

Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau
kamar pada alamat.

Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

5. PENULISAN LAMBANG BILANGAN

Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya
perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu
dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.

1. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata

Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

1. Penulisan lambang bilangan awal kalimat

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.

1. Penulisan lambang bilangan utuh


Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik
yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.

1. Penulisan lambang bilangan angka-huruf

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com

1. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.

Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.


Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.

1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya: A. S. Kramawijaya

Muh. Yamin

1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)


Dr. (Doktor)

2. Tanda Koma ( , )

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau


pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.


Satu, dua, . . . tiga!

1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan

Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.


Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3. Tanda Titik Koma (; )

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis
dan setara.

Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.


1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua ( : )

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pem

Misalnva: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.

1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pem

Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya


Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan

9. Tempat sidang : Ruang 104


Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
5. Tanda Hubung ( – )
10. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

… ada cara ba-ru juga.

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada ujung baris.

1. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada

Misalnya:

.. . cara baru meng-ukur panas.

… cara baru me-ngukur kelapa.

… alat pertahan-an yang baru.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya: anak-anak
berulang-ulang

dibolak-balikkan

kemerah-merahan

Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.

6. Tanda Pisah ( – )

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.

1. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.

Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

7. Tanda Elipsis ( … )

1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

1. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

1. Tanda Tanya ( ? )

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya


Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
2. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

1. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!

1. Tanda Kurung ( )

1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.

1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.

Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962

1. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka
atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:


(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.

Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

1. Tanda Kurung Siku ([… ])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi
isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.

Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.

1. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.

Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)

12. Tanda Petik (“… “)

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas
baris.

Misalnya: “Sudah siap?” tanya Awal.


“Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”
1. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.

Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

13. Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”


“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

1. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
(Lihat pemakaian tanada kurung)

Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’

14. Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan
kata dasar.

Misalnya: kata2
lebih2
sekali2

15. Tanda Garis Miring ( / )

1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.

Misalnya: No. 7/PK/1973

1. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.

Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3

16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.

Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur
pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock,
reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan
pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar
ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.

BAB III

Kesimpulan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-


lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang disempurnakan bertujuan untuk dapat
berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam EYD, seperti :

1. Pemakaian huruf
2. Penulisan kata
3. Pemakaian tanda baca

DAFTAR PUSTAKA

Syafi’ie, Dr. Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang

Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN Maliki Press

Tim Pustaka Widyatama. 2009. EYD Lengkap. Malang: Pustaka Widyatama

http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca.html

pada 22 September 2012 pukul 11.30

http://www.scribd.com/doc/43732004/Sejarah-EYDpada 24 September 2012 pukul 13.30

Tentang iklan-iklan ini

Share this:

 Twitter
 Facebook
 Google

Terkait

Makalah Bahasa Indonesia "Perencanaan Penulisan Ilmiah"


Makalah Ragam Bahasa

Makalah Bahasa Indonesia "Kalimat Efektif"

Oktober 27, 2015 by sarahfaradita

Navigasi pos
← Makalah Ragam Bahasa
Makalah Bahasa Indonesia “Diksi” →

Tinggalkan Balasan

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.


Ikuti

Ikuti “Sarah Faradita's Blog”

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai