Ekologi 1-Efek Rumah Kaca
Ekologi 1-Efek Rumah Kaca
Disusun Oleh :
170101080
KELAS D
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
paper yang berjudul “Efek Rumah Kaca”. Paper ini merupakan salah satu tugas
dari Mata Kuliah Ekologi Umum di Fakultas Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sari Mutiara. Pada penulisan dan penyusunan paper ini,
penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada DR. IR. Mindo
Tua Siagian, MSC selaku dosen pembimbing dalam pembuatan paper ini.
Penulis sadar bahwa dalam peper ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun dalam perbaikan paper ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit ( terutama planet atau
satelit ) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan
benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek
rumah kaca.
Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut dengan green house effect
ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang
yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga-
bungaan. Suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di luar rumah kaca.
Hal ini dikarenakan dikarenakan cahaya matahari yang menembus kaca akan
dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca sebai gelombang panas
yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap dan tidak
bercampur dengan udara luar yang dingin. Itulah gambar sederhana mengenai
terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan dua hal berbeda : efek
rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca
ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi
yang masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25
% diserap awan, 45 % diserap permukaan bumi, 5 % dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi. Energy yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya,
untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan
efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
meningkatkan efek rumah kaca. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian
diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4),
dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan
oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar
inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
Efek rumah kaca bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah
kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia
terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC,
komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang dihasilkan
dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida. Hal tersebut di
atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini.
Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil
yang berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran
berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon
dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi
selama beratus-ratus milliar tahun lamanya. Dalam jangka waktu satu atau dua abad
ini, senyawa karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak
semua karbon dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau,
sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan
magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir
perlahan-lahan meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang
disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat
memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar
infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus
melepaskan energi setara dengan energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari
yang sebagian besar dalam bentuk cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer
memperbolehkan sinar tampak untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi.
Tetapi energi yang kemudian dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi
sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang
oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO2. Sekali molekul CO2 menyerap energi
dari sinar infra merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan kembali ke
segala arah, memancarkan balik ke permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya,
atmosfer CO2 tidak menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi
menghambat sebagian energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut
dengan efek rumah kaca.
Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek
rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan
bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap
oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke
permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi
difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas
dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul
gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar
panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca.
2.3 Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global Warming, dan Perubahan
Iklim.
Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari
perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya.
Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima
oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang
berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan
energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Perpaduan antara
proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim
menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam
hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke
bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian
sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap
dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena
peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap
di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan
seisi rumah kaca tersebut. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan
layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi
akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons),
PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer
dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan
pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan
tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta
aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut,
seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya
konsentrasi GRK di atmosfer.
Efek rumah kaca adalah seperti yang diuraikan diatas, bahwa konsentrasi CO2
yang tebal diatmosfer bumi menyebabkan emisi panas yang dikeluarkan oleh
makhluk ataupun benda lain di muka bumi tidak dapat dilepaskan sehingga suhu
bertambah panas di didalam linkungan bumi. efek berantainya adalah apabila
ketebalan mencapai batas limit maka sinar matahari tidak akan mamapu lagi
menembus sampai kepermukaan bumi. logikanya apabila konsentrasi sudah mencapai
titik jenuh tersebut maka bumi akan mengalami gelap karena radiasi panas tidak
mampu menembus bumi akibat dipantulkannya kembali keluar angkasa.
Dengan demikian maka suhu bumi akan turun drastis dan permukaan air akan
membeku. efek lain dari emisi gas rumah kaca adalah hewan & ikan dibumi akan
mengalami kerusakan jaringan dan reproduksi, kerabang telur ayam akan susah
terbentuk telur ikan akan pecah sebelum diselaputi lendir pelindung. sehingga
populasi hewan dan ikan akan menurun bahkan musnah. Tumbuhan yang sebetulnya
memerlukan CO2 untuk fotosintesis justru tidak dapat melakukan fungsi tersebut
dikarenakan sel fotosintesis pada daun tertutup jelaga yang merupakan efek samping
dari CO2, pada permukaan daun akan timbul kutikula daun atau bintil bintil daun, itu
seperti kanker pada hewan atau manusia. Ganggang dan fitoplankton pun setali tiga
uang dengan tumbuhan besar, sel fotosintesis tidak akan berfungsi. Yang jelas apapun
bila tidak sesuai ukuran akan mengakibatkan kerusakan. coba bila anda makan sesuai
porsi dengan makan yng berlebih sampai kekenyangan, maka akan jelas efeknya.
Makan sesuai porsi akan jadi sehat. makan berlebih perut jadi sakit dan kelanjutannya
keorgan lainnya. demikian juga emisi gas rumah kaca (CO2) bila berlebihan akan
menimbulkan penyakit, tetapi bila sesuai porsi akan membuat sehat tumbuhan dan
bumi.
Jadi yang jelas akibat global warming yang disebabkan efek rumah kaca
bukan akan menambah jumlah ikan karena air yng semakin banyak dan tumbuhan
bukannya menghasilkan oksigen bertambah banyak karena berlebihannya CO2.
Efek rumah kaca itu tidak berbanding lurus dengan melimpahnya sinar matahari.
rasa hangat dan panas yang kita rasakan itu bukan dari sinar matahari tapi dari
emisi/radiasi yang terjebak dibawah permukaan gas CO2 yg tebal. Perlu dicatat
emisi,radiasi dan sinar itu hal yang berbeda. Sinar matahari kebumi membawa serta
radiasi dan emisi (emisi adalah efek hasil pemanasan yang berupa gas, sedangkan
radiasi dihasilkan akibat tidak stabilnya elektron akibat tumbukan antara elektron
yang akan menimbulkan pemanbahan atau pengurangan jumlahnya untuk mencapai
kesetabilan, tetapi hal ini juga mempengaruhi inti atomnya, akibatnya akan
mengeluarkan sinar seperti alfa, gama, beta, ultraviolet, X, dll).
Jadi jelasnya bumi kita ini harus dirawat dikelola dengan bijaksana agar terus
seimbang. karena ketidak seimbangan akan mengakibatkan petaka bukan manfaat.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon
dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung
es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah
kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut
mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara
kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang
akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun
2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin
banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer.
Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Peningkatan
suhu bumi juga mempengaruhi terjadinya perubahan cuaca dan suhu laut yang begitu
ekstrim.
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan
dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar
matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer
yang menyelimuti bumi yang disebut gas rumah kaca, sehingga sinar
tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek
rumah kaca (ERK).
2. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida
(NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC).
3. Efek rumah kaca dapat mengakibatkan meningkatnya suhu air laut
sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut
yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh
yang sangat besar.
4. Menanggulangi dampak dari efek rumah dapat dilakukan dengan dua
cara yakni, pertama dengan cara mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di
tempat lain. Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
5. Efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan
manusia.
3.2 Saran
Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa tahun saja. Bukan hanya
untuk kita saja. Generasi kita jugalah yang akan menikmati kehidupan di dunia ini.
Kalau bukan kita yang akan menjaga dan merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini
mulailah kita memperbaiki sikap kita, mulailah kita ramah terhadap lingkungan,
mulailah kita bersikap arif terhadap bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan
merasakan dampak yang sangat besar untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan
global bukanlah disebabkan oleh alam, pemanasan global sebenarnya karena ulah
manusia yang semakin serakah, semakin tidak ramah terhadap lingkungan seperti
dalam Al Qur’an Surat Ar Ruum ayat 41, yang artinya : Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
DAFTAR PUSTAKA