Anda di halaman 1dari 2

Review Jurnal

Numerical Modeling of rotary Kiln with Improvment to Shell Cooling

Abstrak

Pemodelan numerik yang dikembangkan oleh peneliti untuk menganalisa dan memahami proses
yang terjadi di dalam rotary kiln, dan meningkatkan kinerja dalam hal kuantifikasi dan penggunaan
energi. Penelitian ini mengembangkan model kiln satu dimensi menggunakan elemen model yang ada
dan kemudian menghubungkan model kepada lingkungan melalui odel “composite resistance” dan
“forced convection” yang memungkinkan pemuatan efek pada kipas pendingin shell. Baling-baling
pendingin Shell yang umum digunakan di industri memungkinkan untuk pengurangan suhu shell dan
mengetahui pembentukan coating yang terjadi didalam. Konduktivitas teral melalui shell kiln
diperlakukan sebagai parameter kalibrasi sehingga memungkinkan agar suhu shellyang dihasilkan akan
lebih akurat. Sementara model “Forced convection”
Introduction

Pada intinya rotary kiln semen adalah reaktor kimia yang memanjang horizontal dengan sudut
kemiringan 2- 5o dan beroperasi pada kecepatan putaran yang rendah 1-5 rpm, sehingga bahan baku
(biasanya kapur, silica, alumunium dan biji besi) masuk melalui ujung atas dan berjalan secara bertahap
karena gravitasi bumi berakhir diujung satunya. Rotary kiln terdiri dari lapisan baja untuk kekuatan dan
kekokohan. Pada bagian dalamnya terdapat batu bata tahan api untuk meningkatkan ketahanan terhadap
panas, dan untuk mengisolasi kulit bajaluar dari suhu tinggi yang terjadi pada saat beroperasi.

Secara umum terdapat empat wilayah utama pada proses didalam rotary kiln yaitu

 Pre-heating / driying : Wilayah pertama dari kiln adalah dimana bahan baku dikeringkan dan
semua kandungan air yang terdapat pada bahan baku diuapkan. Suhu dari bahan baku meningkat
sekitar 1173 K (900oC) dimana proses kalsinasi dapat mulai terjadi pada suhu ini
 Calcinacing / decomposition : Kalsinasi terjadi pada wilayah ini yang mengndikasikan bahwa kaur
CaCO3 akan mengalami dekomposisi menjadi kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO2). Ini
merupakan salah satu tahapan paling penting dalam produksi semen,batu kapur yang tidak
terkalsinasi dengan sempurna akan sulit untuk dibakar dan dapat menghasilkan produk yang
berkualitas buruk.
 Pembakaran : Pada tahap pembakaran (clinkerizing) terjadi reaksi solid dengan solid, solid dengan
liquid. Material pada wilayah ini terdiri dari dominasi kapur murni, selain dari pada itu ada silica,
alumina dan biji besi serta terdapat beberapa komponen tambahan yang telah ada pada bahan
baku mentah. Wilayah ini merupakan wilayah terpanas dalam kiln suhu dapat mencapai 1533 K
(1260 oC) ketika komponen padat mulai mencair. Produksi C3S (Alite) terjadi pada keadaan
tersebut, dengan menghabiskan sisa kapur murni yang ada didalam kiln. Kemudian pembentukan
coating terjadi pada tahapan ini sebagai akibat dari pembakaran padatan menjadi cair yang
selanjutnya terakumulasi.
 Cooling : Setelah melewati tahap pembakaran terdapat tahap pendinginan dimana terjadi flux
perubahan fasa antara padat dan cair. Material mulai terbentuk menjadi butiran kecil yang kita
kenal sebagai klinker kemudian didinginkan secara cepat pada grate cooler.

Wilayah yang telah disebutkan diatas dapat berubaj tergantung jenis kiln yang digunakan
(Long/Short). Tipe kiln sangat berkaitan dengan jenis bahan baku yang dimasukan.

Proses pembentukan coating pada wilayah pembakaran penting untuk dipelajari karena berkaitan
dengan life time dari rotary kiln.

 Pembentukan coating sangat berpengaruh pada suhu permukaan refraktori. Jika temperatur dari
coating

Anda mungkin juga menyukai