Anda di halaman 1dari 10

Preparasi dan Karakterisasi Kompleks ...

(Risfidian, dkk)

PREPARASI DAN KARAKTERISASI


KOMPLEKS KITOSAN HIDROGEL-TEMBAGA(II)

Risfidian Mohadi, Nurlisa Hidayati, Melany N.R


Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya
Email : risf5@yahoo.com

ABSTRACT
Research about preparation and characterization complex of chitosan hydrogel–
copper(II) had been done. Chitosan hydrogel was obtained from deacetylation of chitin
which was isolated from crab shells. Characterization included determination of N-total,
Corganic , deacetylation degree, and FTIR spectroscopy. The results of research showed
that obtained chitosan had 7,9571% N-total, 2,767% Corganic, and 71,486% deacetylation
degree. FTIR spectrum of chitosan showed the increasing in percentage of transmitant
from C=O group and the shifting in wavenumber from 1561,5 to 1563 cm-1 indicated N-
H bending. Generally, FTIR spectrum of chitosan hydrogel showed the shifting to
higher wavenumbers caused by changing in bond angles of chitosan group. FTIR
spectrum of chitosan hydrogel-copper(II) complex showed that absorption regions of N-
H group becoming wide and the shifting in wavenumber from 1594,74 to 1542,9 cm-1
which indicated N-H bending because of copper(II) bonding to N-group of chitosan.

Key words : chitin, chitosan hydrogel–copper(II)

PENDAHULUAN kitosan dapat dikelompokkan menjadi


dua tipe, yaitu :
Kitosan merupakan polimer dari
1. Tipe I, mempunyai struktur
proses deasetilasi kitin yang
perpanjangan dari 2 lipatan spiral
mempunyai sifat tidak beracun dan
dengan pengulangan sekitar 10 Å
dapat terbiodegradasi. Kitosan juga
aksial.
memiliki gugus fungsi yang dapat
2. Tipe II, mempunyai struktur
digunakan sebagai ligan untuk
perpanjangan dari 8 lipatan spiral
berkoordinasi dan bereaksi. Selain
dengan pengulangan sekitar 40 Å
karena karakteristik kitosan yang
aksial.
istimewa, pemanfaatan kitosan juga
Kompleks kitosan dengan asam
didukung oleh bahan baku berupa
monokarboksilat seperti asam formiat
cangkang kepiting yang berlimpah
dan asam asetat dibentuk pada keadaan
keberadaannya di alam. Kitosan juga
padat. Kompleks tersebut dapat
bersifat polielektrolit sehingga dapat
mengubah konformasi molekul kitosan
dengan mudah berinteraksi dengan zat-
dari struktur tipe I menjadi tipe II pada
zat organik lainnya seperti protein.
bentuk hidrat dan sekaligus mengubah
Kitosan relatif lebih banyak digunakan
konformasi molekulnya dari struktur
pada berbagai bidang industri terapan
type II menjadi tipe I pada bentuk
dan industri kesehatan daripada kitin
anhidrat (Okuyama, 2000).
(Marganof, 2002).
Berdasarkan pola difraksi X-ray,
konformasi utama dari kompleks

35
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 35 - 43

Gambar 1. Proses deasetilasi kitin menjadi kitosan (Kumar, 2000)

Kitosan bersifat hidrofilik, dapat dapat dimodifikasi. Derajat deasetilasi


terbiodegradasi, dan anti-bakteri. dapat diturunkan dengan reasetilasi
Kitosan telah digunakan di berbagai sedangkan berat molekul melalui
bidang industri seperti industri makanan depolimerisasi menggunakan asam.
aditif, kosmetika, material pertanian,
dan anti bakterial. Kitosan juga sering
Kitosan Hidrogel
digunakan sebagai adsorben pada ion Hidrogel merupakan jaringan
logam transisi dan spesies organik. Hal polimer hidrofilik yang dapat menyerap
ini disebabkan oleh adanya gugus sejumlah besar air sehingga dapat
amino (-NH2) dan gugus hidroksil (- menyebabkan peningkatan volume
OH) dari rantai kitosan yang dapat secara drastis. Sifat fisikokimia dari
dijadikan sebagai tempat untuk hidrogel tidak hanya tergantung dari
berkoordinasi dan bereaksi. Atom struktur molekul, struktur gel dan
nitrogen pada gugus amina banyaknya ikatan silang, tetapi juga
menyediakan pasangan elektron bebas dipengaruhi oleh kandungan dan
yang dapat bereaksi dengan kation keadaan air di dalam hidrogel tersebut.
logam. Gugus amina primer pada
Hidrogel mempunyai sifat yang dapat
kitosan memungkinkan kitosan menjadi mengembang dan menyusut pada
mudah mengalami modifikasi kimia dan kondisi pH tertentu. Kemampuannya
membentuk garam dengan asam. Pada yang peka terhadap perubahan pH
pH asam, gugus amino terprotonisasi menjadikan kitosan berpotensial sebagai
sehingga meningkatkan kelarutan pembawa obat spesifik ke tempat yang
kitosan yang bersifat tidak larut dalam spesifik juga. Pelepasan obat dari
pelarut alkali dan pada pH netral hidrogel tergantung dari struktur dan
(Guibal, 2004). sifat kimianya sebagai respon dari pH.
Parameter dasar yang dapat Polimer ini diharapkan dapat tinggal
digunakan untuk karakteristik kitosan sesaat di lingkungan tertentu untuk
adalah derajat deasetilasi, berat molekul mengatur pelepasan obat. Penggunaan
polimer, dan sifat kristalnya. Parameter kitosan didukung juga dengan sifatnya
ini mempengaruhi sifat fisika-kimianya.
yang dapat dimodifikasi atau diturunkan
Derajat deasetilasi pada kebanyakan sehingga diharapkan dapat memperoleh
kitosan biasanya lebih rendah dari 95%. polimer pengontrol pelepasan obat yang
Produk dengan derajat deasetilasi yang diinginkan (Kumar,2000).
cukup tinggi lebih diminati untuk Secara sederhana, hidrogel dibagi
aplikasi biomedis. Untuk memperoleh ke dalam tiga kelompok sesuai dengan
hasil yang diinginkan, parameter ini jaringan aslinya, yaitu :

36
Preparasi dan Karakterisasi Kompleks ... (Risfidian, dkk)

1. Jaringan yang berbentuk jerat oleh ikatan silang. Jaringan tipe ini,
Tipe ini terbatas dapat digunakan untuk
penggunaannya karena kurangnya pengkompleksan logam pada
kekuatan mekanikal dan medium asam. Kapasitas
mempunyai kecenderungan untuk penyerapan tergantung dari luasnya
tidak larut. Selain itu, tipe ini juga jaringan tersebut, dimana semakin
tidak menunjukkan sifat yang luas jaringan maka akan semakin
mudah dikontrol seperti respon menurun kemampuan untuk
terhadap perubahan lingkungan menyerap.
fisikokimia seperti pH dan 3. Jaringan yang dibentuk dari
temperatur. jaringan jerat dan ikatan silang
2. Jaringan yang berbentuk ikatan Jaringan ini dimodifi-
silang secara kovalen kasikan dari jaringan jerat dan
Tipe ini merupakan jenis ikatan silang, dimana sifatnya
yang paling sering digunakan. Pada antara tipe jaringan yang pertama
tipe ini, rantai polimer dihubungkan dan yang kedua.

Gambar 2. Struktur jaringan ikatan silang (Berger, 2004)


Pembagian hidrogel tidak ubah lagi sehingga dalam kondisi asam
mempunyai batasan tertentu melainkan masih bisa bertahan cukup lama.
ada suatu rangkaian kesatuan mulai dari
jaringan yang berbentuk jerat sampai Interaksi tembaga(II) dengan Kitosan
jaringan yang berbentuk ikatan silang
secara kovalen (Berger, 2004). Tembaga(II) merupakan salah satu
Hidrogel yang berikatan secara unsur essensial di dalam tubuh manusia.
kimia maupun fisika, memiliki Logam yang dapat dijadikan atom pusat
kelebihan dan peranan masing-masing. ini, berperan besar dalam mengatur
Hidrogel yang berikatan secara fisika transpor air di dalam tubuh manusia.
digunakan untuk penggunaan yang Penggunaan tembaga (II) dalam bentuk
relatif cepat karena ikatannya yang kompleks dengan protein telah banyak
cukup lemah sehingga dalam media dimanfaatkan bagi kesehatan manusia.
asam yang encer pada waktu tertentu Selain pada manusia tembaga(II) juga
sudah mengalami pembengkakan dan merupakan penyusun sel-sel darah pada
akhirnya melarut. Lain halnya dengan hewan tingkat rendah dan juga pada
hidrogel yang berikatan secara kimia, tumbuhan. Pada hewan tingkat rendah,
karena ikatannya kuat atau sulit diubah- tembaga merupakan unsur yang cukup
berperan, karena darah pada hewan

37
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 35 - 43

tingkat rendah banyak mengandung logam, kitosan sering dimanfaatkan


tembaga. Protein hemosianin dari seperti pembentukkan kompleks kitosan
kompleks tembaga-protein, diketahui hidrogel dengan tembaga(II) di bidang
sebagai pembawa oksigen pada kesehatan. Proses pembentukkan
sejumlah invertebrata. Selain pada kompleks kitosan dengan tembaga(II)
hewan tingkat rendah, tembaga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
merupakan unsur logam terbanyak keadaan pH, temperatur, dan waktu
nomor tiga pada tubuh manusia setelah stabil kompleks (Guibal, 2004).
besi dan seng. Pada tubuh manusia, Berdasarkan eksperimen yang telah
tembaga juga diyakini dapat mengatur dilakukan oleh Kopecky (2005)
kadar air dalam darah. Sekarang ini diketahui bahwa kitosan dapat
oksidasi cytochrome dan enzim yang menyerap tembaga(II) pada lingkungan
mengandung tembaga juga banyak yang mempunyai kisaran pH 4 dengan
dimanfaatkan. temperatur ± 25ºC dengan waktu stabil
Berdasarkan teori Hard and Soft untuk kompleks ini dapat mencapai 12-
Acid and Bases (HSAB) (Pearson, 24 jam.
1963), kitosan hidrogel dapat
berinteraksi membentuk kompleks
METODE PENELITIAN
dengan tembaga(II) karena merupakan
Isolasi kitosan serta karakterisasinya
pasangan asam dan basa madya. Karena Isolasi kitosan diawali dengan
keistimewaan karakteristik kitosan mengisolasi kitin dari cangkang
hidrogel dan didukung kococokkan kepiting yang dilakukan melalui dua
tembaga(II) sebagai pengompleksnya
tahap yaitu deproteinisasi dan
maka dirasa perlu mensintesis kompleks demineralisasi. Proses deproteinisasi
kitosan hidrogel-tembaga(II) yang dilakukan dengan mencampurkan
diharapkan dapat diaplikasikan di cangkang kepiting dengan NaOH 3,5%
bidang kesehatan. dengan perbandingan 1:10. Campuran
Kitosan mempunyai bentuk fisik diaduk dan dipanaskan pada temperatur
dan kimia yang menarik, sehingga 65ºC selama 2 jam dan setelah itu
kitosan dapat digunakan sebagai agen didinginkan. Hasil yang diperoleh
pengkelat logam serta mempunyai disaring dan dicuci dengan air
kemampuan mengikat lebih dari 1 demineral sampai netral, lalu
mmol/g untuk beberapa logam berat dan dikeringkan dalam oven pada
beracun. Penyerapan ion Cu2+, Hg2+, temperatur 60ºC. Kemudian dilanjutkan
Ni2+ dan Zn2+ oleh kitosan dengan dengan proses demineralisasi dengan
beranekaragam ukuran (210-1000 μM)
HCl 1 M perbandingan 1:10 dan diaduk
diketahui sebesar 222, 815, 75, dan 164 selama 30 menit pada suhu kamar.
mg/g. Ukuran partikel tidak Campuran tersebut kemudian disaring
memberikan pengaruh yang besar dan residu dicuci dengan air demineral
terhadap penjenuhan kapasitas sampai netral. Hasil berupa kitin dari
penyerapan. Tetapi, peningkatan proses ini dikeringkan dalam oven pada
temperatur dapat mengurangi temperatur 60ºC.
penjenuhan kapasitas penyerapan Kitosan dibuat dalam penelitian
(Varma, 2004). ini menggunakan metode deasetilasi
Penyerapan ion-ion logam oleh alkali, yakni dengan menambahkan
kitosan terjadi dengan pembentukkan larutan natrium hidroksida 40% dengan
kompleks. Berdasarkan kemampuannya perbandingan 1:10 pada kitin, kemudian
membentuk kompleks dengan ion dipanaskan sambil diaduk dengan

38
Preparasi dan Karakterisasi Kompleks ... (Risfidian, dkk)

magnetik strirer selama 1-3 jam pada HASIL DAN PEMBAHASAN


temperatur 120ºC, setelah dingin dicuci Isolasi Kitin dan Kitosan
dengan air demineral sampai netral Isolasi kitin dari cangkang
kemudian dikeringkan hingga kering kepiting melalui dua tahap yaitu
dalam oven pada suhu 40ºC. Kitosan deproteinisasi dan demineralisasi.
yang diperoleh dikarekterisasi dengan Proses deproteinisasi dilakukan dengan
spektrofotometer inframerah, serta menambahkan basa kuat yaitu NaOH.
penentuan Kadar N dengan metode Deproteinisasi dilakukan mengingat
Kjeldahl dan Penentuan Kadar Corganik. bahwa salah satu penyusun cangkang
kepiting yang cukup besar adalah
Penentuan Kadar Corganik protein. Dengan demikian untuk
Sampel kering sebanyak 0,5 g memperoleh kitin yang murni maka
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL perlu dilakukan penghilangan protein,
dan ditambahkan 5 mL K2Cr2O7 1 M sementara demineralisasi dilakukan
dan 5 mL H2SO4 pekat. Campuran untuk menghilangkan mineral-mineral
tersebut ditambahkan lagi 2,5 mL yang ada dengan cara menggunakan
H3PO4 85% dan 0,5 mL indikator feroin asam klorida. Asam klorida akan
sebagai indikator kemudian diencerkan melarutkan mineral yang ada.
sampai volume tepat 25 mL. Dari Reaksinya adalah sebagai berikut :
larutan yang terjadi diambil 2,5 mL dan CaCO3(s)+2 HCl CaCl2(l)+H2O(g)+CO2(g)
diencerkan menjadi 10 mL, lalu dititrasi
Ca3(PO4)2(s)+4 HCl(l) 2 CaCl2(l)+Ca(H2PO4)2(l)
dengan larutan FeSO4.7H2O 1M sampai
warna larutan berubah dari warna merah Pengolahan kitosan dapat
tua menjadi biru. Hal serupa dilakukan dilakukan dengan proses deasetilasi
juga untuk blanko tanpa penambahan menggunakan basa kuat pada
sampel. temperatur yang cukup tinggi, yaitu
1200C. Kondisi ini, akan menyebabkan
Preparasi Kitosan hidrogel dan gugus asetil yang ada pada kitin akan
pembuatan Kompleks Kitosan terlepas sehingga senyawa amida yang
Hidrogel dengan Tembaga(II) ada pada kitin berubah menjadi
senyawa amina. Perubahan struktur
Sampel kitosan dilarutkan dalam
inilah yang menghasilkan senyawa
10 mL larutan asam asetat glasial
kitosan. Proses deasetilasi pada kitosan
sehingga diperoleh larutan kitosan 6%.
sekaligus juga sebagai proses lanjutan
Masing-masing campuran diaduk dan
deproteinisasi dari kitin. Kitosan yang
didiamkan sampai membentuk gel.
dihasilkan diharapkan mengandung
Kitosan hidrogel dikarakterisasi dengan
protein seminimal mungkin.
spektroskopi FTIR. Kitosan hidrogel
Berdasarkan ketiga proses di atas
diinteraksikan dengan larutan Cu2+ 500
dapat diketahui bahwa setiap proses
mg/L dengan perbandingan 1:50 selama
yang dilakukan akan mengurangi berat
12 jam dan setelah itu disaring
sampel yang ada karena setiap proses
menggunakan pompa vakum. Hasil
yang dilakukan bertujuan untuk
yang diperoleh dikeringkan dalam oven
menghilangkan senyawa-senyawa yang
pada suhu 40ºC. Kompleks kitosan
tidak diinginkan dari sampel. Hal
hidrogel dikarakterisasi dengan
tersebut dapat terlihat dari data kitin dan
spektrofotometer FTIR.
kitosan yang dihasilkan seperti pada
tabel 1.

39
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 35 - 43

Tabel 1. Kitin dan Kitosan dari ulur N-H tidak dapat diamati. Adanya
cangkang kepiting ulur N-H dapat diperjelas dengan
Cangkang kepiting Kitin % Kitosan % adanya tekukan N-H pada bilangan
(gram) (gram) (gram) gelombang 1561,5 cm-1. Serapan pada
70 8,5 12,14 5 58,82
bilangan gelombang 2938 cm-1
merupakan rentang C-H dari metilen
Data yang diperoleh diketahui (-CH2) dari rantai utama kitin yang
bahwa kitin pada penelitian ini berbentuk siklik. Adanya vibrasi ini
mempunyai derajat deasetilasi sebesar diperjelas dengan adanya tekuk C-H
61,77% sedangkan kitosan mencapai dari metil maupun metilen pada
71,486%. Proton Laboratories Inc. bilangan gelombang 1380 cm-1. Pada
menyatakan bahwa kitosan memiliki bilangan gelombang 1663,2cm-1
derajat deasetilasi ≥ 70% maka dapat terdapat rentang C=O yang berasal dari
dinyatakan bahwa proses deasetilasi gugus amida (-NHCO-). Sedangkan
kitin pada penelitian sudah berhasil ulur C-N yang dihasilkan oleh gugus
memperoleh polimer kitosan (Khan amida terdapat pada bilangan
-1
dkk, 2002). gelombang 1320 cm . Pada bilangan
Derajat deasetilasi kitin yang gelombang 1076,5 cm-1 terdapat rentang
cukup besar menunjukkan bahwa pada C-O. Rentang ini dihasilkan dari gugus
kitin telah terjadi perubahan sebagian metanol yang melekat pada rantai kitin.
gugus amida menjadi amina. Hal ini Spektra FTIR kitosan
dapat disebabkan karena proses menunjukkan adanya pergeseran
deproteinisasi yang dilakukan sebanyak beberapa gugus ke bilangan gelombang
dua kali dimana setiap proses yang lebih kecil akibat proses
deproteinisasi memungkinkan deasetilasi yang juga sekaligus
terjadinya proses deasetilasasi . berfungsi sebagai proses deproteinisasi.
Demikian halnya pada kitosan dengan Proses ini menyebabkan gugus-gugus
derajat deasetilasi yang belum terlalu kitosan lebih terbebas dari pengotor.
tinggi menunjukkan bahwa masih Ulur OH teramati pada bilangan
adanya gugus amida yang belum gelombang 3433,8 cm-1 yang
terdeasetilasi akibat proses deasetilasi memunculkan pita yang lebar sehingga
yang dilakukan hanya sekali saja. menutupi uluran N-H yang seharusnya
juga muncul pada daerah ini. Adanya
Karakterisasi Kitin dan Kitosan ulur N-H diperjelas dengan adanya
dengan Spektroskopi FTIR tekukan N-H pada bilangan gelombang
Spektra FTIR dari kitin dan 1563 cm-1. Tekukan N-H ini mengalami
kitosan menunjukkan gugus-gugus yang pergeseran ke daerah bilangan
ada pada polimer-polimer tersebut. Pada gelombang yang lebih besar akibat
kitin terdapat ulur OH pada bilangan adanya proses deasetilasi yang
gelombang 3448,1 cm-1 yang mengubah sebagian gugus amida
memunculkan pita lebar dengan menjadi gugus amina. Lepasnya gugus
intentitas yang kuat. Pada daerah amida menyebabkan massa tereduksi N-
bilangan gelombang ini seharusnya ulur H semakin kecil sehingga bilangan
N-H juga muncul, tetapi karena tertutup gelombang bergeser ke bilangan
oleh uluran OH yang lebih lebar maka gelombang yang lebih besar.

40
Preparasi dan Karakterisasi Kompleks ... (Risfidian, dkk)

Gambar 3. Spektra FTIR (A) Kitin, (B) Kitosan

Serapan pada bilangan gugus metanol yang melekat pada rantai


-1
gelombang 1655,3 cm adalah untuk kitosan. Rentang ini mengalami
rentang C=O yang berasal dari gugus pergeseran ke bilangan gelombang yang
amida (-NHCO-) yang menunjukkan lebih besar menunjukkan semakin
bahwa pada kitosan masih adanya banyaknya ikatan hidrogen yang
gugus amida yang belum terdeasetilasi terbentuk pada kitosan.
menjadi gugus amina. Pada bilangan
gelombang ini terjadi sedikit Penentuan kadar Nitogen total dan
peningkatan % transmitan yang Karbon Organik ( Corganik )
menunjukkan melemahnya intensitas Penentuan kadar nitrogen dapat
akibat berkurangnya kuantitas gugus digunakan untuk membedakan kitin dan
C=O. Rentang C-H dari metilen (-CH2) kitosan secara kuantitatif. Penentuan
juga muncul dari rantai utama kitosan kadar nitrogen pada penelitian ini
yang berbentuk siklik pada bilangan menggunakan metode Kjeldhal. Kitosan
gelombang 2916,9 rentang C-H dari bersama katalis terlebih dahulu
metilen (-CH2) dari rantai utama kitin didestruksi menggunakan asam sulfat
yang berbentuk siklik. Adanya vibrasi untuk membentuk ammonium sulfat.
ini diperjelas dengan adanya tekuk C-H Hasil penelitian memperlihatkan adanya
dari metil maupun metilen pada perbedaan warna pada ketiga larutan
bilangan gelombang 1378 cm-1. Serapan sampel, mulai dari jernih, sedikit gelap,
pada bilangan gelombang 1310 cm-1 sampai ke warna gelap. Data yang
menandakan ulur untuk C-N dari amina diperoleh menunjukkan bahwa kadar
maupun amida yang tersisa. Rentang C- nitrogen yang diperoleh pada penelitian
O yang terdapat pada bilangan ini kurang lebih 7,9571%. Berdasarkan
gelombang 1085,4 cm-1 dihasilkan dari pernyataan Widodo (2005) yang

41
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 35 - 43

menyatakan bahwa kandungan nitrogen besar. Pada bilangan gelombang 3442,9


pada kitin < 7% dan pada kitosan ≥ 7%, cm-1 terdapat ulur O-H dengan pita yang
diketahui bahwa proses deasetilasi kitin agak tajam karena adanya uluran N-H
sudah memenuhi standar menghasilkan dengan intensitas sedikit lebih kuat dari
polimer kitosan. dengan kadar nitrogen ulur O-H yang terhimpit pada daerah
pada kitin, yaitu sekitar 2,483% tersebut. Adanya uluran N-H diperjelas
memperjelas perbedaan kandungan dengan tekukan N-H dari NH3+ dalam
nitrogen pada kitin dan kitosan. suasana asam pada bilangan gelombang
Penentuan kadar karbon dapat 1594,7 cm-1.
dilakukan dengan titrasi reduksi- Serapan pada bilangan
oksidasi. Kadar karbon dapat juga gelombang 2918,4 cm-1 merupakan
digunakan untuk mengetahui rentang C-H dari metilen (-CH2) juga
keberhasilan proses deasetilasi kitin muncul dari rantai utama kitosan
untuk menghasilkan kitosan. Titrasi hidrogel yang berbentuk siklik.
menggunakan ferro sulfat menunjukkan Adanya vibrasi ini diperjelas dengan
bahwa volume titran yang dibutuhkan adanya tekuk C-H dari metil maupun
oleh blanko lebih banyak daripada metilen pada bilangan gelombang
volume yang dibutuhkan oleh sampel. 1409,6 cm-1. Rentang C=O muncul pada
Hal ini disebabkan karena tidak adanya bilangan gelombang 1720 cm-1dengan
reaksi dikromat dengan sampel pada transmitan yang cukup besar. Kondisi
larutan blanko sedangkan pada larutan ini menunjukkan semakin lemahnya
sampel, dikromat yang dititrasi intensitas gugus C=O karena semakin
merupakan sisa dari reaksi dikromat sedikitnya kuantitas C=O, serta serapan
dengan sampel. Dengan demikian pada bilangan gelombang 1156,3 cm-1
dikromat yang harus dititrasi pada menandakan adanya ulur C-N dan pada
blanko jumlahnya lebih banyak bilangan gelombang 1091,5 cm-1
daripada yang ada pada sampel. Dari terdapat ulur C-O dengan intensitas
data yang diperoleh diketahui bahwa yang sangat kuat akibat adanya
kadar Corganik pada kitosan sebesar 2,767 perubahan sudut ikatan glikosida yang
%. Bila dibandingkan dengan kadar cukup besar. Serapan pada bilangan
Corganik pada kitin yang mencapai 3,598 gelombang 3500-3100 cm-1 tidak
%, terlihat penurunan kadar Corganik ditemukan puncak yang spesifik karena
akibat adanya proses deasetialsi pada pada daerah ini terdapat uluran O-H
proses pembuatan kitosan yang yang berhimpitan dengan ulur N-H,
menghilangkan sebagian besar gugus dimana pada N-H tersebut telah terikat
asetil pada kitin. tembaga(II) sehingga ulur N-H
memiliki daerah pergeseran yang lebih
Karakterisasi Kompleks Kitosan lebar. Adanya uluran N-H yang terikat
Hidrogel dengan Tembaga(II) dengan tembaga(II) diperjelas dengan
Pembentukkan kitosan hidrogel adanya tekukan N-H yang mengalami
menyebabkan susunan kitosan menjadi pergeseran ke bilangan gelombang yang
lebih lentur yang mengakibatkan lebih kecil yaitu dari bilangan
terjadinya pembesaran sudut-sudut gelombang 1594,7 ke 1542,9 cm-1
ikatan sehingga bilangan gelombang akibat semakin besarnya massa
gugus-gugusnya mengalami pergeseran tereduksinya.
ke bilangan gelombang yang lebih

42
Preparasi dan Karakterisasi Kompleks ... (Risfidian, dkk)

Gambar 4. Spektra FTIR (A) Kitosan Hidrogel, (B) Kompleks Kitosan


Hidrogel-Tembaga(II)

Sementara pada bilangan kitosan sebesar 7,9571% dan


-1
gelombang 2923,9 cm terdapat rentang 2,767%.
C-H dari metilen (-CH2) juga muncul 2. Spektra FTIR dari kitosan
dari rantai utama kitosan hidrogel yang menunjukkan adanya pergeseran
berbentuk siklik. Adanya vibrasi ini tekuk N-H ke bilangan gelombang
diperjelas dengan adanya tekuk C-H yang lebih besar yaitu dari bilangan
dari metil maupun metilen pada gelombang 1561,5 ke 1563 cm-1
bilangan gelombang 1380 cm-1. Ulur dan meningkatnya %T dari gugus
C=O terdapat pada panjang gelombang C=O, sedangkan spektra FTIR
1655, sedangkan pada penjang kitosan hidrogel secara umum
-1
gelombang 1033,8 cm terdapat ulur C- menunjukkan pergeseran ke
O. Pada bilangan gelombang 1257 cm-1 bilangan gelombang yang lebih
terdapat ulur C-N yang mengalami besar akibat perubahan sudut-sudut
pergeseran ke bilangan gelombang yang ikatan kitosan yang semakin lentur.
lebih besar karena terikatnya 3. Spektra FTIR dari kompleks
tembaga(II) pada gugus N-. kitosan hidrogel-tembaga(II)
menunjukkan melebarnya daerah
KESIMPULAN serapan uluran N-H dan
Berdasarkan penelitian yang telah bergesernya tekukan N-H ke
dilakukan maka dapat disimpulkan : bilangan gelombang yang lebih
1. Isolasi kitin dan kitosan dari kecil yaitu dari bilangan gelombang
cangkang keping menghasilkan 1594,7 ke 1542,9 cm-1 akibat
12,14% dengan derajat deasetilasi terikatnya tembaga(II) pada gugus
61,77% kitin dan 58,82% kitosan N-.
dengan derajat deasetilasi 71,486%,
serta kadar N total dan Corganik pada

43
Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : 35 - 43

DAFTAR PUSTAKA
Okuyama, K., Noguchi, K., Kanenari,
Berger,J., Reist, M., Mayer,J.,M., Felt,
M., Egawa, T., Osawa, K., &
O., Peppas, N.,A., & Gurny, R.
Ogawa, K. 2000. Structural
2004. Structure and Interactions in
diversity of chitosan and its
covalently and ionically crosslinked
complexes. Carbohydrate Polymers
chitosan hydrogels for biomedical
41, 237-247.
applications. Europen Journal of
Pharmaceutics and
Pearson R. G. 1963. Hard and Soft Acid
Biopharmaceutics 57, 19-34.
and Bases. Journal of American
Chemical Society, vol 85, hal 3533-
Guibal, Eric. 2004. Interactions of
3539.
Metal ions with Chitosan-based
sorbents : a review. Separation and
Varma, J., A., Deshpande, V., S., &
Purification technology 38, 43-74.
Kennedy, F., J. 2004. Metal
Complexation by Chitosan and its
Khan, A.T., Peh, K.K., Ching, S.S.,
derivatives : a review. Carbohydrate
2002. Reporting degree of
Polimers 55, 77-93.
deacetylation values of chitosan :
the influence of analytical methods.
Widodo, Agus, Mardiah, & Prasetyo,
J. Pharm Pharmaceut Sci 5 (3):
Andy. Potensi Kitosan dari sisa
205-212.
Udang sebagai Koagulan Logam
Berat Limbah Cair Industri Tekstil.
Kopecky, Kopecka, Misikova. 2005.
ITS. Surabaya.
Sorption of Copper(II) on Chitosan
from Solutions of Copper Sulphate,
Copper Perchlorate, and Copper
Nitrate. Acta Facultatis
Pharmaceuticae Universitatis
Comenianae. Bratislava.

Kumar, Ravi, N., V., Majeti. 2000. A


review of chitin and chitosan
applications. Reactive & Functional
Polymers 46, 1-27.

Marganof. 2002. Potensi Limbah Udang


sebagai Penyerap Logam Berat
(Timbal, Kadmium, dan Tembaga)
di Perairan.
Mohadi R. 2004. Immobilisasi Asam
Humat pada Kitin dan Aplikasinya
untuk Mengikat Logam Ag(I).
Thesis. UGM. Yogyakarta.

Ogawa, Kozo, Yui, Toshifumi, & Kenji


Okuyama. 2004. Three D structrures
of chitosan. International Journal of
Biological Macromolecules 34, 1-8.

44

Anda mungkin juga menyukai