Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA
OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya
Laporan Kuartal II tim Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga ini dapat diselesaikan. Laporan kuartal
II ini merupakan laporan triwulan yang secara berkala dilaporkan. Pada laporan kuartal II ini memuat
laporan – laporan kegiatan yang berlangsung dari bulan September hingga November tahun 2016.
Dalam proses penyusunan laporan, tim dihadapkan oleh berbagai kendala sehingga laporan ini tidak
dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kurun waktu tiga bulan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang menyangkut
berbagai hal dalam peningkatan kualitas kesehatan manusia di Pasikolaga. Terdapat total 11 kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Promosi Kesehatan yakni, Penyuluhan
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan Cara Sikat Gigi yang Benar, Layar Suluh, Lomba Senam CTPS
(HKN 52), dan Gema Cermat. Dalam bidang Gizi masyarakat, berupa pemeriksaan antropometri balita
dan siswa sekolah serta pengolahan data dan Tindak lanjut hasil dan pemantauan status gizi. Dalam
bidang Kesehatan Lingkungan berupa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dengan metode Pemicuan
Jamban Sehat. Untuk Kesehatn Ibu dan Anak dan KB, berupa kegiatan kelas Ibu Hamil. Bidang Usaha
kesehatan sekolah berupa pelatihan P3K. Lokakarya Lintas Sektor pada Manajemen Puskesmas.
Sedangkan dalam Upaya Kesehatan Perorangan, Pelayanan Kesehatan Bergerak juga dilakukan.
Dalam laporan ini juga disertakan dokumentasi berupa foto – foto dan tautan video kegiatan.
Lampiran – lampiran memuat daftar hadir peserta serta hasil – hasil yang berkaitan dengan dokumen
kegiatan.
Berbagai kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik walaupun masih banyak kendala dan
kekurangan yang dihadapi. Namun demikian, demi terus meningkatkan pelayanan dan kualitas
kesehatan tim tetap berupaya dalam memberikan yang terbaik.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PLAN OF ACTION
Plan of Action (POA) telah dibuat dan dilaporkan pada Laporan Awal.
BAB III
PROGRAM INTERVENSI
Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik
secara individu, kelompok, maupun masyarakat. sedangkan menurut Permenkes Nomor 74
tahun 2015, pasal 1 butir 3, Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah
pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional
(paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma
sehat). Paradigma Sehat itu sendiri merupakan Cara pandang atau pola fikir pembangunan
kesehatan bersifat holistik, proaktif antisipatif, Melihat masalah kesehatan sebagai masalah
yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah
dan Berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Untuk itu, ujung tombak dari percepatan pembangunan kesehatan di DTPK adalah
Puskesmas, dan salah satu dari upaya kesehatan wajib puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat dalam
Tujuan Khusus
Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para penentu
kebijakan dari berbagai pihak
Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga
dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan yang efektif
dengan mempertimbangan kearifan lokal.
Metode
o Metode Promosi Individual
bimbingan, penyuluhan, wawancara
o Metode Promosi Kelompok
Kelompok Besar : Ceramah,Seminar;
Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming, Snow Ball, Role Play,
permainan Simulasi
D.1. PENYULUHAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN & CARA SIKAT GIGI YANG BENAR
D.1.1. Latar Belakang
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor determinan kesehatan seseorang. Berbagai
faktor dapat mempengaruhi perilaku seseorang, terlebih perilaku kesehatan. Baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Perilaku seseorang dapat dibentuk sedemikian rupa,
dimulai dengan proses tahu, mengerti dan mau melakukan.
Salah satu perilaku kesehatan yang cukup sering berdampak terhadap kesehatan sehari –
hari adalah mencuci tangan memakai sabun dan menyikag gigi yang benar. Tangan yang
selalu bersentuhan dengan berbagai hal dapat menjadi tempat penularan penyakit, utamanya
menyebabkan penyakit diare. Untuk itu, sangat penting menjaga kebersihan tangan dengan
cara mencuci tangan memakai sabun. Begitu pula dengan masalah kesehatan gigi dan mulut.
Banyak anak – anak yang mengalami permasalahan kesehatan gigi, antara lain gigi
berlubang. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak menyikat gigi dengan baik dan
benar.
Untuk itu, perilaku kesehatan sejak dini harus mulai diperkenalkan dan diterapkan oleh anak
– anak. Dengan demikian upaya pencegahan penyakit yang sering terjadi dapat dicegah
seperti kasus diare dan gigi berlubang.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran siswa tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2. Siswa memahami Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dapat mencegah penularan penyakit
3. Siswa mau dan mampu melakukan tahapan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan benar
4. Siswa memahami cara menyikat gigi yang baik dan benar
5. Siswa mampu melakukan tahapan cara menyikat gigi yang baik dan benar
6. Ikut berpartisipasi dalam peringatan Hari CTPS Sedunia
7. Ikut berpartisipasi dalam Bulan Kesehatan Gigi dan Mulut
Guru yang bersentuhan langsung dengan siswa berperan untuk membimbing dan mendidik
siswa. Dalam kegiatan guru membantu mengatur para siswa untuk mengikuti kegiatan
dangan tertib
D.1.4. Sasaran
Seluruh siswa Sekolah Dasar di enam SD se-kecamatan Pasikolaga
No Evaluasi Rekomendasi
Sarana air bersih di sekolah yang belum Advokasi kepala sekolah untuk mengadakan
1.
ada gentong/penampung air sebagai sarana CTPS
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Senam CTPS oleh tim Nusantara Sehat : https://youtu.be/bSkUc_XCl4w
Penyuluhan dengan Senam CTPS di SD : https://youtu.be/qYU_-LL-aXs
SD N 1 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 1 Pasikolaga : https://youtu.be/ajZH-filZYQ
SD N 2 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 2 Pasikolaga : https://youtu.be/SVVmfWPLl24
SD N 3 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 3 Pasikolaga : https://youtu.be/pm4sFLrKFw4
SD N 4 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 4 Pasikolaga : https://youtu.be/9cz4JnZfL7c
SD N 5 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 4 Pasikolaga : https://youtu.be/7qutE97_1FA
SD N 6 Pasikolaga
Penyuluhan CTPS dan Cara Sikat Gigi yg Benar di SD 6 Pasikolaga : https://youtu.be/KAHUnq_P6IU
Perilaku kesehatan atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan tindakan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada enam tingkatan
domain pengetahuan yaitu 1). Tahu, 2). Memahami; 3). Aplikasi; 4). Analisis; dan 5). Sintesa.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yakni, kesadaran, tertarik, evaluasi, mencoba, dan menerima.
Pemilihan media menjadi penting sebagai sarana dalam penyuluhan. Tidak sekedar berbicara
didepan orang banyak menyampaikan materi, dengan media/alat bantu, peserta penyuluhan
akan lebih paham dan mengerti. Salah satu contoh media penyuluhan adalah menggunakan
metode audio visual (film). Kombinasi metode ceramah dengan promosi kesehatan
menggunakan media film dirasa sangat membantu dalam menyampaikan bahan materi
kepada masyarakat. Masyarakat tidak hanya mendengar dari narasumber mengenai
penjelasan materi tetapi juga terbantu dengan gambaran visual yang ada di film.
Oleh karena itu, tujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesadaran
menjaga kesehatan salah satunya dirasa perlu dilakukan dengan kegiatan penyuluhan
dengan menggunakan media film.
D.2.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pentingya menjaga kesehatan
3. Mengajak masyarakat lebih aktif dalam memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
Kepala Desa persiapan Matampe. Sebagai pimpinan di wilayahnya, kepala desa memberikan
izin untuk mengadakan kegiatan ini di pasar desa. Kepala desa dalam kapasitasnya
mendorong masyarakat sekitar untuk mennyiapkan berbagai sarana pendukung seperti
pembersihan tempat kegiatan, penyiapan Layar, sound sistem dan lainnya. Kepala Desa juga
mensosialisasikan kegiatan ini kepada warganya.
D.2.4. Sasaran
Masyarakat Umum yang datang ke pasar sore Desa persiapan Matampe
Kegiatan Layar Suluh ini bertempat di pasar sore Desa persiapan Matampe, pada tanggal 12
November 2016. Dimulai dengan pemutaran video iklan layanan masyarakat dan video lucu
sekitar pukul 18.00 wita, acara penyuluhan menggunakan media film dimulai sekitar pukul
19.00. Selama kurang lebih satu jam penyuluhan yang dilakukan.
No Evaluasi Rekomendasi
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan Layar Suluh : https://youtu.be/XuSOWjwiLPE
Penyuluhan dengan menggunakan film (Layar suluh) di Pasar Sore Desa Matampe
Penyuluhan dengan menggunakan film (Layar suluh) di Pasar Sore Desa Matampe
Penyuluhan dengan menggunakan film (Layar suluh) di Pasar Sore Desa Matampe
Penyuluhan dengan menggunakan film (Layar suluh) di Pasar Sore Desa Matampe
Seseorang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan
yakni, kesadaran, tertarik, evaluasi, mencoba, dan menerima. Begitu pula dengan siswa
sekolah dasar yang diharapkan bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu
perilaku tersebut adalah mencuci tangan memakai sabun dapat dilakukan dalam
kesehariannya. Namun, untuk membentuk suatu perilaku baru harus dimulai dengan
kebiasaran, yang artinya perilaku itu dilakukan terus menerus hingga menjadi rutinitas.
Penyuluhan kesehatan yang telah dilakukan sebelumnya, yakni penyuluhan cuci tangan pakai
sabun dikombinasikan dengan senam CTPS, diharapkan mampu dipraktekan sehari-hari oleh
para siswa. Dengan senam CTPS yang lebih interaktif dan lirik lagu yang tepat, maka
penyuluhan yang dilakukan hanya dengan ceramah menjadi nilai tambah saat senam CTPS
dilakukan oleh para siswa.
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52, menjadi momen tepat untuk
mengajak masyarakat terutama anak sekolah untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Untuk itu, lomba senam CTPS dipandang tepat sebagai representasi pemahaman penyuluhan
CTPS yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan diadakannya lomba senam ini, harapannya
kampanye ber-CTPS di kalangan siswa sekolah semakin meluas.
D.3.2. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran siswa sekolah dasar dalam melakukan CTPS
2. Sebagai tindak lanjut penyuluhan CTPS yang dilakukan sebelumnya
3. Sebagai ajang kreativitas siswa sekolah dasar
4. Sebagai bentuk partisipasi aktif siswa sekolah dasar setelah dilakukan penyuluhan
5. Ikut berpartisipasi dalam perayaan HKN ke-52
D.3.4. Sasaran
Siswa Sekolah Dasar
orang siswa perwakilan dari enam SD di kecamatan Pasikolaga, mengikuti kegiatan lomba
senam CTPS yang bertempat di halaman Puskesmas Pasikolaga. Bertepatan dengan Hari
Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 yakni hari sabtu, tanggal 12 November 2016 kegiatan ini
dilaksanakan. Hadir juga guru – guru mendampingi para siswa. Kegiatan dimulai pukul 08.00
wita dengan acara pertama senam CTPS bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan lomba
senam CTPS. Sambil menunggu pengumuman pemenang lomba, acara games/ permainan
antar siswa juga memeriahkan suasana. Di penghujung acara selain pengumaman pemenang
lomba, juga dilakukan pemilihan Duta CTPS.
D.3.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan HKN-57 : https://youtu.be/onSppggJLEk
https://youtu.be/S24zQjZJ_p0
Perayaan HKN ke-52 Lomba Senam CTPS tingkat SD – Games tanya jawab
Perayaan HKN ke-52 Lomba Senam CTPS tingkat SD – Games Tanya Jawab
Perayaan HKN ke-52 Lomba Senam CTPS tingkat SD – Pemilihan Duta CTPS
Perayaan HKN ke-52 Lomba Senam CTPS tingkat SD – Penyerahan Trophy & Hadiah
D. 4. GEMA CERMAT
Gerakan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang bijak
dalam penggunaan obat. Karena dewasa ini, peredaran obat-obatan ditengah masyarakat
sudah sulit untuk dipantau, pada umumnya mereka bisa mendapatkan obat di warung dan
kios terdekat tanpa mengetahui apa sebenarnya fungsi dari obat yang dikonsumsi. Bahkan
obat-obat golongan keras dan antibiotik diperjualbelikan dengan bebas.
Hasil evaluasi terhadap penggunaan obat pasien, rata-rata pasien tidak paham dengan aturan
pakai obat yang tertera pada etiket, sehingga obat-obatan dengan aturan pakai khusus tidak
memberikan efek terapi pada pasien, karena kesalahan dalam penggunaan obat. Akibatnya
mereka menganggap obat yang diperoleh dari puskesmas tidak bagus dan tidak
menyembuhkan penyakitnya.
Sehingga dengan adanya gerakan ini, diharapkan masyarakat bisa bijak dalam menggunakan
obat, baik yang didapatkan di fasilitas kesehatan, apotek, maupun toko terdekat. Dengan
adanya gerakan ini, masyarakat diedukasi untuk peduli terhadap obat-obatan yang mereka
gunakan dan mengetahui bahaya dari obat tersebut jika tidak digunakan sesuai dengan
aturan pakainya. Sehingga paradigma masyarakat akan berubah dan kesalahan-kesalahan
dalam penggunaan obat dapat dihindari.
D.4.2. Tujuan
1. Mewujudkan masyarakat yang bijak dan cerdas menggunakan obat
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara penggunaan obat yang benar
3. Menurunkan faktor resiko resistensi antibiotik
4. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap obat-obatan yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, apotek, maupun toko obat.
D.4.4. Sasaran
Pengunjung Posyandu Balita, Posyandu Lansia, dan PKB.
1. Tidak ada parameter yang terukur, untuk Diberikan pre test dan post test, sehingga
mengetahui pemahaman peserta terhadap terlihat pemahaman peserta terhadap materi
materi yang diberikan. yang diberikan.
D.4.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan Gema Cermat : https://youtu.be/Zuq0Rd7nIl0
Penyuluhan DAGUSIBU
Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk Negara yang
memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukan dengan tingginya prevalensi stunting,
prevalensi wasting, dan masalah gizi lebih. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
menunjukan prevalensi gizi kurang pada balita fluktuatif dari 18,4% pada 2007, menurun
menjadi 17,9% pada 2010. Namun, meningkat lagi menjadi 19,6% pada 2013. Adapun
masalah stunting atu pendek pada balita ditunjukan dengan angka nasional 37,2%.
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan
kematian, tapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dengan
produktivitas optimal. Kualtias anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa balita.
Kecukupan gizi ibu selam hamil hingga anak berusia di bawh 5 tahun, serta pola pengasuhan
yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.
Perlu dukungan seluruh lapisan masyarakat dan lintas sector untuk menanggulangi
permasalahan gizi di negeri ini. Masalah gizi juga dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti
ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan juga lingkungan, dan bukan hanya
masalah kesehatan saja.
D.1. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI BALITA & SISWA SEKOLAH & PENGOLAHAN DATA
D.1.1. Latar Belakang
Secara nasional gizi masih menjadi masalah prioritas yang harus ditangani. Terkait dengan
data riskesdas 2013, bahwa secara nasional data stunting sebesar 37,2%. Namun tidak
hanya stunting, baik kekurangan dan kelebihan gizi menjadi masalah kompleks yang dihadapi
bangsa ini. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat sasaran langsung ke masyarakat.
Namun, untuk membuat suatu perencenaan harus ditunjang pula dengan data – data yang
akurat. Data tersebut mampu memetakan permasalahn gizi yang ada di daerah tersebut.
Pasikolaga yang berada di kabupaten Muna, tidak terlepas dari permasalahan gizi, terutama
yang melanda usia belia. Namun, data yang menggambarkan kondisi gizi masyarakat
khususnya balita dan anak sekolah belum memadai. Untuk menunjang perencanaan program
gizi, maka dipandang perlu dilakukan pemeriksaan status gizi yang dilakukan dengan
pemeriksaan antropometri kepada balita dan siswa sekolah.
Tidak hanya dilakukan pemeriksaan, data yang ada kemudian diolah dan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Dari penyajian data ini harapannya memudahkan pihak stakeholder
dalam memahami tentang permasalahn gizi di masyarakat pasikolaga dan mau berkerjasama
dalam memperbaiki status gizi masyarakat.
D.1.2. Tujuan
1. Mengetahui status gizi balita dan siswa sekolah
2. Sebagai dasar dalam melakukan perencanaan program gizi masyarakat
3. Edukasi pentingya mengetahui status gizi
D.1.4. Sasaran
Bayi & Balita
Siswa sekolah dasar kelas 1, 2, dan 3; Siswa SMP/MTs; dan Siswa SMA/MA
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/xj2KAsbfe6A
Pemeriksaan Antropometri
Dari hasil pemeriksaan status gizi yang telah dilakukan sebelumnya, khusus untuk siswa SD
didapatkan data sebagai berikut, Sebanyak enam sekolah dasar yang ada di kecamatan
Pasikolaga yang dilakukan penjaringan kesehatan. Dari enam SD tersebut, siswa kelas 1, 2,
dan 3 yang dilakukan pengukuran antropometri sebanyak 293 siswa. Kecuali siswa kelas 1 SD
1 Pasikolaga tidak dapat dilakukan penghitungan status gizi dikarenakan belum ada data
tanggal lahir untuk seluruh siswa kelas 1. Untuk SD 1 sebanyak 19 siswa (37%) yang
memiliki masalah gizi sedangkan 33 siswa (63%) dengan status gizi baik. untuk SD 2
Pasikolaga sebanyak 37 siswa (52%) dengan masalah gizi dan 34 siswa (48%) dengan status
gizi baik. Untuk SD 3 Pasikolaga 21 siswa 68% memiliki permasalahan gizi sedangkan 10
siswa (32%) dengan status gizi baik. Untuk SD 4 Pasikolaga sebanyak 21 siswa (54%)
memiliki permasalahan gizi dan 18 siswa (46%) dengan status gizi baik. Untuk SD 5
Pasikolaga 21 siswa (44%) memiliki permasalahan gizi dan 27 siswa (56%) dengan status
gizi baik. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanyak 34 siswa (65%) memiliki permasalahan gizi
sedangkan 18 siswa (65%) dengan status gizi baik. Secara keseluruhan untuk semua SD
sebanyak 153 siswa memiliki permasalahan gizi (52%) sedangkan 140 siswa (48%) dengan
status gizi baik.
Berdasarkan indeks Berat badan menurut umur, kategori status gizi dikelompokan menjadi
gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Secara keseluruhan untuk semua SD,
sebanyak 22 siswa (8%) gizi buruk, 80 siswa (28%) gizi kurang, 183 siswa (64%) dengan
gizi baik, dan satu siswa dengan gizi lebih.
Berdasarkan indeks Tinggi/panjang badan menurut umur, terdapat tiga kategori status gizi
meliputi sangat pendek, pendek, normal. Secara keseluruhan SD sebanyak 10 siswa (3%)
sangat pendek, 53 siswa (18%) pendek, dan 230 siswa (79%) normal.
Berdasarkan indeks IMT menurut umur kategori status gizi dibagi menjadi sangat kurus,
kurus, normal, gemuk, dan obese. Secara keseluruhan untuk semua SD sebanyak 20 siswa
(7%) sangat kurus, 53 siswa (18%) kurus, 212 siswa (72%) normal, 6 siswa (2%) gemuk,
dan 2 siswa (1%) obese.
Dengan data tersebut maka dipandang perlu dilakukan tindak lanjut penanganan pada anak-
anak yang memiliki permasalahan status gizi, khususnya siswa SD.
D.2.2. Tujuan
1. Tindak lanjut dari pemeriksaan anthropometri yang telah dilakukan sebelumnya
2. Mengurangi angka permasalahan gizi (wasting, stunting, )
3. Edukasi kepada orangtua/ wali dalam menyediakan gizi seimbang keluarga
D.2.4. Sasaran
Orangtua/Wali Balita & Siswa
Balita & Siswa Sekolah yang memiliki masalah gizi
Setelah data status gizi diolah, didapatkan balita dan anak sekolah yang mengalami masalah
gizi. Selanjutnya diadakan pertemuan dengan orangtua/wali murid tersebut untuk
memberikan penjelasan dan rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Setelah
kesepakatan tercapai selanjutnya mengatur jadwal pemeriksaan anthropometri ulangan. Anak
– anak yang bermasalah gizi tersebut kemudian diukur ulang BB, TB serta dilakukan
pemeriksaan HB. Disaat pemeriksaan berlangsung, juga dilakukan penyuluhan mengenai gizi
seimbang kepada orang tua murid dan memberikan makanan tambahan kepada anak-anak.
Untuk SD 3, 5, dan 2 Pasikolaga pemantauan gizi dilakukan di Pustu desa Mataindaha,
sedangkan SD 1, 4, dan 6 Pasikolaga pemantuan gizi di Puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan
pada bulan november 2016.
No Evaluasi Rekomendasi
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/uvJ9CRCIYog
Pertemuan dengan orang tuas/wali siswa membahas tindak lanjut hasil pemeriksaan status gizi
Pemeriksaan Antropometri
Pemeriksaan HB
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).
Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) Kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang berupaya
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.
Strategi
o Advokasi
o Pemberdayaan Masyarakat
o Kemitraan
Metode
o Konseling/ penyuluhan
o Pemicuan/Ceramah
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
akan berkontribusi terhadap berbagai kasus penyakit berbasis lingkungan, seperti diare,
kecacingan, dll
Salah satu cara untuk meningatkan akses masyarakat terhadap layanan sanitasi serta dalam
upaya mengendalikan penyakit bebasis lingkungan adalah dengan kegiatan terpadu
melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat. STBM (Sanitasi Total Bebasis
Masyarakat) adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan jamban sehat.
Kecamatan Pasikolaga merupakan wilker Puskesmas Pasikolaga yang terdiri dari 4 Desa.
Dari hasil survey dan data kepemilikan jamban di 4 Desa Kecamatan Pasikolaga ditemukan
masih banyak masyarakat yang tidak memiliki jamban sehingga masyarakat BABS ( dilaut
dan dikebun ). Hal ini sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat Pasikolaga dan sangat
mengganggu nilai estetika. Oleh sebab itu, pemicuan jamban sehat sangat penting
dilakukan untuk Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku
masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya jamban, mau merubah pola
kebiasaan buang air besar sembarangan, mau dan mampu membangun/membuat jamban
sehat tanpa bantuan maupun subsidi dari pemerintah.
Pemicuan merupakan suatu upaya untuk menimbulkan suatu “energy lebih” dalam
diri sesorang atau kelompok, sehingga terjadi suatu mata rantai gerakan yang exponensial
(menggelora, menggelegar bagai ombak samudra). Pemicuan kepada masyarakat untuk
stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) pada prinsipnya dapat dikelompokan
dalam 3 tahap, yaitu tahap pra pemicuan, tahap pelaksanaan pemicuan dan tahap pasca
pemicuan. Pentahapan tersebut tidak berarti ada pembagian atau pembatasan waktu yang
rigid, tetapi merupakan suatu proses yang mengalir dengan teratur dan
berkesinambungan, sebagai suatu kesatuan proses yang utuh dan dinamis.
D.1.2. Tujuan
Mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, dimana masyarakat tidak berperilaku buang
air besar sembarang, dan masyarakat mau dan mampu membuat jamban sehat tanpa
subsidi/bantuan dari pemerintah.
Tenaga Sanitarian berperan sebagai lead facilitator yang menjadi motor utama kegiatan
pemicuan
Tenaga kesehatan puskesmas berperan sebagai:
o co-facilitator yang membantu fasilitator utama sesuai dengan kesepakatan awal
atau tergantung situasi
o content recorder yang bertugas sebagai perekam proses, mencatat proses dan
hasil untuk kepentingan dan dokumentasi/pelaporan kegiatan
o process facilitator sebagai penjaga alur proses kegiatan , mengontrol supaya
sesuai dengan alur dan waktu dengan cara mengingatkan fasilitator .
Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pemicuan jamban sehat
Fasilitator PAMSIMAS
Masyarakat
Camat, Kepala Desa, TOMA, TOGA
Petugas Dinkes
D.1.4. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah Seluruh masyarakat Kecamatan Pasikolaga, TOGA, TOMA,
Kades dan Camat
1. Perkenalan tim
2. Pengantar dan menjelaskan bahwa kegiatan pemicuan tidak memberikan
subsidi/sumbangan kepada masyarakat.
3. Identifikasi penggunaan jamban
4. Pemetaan: masyarakat menggambar peta desa tersebut menggunakan tepung dan
membuat batas dusun dan tempat-tempat umum
5. Fasilitator membagikan kertas yang bertuliskan nama KK dan jumlah ART kemudian
masyarakat meletakkan posisi rumah masing-masing pada peta yang sudah digambar.
6. Masyarakat mengambil serbuk dan meletakkan lokasi BAB. Jika di jamban maka serbuk
diletakkan diatas kertas, jika di laut/kebun maka serbuk diletakkan diluar kertas
7. Masyarakat mengamati peta desa tersebut dan melihat apa yang terjadi jika BAB
sembarangan
8. Menghitung volume tinja : menghitung jumlah KK,jiwa, berapa kali BAB sehari, berapa
yang dihasilkan kemudian kalikan dengan jumlah jiwa dan hitung volume yang dihasilkan
perhari,perminggu,perbulan dan pertahun kemudian bertanya kepada masyarakat
kemana semua kotoran tersebut.
9. Oral Fecal ( alur kontaminasi ) yang lebih rinci dijelaskan oleh dokter
10. Simulasi air yang terkontaminasi
11. Ajukan pertanyaan kepada masyarakat siapa yang mau berubah/stop BABS dan mau
buat jamban
12. Masyarakat yang mau berubah ( terpicu ) berkomitmen membuat jamban dan langsung
membuat kapan rencana mulai membuat jamban dan kapan selesai kemudian tanda
tangan
13. Penanda tanganan komitmen kontrak sosial (jadwal pembuatan jamban) antara
masyarakat dan pemerintah Desa
Penandatanganan
Kontrak SoSial
Metode pelaksanaan kegiatan pemicuan jamban sehat ini dimulai dari pemetaan kepemilikan
jamban dan menghitung persentase masyarakat yang tidak memiliki jamban. Dari hasil
pemetaan tersebut diketahui data kepemilikan jamban , kemudian koordinasi dengan
pemerintah Desa supaya masyarakat di undang pada saat kegiatan pemicuan, baik yang
memiliki jamban maupun tidak memiliki. Dari hasil pemicuan, masyarakat yang terpicu
berkomitmen untuk membangun jamban yang di tandatangani oleh masyarakat dan
diketahui oleh pemerintah Desa setempat.
NO Evaluasi Rekomendasi
Masyarakat yang di undang rata- Sebaiknya yang di undang pada saat kegiatan
2
rata yang sudah memiliki jamban pemicuan mayoritas masyarakat yang tidak
memiliki jamban
Pada saat kegiatan pemicuan, pemerintah Desa
Pada saat kegiatan pemicuan, sebaiknya tidak menjanjikan memberikan
pemerintah Desa menjanjikan sumbangan/subsidi untuk membantu masyarakat
3 sumbangan/subsidi untuk dalam membuat jamban karna tujuan pemicuan
membantu masyarakat dalam adalah masyarakat mau dan mampu mengubah
membuat jamban pola kebiasaan BABS dengan membuat jamban
tanpa subsidi melainkan kesadaran sendiri.
D.1.9. Dokumentasi
Tautan Video Kegiatan : https://youtu.be/FsLrvLbn7M0
1. DESA LAMBELU
Kegiatan Pemicuan di Desa Lambelu yang dihadiri oleh : Camat, Kepala Desa, Petugas Dinas
Kesehatan, Fasilitator Pamsimas, Tim Nusantara Sehat,Kepala Puskesmas dan Petugas Puskesmas
Pasikolaga
2. DESA TAMPUNABALE
3. DESA KOLESE
Kegiatan Pemicuan Yang Dihadiri Oleh Kepala Desa Kolese, Fasilitator Pamsimas, Tim Nusantara Sehat,
Kepala Puskesmas Dan Masyarakat Setempat.
Masyarakat Meletakkan Lokasi Rumah Masing-Masing, Batas Dusun Dan Tempat-Tempat Umum Pada
Peta
Foto Bersama Dengan Masyarakat Desa Kolese Yang Berkomitmen Membuat Jamban Di Ruta Masing-
Masing
4. DESA MATAINDAHA
Kegiatan Pemicuan Yang Dihadiri Oleh Kepala Desa, Fasilitator Pamsimas, Kepala Puskesmas, Tim
Nusantara Sehat Dan Nakes Puskesmas
Foto Bersama Dengan Masyarakat Yang Berkomitmen Membuat Jamban Di Ruta Masing-Masing
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah tingginya
angka kematian. Di Indonesia, angka kematian bayi baru lahir pada anak-anak yang ibunya
mendapatkan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh profesional medis adalah
seperlima dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya tidak mendapatkan pelayanan
ini.
Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah, yaitu sebesar 55 persen. Lebih dari
setengah perempuan di 20 provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas
kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka melahirkan di rumah mereka sendiri.
Perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses
ke pelayanan obstetrik darurat dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak
selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan.
Sekitar 61 persen perempuan usia 10-59 tahun melakukan empat kunjungan pelayanan
antenatal yang disyaratkan selama kehamilan terakhir mereka. Kebanyakan perempuan hamil
(72 persen) di Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi putus sebelum empat
kunjungan yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan. Kurang lebih 16 persen
perempuan (25 persen dari perdesaan dan 8 persen perempuan perkotaan) tidak pernah
mendapatkan pelayanan antenatal selama kehamilan terakhir mereka. Kualitas pelayanan
yang diterima selama kunjungan antenatal tidak memadai. Kementerian Kesehatan Indonesia
merekomendasikan komponen-komponen pelayanan antenatal yang berkualitas sebagai
berikut: (i) pengukuran tinggi dan berat badan, (ii) pengukuran tekanan darah, (iii) tablet zat
besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v) pemeriksaan perut, (vi) pengetesan sampel darah dan
urin dan (vii) informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan. Sekitar 86 dan 45 persen
perempuan hamil masing-masing telah diambil sampel darah mereka dan diberitahu tentang
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Akan tetapi, hanya 20 persen perempuan hamil
mendapatkanl lima intervensi pertama secara lengkap, menurut Riskesdas 2010. Kementerian
Kesehatan merekomendasikan agar perempuan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
selama dua kehamilan pertama, dengan suntikan penguat sekali selama setiap kehamilan
berikutnya untuk memberikan perlindungan penuh.
Kira-kira 31 persen ibu nifas mendapatkan pelayanan antenatal “tepat waktu.” Ini berarti
pelayanan dalam waktu 6 sampai 48 jam setelah melahirkan, seperti yang ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan. Pelayanan pasca persalinan yang baik sangat penting, karena
sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama dan pelayanan
pasca persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi setelah persalinan.
III.4.B. Tujuan
Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif untuk ibu dan anak, menciptakan kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang yang optimal dan berkualitas.
Khusus
1. Menyediakan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, ibu hamil, ibu besalin, ibu
nifas, keluarga berncana, ibu menyusui, pasangan usia subur dan anak
prasekolah secara komprehensif dan berkualitas.
2. Meningkatkan kemampuan ibu yaitu pengetahuan, sikap dan prilaku dengan
cara Konseling Informasi dan Edukasi (KIE)
3. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas.
4. Melakukan deteksi dini kelainan/ penyakit/ gangguan yang diderita oleh ibu
hamil, bersalin dan nifas
5. Melakukan intervensi pada kelainan/ penyakit/ gangguan yang diderita oleh ibu
hamil, bersalin dan nifas secepat mungkin.
6. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang ada.
7. Meningkatkan kemampuan dan peran masyarakat, keluarga dan anggota
keluarganya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu,bayi balita, anak prasekolah
melalui peran ibu dan keluraga.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak tersebut,
maka dapat dilakukan suatu penyuluhan kesehatan ibu dan anak. Dewasa ini masih banyak
Penyuluhan yang dilakukan melalui konsultasi perorangan atau perkasus yang diberikan
bidan atau petugas lain pada saat pemeriksaan antenatal atau pada kegiatan posyandu.
Namun demikian kegiatan tersebut terkadang tidak dapat dilaksanakan dengan optimal
mengingat pengetahuan yang diperoleh ibu hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi tersebut. Disamping itu, petugas biasanya tidak mempunyai cukup
waktu untuk dapat memberikan penyuluhan secara perorangan.
Salah satu upaya untuk dapat memberikan pengetahuan yang cukup kepada ibu hamil dan
keluarga adalah melalui kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat melalui sarana belajar kelompok tentang kesehatan ibu hamil dengan
memanfaatkan buku KIA. Dengan kegiatan kelas ibu hamil ini suami dan keluarga akan
dilibatkan sehingga dapat memahami kondisi ibu hamil sampai dengan melahirkan dan
merawat bayi.
Kelas lbu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu
hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan ibu ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas KB psca
persalinan pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/senam hamil.
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta peserta
maksimal 10 orang. Dikelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar
pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta
dapat dilakukan terjadwal dan berkesinambungan serta di fasilitasi oleh tenaga kesehatan
bidan
Khusus :
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu
hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
Perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
D.1.4. Sasaran
Sasaran kelas ibu hamil adalah ibu hamil dan suami/keluarga. Peserta kelas ibu hamil adalah
ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi
ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah
peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta
minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya
materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lainnya.
pertemuan ibu hamil, pembentukan kelas hamil, perencanaan jadwal dan tempat untuk
pertemuan berikutnya, sosialisasi kelas ibu hamil di masyarakat,pelaksanaan kelas ibu hamil
serta pencatatan & pelaporan.
(Agar peserta aktif sehingga terbangun komunikasi interaktif dan suasana yg kondusif)
Tanya Jawab
(Peserta dapat belajar melalui praktik langsung agar lebih paham atas materi yang didemonstrasikan)
(Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian, serta masalah dalam
pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya).
No Evaluasi Rekomendasi
Ada beberapa ibu hamil di desa yang tidak Meningkatkaan informasi tentang jadwal
1.
hadir di kelas ibu hamil. dan memotivasi peserta (ibu hamil)
Ibu hamil yang mengikti kelas ibu hamil Peserta yang datang diharapkan tetap
sehingga materi yang diberikan berdasarkan walaupun tidak sesuai dengan usia
2. usia kehamilan dengan peserta terbanyak kehamilanya karena semua materi sangat
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/KZpwNb_RZOY
Desa Tampunabale
Optimalisasi kelas ibu hamil di desa tampunabale, mayoritas peserta ibu hamil trimester 3
Optimalisasi kelas ibu hamil di desa tampunabale, mayoritas peserta ibu hamil trimester 3
Optimalisasi kelas ibu hamil di desa tampunabale, mayoritas peserta ibu hamil trimester 3
Optimalisasi kelas ibu hamil di desa tampunabale, mayoritas peserta ibu hamil trimester 3
Desa Lambelu
Kelas ibu hamil di desa lambelu bersama dengan bidan koordinator puskesmas pasikolaga dan bidan
desa Lambelu.
Desa Mataindaha
UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah
dan lingkungan sekolah serta seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang
pendidikan mulai TK/RA sampai SMA/SMK/MA.
Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa
Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah. Sebagai suatu institusi
pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi
kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan
lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Dari segi populasi, promosi kesehatan
di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat
umum/keluarga.
Di dalam tatanan pelayanan kesehatan, Guru UKS secara langsung berhubungan dengan
Promosi kesehatan di sekolah yang merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah
menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah
melalui kegiatan utama ;
1. Penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
2. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah,
3. Upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah Trias UkS
Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik.
Tujuan khusus
Agar peserta didik ;
1. Memiliki pengetahuan/sikap/keterampilan untuk berprilaku hidup sehat.
2. Sehat jasmani/rohani/sosial
3. Memiliki daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat berbahaya lainnya
D. 1. PELATIHAN P3K
D.1.1. Latar Belakang
UKS (Usaha Kegiatan Sekolah) merupakan suatu wahana untuk meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik. Dalam mencapai tujuannya, ruang lingkup UKS terdiri atas
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah. Pendidikan
kesehatan melingkupi segala kegiatan yang bersifat promosi kesehatan, berupa transfer
informasi dan pengatahuan kepada peserta didik. Begitu pula dengan pembinaan lingkungan
sekolah, peserta didik dituntut untuk berprilaku aktif menjaga kesehatan di lingkungan
sekolah. Walaupun sebagian besar kegiatan UKS meliputi promotif dan preventif, upaya
pelayanan kesehatan tidak dapat dikesampingkan.
Salah satu kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah adalah penanganan masalah kesehatan
yang dapat ditangani segera oleh tim pelaksana uks sebelum di rujuk ke faskes selanjutnya.
Masalah kesehatan sehari-hari yang dapat dijumpai di sekolah berupa kegawatdaruratan yang
mungkin terjadi pada peserta didik selama melangsungkan aktifitas di sekolah. Hal – hal
tersebut seperti, kejadian luka, pingsan, sesak nafas akibat tersedak, kecelakaan bermain di
sekolah dan sebagainya.
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sangat penting dilakukan pada korban sebelum
di rujuk ke faskes. Sebab, dengan pertolongan pertama yang tepat keparahan yang terjadi
pada korban dapat dicegah. Untuk itulah, pengetahuan dan keterampilan dasar P3K tersebut
sudah tentu wajib dipahami oleh tim pelaksana UKS. Sehingga, ketika ada kecelakaan
terhadap peseta didik, dapat dilakukan penanganan awal yang cepat dan tepat.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan tim pelaksana UKS dalam hal P3K
2. Meningkatkan keterampilan tim pelaksanan UKS dalam hal P3K
3. Dapat melakukan secara mandiri penanganan P3K
D.1.4. Sasaran
Guru dan Siswa sekolah SD, SMP, & SMA
pembukaan. Selanjutnya, soal pre-test diberikan kepada peserta. Penyampaian materi secara
umum dibagi menjadi dua, yaitu materi penanganan luka secara umum dan penanganan
kegawatdaruratan sehari – hari. Sebelum praktek dimulai, demo di kelas besar dilakukan
untuk memberikan gambaran mengenai tahapan penanganan luka dan kegawatdaruratan.
Setelah itu, kelas dibagi menjadi tiga, masing – masing kelas didampingi untuk memandu
demo prakte secara terpimpin. Kemudian, peserta melakukan mandiri praktek penanganan
luka dan kegawatdaruratan yang telah diajarkan. Terakhir ditutup dengan peserta menjawab
soal – soal post test.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/k7Jwo93YLW4
Pelayanan kesehatan di puskesmas akan diapresiasi oleh masyarakat luas selaku pengguna
layanan jika pelayanan tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti
menggunakan pendekatan manajemen sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan
produktif. Untuk bisa menyediakan pelayanan kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf harus
menerapkan prinsip – prinsip manajemen.
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi untuk
membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi, sehingga manajemen juga dapat
digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu manajer organisasi pelayanan
kesehatan masyarakat. Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan
atau suatu seni untuk mengatur petugas kesehatn dan non-petugas kesehatan masyarakat
melalui program kesehatan.
Untuk mencapai tujuan Puskesmas secara efektif dan efisien, pimpinan Puskesmas dituntut
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan
oleh pimpinan Puskesmas secara terorganisasi, berurutan dan berkesinambungan. Banyak
ahli manajemen mengemukakan teori tentang fungsi-fungsi manajemen, tergantung dari
sudut pandangnya. Ada beberapa rumusan fungsi-fungsi manajemen, sebagai berikut yaitu,
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Penggerakan
Pelaksanaan), Controlling (Pengawasan/Pembimbingan), dan Evaluating (Penilaian).
Untuk dapat melaksanakan usaha pokok puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan
berkualitas, pimpinan puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
manajemen. Penerapan manajemen kesehatan di puskesmas terdiri dari, Lokakarya Mini
Puskesmas dan Lokakarya Lintas Sektor.
Namun, dalam pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja puskesmas, tidak dapat
dilakukan oleh dari segi kesehatan saja. Pembangunan kesehatan harus melibatkan berbagai
pihak apakah aparat pemerintah, tokoh masyarakat, tenaga pendidik, ataupun pihak swasta.
Karena kompleksitas permasalahan kesehatan yang ada tidak memungkinkan masalah
tersebut diselesaikan oleh tenaga kesehatan saja.
Untuk itulah pelibatan lintas sektor menjadi penting. Bersama – sama memberikan kontribusi
terhadap penanganan masalah kesehatan yang ada. Tetapi untuk melibatkan berbagai pihak
diluar tenaga kesehatan tersebut tidaklah mudah. Oleh karena nya, data – data yang
menampilkan kondisi kesehatan masyarakat disajikan kepada stakeholder, setelah pemaparan
permasalahan kesehatan dan dengan diskusi yang baik harapannya seluruh pemangku
kepentingan memahami dan mau berkontribusi.
D.1.2. Tujuan
1. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama lintas sektoral sebelumnya
2. Membahas masalah dan hambatan yang dihadapi
3. Merumuskan mekanisme/ rencan kerja berikutnya
4. Meminta dukungan berbagai pihak dalam komitmen pembangunan kesehatan
D.1.4. Sasaran
Camat, Kepala Desa, Kepala Sekolah, dan Kader.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan Video Kegiatan : https://youtu.be/hv4a-eVHYnk
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
untuk ememlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan
terhalang kondisi geografis
3. Memudahkan masyarakat untuk berobat
D.1.4. Sasaran
Masyarakat Desa Mataindaha
Bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan darah, atau yang direkomendasikan oleh
dokter, maka diperiksakan terlebih dahulu oleh analis, kemudian hasilnya diserahkan ke
dokter untuk ditindaklanjuti.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
LAMPIRAN
-
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
DAFTAR HADIR PESERTA
LOKAKARYA LINTAS SEKTOR
PUSKESMAS PASIKOLAGA
Lampiran 5
2. Tabel Perbandingan Jumlah Jawaban Benar Pre Test & Post Test
<25% 9 1
25 - 50% 6 3
50 - 75% 12 9
>75% 0 14
3. Grafik Perbandingan Jumlah Jawaban Benar Pre test & Post Test
30
25
20
>75%
15 50 - 75%
25 - 50%
10 <25%
0
Pre Test Post Test
Lampiran 6
Lampiran 7
Salah satu program kesehatan prioritas nasional dalam bidang gizi adalah menurunkan angka
stunting (pendek). Untuk mengetahui dan melakukan upaya kesehatan bidang gizi diperlukan data
status gizi balita dan anak sekolah. Kegiatan penjaringan status gizi dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran antropometri diantaranya pengukuran berat badan dan tinggi badan/panjang
badan. Pengukuran status gizi balita dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu sedangkan siswa
sekolah saat penjaringan kesehatan di sekolah masing-masing. Kegiatan tersebut dilakukan dari bulan
agustus – september 2016. Sebanyak 297 Balita dan 513 Anak sekolah yang telah diukur. Untuk anak
sekolah yang diukur BB dan TB nya adalah kelas 1, 2, dan 3 siswa SD, SMP, SMA. Data yang
terkumpul tersebut kemudian di input ke dalam aplikasi Anthro dan Anthro plus dari WHO. Hasil z-
score yang muncul pada aplikasi tersebut kemudian di rekap dan di interpretasikan status gizinya.
Berikut hasil rekapitulasi status gizi balita dan anak sekolah di Pasikolaga :
Jumlah Balita
Jumlah Balita Jumlah total Balita
No Desa dengan status Gizi
dengan Masalah Gizi yang diukur
baik
1 Kolese 35 48 83
2 Mataindaha 28 35 63
3 Lambelu 33 45 78
4 Tampunabale 31 42 73
5 Pasikolaga 127 170 297
Kolese Mataindaha
Lambelu Tampunabale
Pasikolaga
43%
Jumlah Balita dengan Masalah Gizi
57%
Jumlah Balita dengan status Gizi baik
1 Kolese 6 6 43 1
2 Mataindaha 0 3 57 1
3 Lambelu 1 4 66 5
4 Tampunabale 4 7 57 2
5 Pasikolaga 11 20 222 9
Kolese Mataindaha
2%
0%5%
2% 10%
11% Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
77%
Normal 93% Normal
Gemuk Gemuk
Lambelu Tampunabale
3% 6%
7%1%5% 10%
Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
87% Normal 81% Normal
Gemuk Gemuk
Pasikolaga
3% 4% 8%
Sangat Kurus
Kurus
Normal
85%
Gemuk
balita gizi baik (71%), dan 6 balita gizi lebih (8%). Untuk desa Tampunabale 5 balita gizi buruk (7%),
10 balita dengan gizi kurang (14%), 53 balita (72%) gizi baik, dan 5 balita gizi lebih (7%). Secara
keseluruhan untuk kecamatan Pasikolaga 19 balita (6%) gizi baik, 42 balita gizi kurang (14%), 221
balita gizi baik (75%), dan 14 balita (5%) dengan gizi lebih.
1 Kolese 8 14 59 2
2 Mataindaha 3 9 50 1
3 Lambelu 3 9 60 6
4 Tampunabale 5 10 53 5
5 Pasikolaga 19 42 221 14
Kolese Mataindaha
2% 5%
2% 10% 14%
17% Gizi Buruk Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Kurang
71% 79%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Lambelu Tampunabale
7% 7%
8% 4% 11% 14%
Gizi Buruk Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Kurang
77% Gizi Baik 72% Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Pasikolaga
5% 6%
14%
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
75%
Gizi Lebih
1 Kolese 5 11 40
2 Mataindaha 11 11 39
3 Lambelu 9 12 56
4 Tampunabale 6 8 56
5 Pasikolaga 31 42 190
Kolese Mataindaha
9% 18% 18%
20%
Sangat Pendek Sangat Pendek
Lambelu Tampunabale
12% 9%
11%
15%
Sangat Pendek Sangat Pendek
Pasikolaga
12%
16%
Sangat Pendek
Pendek
72%
Normal
Sebanyak enam sekolah dasar yang ada di kecamatan Pasikolaga yang dilakukan penjaringan
kesehatan. Dari enam SD tersebut, siswa kelas 1, 2, dan 3 yang dilakukan pengukuran antropometri
sebanyak 293 siswa. Kecuali siswa kelas 1 SD 1 Pasikolaga tidak dapat dilakukan penghitungan status
gizi dikarenakan belum ada data tanggal lahir untuk seluruh siswa kelas 1. Untuk SD 1 sebanyak 19
siswa (37%) yang memiliki masalah gizi sedangkan 33 siswa (63%) dengan status gizi baik. untuk SD
2 Pasikolaga sebanyak 37 siswa (52%) dengan masalah gizi dan 34 siswa (48%) dengan status gizi
baik. Untuk SD 3 Pasikolaga 21 siswa 68% memiliki permasalahan gizi sedangkan 10 siswa (32%)
dengan status gizi baik. Untuk SD 4 Pasikolaga sebanyak 21 siswa (54%) memiliki permasalahan gizi
dan 18 siswa (46%) dengan status gizi baik. Untuk SD 5 Pasikolaga 21 siswa (44%) memiliki
permasalahan gizi dan 27 siswa (56%) dengan status gizi baik. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanyak 34
siswa (65%) memiliki permasalahan gizi sedangkan 18 siswa (65%) dengan status gizi baik. Secara
keseluruhan untuk semua SD sebanyak 153 siswa memiliki permasalahan gizi (52%) sedangkan 140
siswa (48%) dengan status gizi baik.
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
44%
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
dengan 35% dengan Masalah
Masalah Gizi Gizi
56% 65%
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
dengan Status dengan Status
Gizi baik Gizi baik
Total
Berdasarkan indeks Berat badan menurut umur, kategori status gizi dikelompokan menjadi gizi buruk,
gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Untuk SD 1 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%) gizi buruk, 8 siswa
gizi kurang (15%), 40 siswa (77%) gizi baik, dan 1 siswa gizi lebih (2%). Untuk SD 2 Pasikolaga
sebanyak 3 siswa (5%) gizi buruk, 18 siswa (27%) gizi kurang, 45 siswa gizi baik (68%), dan tidak
ada yang gizi lebih. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 2 siswa (7%) gizi buruk, 10 siswa (32%) gizi
kurang, 19 siswa (61%) gizi baik, dan tidak ada siswa dengan status gizi lebih. Untuk SD 4
Pasikolaga sebanyak 1 siswa yang gizi buruk (3%), 15 siswa gizi kurang (38%), 23 siswa gizi baik
(59%) dan tidak ada siswa dengan status gizi lebih. Untuk SD 5 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%)
gizi buruk, 11 siswa (23%) gizi kurang, 22 siswa (71%) dengan gizi baik, dan tidak ada siswa dengan
gizi lebih. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanyak 10 siswa (20%) gizi buruk, 18 siswa (36%) gizi kurang, 22
siswa (44%) gizi baik, dan tidak ada gizi lebih. Secara keseluruhan untuk semua SD, sebanyak 22
siswa (8%) gizi buruk, 80 siswa (28%) gizi kurang, 183 siswa (64%) dengan gizi baik, dan satu siswa
dengan gizi lebih.
Gizi
No Sekolah Gizi Buruk Gizi Baik Gizi Lebih
Kurang
1 SD 1 Pasikolaga 3 8 40 1
2 SD 2 Pasikolaga 3 18 45 0
3 SD 3 Pasikolaga 2 10 19 0
4 SD 4 Pasikolaga 1 15 23 0
5 SD 5 Pasikolaga 3 11 34 0
6 SD 6 Pasikolaga 10 18 22 0
Total 22 80 183 1
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
0% 5%
2% 6%
15%
Gizi Buruk 27% Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Kurang
77% 68%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
0% 3%
0% 7%
Gizi Buruk Gizi Buruk
38%
32% Gizi Kurang Gizi Kurang
61% 59%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
6% 0%
0%
23% Gizi Buruk 20% Gizi Buruk
44%
Gizi Kurang Gizi Kurang
71% 36%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Total
0%
8%
28% Gizi Buruk
Gizi Kurang
64%
Gizi Baik
Gizi Lebih
Berdasarkan indeks Tinggi/panjang badan menurut umur, terdapat tiga kategori status gizi meliputi
sangat pendek, pendek, normal. Untuk SD 1 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%) sangat pendek, 10
siswa (19%) pendek, 39 siswa (75%) normal. Untuk SD 2 Pasikolaga sebanyak 1 siswa (1%) sangat
pendek, 6 siswa (9%) pendek, 64 siswa (90%) normal. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 1 siswa
(3%) sangat pendek, 2 siswa (7%) pendek, dan 28 siswa normal (90%). Untuk SD 4 Pasikolaga
sebanyak 3 siswa (8%) sangat pendek, 17 siswa (43%) pendek, dan 19 siswa (49%) normal. Untuk
SD 5 Pasikolaga tidak ada siswa yang sangat pendek, 10 siswa (21%) pendek, dan 38 siswa (79%)
normal. Untuk SD 6 Pasikolaga seabanyak 2 siswa (4%) sangat pendek, 8 siswa (15%) pendek, dan
42 siswa (81%) normal. Secara keseluruhan SD sebanyak 10 siswa (3%) sangat pendek, 53 siswa
(18%) pendek, dan 230 siswa (79%) normal.
1 SD 1 Pasikolaga 3 10 39
2 SD 2 Pasikolaga 1 6 64
3 SD 3 Pasikolaga 1 2 28
4 SD 4 Pasikolaga 3 17 19
5 SD 5 Pasikolaga 0 10 38
6 SD 6 Pasikolaga 2 8 42
Total 10 53 230
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
1% 9%
6%
19%
Sangat Pendek Sangat Pendek
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
3% 7% 8%
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
4%
0% 21% 15%
Sangat Pendek Sangat Pendek
Total
3%
18%
Sangat Pendek
Pendek
79%
Normal
Berdasarkan indeks IMT menurut umur kategori status gizi dibagi menjadi sangat kurus, kurus,
normal, gemuk, dan obese. Untuk SD 1 Pasikolaga tidak ada siswa yang sangat kurus, 3 siswa (6%)
kurus, 47 siswa (90%) normal, dan masing-masing 1 siswa (2%) gemuk dan obese. Untuk SD 2
Pasikolaga sebanyak 6 siswa (8%) sangat kurus, 21 siswa (30%) kurus, 43 siswa (61%) normal,
tidak ada siswa yang gemuk, dan 1 siswa (1%) obese. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 3 siswa
(10%) sangat kurus, 6 siswa (19%) kurus, 22 siswa (71%) normal, dan masing-masing tidak ada
siswa gemuk dan obese. Untuk SD 4 Pasikolaga tidak ada siswa dengan sangat kurus dan kurus, 37
siswa (95%) normal, 2 siswa (5%) gemuk, dan tidak ada siswa dengan obese. Untuk SD 5 Pasikolaga
sebanyak 2 siswa (4%) dengan status gizi sangat kurus, 5 siswa (11%) kurus, 39 siswa (81%)
normal, 2 siswa (4%) gemuk, dan tidak ada siswa dengan obese. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanayk 9
siswa (17%) sangat kurus, 18 siswa (35%) kurus, 24 siswa (46%) normal, dan 1 siswa (2%) gemuk,
dan tidak ada siswa yang obese. Secara keseluruhan untuk semua SD sebanyak 20 siswa (7%)
sangat kurus, 53 siswa (18%) kurus, 212 siswa (72%) normal, 6 siswa (2%) gemuk, dan 2 siswa
(1%) obese.
1 SD 1 Pasikolaga 0 3 47 1 1
2 SD 2 Pasikolaga 6 21 43 0 1
3 SD 3 Pasikolaga 3 6 22 0 0
4 SD 4 Pasikolaga 0 0 37 2 0
5 SD 5 Pasikolaga 2 5 39 2 0
6 SD 6 Pasikolaga 9 18 24 1 0
Total 20 53 212 6 2
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
2% 2%0%
6% Sangat Kurus
0% 1% 8%
Sangat Kurus
Kurus Kurus
30%
Normal 61% Normal
90%
Gemuk Gemuk
Obese Obese
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
0% 0% 5%0%
0%
10% Sangat Kurus Sangat Kurus
19%
Kurus Kurus
71% Normal
95% Normal
Gemuk
Gemuk
Obese
Obese
0%
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
0%
4% 4% 2% 17%
11% Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
46%
81% Normal 35% Normal
Gemuk Gemuk
Obese Obese
Total
2% 1% 7%
Sangat Kurus
18%
Kurus
Normal
72%
Gemuk
Obese
Penjaringan kesehatan untuk sekolah menengah dilakukan kepada seluruh siswa kelas 1, 2,
dan 3. Terdapat tiga sekolah menengah yang ada di Pasikolaga yaitu SMP N 1 Pasikolaga,
MTsN 5 Muna, dan MAS Muhajirin dengan total siswa yang dilakukan pemeriksaan
antropometri sebanyak 220 siswa. Untuk SMPN 1 Pasikolaga sebanyak 39 siswa (44%)
memiliki permasalahan gizi dan 49 siswa (56%) dengan status gizi baik. Untuk MTsN 5
Muna sebanay 44 siswa (46%) memiliki permasalahan gizi dan 51 siswa (54%) dengan
status gizi baik. Untuk MAS Muhajirin sebanyak 16 siswa (43%) memeiliki permasalahan gizi
dan 21 siswa (57%) dengan status gizi baik. Secara keseluruhan sebanyak 99 siswa (45%)
memiliki permasalahan gizi dan 121 siswa (55%) dengan status gizi baik.
MAS Muhajirin tidak ada siswa dengan sangat kurus, 1 siswa (3%) kurus, 35 siswa (94%)
normal, 1 siswa (3%) gemuk, dan tidak ada siswa yang obese. Secara keseluruhan
sebanyak 8 siswa (4%) sangat kurus, 36 siswa (16%) kurus, 161 siswa (73%) normal, 12
siswa (6%) gemuk, dan 3 siswa (1%) obese.
Lampiran 8
LAMBELU 01