Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PAPER

“EFEK RUMAH KACA”

Disusun Oleh :

NIA TRIANA PUTRI

170101080

KELAS D

MATA KULIAH EKOLOGI UMUM

DOSEN : DR. IR. MINDO TUA SIAGIAN, MSC

FAKULTAS PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SARI MUTIARA

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
paper yang berjudul “Efek Rumah Kaca”. Paper ini merupakan salah satu tugas
dari Mata Kuliah Ekologi Umum di Fakultas Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sari Mutiara. Pada penulisan dan penyusunan paper ini,
penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. IR. Mindo
Tua Siagian, MSC selaku dosen pembimbing dalam pembuatan paper ini.

Penulis sadar bahwa dalam peper ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun dalam perbaikan paper ini.

Penulis berharap agar paper ini dapat bermanfaat dan memberikan


sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi
penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, 22 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca ..................................................... 2
2.2 Mekanisme terjadinya efek rumah kaca dan penyebabnya ......... 2
2.3 Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global Warming, dan
Perubahan Iklim .......................................................................... 4
2.4 Dampak yang Diakibatkan oleh Efek Rumah Kaca .................... 6
2.5 Cara-cara Menanggulangi Efek Rumah Kaca ............................. 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau
yang sering disebut Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan,
yaitu dapat menyederhanakan dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam
kehidupan. Namun, tidak hanya dampak positif saja yang diberikan oleh kemajuan di
bidang iptek ini, tetapi juga dampak-dampak negatif. Misalnya saja, berkat adanya
kemajuan iptek manusia tak perlu lagi berjalan kaki untuk menempuh perjalanan
yang jauh ataupun dekat. Karena saat ini sudah banyak sepeda motor dan mobil yang
mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu tempat. Namun asap dari
kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah kaca apabila
kadarnya telah berlebih. Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, computer, pembakaran hutan
juga menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.

Beberapa tahun belakangan ini, sering kita merasakan perubahan cuaca


yangekstrim. Dalam waktu singkat kita bisa merasakan cuaca yang sangat
panas,kemudian tak berapa lama mendung dan kemudian hujan. Saat cuaca panas,
dapatdirasakan panas yang terlalu terik, dan ini dapat kita amati dari waktu ke
waktu.Bumi kita terasa semakin panas. Hal ini disebut sebagai pemanasanglobal atau
global warming , yaitu terjadinya peningkatan suhu di permukaan bumiakibat efek
rumah kaca.Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan
kembalidari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali, sinar
matahari berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas.Namun, seb
agian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar
keangkasa karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa menjadi terpancar kembali
ke permukaan bumi, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca
berlebihan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit ( terutama planet atau
satelit ) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan
benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek
rumah kaca.

Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut dengan green house effect
ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang
yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga-
bungaan. Suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luar rumah kaca.
Hal ini dikarenakan dikarenakan cahaya matahari yang menembus kaca akan
dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca sebai gelombang panas
yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap dan tidak
bercampur dengan udara luar yang dingin. Itulah gambar sederhana mengenai
terjadinya efek rumah kaca.

Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan dua hal berbeda : efek
rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca
ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia.

2.2 Mekanisme terjadinya efek rumah kaca dan penyebabnya.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi
yang masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25
% diserap awan, 45 % diserap permukaan bumi, 5 % dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi. Energy yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya,
untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan
efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
meningkatkan efek rumah kaca. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian
diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4),
dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan
oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar
inframerah disebut Gas Rumah Kaca.

Efek rumah kaca bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah
kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia
terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida. Hal tersebut di
atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini.

Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil
yang berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran
berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon
dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi
selama beratus-ratus milliar tahun lamanya. Dalam jangka waktu satu atau dua abad
ini, senyawa karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak
semua karbon dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau,
sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan
magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir
perlahan-lahan meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang
disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat
memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar
infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus
melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari
yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer
memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi.
Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi
sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang
oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO2. Sekali molekul CO2 menyerap energi
dari sinar infra merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan kembali ke
segala arah, memancarkan balik ke permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya,
atmosfer CO2 tidak menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi
menghambat sebagian energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut
dengan efek rumah kaca.

Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek
rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan
bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap
oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke
permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi
difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas
dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul
gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar
panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca.
2.3 Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global Warming, dan Perubahan
Iklim.

Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan


kimiafisik dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin,
dan pola curah hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan
suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat,
diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30
tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi.

Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari
perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya.
Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima
oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang
berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan
energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Perpaduan antara
proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim
menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam
hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke
bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian
sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap
dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena
peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap
di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan
seisi rumah kaca tersebut. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan
layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi
akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons),
PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer
dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan
pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan
tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta
aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut,
seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya
konsentrasi GRK di atmosfer.

Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi


GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap
di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di
atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi,
yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Sinar matahari yang tidak terserap
permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah
dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas.
Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos
keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi
terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan
kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata
dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu
parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah
perubahan iklim secara global. Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan
terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut,
bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan
yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali
iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini
kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas
daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah
penyakit, dan lain-lainnya
2.4 Dampak yang Diakibatkan oleh Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah seperti yang diuraikan diatas, bahwa konsentrasi CO2
yang tebal diatmosfer bumi menyebabkan emisi panas yang dikeluarkan oleh
makhluk ataupun benda lain di muka bumi tidak dapat dilepaskan sehingga suhu
bertambah panas di didalam linkungan bumi. efek berantainya adalah apabila
ketebalan mencapai batas limit maka sinar matahari tidak akan mamapu lagi
menembus sampai kepermukaan bumi. logikanya apabila konsentrasi sudah mencapai
titik jenuh tersebut maka bumi akan mengalami gelap karena radiasi panas tidak
mampu menembus bumi akibat dipantulkannya kembali keluar angkasa.
Dengan demikian maka suhu bumi akan turun drastis dan permukaan air akan
membeku. efek lain dari emisi gas rumah kaca adalah hewan & ikan dibumi akan
mengalami kerusakan jaringan dan reproduksi, kerabang telur ayam akan susah
terbentuk telur ikan akan pecah sebelum diselaputi lendir pelindung. sehingga
populasi hewan dan ikan akan menurun bahkan musnah. Tumbuhan yang sebetulnya
memerlukan CO2 untuk fotosintesis justru tidak dapat melakukan fungsi tersebut
dikarenakan sel fotosintesis pada daun tertutup jelaga yang merupakan efek samping
dari CO2, pada permukaan daun akan timbul kutikula daun atau bintil bintil daun, itu
seperti kanker pada hewan atau manusia. Ganggang dan fitoplankton pun setali tiga
uang dengan tumbuhan besar, sel fotosintesis tidak akan berfungsi. Yang jelas apapun
bila tidak sesuai ukuran akan mengakibatkan kerusakan. coba bila anda makan sesuai
porsi dengan makan yng berlebih sampai kekenyangan, maka akan jelas efeknya.
Makan sesuai porsi akan jadi sehat. makan berlebih perut jadi sakit dan kelanjutannya
keorgan lainnya. demikian juga emisi gas rumah kaca (CO2) bila berlebihan akan
menimbulkan penyakit, tetapi bila sesuai porsi akan membuat sehat tumbuhan dan
bumi.

Jadi yang jelas akibat global warming yang disebabkan efek rumah kaca
bukan akan menambah jumlah ikan karena air yng semakin banyak dan tumbuhan
bukannya menghasilkan oksigen bertambah banyak karena berlebihannya CO2.
Efek rumah kaca itu tidak berbanding lurus dengan melimpahnya sinar matahari.
rasa hangat dan panas yang kita rasakan itu bukan dari sinar matahari tapi dari
emisi/radiasi yang terjebak dibawah permukaan gas CO2 yg tebal. Perlu dicatat
emisi,radiasi dan sinar itu hal yang berbeda. Sinar matahari kebumi membawa serta
radiasi dan emisi (emisi adalah efek hasil pemanasan yang berupa gas, sedangkan
radiasi dihasilkan akibat tidak stabilnya elektron akibat tumbukan antara elektron
yang akan menimbulkan pemanbahan atau pengurangan jumlahnya untuk mencapai
kesetabilan, tetapi hal ini juga mempengaruhi inti atomnya, akibatnya akan
mengeluarkan sinar seperti alfa, gama, beta, ultraviolet, X, dll).
Jadi jelasnya bumi kita ini harus dirawat dikelola dengan bijaksana agar terus
seimbang. karena ketidak seimbangan akan mengakibatkan petaka bukan manfaat.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon
dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung
es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah
kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut
mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara
kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang
akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun
2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin
banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer.
Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Peningkatan
suhu bumi juga mempengaruhi terjadinya perubahan cuaca dan suhu laut yang begitu
ekstrim.

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-


penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian.
Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan
air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian
akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti:
diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-
lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit


melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor
(vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena
munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes
Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu
yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada
beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstrem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim
(Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan
tidak menentu).

Efek rumah kaca dapat mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es


didaerah kutub. Hal akan berakibat naiknya permukaan laut yang dapat mengancam
pemukiman penduduk disepanjang pantai. Naiknya permukaan air laut dapat
mengakibatkan erosi disekitar wilayah pesisir pantai, kerusakan hutan bakau dan
terumbu karang, berkurangnya intensitas cahaya didasar laut, serta naiknya tinggi
gelombang air laut. Disamping itu efek rumahkaca mengakibatkan terganggunya
keseimbangan biologis di laut sehingga dapat meningkatkan jumlah ganggang di
lautan. Beberapa jenis ganggang ini ada yang dapat mengeluarkan racun
yangmembahayakankehidupan lautdan meracuni manusia yang memakan hasil laut.
Efek rumah kaca juga akan meningkatkan suhu bumi sekitar 1o – 5 o C. Hal ini akan
mengganggu ekosistem dan lingkungan. Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan
vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik
yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan
paru kronis, dan lain-lain. Namun disamping hal-hal tersebut efek rumah kaca juga
memiliki dampak yang positif bagi kehidupan, terutama manusia. Efek rumah kaca
sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi. Karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada
efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2.5 Cara-cara Menanggulangi Efek Rumah Kaca

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas


rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut
carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas
rumah kaca. Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,
terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang
sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam
kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk
mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan
untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan
batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas
pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas
alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke
permukaan. Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran
bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak
revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi
dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19.
Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung
telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas
melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi
bila dibandingkan dengan batubara.

Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih


mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, t Untuk
kendraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada bagian
knalpot (tempat keluar gas buangan) yang dapatmenetralisirdan mengurangi dampak
negatif gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti bahan bakar dengan bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya (matahari) atau biodisel.
Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh beroperasi agar
tidak menimbulkan pencemaran. Untuk skala industri, perlu dibuat sistem
pembuangan dan daur ulang gas buangan yang baik. Saluran buangan perlu
diperhatikan, kearah mana akan dibuang dan haruslah memperhatikan lingkungan
sekitar. Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah satu langkah untuk menahan
laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk penanaman pohon-pohon
disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran udara disepanjang jalan
raya.Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah
adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau
pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material
sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus
untuk masing masing jenis zat. Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara
Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri.
Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk
sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah. Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan
pengurangan gas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan
kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun
berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida
terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga
pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal
untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan
lingkungan ini dapat diatasi atau diminimalisir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar
matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer
yang menyelimuti bumi yang disebut gas rumah kaca, sehingga sinar
tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek
rumah kaca (ERK).
2. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC).
3. Efek rumah kaca dapat mengakibatkan meningkatnya suhu air laut
sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut
yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh
yang sangat besar.
4. Menanggulangi dampak dari efek rumah dapat dilakukan dengan dua
cara yakni, pertama dengan cara mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di
tempat lain. Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
5. Efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan
manusia.

3.2 Saran
Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa tahun saja. Bukan hanya
untuk kita saja. Generasi kita jugalah yang akan menikmati kehidupan di dunia ini.
Kalau bukan kita yang akan menjaga dan merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini
mulailah kita memperbaiki sikap kita, mulailah kita ramah terhadap lingkungan,
mulailah kita bersikap arif terhadap bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan
merasakan dampak yang sangat besar untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan
global bukanlah disebabkan oleh alam, pemanasan global sebenarnya karena ulah
manusia yang semakin serakah, semakin tidak ramah terhadap lingkungan seperti
dalam Al Qur’an Surat Ar Ruum ayat 41, yang artinya : Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
DAFTAR PUSTAKA

Prafitri, Anistia. Zulaikha. 2016. ANALISIS PENGUNGKAPAN EMISI GAS


RUMAH KACA. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 13/No. 2 Tahun
2016:155-175.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/akuditi/article/view/13870/11143
Ginola, David, dkk. 2014. Efek Rumah Kaca.
https://www.academia.edu/8849783/Makalah_efek_rumah_kaca

Anda mungkin juga menyukai