KATA PENGANTAR
Sengala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul asuhan keperawatan
hemoroid. Tugas makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas blok nursing 3.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dosen-
dosen dan narasumber saat proses pembelajaran kuliah pakar, yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis dan teman-teman.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas analisis kasus ini masih kurang sempurna, hal
ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan kesempurnaan
tugas analisis kasus yang berkaitan dengan dilema etik ini.
Semoga penulisan tugas analisis kassus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Halaman Judul.............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
C. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II ISI
A. Pengertian hemoroid...........................................................................................3
B. Etiologi hemoroid...............................................................................................3
C. Tanda dan gejala hemoroid.................................................................................4
D. Klasifikasi hemoid..............................................................................................4
E. Patofisiologi hemoroid........................................................................................5
F. Penatalaksaan......................................................................................................6
G. Komplikasi hemoroid..........................................................................................8
H. Diagnosa keperawatan hemoroid........................................................................8
I. Perencaaan keperawatan hemoroid.....................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di manabibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid,
cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan
masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap
orang, namun yang membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi.
Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia 45
sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa
sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid
parah terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang
bisa memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai
dan ditangani dengan baik agar mudah diobati.
2. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami penyakit hemoroid
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab hemoroid
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala hemoroid
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofiologi hemoroid
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan hemoroid
6. Mahasiswa mampu memehami dan mengetahui klasifikasi hemoroid
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hemoroid
8. Mahsiswa mampu memahami diagnosa hemoroid
3. MANFAAT
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit
hemoroid, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan bisa menjadi acuan
serta pedoman bagi dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit nantinya.
BAB II
ISI
1. Pengertian hemoroid
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah bagian
vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
2. Penyebab hemoroid
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai
berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk
yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat
menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya
dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan
waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani
terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat
peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan
mengakibatkan hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan
pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu
berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan
lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan .
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan
membuat peregangannya
bertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
3. Manifestasi klinis
1. Pembengkakan pada area anus
2. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
3. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
4. Keluar selaput lendir
5. Prolaps
6. Duduk berjam-jam di WC.
4. Klasifikasi hemoroid
Secara garis besar hemoroid bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a) Hemoroid ekternal merupakan varies vena hemoroidalis inferior.
b) Hemoroid internal merupakan varies vena hemoroidalis superior dan media.
Sedangkan hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
a. Derajat I
Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan / prolaps saat defekasi, walaupun
defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat diketahui melalui adanya perdarahan melalui
sigmiodoskopi.
b. Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan selama defekasi
berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara spontan.
c. Derajat III
Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali secara spontan dan harus
didorong (reposisi manual).
d. Derajat IV
Prolapsus tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus dapat terjepit diluar,
dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedema, dan ulserasi, sehingga saat hal ini terjadi baru
timbul rasa
5. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan jaringan
ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan, bantalan tersebut
mengelilingi mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a. rectalis
superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar
disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normalmenimbulkan tekanan
didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada
aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus
untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.Pada umumnya,
setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus. Bantalan – bantalan
tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu:
jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan). Sebenarnya
hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler, namun hal ini
jarang terjadi. Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan:
angka 6 (jam 6) menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah
anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah
kanan. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala
hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan
prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan
pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium
dan terjadi prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna
merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis arterivenous.
6. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a) Pengelolaan dan modifikasi diet Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi.
Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara
berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan
yang sering digunakan adalah:
a. Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan,
misalnya Docusate Sodium.
b. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5%
(Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan
topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
c. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianalyang timbul akibat iritasi
karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water
(Witch Hazel)
d. Analgesik, untuk mengatasi rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free
Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki
hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan
bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
e. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih
diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran
adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
3. Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi minta untuk
dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer, pasien meminta dokter untuk
menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a.Eksisi hanya pada jaringanyang benar-benar berlebih.
b.Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal tidak terganggu
Spinchter ani.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada
atau tidaknya hemoroid.
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat
teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir
akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi
dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus
diperhatikan
8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan
kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yangkeluar. Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini
penanganannya tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps
hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar )
kemudian diikuti infeksi sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren
dulu dengan bau yang menyengat.
9. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi asimptomatik. Dengan
melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namun bisa muncul
kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi nonoperatif seperti
ligasi cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50%
antara kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat
ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan
keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan
dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.
1. Pre operasi
2. Post operasi
NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan perawatan selama 1. Kaji skala nyeri
adanya luka 3x24 jam dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan teknik
operasi. · Skala nyeri 0-1 nafas dalam dan
· Wajah pasien tampak rileks. pengalihan perhatian
3. Berikan posisi
supine
4. Observasi tanda-
tanda vital
5. Berikan bantalan
flotasi di bawah
bokong saat duduk
6. Kolaborasi pelunak
feses dan laksatif.
Beri masukan oral
setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan,
makanan berserat
7. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
analgetik
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid,
cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB
dengan posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan
orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada faeces
berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.
Pada pasien dengan hemoroid penatalaksanaan antara lain Intervensi yang lazim
dilakukan adalah Anaskopi , Rectal Toucher (RT) dan Inspeksi.
2. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid agar kita dapat mencegah hal
itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing. Alih
bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.
2. Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby Company
3. Aru W. Sudoyo. Buku ajar penyakit dalam.
4. Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit) Volume 1,
Edisi 6”. Jakarta : EGC.
DAFTAR ISI
BAB 1
Latar
belakang……………………………………………………………………………………
…. 4
Rumusan
masalah………………………………………………………………………………….. 5
Tujuan………………………………………………………………………………………
…………. 5
BAB 2
Definisi……………………………………………………………………………………
…………… 6
Etiologi……………………………………………………………………………………
…………… 7
Patofisiologi………………………………………………………………………………
…………. 8
Manifestasi
klinis………………………………………………………………………………… 10
Penatalaksanaan……………………………………………………………………………
…….. 11
Pemeriksaaan
penunjang………………………………………………………………………. 13
Komplikasi…………………………………………………………………………………
………. 14
Diagnosa
banding……………………………………………………………………………….. 14
BAB 3
BAB 4
Kesimpulan…………………………………………………………………………………
……… 25
Saran………………………………………………………………………………………
…………. 25
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………. 26
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering
terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chongdkk.2008 ). Penyakit
hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana
pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa
(Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen
dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal
memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari
sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.
Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid
yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua
adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar
anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 )
RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang
akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
TINJAUAN MEDIS
2.1 DEFINISI
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot
disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).
Klasifikasi hemoroid
1. Ambeien Internal
Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit
syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir
anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4
derajat yaitu :
1. Derajat I
2. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
3. Tanpa disertai rasa nyeri
4. Tidak terdapat prolaps
5. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol
ke dalam lumen
6. Derajat II
7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
8. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
3. Derajat III
4. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
5. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)
6. Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi
akan keluar lagi)
7. Ambeien / Hemoroid Eksternal
Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri.
ETIOLOGI
Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :
1. Penuaan
2. Kehamilan
3. Hereditas
4. Konstipasi atau diare kronik
5. Penggunaan toilet yang berlama – lama
6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
7.
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi
medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan
risiko hemoroid seperti berikut:
PATOFISIOLOGI
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasitersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan
gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011).
Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,
kongesti renal
Hemoroid
Prolaps Hemoroidectomy
tentang penyakit,
pengobatan Konstipasi
Nyeri
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 )
yaitu :
1. Hemoroid internal
2. Prolaps dan keluarnya
3.
4. Rasa tak
5.
6. Hemoroideksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
3.
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-
hal seperti berikut :
1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di
luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
1. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan
cirri khas/ karakteristik hemoroid.
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.
PENATALAKSANAAN
1. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada
anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz
baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah
anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat,
efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala.
Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan
lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas
bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips
menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan
darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau
diangkat keluar dengan forsep.
2. Hemoroid Interna
Hemoroid Interna
I + – –
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi
usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu
dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada
hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar
ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang
menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung
risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus.
Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk
membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.
KOMPLIKASI HEMOROID
DIAGNOSA BANDING
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada
servikal merupakan hal yang penting diwaspadai.
Pengkajian
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnose Medis :
Pengumpulan data
2. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
3. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.
4. Riwayat penyakit
5. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.
5. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.
Inspeksi
NOC : NIC :
Nyeri akut berhubungan
dengan: · Pain Level, · Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, · pain control, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
fisik, psikologis), kerusakan
dan faktor presipitasi
jaringan · comfort level
· Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan tinfakan ketidaknyamanan
keperawatan selama ….
DS: Pasien tidak mengalami · Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri, dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
· Laporan secara verbal
· Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah ke
kaku)
Ø Menunjukkan
· Penyakit kronik · Monitor tanda dan gejala infeksi
kemampuan untuk
sistemik dan lokal
mencegah timbulnya
· Imunosupresi
infeksi
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Malnutrisi
Ø Jumlah leukosit dalam
· Inspeksi kulit dan membran
· Pertahan primer tidak batas norm mukosa terhadap kemerahan, panas,
adekuat (kerusakan kulit, drainase
trauma jaringan, gangguan Ø Menunjukkan perilaku
peristaltik) hidup sehat · Monitor adanya luka
DS:
· Nyeri perut
· Ketegangan perut
· Anoreksia
· Nyeri kepala
· Peningkatan tekanan
abdominal
· Mual
DO:
· Penurunan frekuensi
BAB
· Distensi abdomen
· Feses keras
· Bising usus
hipo/hiperaktif
· Perkusi tumpul
· Sering flatus
· Muntah
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI
1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-
tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji
dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang
mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat
diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari
alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan
jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan
keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang
telah ditetapkan.
BAB 4
PENUTUP
KESIMPULAN
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut
Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara
berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering
mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu
pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita wasir(genetik).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-
hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan
hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur),
pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan
Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses
sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan
trombosis akut pada prolaps hemorroid.
SARAN
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan
konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi
aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak
umum.
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia
A. KONSEP DASAR
1.Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologi. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan.
Hemoroid dibedakan antara intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah leksus
v.hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern
ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan sub mukosa pada rektum sebelah bawah.
Sering hemoroid terdapat pada 3 posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri
lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid ekstern yang merupakan pelebaran dan penonjolan fleksus hemoroid inferior
terdapat disebelah distal garis mukokutan didalam jaringan dibawah epitel
anus. (R. Sjamsuhidajat, hal 910 - 1997)
Hemoroid adalah suatu pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada anus/dubur, teraba
seperti bola atau benjolan kecil yang dapat menimbulkan rasa nyeri, gatal, dan ketidak
nyamanan. Hemoroid adalah pelebaran vena didalam fleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik.
(Deden Dermawan, hal 101 - 2010)
2. Etiologi
a) Obstipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun.
b) Penyakit yang membuat penderita sering mengejang, misalnya: pembesaran prostat jinak
ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak.
c) Penekanan kembali aliran darah vena, seperti pada kanker dubur, radang dubur,
penyempitan dubur, kenaikan takanan pembuluh darah porta (didalam rongga perut), sakit
lever jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa bengkak.
d) Bendungan pada rongga pinggul akibat tumor rahim, atau kehamilan.
e) Banyak duduk.
f) Diare menahun.
g) Peregangan. Ini misalnya terjadi pada seseorang yang suka melakukan hubungan seksual
yang tidak lazim yaitu anogenetal.
(Deden Dermawan, hal 103 - 2010)
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit, namun
ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid sebagai berikut
ini.
1. peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3. Konsumsi makanan rendah serat.
4. Obesitas.
5. Hipertensi portal.
(Arif Muttaqin, hal 690 – 2011)
3. Manifestasi klinik
a) Perdarahan (bewarna merah terang saat defekasi).
b) Nyeri akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (hemoroid eksterna).
c) Rasa gatal pada daerah anus.
Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat
a) Hemoroid tingkat 1 : varises 1 atau lebih vena hemoroidalis interna dengan gejala
perdarahan berwarna segar pada saat buang air besar.
b) Hemoroid tingkat 2 : varises dari 1 at lebih vena hemoroidalis interna yang keluar dari
dubur pada saat devekasi tapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
c) Hemoroid tingkat 3 : seperti tingkat 2 tetapi dapat masuk spontan, harus didorong kembali.
d) Hemoroid tingkat 4 : telah terjadi inkaserasi.
(Deden Dermawan, hal 103-104 2010)
4. patofisiologi
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior dan
inverior. Vena hemoroidalis superior mengembalikan daerah kevena mesenterika inverior dan
berjalan sub mukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut
kolumna murgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini
menjadi varises disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berda
dalam posisi litotomi) terdapat pada 3 tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan, dan
lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V.
Hemoroidalis inferior memulai venular dan pleksus-pleksus kecil didaerah anus dan distal
dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varises
dan disebut hemoroid eksterna hemoroit timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan
termasuk konstipasi atau diare, sering mengejang, kongesti pelvis pada kehamilan.
Pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis
superiormengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai
katub sehingga mudah terjadi aliran balik.
(Deden Dermawan, 104 2010)
6. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaa laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya anemia.
b) Pemeriksaan anoskopi.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata.
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh prows radang atau prows keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
(Arif Muttaqin, hal 689 – 2011)
b. Mencegah Obstipasi : dengan diet rendah sisa, banyak makan-makanan berserat seperti
buah dan sayur, banyak minum dan mengurangi daging. Hindari mengejan berlebihan saat
defekasi.
c. Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anestesi serta tirah baring
(merupakan tindakan yang berfungsi untuk mengurangi pembesaran)
d. Menjaga personal hygiene yang baik (anus)
e. Olah raga teratur
f. Mengurangi/mencegah stres.
(Deden Dermawan, hal 107 - 2010)
8. Penatalaksanaan medis
a. Pada derajat I pengobatan masih dapat dilakukan secara konservativ yaitu dengan obat
minum ; salep ; supositoria . di samping itu perubahan gaya hidup dan makan dengan banyak
makan makanan berserat dan mengusahakan supaya buang air besar lancar dan faeces tidak
keras.
b. Pada derajat II pengobatan seperti pada derajat I biasanya sudah tidak berhasil. Disini dapat
dilakukan tindakan penyuntikan, pengikatan dengan karet khusus (rubberband ligation) ; IRC
(Infared coagulation) atau pemanasan ; DGHAL (Doppler Guided Hemorrhoidal Artery
Ligation ) adalah pengikatan pembuluh darah wasir dibawah USG Doppler. Pada dasarnya
tujuan tindakan-tindakan diatas adalah untuk mengecilkan Hemoroid itu dan umumnya dapat
dilakukan dalam rangka rawat jalan.
c. Pada derajat III pun jika tidak terlalu banyak atau terlalu besar masih dapat dilakukan
tindakan sperti diatas. Tetapi jika wasir sudah menyeluruh atau besar, maka pengobatan yang
terbaik adalah dengan jalan operasi.
d. Operatif : hemoroidektomi adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan eksisi
konserfatif kulit serta anoderm normal.
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam anaestesie
spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi
tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi sayatan dijahit
kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid dipotong dan dijahit
sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini adalah rasa sakit yang jauh berkurang dari pada
metode pertama meskipun pada operasi wasir dengan metode pertama pun rasa sakit sudah
berkurang dibandingkan cara operasi 10-20 tahun yang lalu.
B. KONSEP ASKEP
Ø Pengkajian
Pengkajian hemoroid terdir atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa
ada benjolan disekitar anus.
Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya riwayat peradangan
pada usus, dan riwayai diet rendah serat.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pemeriksaan survai umum bisa terlihat sakit ringan sampai gelisah akibat menahan sakit.
Lamjut TTV biasa normal atau biasa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan
pernafasan.
Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya
ulserasi disekitar anus. Pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebeb
tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
(Arif Muttaqin, hal 692- 2011)
Ø Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan.
2. Pemenuhan informasi b.d. adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan,
dan rencana perawatan rumah.
3. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree luka paska bedah.
4. Aktual atau risiko tinggi ketidak keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
intake makanan yang kurang adekuat.
5. Intoleransi aktivitas b.d. cepat lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari anemia.
6. Kecemasan pasien dan keluarga b.d. prognosis penyakit, rencana pembedahan.
(Arif Muttaqin, hal 694- 2011)
Ø Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu untuk intervensi
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko infeksi, dan kecemasan dapat
disesuaikan dengan intervensi pada pasien kanker kolon. Untuk intervensi intoleransi
aktivitas dapat disesuaikan pada pasien kanker rektal.