Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MAKALAH

TENTANG PENYAKIT HEMOROID

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALMA ATA
YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Sengala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul asuhan keperawatan
hemoroid. Tugas makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas blok nursing 3.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, dosen-
dosen dan narasumber saat proses pembelajaran kuliah pakar, yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis dan teman-teman.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas analisis kasus ini masih kurang sempurna, hal
ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan kesempurnaan
tugas analisis kasus yang berkaitan dengan dilema etik ini.

Semoga penulisan tugas analisis kassus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
C. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II ISI
A. Pengertian hemoroid...........................................................................................3
B. Etiologi hemoroid...............................................................................................3
C. Tanda dan gejala hemoroid.................................................................................4
D. Klasifikasi hemoid..............................................................................................4
E. Patofisiologi hemoroid........................................................................................5
F. Penatalaksaan......................................................................................................6
G. Komplikasi hemoroid..........................................................................................8
H. Diagnosa keperawatan hemoroid........................................................................8
I. Perencaaan keperawatan hemoroid.....................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di manabibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid,
cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan
masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada setiap
orang, namun yang membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total populasi.
Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat pada usia 45
sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa
sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid
parah terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang
bisa memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai
dan ditangani dengan baik agar mudah diobati.

2. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami penyakit hemoroid
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab hemoroid
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala hemoroid
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofiologi hemoroid
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan hemoroid
6. Mahasiswa mampu memehami dan mengetahui klasifikasi hemoroid
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hemoroid
8. Mahsiswa mampu memahami diagnosa hemoroid

3. MANFAAT
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit
hemoroid, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan bisa menjadi acuan
serta pedoman bagi dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit nantinya.

BAB II
ISI
1. Pengertian hemoroid
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah bagian
vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
2. Penyebab hemoroid
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai
berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk
yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat
menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya
dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan
waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani
terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat
peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis.
Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan
mengakibatkan hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan
pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu
berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan
lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan .
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan
membuat peregangannya
bertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.

3. Manifestasi klinis
1. Pembengkakan pada area anus
2. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
3. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
4. Keluar selaput lendir
5. Prolaps
6. Duduk berjam-jam di WC.

4. Klasifikasi hemoroid
Secara garis besar hemoroid bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a) Hemoroid ekternal merupakan varies vena hemoroidalis inferior.
b) Hemoroid internal merupakan varies vena hemoroidalis superior dan media.
Sedangkan hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
a. Derajat I
Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan / prolaps saat defekasi, walaupun
defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat diketahui melalui adanya perdarahan melalui
sigmiodoskopi.
b. Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan selama defekasi
berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara spontan.
c. Derajat III
Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali secara spontan dan harus
didorong (reposisi manual).
d. Derajat IV
Prolapsus tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus dapat terjepit diluar,
dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedema, dan ulserasi, sehingga saat hal ini terjadi baru
timbul rasa

5. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan jaringan
ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan, bantalan tersebut
mengelilingi mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a. rectalis
superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian besar
disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid normalmenimbulkan tekanan
didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan anus pada saat istirahat (tidak ada
aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus
untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.Pada umumnya,
setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus. Bantalan – bantalan
tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3 posisi utama, yaitu:
jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior kanan). Sebenarnya
hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat sirkuler, namun hal ini
jarang terjadi. Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan:
angka 6 (jam 6) menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah
anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah
kanan. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala
hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan
prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan
pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium
dan terjadi prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna
merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis arterivenous.
6. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a) Pengelolaan dan modifikasi diet Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air
ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi.
Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara
berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan
yang sering digunakan adalah:
a. Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan,
misalnya Docusate Sodium.
b. Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5%
(Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan
topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
c. Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianalyang timbul akibat iritasi
karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water
(Witch Hazel)
d. Analgesik, untuk mengatasi rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free
Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki
hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan
bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
e. Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih
diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran
adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.

2. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif


a) Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati sehingga
terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi /
mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas
hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari
nyeri yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan
diinjeksikankekuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan
anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan
yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation) Teknik ini diperkenalkan oleh Baron
pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami
prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin
karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya
akanmengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu
kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai
empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada
ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip
lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c) Bedah Beku (Cryosurgery) Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga
terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
d) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis
dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.

3. Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi minta untuk
dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer, pasien meminta dokter untuk
menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b) Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a.Eksisi hanya pada jaringanyang benar-benar berlebih.
b.Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal tidak terganggu
Spinchter ani.

2) Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids/ PPH)


Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru dikembangkan sekitar tahun
1990-an. Prinsip dari PPH adalahmempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta
mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya masih
diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua. Prosedur tidak
bisa diterapi secara konservatif maupun terapi nonoperatif

7. Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada
atau tidaknya hemoroid.
3. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat
teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir
akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
7. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi
dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai struktur vaskuler
yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus
diperhatikan

8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan
kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yangkeluar. Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini
penanganannya tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps
hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar )
kemudian diikuti infeksi sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren
dulu dengan bau yang menyengat.

9. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi asimptomatik. Dengan
melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namun bisa muncul
kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi nonoperatif seperti
ligasi cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50%
antara kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi, hemoroid rekuren ini biasanya dapat
ditangani dengan terapi non operatif. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan
keberhasilan terapi dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan
dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.

10. Diagnosa keperawatan


a. Pre operasi
i. Nyeri b.d adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada
anus.
ii. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama defekasi.
iii. Cemas b.d rencana pembedahan dan rasa malu.
b. Post operasi
i. Nyeri b.d adanya luka operasi
ii. Resiko tinggi perdarahan b.d hemoroidectomi
iii. Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal.

11. Perencanaan keperawatan

1. Pre operasi

NO Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nyeri b.d adanya Setelahdilakukantindakankeperawatan 1. Kaji skala
pembengkakan, 3x24jam dengan kriteria hasil: nyeri pasien.
trombus pembuluh · Skala nyeri 0-1 2. Anjurkan
darah pada anus · Wajah pasien tampak rileks. untuk menarik
nafas dalam
setiap kali
timbul nyeri.
3. Berikan posisi
yang nyaman
sesuain keinginan
pasien
4. Observasi
tanda-tanda vital
5. Berikan
bantal/alas
pantat
6. Anjurkan tidak
mengejanyang
berlebihan saat
defekasi.
7. Kolaborasi
untuk pemberian
terapi analgetik.
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan
1. Kaji pola
mengabaikan perawatan selama3x24Jam dengan eliminasi dan
dorongan untuk kriteria hasil: konsistensi
defekasi akibat nyeri
· Buang air besar 1 kali perhari. feces.
selama defekasi. · Konsistensi faeces lembek, tidak ada2. berikan minum
darah dan pus air putih 2-3
· Buang air besar tidak nyeri dan liter perhari
tidak perlu mengejan lama. (bila tidak ada
kontraindikasi)
3. Berikan
banyak makan
sayur dan buah.
4. Anjurkan
untuk segera
berespon bila
ada rangsangan
buang air besar
5. Anjurkan
untuk
melakukan
latihan relaksasi
sebelum
defekasi.
6. Anjurkan
untuk olahraga
ringan secara
teratur.
7. kolaborasi
untuk pemberian
terapi laxantia
dan analgetik
3. Cemas b.d rencana Setelah dilakukuan perawatan selama 1. Kaji tingkat
pembedahan
3x24 jam dengan krteria hasil: kecemasan
· Pasien mengatakan kecemasan
2. Kaji tingkat
berkurang. pengetahuan
· Pasien berpartisipasi aktif dalam pasien tentang
perawatan. pembedahan.
3. Berikan
kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya
4. Dampingi dan
dengarkan
pasien
5. Libatkan
keluarga atau
pasien lain yang
menderita
penyakit yang
sama untuk
memberikan
dukungan
6. Anjurkan
pasien untuk
mengungkapkan
kecemasannya
7. Kolaborasi
dengan dokter
untuk penjelasan
prosedur
operasi.
8. Kolaborasi
untuk terapi anti
ansietas (bila
perlu).

2. Post operasi
NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan perawatan selama 1. Kaji skala nyeri
adanya luka 3x24 jam dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan teknik
operasi. · Skala nyeri 0-1 nafas dalam dan
· Wajah pasien tampak rileks. pengalihan perhatian
3. Berikan posisi
supine
4. Observasi tanda-
tanda vital
5. Berikan bantalan
flotasi di bawah
bokong saat duduk
6. Kolaborasi pelunak
feses dan laksatif.
Beri masukan oral
setiap hari sedikitnya
2-3 liter cairan,
makanan berserat
7. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
analgetik

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan perawatan selama 1. Monitor tanda-


perdarahan b.d 3x24jam dengan kriteria hasil: tanda vital setiap 4
hemoroidectomi.
· balutan luka operasi tidak basah. jam selama 24 jam
· Tanda-tanda vital dalam batas pertama
normal 2. Monitor tanda-
tanda hipovolemik.
3. Periksa daerah
rectal atau balutan
setiap dua jam
selama 24 jam
pertama.
4. Berikan kompres
dingin
5. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
astrigen.

3. Resiko tinggi Setelah dilakukan perawatan selama


b.d adanya luka
3x24jam dengan kriteria hasil: 1. Observasi tanda-
operasi di
· Luka sembuh dengan baik. tanda vital
daerah anorektal· tanda-tanda vital dalam batas
2. Kaji daerah operasi
normal. terhadap
pembengkakn dan
pengeluaran pus
3. Ganti tampon
setiap kali setelah
BAB
4. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
antibiotika

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus
mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid,
cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB
dengan posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan
orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada faeces
berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.
Pada pasien dengan hemoroid penatalaksanaan antara lain Intervensi yang lazim
dilakukan adalah Anaskopi , Rectal Toucher (RT) dan Inspeksi.

2. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid agar kita dapat mencegah hal
itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth Medical Surgical Nursing. Alih
bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta. EGC.
2. Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby Company
3. Aru W. Sudoyo. Buku ajar penyakit dalam.
4. Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit) Volume 1,
Edisi 6”. Jakarta : EGC.
DAFTAR ISI

BAB 1

 Latar
belakang……………………………………………………………………………………
…. 4
 Rumusan
masalah………………………………………………………………………………….. 5
 Tujuan………………………………………………………………………………………
…………. 5

BAB 2

 Definisi……………………………………………………………………………………
…………… 6
 Etiologi……………………………………………………………………………………
…………… 7
 Patofisiologi………………………………………………………………………………
…………. 8
 Manifestasi
klinis………………………………………………………………………………… 10
 Penatalaksanaan……………………………………………………………………………
…….. 11
 Pemeriksaaan
penunjang………………………………………………………………………. 13
 Komplikasi…………………………………………………………………………………
………. 14
 Diagnosa
banding……………………………………………………………………………….. 14

BAB 3

3.1 Pengkajian keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………. 15


3.2 diagnosa keperawatan pada klien hemaroid……………………………………………. 16

3.3 Intervensi keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………… 16

3.4 Implementasi keperawatan pada klien hemaroid……………………………………… 23

3.5 Evaluasi keperawatan pada klien hemaroid…………………………………………….. 23

BAB 4

 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
……… 25
 Saran………………………………………………………………………………………
…………. 25

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………. 26

BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering
terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chongdkk.2008 ). Penyakit
hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana
pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa
(Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen
dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal
memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari
sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid
yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua
adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar
anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 )

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi


(konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan,
penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan
bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda
dan gejala penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami
thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya
implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah
dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang
banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang
mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar defekasi,
selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan
cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama
(Merdikoputro, 2006). Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu
klien yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh
karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan
hemoroid.

 RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang
akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid?
 TUJUAN

1. Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan


2. Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.
BAB II

TINJAUAN MEDIS

2.1 DEFINISI

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot
disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena
hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).

Klasifikasi hemoroid

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat
atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit
syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.
Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir
anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh
dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4
derajat yaitu :

1. Derajat I
2. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
3. Tanpa disertai rasa nyeri
4. Tidak terdapat prolaps
5. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol
ke dalam lumen
6. Derajat II
7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
8. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)

3. Derajat III
4. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
5. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong
dengan jari (reposisi manual)
6. Derajat IV
1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi
2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi
akan keluar lagi)
7. Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri.

 ETIOLOGI

Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1. Penuaan
2. Kehamilan
3. Hereditas
4. Konstipasi atau diare kronik
5. Penggunaan toilet yang berlama – lama
6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
7.

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi
medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan
risiko hemoroid seperti berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)


2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram
3. Berdiri terlalu lama
4. Banyak duduk
5. Sering mengangkat beban berat
6. Sembelit diare menahun (obstipasi)
7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)
8. Keturuna penderita wasir(genetik)

 PATOFISIOLOGI

Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasitersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Interna (dilatasi sebelum spinter)


2. Bila membesar baru nyeri
3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1. Nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala
ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan
bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan
gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011).
Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,

kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid
Prolaps Hemoroidectomy

Kurang Informasi Luka post operasi Takut BAB

Kurang pengetahuan Feses mengeras

tentang penyakit,

pengobatan Konstipasi

Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik Inflamasi mikroorganisme Diskontiunitas jaringan


Resiko Infeksi

Kurang perawatan diri

Nyeri

Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 )
yaitu :

1. Hemoroid internal
2. Prolaps dan keluarnya
3.
4. Rasa tak
5.
6. Hemoroideksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri (jikamengalami trombosis).
3.

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-
hal seperti berikut :

1. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di
luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.

1. Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan
cirri khas/ karakteristik hemoroid.

1. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.

1. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.

 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada
anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz
baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah
anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat,
efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala.
Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan
lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas
bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips
menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan
darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau
diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna


selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk
trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi
usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu
dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada
hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan
akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar
ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang
menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha
kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung
risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Anamnesa atau riwayat penyakit


2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus.
Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk
membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

1. rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.

1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh


proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi


2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

 KOMPLIKASI HEMOROID

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.


2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.
4. Luka dan infeksi

 DIAGNOSA BANDING

1. Perdarahan juga dapat terjadi pada :


2. Carcinoma kolorektal
3. Divertikulitis
4. Kolitis ulserosa
5. Polip adenomatosa
6. Benjolan juga dapat terjadi pada :
7. Anorektal
8. Prolaps rekti (procidentia)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADDA KLIEN DENGAN HEMOROID

 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada
servikal merupakan hal yang penting diwaspadai.

Pengkajian

Anamnesa

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

No. Registrasi :

Diagnose Medis :

Pengumpulan data

2. Identitas

Nama Pasien :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :
Pendidikan :

Agama :

3. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada
anus atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit
5. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar
dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

1. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan
pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali
RPD.

5. Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel
pada tempat tidur.

 Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.


 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
 Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal ).
 Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan


rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut
dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)


2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas
tubuh primer menurun
3. PK: Perdarahan
4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi
5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan
 INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat


mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit,
menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak
terdapatnya komplikasi.

Diagnosa keperawatan RENCANA INTERVENSI

NOC : NIC :
Nyeri akut berhubungan
dengan: · Pain Level, · Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, · pain control, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
fisik, psikologis), kerusakan
dan faktor presipitasi
jaringan · comfort level
· Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan tinfakan ketidaknyamanan
keperawatan selama ….
DS: Pasien tidak mengalami · Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri, dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
· Laporan secara verbal

· Mampu mengontrol · Kontrol lingkungan yang dapat


DO: nyeri (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
· Posisi untuk menahan tehnik nonfarmakologi
nyeri untuk mengurangi nyeri, · Kurangi faktor presipitasi nyeri
mencari bantuan)
· Tingkah laku berhati-hati · Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
· Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
· Gangguan tidur (mata berkurang dengan
sayu, tampak capek, sulit atau menggunakan manajemen · Ajarkan tentang teknik non
gerakan kacau, menyeringai) nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
· Terfokus pada diri sendiri · Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi · Berikan analgetik untuk


· Fokus menyempit
dan tanda nyeri) mengurangi nyeri: ………
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, · Menyatakan rasa · Tingkatkan istirahat
penurunan interaksi dengan nyaman setelah nyeri
orang dan lingkungan) · Berikan informasi tentang nyeri
berkurang
seperti penyebab nyeri, berapa lama
· Tingkah laku distraksi, · Tanda vital dalam nyeri akan berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan, menemui rentang normal ketidaknyamanan dari prosedur
orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang) · Tidak mengalami · Monitor vital sign sebelum dan

gangguan tidur sesudah pemberian analgesik pertama


· Respon autonom (seperti kali
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)

· Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah ke
kaku)

· Tingkah laku ekspresif


(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)

· Perubahan dalam nafsu


makan dan minum

Risiko infeksi NIC :


NOC :

Faktor-faktor risiko : · Pertahankan teknik aseptif


· Immune Status

· Prosedur Infasif · Batasi pengunjung bila perlu


· Knowledge : Infection
control
· Kerusakan jaringan dan · Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan sesudah tindakan keperawatan
· Risk control
lingkungan
· Gunakan baju, sarung tangan
Setelah dilakukan tindakan
· Malnutrisi sebagai alat pelindung
keperawatan selama……
pasien tidak mengalami
· Peningkatan paparan · Ganti letak IV perifer dan
infeksi dengan
lingkungan patogen dressing sesuai dengan petunjuk umum

· Imonusupresi · Gunakan kateter intermiten untuk


menurunkan infeksi kandung kencing
kriteria hasil:
· Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb, · Tingkatkan intake nutrisi
Ø Klien bebas dari tanda
Leukopenia, penekanan respon
dan gejala infeksi
inflamasi) · Berikan terapi antibiotic

Ø Menunjukkan
· Penyakit kronik · Monitor tanda dan gejala infeksi
kemampuan untuk
sistemik dan lokal
mencegah timbulnya
· Imunosupresi
infeksi
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Malnutrisi
Ø Jumlah leukosit dalam
· Inspeksi kulit dan membran
· Pertahan primer tidak batas norm mukosa terhadap kemerahan, panas,
adekuat (kerusakan kulit, drainase
trauma jaringan, gangguan Ø Menunjukkan perilaku
peristaltik) hidup sehat · Monitor adanya luka

Ø Status imun, · Dorong masukan cairan


gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas · Dorong istirahat
norma
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi

· Kaji suhu badan pada pasien


neutropenia setiap 4 jam

Konstipasi berhubungan NIC :


NOC:
dengan
Manajemen konstipasi
· Bowl Elimination
· Fungsi:kelemahan otot
abdominal, Aktivitas fisik tidak · Identifikasi faktor-faktor yang
· Hidration
mencukupi menyebabkan konstipasi

Setelah dilakukan tindakan


· Perilaku defekasi tidak · Monitor tanda-tanda ruptur
keperawatan selama ….
teratur bowel/peritonitis
konstipasi pasien teratasi
dengan kriteria hasil:
· Perubahan lingkungan · Jelaskan penyebab dan
rasionalisasi tindakan pada pasien
· Pola BAB dalam batas
· Toileting tidak adekuat:
normal
posisi defekasi, privasi · Konsultasikan dengan dokter
tentang peningkatan dan penurunan
· Feses lunak
· Psikologis: depresi, stress bising usus
emosi, gangguan mental
· Cairan dan serat
· Kolaburasi jika ada tanda dan
adekuat
· Farmakologi: antasid, gejala konstipasi yang menetap
antikolinergis, antikonvulsan,
antidepresan, kalsium · Aktivitas adekuat · Jelaskan pada pasien manfaat diet
karbonat,diuretik, besi, (cairan dan serat) terhadap eliminasi
overdosis laksatif, NSAID, · Hidrasi adekuat
opiat, sedatif. · Jelaskan pada klien konsekuensi
menggunakan laxative dalam waktu
· Mekanis: yang lama
ketidakseimbangan elektrolit,
hemoroid, gangguan neurologis, · Kolaburasi dengan ahli gizi diet
obesitas, obstruksi pasca bedah, tinggi serat dan cairan
abses rektum, tumor
· Dorong peningkatan aktivitas
· Fisiologis: perubahan yang optimal
pola makan dan jenis makanan,
penurunan motilitas · Sediakan privacy dan keamanan

gastrointestnal, dehidrasi, intake selama BAB

serat dan cairan kurang,


perilaku makan yang buruk

DS:

· Nyeri perut

· Ketegangan perut

· Anoreksia

· Perasaan tekanan pada


rektum

· Nyeri kepala

· Peningkatan tekanan
abdominal
· Mual

· Defekasi dengan nyeri

DO:

· Feses dengan darah segar

· Perubahan pola BAB

· Feses berwarna gelap

· Penurunan frekuensi
BAB

· Penurunan volume feses

· Distensi abdomen

· Feses keras

· Bising usus
hipo/hiperaktif

· Teraba massa abdomen


atau rektal

· Perkusi tumpul

· Sering flatus

· Muntah
 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,


implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.

 EVALUASI

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,


Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut :

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)


dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:

1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang
afasia.
2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-
tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji
dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang
mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat
diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari
alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan
jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan
keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang
telah ditetapkan.
BAB 4

PENUTUP

 KESIMPULAN

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,
2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut
Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara
berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering
mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu
pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita wasir(genetik).
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-
hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan
hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur),
pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan
Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses
sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan
trombosis akut pada prolaps hemorroid.

 SARAN

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan
konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi
aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak
umum.
DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa

Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia

Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,

Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus


Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010
ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

A. KONSEP DASAR
1.Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologi. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit,
diperlukan tindakan.
Hemoroid dibedakan antara intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah leksus
v.hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern
ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan sub mukosa pada rektum sebelah bawah.
Sering hemoroid terdapat pada 3 posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri
lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid ekstern yang merupakan pelebaran dan penonjolan fleksus hemoroid inferior
terdapat disebelah distal garis mukokutan didalam jaringan dibawah epitel
anus. (R. Sjamsuhidajat, hal 910 - 1997)
Hemoroid adalah suatu pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada anus/dubur, teraba
seperti bola atau benjolan kecil yang dapat menimbulkan rasa nyeri, gatal, dan ketidak
nyamanan. Hemoroid adalah pelebaran vena didalam fleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik.
(Deden Dermawan, hal 101 - 2010)
2. Etiologi
a) Obstipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun.
b) Penyakit yang membuat penderita sering mengejang, misalnya: pembesaran prostat jinak
ataupun kanker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak.
c) Penekanan kembali aliran darah vena, seperti pada kanker dubur, radang dubur,
penyempitan dubur, kenaikan takanan pembuluh darah porta (didalam rongga perut), sakit
lever jenis sirosis (mengkerut), lemah jantung, dan limpa bengkak.
d) Bendungan pada rongga pinggul akibat tumor rahim, atau kehamilan.
e) Banyak duduk.
f) Diare menahun.
g) Peregangan. Ini misalnya terjadi pada seseorang yang suka melakukan hubungan seksual
yang tidak lazim yaitu anogenetal.
(Deden Dermawan, hal 103 - 2010)

Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit, namun
ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid sebagai berikut
ini.
1. peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
3. Konsumsi makanan rendah serat.
4. Obesitas.
5. Hipertensi portal.
(Arif Muttaqin, hal 690 – 2011)

3. Manifestasi klinik
a) Perdarahan (bewarna merah terang saat defekasi).
b) Nyeri akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (hemoroid eksterna).
c) Rasa gatal pada daerah anus.
Hemoroid mempunyai tanda dan gejala yang berbeda pada tiap tingkat
a) Hemoroid tingkat 1 : varises 1 atau lebih vena hemoroidalis interna dengan gejala
perdarahan berwarna segar pada saat buang air besar.
b) Hemoroid tingkat 2 : varises dari 1 at lebih vena hemoroidalis interna yang keluar dari
dubur pada saat devekasi tapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
c) Hemoroid tingkat 3 : seperti tingkat 2 tetapi dapat masuk spontan, harus didorong kembali.
d) Hemoroid tingkat 4 : telah terjadi inkaserasi.
(Deden Dermawan, hal 103-104 2010)
4. patofisiologi
Drainase daerah anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior dan
inverior. Vena hemoroidalis superior mengembalikan daerah kevena mesenterika inverior dan
berjalan sub mukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut
kolumna murgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini
menjadi varises disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berda
dalam posisi litotomi) terdapat pada 3 tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan, dan
lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V.
Hemoroidalis inferior memulai venular dan pleksus-pleksus kecil didaerah anus dan distal
dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varises
dan disebut hemoroid eksterna hemoroit timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan
termasuk konstipasi atau diare, sering mengejang, kongesti pelvis pada kehamilan.
Pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis
superiormengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai
katub sehingga mudah terjadi aliran balik.
(Deden Dermawan, 104 2010)
6. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaa laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya anemia.
b) Pemeriksaan anoskopi.
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar. Anoskopi dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita
diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps
akan lebih nyata.
c) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan
oleh prows radang atau prows keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
(Arif Muttaqin, hal 689 – 2011)

7. penatalaksanaan mandiri perawat


a. Pasien dengan hemoroid ( tingkat I dan II) dapat diobati dengan tindakan lokal dan anjuran
diit.
· Hemoroid tingkat 1 : varises 1 atau lebih vena hemoroidalis interna dengan gejala
perdarahan berwarna segar pada saat buang air besar.
· Hemoroid tingkat 2 : varises dari 1 at lebih vena hemoroidalis interna yang keluar dari
dubur pada saat devekasi tapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
· Hemoroid tingkat 3 : seperti tingkat 2 tetapi dapat masuk spontan, harus didorong kembali.
· Hemoroid tingkat 4 : telah terjadi inkaserasi.

b. Mencegah Obstipasi : dengan diet rendah sisa, banyak makan-makanan berserat seperti
buah dan sayur, banyak minum dan mengurangi daging. Hindari mengejan berlebihan saat
defekasi.
c. Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anestesi serta tirah baring
(merupakan tindakan yang berfungsi untuk mengurangi pembesaran)
d. Menjaga personal hygiene yang baik (anus)
e. Olah raga teratur
f. Mengurangi/mencegah stres.
(Deden Dermawan, hal 107 - 2010)
8. Penatalaksanaan medis
a. Pada derajat I pengobatan masih dapat dilakukan secara konservativ yaitu dengan obat
minum ; salep ; supositoria . di samping itu perubahan gaya hidup dan makan dengan banyak
makan makanan berserat dan mengusahakan supaya buang air besar lancar dan faeces tidak
keras.
b. Pada derajat II pengobatan seperti pada derajat I biasanya sudah tidak berhasil. Disini dapat
dilakukan tindakan penyuntikan, pengikatan dengan karet khusus (rubberband ligation) ; IRC
(Infared coagulation) atau pemanasan ; DGHAL (Doppler Guided Hemorrhoidal Artery
Ligation ) adalah pengikatan pembuluh darah wasir dibawah USG Doppler. Pada dasarnya
tujuan tindakan-tindakan diatas adalah untuk mengecilkan Hemoroid itu dan umumnya dapat
dilakukan dalam rangka rawat jalan.
c. Pada derajat III pun jika tidak terlalu banyak atau terlalu besar masih dapat dilakukan
tindakan sperti diatas. Tetapi jika wasir sudah menyeluruh atau besar, maka pengobatan yang
terbaik adalah dengan jalan operasi.
d. Operatif : hemoroidektomi adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan eksisi
konserfatif kulit serta anoderm normal.
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam anaestesie
spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi
tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi sayatan dijahit
kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid dipotong dan dijahit
sekaligus. Keuntungan dari metode kedua ini adalah rasa sakit yang jauh berkurang dari pada
metode pertama meskipun pada operasi wasir dengan metode pertama pun rasa sakit sudah
berkurang dibandingkan cara operasi 10-20 tahun yang lalu.

e. Infeksi : berikan antibiotik per oral.


f. Nyeri terus menerus : berikan supositoria atau salep rektal untuk anestesi dan pelembab
kulit.
g. Melancarkan defekasi : diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%.
h. Hemoroid dapat dibuat nekrosis dengan cara membekukan dengan CO2dan N2O, teknik ini
tidak begitu banyak dipakai karena sulit mengontrol mukosa yang terkelupas dan timbulnya
bau yang tidak enak dari anus.
(Deden Dermawan, hal 105-106 2010)

B. KONSEP ASKEP
Ø Pengkajian
Pengkajian hemoroid terdir atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan merasa
ada benjolan disekitar anus.
Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor predisposisi yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya riwayat peradangan
pada usus, dan riwayai diet rendah serat.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pemeriksaan survai umum bisa terlihat sakit ringan sampai gelisah akibat menahan sakit.
Lamjut TTV biasa normal atau biasa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan
pernafasan.
Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya
ulserasi disekitar anus. Pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebeb
tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
(Arif Muttaqin, hal 692- 2011)

Ø Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d. kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan.
2. Pemenuhan informasi b.d. adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan,
dan rencana perawatan rumah.
3. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree luka paska bedah.
4. Aktual atau risiko tinggi ketidak keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
intake makanan yang kurang adekuat.
5. Intoleransi aktivitas b.d. cepat lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari anemia.
6. Kecemasan pasien dan keluarga b.d. prognosis penyakit, rencana pembedahan.
(Arif Muttaqin, hal 694- 2011)

Ø Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu untuk intervensi
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko infeksi, dan kecemasan dapat
disesuaikan dengan intervensi pada pasien kanker kolon. Untuk intervensi intoleransi
aktivitas dapat disesuaikan pada pasien kanker rektal.

Nyeri b.d. iritasi intestinal, respons pembedahan


Tujuan : dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2x24 jam pasca bedah nyeri
berkurang atau teradaptasi.
Kriteria hasil :
-secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi.
-skala nyeri 0-1 (0-4)
-TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri non farmakologi relaksasi dan non farmakologi lainnya
dan non invasif. telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan, meliputi :
· Kaji nyeri dengan pendekatan Pendekatan PQRST dapat secara
PQRST komprehensif menggali kondisi nyeri
pasien. Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4).

· Anjurkan melakukan rendam bokong Rendam bokong dengan larutan PK


dapat menurunkan kolonisasi jamur
pada area perianal sehingga
menurunkan stimulus gatal atau nyeri
pada hemoroid.
· Anjurkan mandi rendam air hangat
Mandi di bak mandi dengan air hangat
secara umum menurunkan nyeri
perianal. Kondisi ini akan
meningkatkan relaksasi sfingter dan
menurunkan spasme dari perianal yang
menjadi stimulus nyeri sehingga dapat
· Beri es pada kondisi nyeri akibat menurunkan respon nyeri.
trombus pada hemoroid eksternal
Pemberian es dapat meningkatkan
vasokontriksi lokal sehingga
· Istirahatkan pasien pada saat nyeri menurunkan rangsang nyeri dari
muncul trombus hemoroid.

Istirahat secara fisiologis akan


menurunkan kebutuhan oksigen yang
· Atur posisi fisiologis. diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal.

Pengaturan posisi semifowler dapat


membantu merelaksasi otot-otot
abdomen pasca bedah sehingga dapat
· Ajarkan teknik relaksasi pernafasan menurunkan stimulus nyeri dari luka
dalam pada saat nyeri muncul. pasca bedah.

· Ajarkan teknik distraksi pada saat Meningkatkan intake oksigen sehingga


nyeri akan menurunkan nyeri sekunder dari
penurunan oksigen lokal.

Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


menurunkan stimulus internal.
Tingkatkan pengetahuan tentang : Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab-sebab nyeri dan menghubungkan membantu mengurangi nyerinya dan
berapa lama nyeri akan berlangsung. dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian :
· Analgetik Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri kepusat
persepsi nyeri dikorteks serebri
sehingga nyeri dapat berkurang.

· Agen anti diare Agen anti diare terkadang diperlukan


pada pasien untuk menurunkan efek
hipermotilitas (thornton, 2009)

Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostik,rencana pembedahan,dan


rencana perawatan di rumah
Tujuan ; Dalam waktu 1 x 24jam informasi kesehatan yang diberikan.
Kriteria evaluasi;
· Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
· Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Tingkat pengetahuan di pengaruhi oleh
tentang prosedur diagnostik, kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
pembedahan hemoroid, dan menggunakan pendekatan yang sesuai
rencana perawatan rumah. dengan kondisi individu pasien. Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan psien secara efisien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
penerimaan informasi dilibatkan dengan pemenuhan informasi
untuk menurunkan risiko misinterpretasi
terhadap informasi yang diberikan.
Ajarkan toilet retraining Toilet retraining dilakukan dengan
mengingatkan kembali pada pasien bahwa
kamar mandi bukanlah perpustakaan. Pasien
tidak harus duduk di toilet cukup lama untuk
mengevakuasi isi usus dan tidak berupaya
untuk mengejan terlalu kuat karena dapat
menyebabkan hemoroid membesar.
Jelaskan tentang terapi Peran perawat mengklarifikasi pemberian
skleroterapi. pnjelasan madis mengenai terapi skleroterapi.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan
kimia ke area pleksus hemoroidalis yang
kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut sehingga tidak terjadi lagi
pelebaran vena.
Jelaskan tentang prosedur Operasi hemoroid biasanya dapat dilakukan
pembedahan. dengan menggunakan anestesi lokal dengan
obat penenang IV Regional atau teknik
anestesi umum juga digunakan.

· Diskusikan jadwal Pasien dan keluara harus diberitahu waktu


pembedahan. mulainya pembedahan. Apabila rumah sakit
mempunyai jadwal kamar operasi yang
padat,lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan mengenai banyaknya jadwal
operasi yang telah ditetapkan sebelum pasien.
Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan
informed consent. mengetahui secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah mendapat
penjelasan tentang pembedahan kolektomi
atau kolostomi oleh tim bedah dan
menandatangani informed consent.

· Persiapan intestinal. Pagi harisebelum pembedahan, maka lakukan


pemberian laksatif salin ringan dan
pemberian dengan hati-hati enema pembersih
mungkin cukup diberikan pada pasien.

· Persiapan puasa. Puasa dilakukan minimal 6-8 jam sebelum


dilakukan pembedahan.

· Pencukuran area operasi. Pencukuran area operasi dilakukan secara


hati-hati pada area perianal.

· Persiapan istirahat dan tidur Istirahat merupakanhal yang penting untuk


penyembuhan normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk istirahat atau
tidur.
Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat apabila
kapan pasien sudah bisa mengetahui kapan keluarganya dan tamannya
dikunjungi. dapat berkunjung setelah pembedahan.
Beri informasi tentang manjemen Manajemen nyeri dilakukan untuk
nyeri keperwatan. peningkatan kontrol nyeri pada pasien.
Berikan informasi kepada pasien Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
dan keluarga yang akan menjalani melakukan perawatan rumah pascabedah
perawatan rumah,meliputi; dapat menurunkan risiko komplikasi dan
dapat meningkatkan kemandirian dalam
melakukan masalah yang sedang dihadapi.
· Anjurkan untuk intervensi Hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk
pencegahan menurunkan resiko meliputi;
· Makanlah berbagai jenis buah dan sayuran
setiap hari.
· Hindari mengkonsumsi makanan yang
rendah serat. Diet tinggi serat dapat
meningkatkan pasase fases sehingga
konsistensi faseslembek padat terbentuk dan
mudah,serta tidak menstimulasi pelebaran
pleksus vena.
· Anjurkan untuk semampunya Beberapa agen nyeri farmakologik biasanya
melakukan manejemen nyeri memberikan reaksi negatif pada
nonfarmakologik pada saat nyeri gastrointestinal.
muncul.
Anjurkan kunjungan berkala. Monitor pasie secara teratur sampai mereka
sembuh dan tidak memiliki gejala.
Berikan motivasi dan dukungan Intervensi untuk meningkatkan keinginan
moral pasien dalam pelaksanaan prosedur
pengembalian fungsi pascabedah kolostomi.

(Arif Muttaqin, hal 694- 697 2011)


Ø Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Informasi kesehatan terpenuhi.
2. Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
6. Kecemasan berkurang.
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan aktivitas.
(Arif Muttaqin, hal 689 - 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, deden, dkk.2010.Keperawatan Medikal Bedah (sistem


Pencernaan).Surakarta.Gosyen Publishing
Muttaqin Arif,dkk.2001.Gangguan Gastro Intestinal.Jakarta.Salemba Medika
Sjamsuhidajat,R & wim de jong.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta.EGC
By: Dwi Arianto

Anda mungkin juga menyukai