Oleh
RESLING YULION
1811040022
B. Etiologi
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas
yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan-asap rokok-asap kompor
b. Polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. Polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
4. Infeksi sluran nafas bawah berulang
Menghambat
pembersihan mukosiliar
Ketidakefektifan
Mukus berlebih
bersihan jalan nafas
Kerusakan
Kerusakan alveol hipoksemia
difusi oksigen
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia kronis kadar
hemiglobin dapat meningkat.
4. Mikrobiologi sputum
5. Computed temography
Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40% kasus.
H. Fokus pengkajian
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian mencangkup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terkhir juga
menifestasi dari penyakit sebelumnya. Pengkajian adalah proses mengumpulkan
informasi atau dasar tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-
masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk memperoleh informasi tentang
kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan klien, menilai keadaan kesehatan
klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya
menurut(Dermawan, 2012).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) antara
lain :
a. Biodata pasien
Biodata pasien berisikan nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan.
Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan baik secra fisik maupun
psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap masalah atau penyakit.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji adalah data saat ini dan masalah yang lalu.
Berfokus pada manisfestasi klinik dari keluhan utama yang dialami dan yang membuat
kondisi sekarang ini. Masalah keperawatan yang pernah dialami adalah pernah
mengalami perubahan pola pernapasan dan pernah mengalami batuk dengan sputum
(Tarwoto & Wartonah, 2015).
c. Keluhan Utama
Pasien dengan PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif datang
mencari pertolongan biasanya dengan keluhan batuk, penumpukan lendir yang sangat
banyak sehingga menyumbat jalan napas.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada pasien PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi
lingkungan, seperti merokok dan polusi udara.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan riwayat kesehatan keluarga dan sosial penyakit paru-paru antara lain :
1) Penyakit infeksi tertentu, maanfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang
yang terinfeksi akan dapat diketahui penularannya.
2) Kelainan alergi
3) Tempat tinggal pasien, kondisi lingkungan misalnya polusi udara
g. pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
riwayat medis sebelumnya:
TB: ....cm BB:..kg, Jenis diet, napsu makan, kondisi mulut, menggunakan cairan,
lokasi insersi, menggunakan ngt, kondisi kulit.
i.pola eliminasi
kebiasaan buang air besar, kebiasaan buang air besar,penggunaan alat bantu.
j. pola aktivitas dan olahraga
muskuloskeletal,kardiovaskuler,ekstremitas,pernapasan
I. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
J. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d b Respiratory status : Ventilation 1. Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecu
ronkokontriksi, peningkatan produksi s ali terdapat kor pulmonal.
Respiratory status : Airway patency
putum, batuk tidak efektif, kelelahan/b
2. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan te
erkurangnya tenaga dan infeksi bronko Aspiration Control knik pernapasan diafragmatik dan batuk.
pulmonal.
Kriteria Hasil : 3. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, in
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas ya haler dosis terukur
ng bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu m 4. Lakukan drainage postural dengan perkusi da
engeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah n vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai y
, tidak ada pursed lips) ang diharuskan.
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak mer 5. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan
asa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim,
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) dan asap.
3. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor ya 6. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang
ng dapat menghambat jalan nafas harus dilaporkan pada dokter dengan segera: pe
ningkatan sputum, perubahan warna sputum, ke
kentalan sputum, peningkatan napas pendek, ras
a sesak didada, keletihan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan Respiratory status : Ventilation 1. Ajarkan klien latihan bernapas diafragmatik d
dengan napas pendek, mukus, Respiratory status : Airway patency an pernapasan bibir dirapatkan.
Vital sign Status
Kriteria Hasil : 2. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas
dengan periode istirahat.
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas ya
ng bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu m 3. Biarkan pasien membuat keputusan tentang p
engeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah erawatannya berdasarkan tingkat toleransi pasie
, tidak ada pursed lips) n.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan Respiratory status : Ventilation 1. Deteksi bronkospasme saat auskultasi .
dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi Kriteria Hasil : 2. Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia.
3. Berikan obat-obatan bronkodialtor dan
1. Frkuensi nafas normal (16-24x/menit)
kortikosteroid dengan tepat dan waspada kemun
2. Itmia
gkinan efek sampingnya.
3. Tidak terdapat disritmia 4. Berikan terapi aerosol sebelum waktu makan,
4. Melaporkan penurunan dispnea untuk membantu mengencerkan sekresi sehingg
5. Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran ekspirasi a ventilasi paru mengalami perbaikan.
5. Pantau pemberian oksigen
4. Defisit perawatan diri berhubungan den Activity intolerance 1. Pertimbangkan usia pasien ketika mem
gan kelemahan promosikan aktivitas perawatan diri.
Self care deficit hygiene 2. Menentukkan jumlah dan jenis bantuan
Kriteria Hasil: yang dibutuhkan.
3. Menydiakan lingkungan yang terapeuti
1. Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari (AD k dengan memastikan hangat, santai, p
L) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik engalaman pribadi dan personal
dan pribadi secara mandi atau tanpa alat bantu 4. Memberikan bantuan sampai pasien se
2. Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan t penuhnya dapat mengasumsikan peraw
ubuh sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat ba atan diri.
ntu
3. Membersihkan dan mengeringkan tubuh
Daftar Pustaka
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
M. Bulechek, G., K Butcher, H., M. Dochterman, J., & M. Wagner, C. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Singapore: CV. Mocomedia.
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). Singapore: CV. Mocomedia.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keprerawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Selemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dsar Manusia dan Proses Keperawatan (5th ed.).
Jakarta: Selemba Medika