Bahan B.indo
Bahan B.indo
Welcome to My Blog
Disusun Oleh :
3KB01
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengerti bahasanya sendiri. Bukan
berarti pada makna yang sebenarnya, akan tetapi mereka kurang paham tentang kaidah-
kaidah dan aturan tata bahasa yang ada di dalam Bahasa Indonesia. Baik kita sadari atau
tidak, kita itulah yang terjadi.Berangkat dari polemik di atas, makalah ini disusun.Di dalam
makalah ini pembahasannya lebih kepada EYD dan tanda baca yang keduanya merupakan
indikator dari keabsahan Bahasa Indonesia itu sendiri.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan
sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Sebagai contoh, dalam penulisan karya ilmiah perlu
adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah
karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun,
kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada
EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian,
biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah
disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Bruneidarussalam.
1. Rumusan Masalah
1. Apakah EYD itu?
2. Apa sajamacam ejaan yang ada dalam Bahasa Indonesia?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam EYD?
4. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
5. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan
partikel,singkatan,akronim dan angka?
6. Bagaimana cara penggunaan tanda baca dan unsur serapan yang benar sesuai
dengan EYD
1. Tujuan
1. mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku
2. mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris-
inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi
yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi
selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok,
nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia,
Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul
cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam
Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh,
Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh,
bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,
antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi,
dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi,
pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang-
dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis
serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,
belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,
padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
1. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
1. PENULISAN PARTIKEL
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah pada pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama
menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
1. Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata
yang mendahuluinya.
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan
tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2. PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti
satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum
seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat
pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul
berita.
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan,
dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
3. PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama
diri berupa gabungan huruf.
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim,
maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4. PENULISAN ANGKA
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau
kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya
perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu
dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
2. Tanda Koma ( , )
1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pem
Misalnva: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pem
Misalnya:
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada ujung baris.
1. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya:
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
6. Tanda Pisah ( – )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
1. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( … )
1. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
1. Tanda Tanya ( ? )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
1. Tanda Kurung ( )
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962
1. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka
atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi
isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
1. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau
bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas
baris.
Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
1. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
(Lihat pemakaian tanada kurung)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan
kata dasar.
Misalnya: kata2
lebih2
sekali2
1. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
BAB III
Kesimpulan
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan kata
3. Pemakaian tanda baca
DAFTAR PUSTAKA
Syafi’ie, Dr. Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang
Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN Maliki Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_tanda_baca.html
Share this:
Twitter
Facebook
Google
Terkait
Navigasi pos
← Makalah Ragam Bahasa
Makalah Bahasa Indonesia “Diksi” →
Tinggalkan Balasan