Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin melintang (sumbu panjang janin
kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yanglain. Bila sumbu panjang
tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik
biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi
longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan
sebagai letak lintang yang tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam
macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). (Wiknjosastro, 2007)
Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik diMayo Clinic
maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di ParklanndHospital, dijumpai letak
lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selamalebih dari 4 tahun. (Cunningham,
2006)
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang,
antara lain: RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung1,9%; RSUP dr.
Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkanGreenhill menyebut 0,3% dan
Holland 0,5-0,6%. Insiden pada wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan
10 kali lebih besar dari nullipara. (Wiknjosastro, 2007)
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diatasi
dengan memberikan health education yang tepat sesuai umur kehamilan dan
berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mengubah menjadi presentasi
kepala dengan versi luar oleh. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek
baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin
pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri,
juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk
melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka penulis perlu menguraikan
permasalahan dan penatalaksanaan pada kehamilan dengan janin letak lintang.

1
1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
patologis pada ibu hamil dengan janin letak lintang dengan menerapkan
manajemen kebidanan sesuai dengan kompetensi bidan
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa Pendidikan Bidan semester VII mampu :
1. Melakukan pengkajian/ pengumpulan data pada ibu hamil dengan janin letak
lintang (subyektif dan obyektif).
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada ibu hamil dengan janin
letak lintang
3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan janin
letak lintang
4. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil dengan janin letak lintang
5. Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak lintang
6. Meimplementasi atau melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan janin letak lintang
7. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak lintang

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.

1.3.2 Bagi Bidan


1. Sebagai bahan masukan daam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
hal memberikan perawatan
2. Sebagai bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan janin letak lintang
1.3.3 Bagi Puskesmas
Sebagai dorongan untuk menambah kualitas tenaga kesehatan khususnya Bidan
daam menciptakan SDM yang berkualitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori
2.1.1 Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan
bahu berada pada pintu atas panggul. (Martohoesodo, 1999)
Letak lintang dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin melintang
di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di
depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah (dorsoinferior).
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor,
sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor tersebut
adalah :
1. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,
plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
2. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
3. Gemelli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
5. Lumbar skoliosis
6. Monster
7. Kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek.
(Mochtar, 1998)
2.1.3 Diagnosis
1. Inspeksi : Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
 Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan

3
 Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah
masuk ke dalam pintu atas panggul
 Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3. Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
 Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan.
Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
 Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala
terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
 Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan
klavikula.
 Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban
intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
(Mochtar, 1998)
2.1.4 Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan
– kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor
panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada
persalinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak
lintang, disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri,
juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk mengeluarkan janin.
Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh riwayat
pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan sarana-prasarana
kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak lintang ditegakkan, maka
kemungkinan bayi akan tetap berada dalam posisi lintang pada saat persalinan akan
semakin besar. Sebagai perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu,
± 2,6 % akan tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40
minggu, ± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang . Di negara dengan sarana-
prasarana yang sudah maju, angka kematian ibu dan janin pada kasus letak lintang
sudah cukup rendah. Namun, pada negara tertinggal, berbagai komplikasi masih
terjadi akibat tidak adanya fasilitas seksio sesaria. Persalinan letak lintang

4
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
(Martohoesodo, 1999)
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi
dan ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi
infeksi intrapartum.5
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
 Prolasus funiculi
 Trauma partus
 Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
 Ketuban pecah dini
2.1.5 Mekanisma Persalinan
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir
secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau
premature, sudah mati dan menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman
bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir,
kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk ke
dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu,
bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut
merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi
lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi
lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan
posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang
dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar,
kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset
dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga

5
apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan prognosis dan
penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih dapat diusahakan mengubah
letak lintang janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang
dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan
seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga
pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar
menjadi lengkap
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli.
c. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.

2. Pada persalinan
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat
kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi
sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu
harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau
bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban pecah,
tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat ditunggu
sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri
persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini, persalinan dapat diawasi untuk
beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau
tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila
setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari
4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida
dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan

6
lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin
hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti
jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika
janin mati dilakukan embriotomi. (Dasuki, 2000)
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke atas, dan
tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara tubuh janin
dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang tinggi.
Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan
kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup,
hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi dalam
merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui serviks
yang telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke arah
bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang yang
telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap.
Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika
dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat
dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi
risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan
ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat
manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Letak Lintang menurut Varney


I. Pengakajian
No Register : untuk mempermudah pencarian data, sistem pencatatan dan pelaporan
Tanggal : untuk mengetahui waktu pemeriksaan
Oleh : untuk mengetahui siapa pemeriksa pasien
Tempat: untuk mengetahui dimana pemeriksa pasien
1. Data Subjektif
a. Identitas
Nama : untuk dapat mengenal ibu dan tidak tertukar dengan pasien lain
Umur : mengetahui KSPR pasien. Resiko tinggi pada <16 tahun atau >35
tahun. Kelaianan letak paling sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande
multipara)

7
Agama : agar intervensi kita sesuai dengan agamanya
Pendidikan : berpengaruh pada cara pemberian informasi
Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi, status gizi, pola aktivitas,
deteksi dini PMS dan lingkungan kerja terhadap kehamilan.
Alamat : Untuk mengetahui dimana ibu menetap sehingga bisa
diketahui seberapa jauh pengaruh lingkungan terhadap pola kesehatan ibu.
Jangkauan terhadap yankes.
b. Keluhan Utama : Perut sebelah kiri/kanan sering terasa nyeri seperti ada
tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit menonjol, sedangkan sisi lainnya
sering terasa ada gerakan janin (ditendang-tendang).
c. Riwayat Menstruasi:
 HPHT : untuk menghitung usia kehamilan dan tanggal perkiraan
persalinan
 Siklus : 25-32 hari (± 28 hari). Untuk memastikan lagi
kebenaran HPHT
 Lamanya : 3 – 7 hari. Untuk memastikan lagi kebenaran HPHT.

Sua Kehamilan Persalinan Anak Nifas


mi
BB/ H/
ke Ke Usia Penyulit Penolong Cara Tempat Penyulit Sex Usia ASI Penyulit
PB M

d. Riwayat Obstetri : Beberapa faktor yang mendukung terjadinya letak lintang


yaitu : kehamilan ganda, polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan
pelvis, fibroid uterus yang besar.

e. Riwayat Kehamilan Sekarang: (untuk mengetahui perkembangan keadaan


kehamilan dan evaluasi dari intervensi yang sudah diberikan)
 Apakah keluhan pada kunjungan yang lalu masih dirasakan
 Kunjungan ke berapa
 Apa saja yang sudah diperoleh pada kunjungan sebelumnya (penyuluhan,
obat, imunisasi)

8
f. Pola Kesehatan (Sebelum dan selama hamil karena normalnya terjadi
peningkatan pada saat kehamilan)
 Pola Nutrisi :
Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah 300
kalori per hari, dengan komposisi menu seimbang. Pada ibu hamil latak
lintang, nafsu makan ibu menurun, disarankan tetap makan sering-sering
dengan porsi sedikit
 Pola Aktivitas :
Ibu disarankan untuk melakukan posisi lutut dada/bersujud agar bayi
memutar
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan Darah : 100-120/60-80 mmHg
 Denyut Nadi : 60-100 kali/menit
 Pernapasan : 12-20 kali/menit
 Suhu : 36,5-37,5 C
 Berat Badan : harus lebih tinggi daripada keadaan sebelum hamil
 Tinggi Badan : > 145 cm
 Lila : > 23,5 cm
b. Pemeriksaan Khusus
 Abdomen : Perut membuncit ke samping
Letak lintang mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus,
terlihat melebar, lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen, dengan
TFU rendah.
- Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu
sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
- Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong pada
sisi yang lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang berada di pelvis.

9
Pada palpasi kepala janin atau bokong ditemukan di salah satu bagian
fossa iliaca.
- Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
 Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara
bersalaman.
- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila
kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan
klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan
ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
c. Pemeriksaan penunjang : USG dapat digunakan untuk memastikan dignosis
untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab.
II. Interpretasi Data Dasar, Menentukan Diagnosa dan Masalah Aktual
1. Diagnosa : G..PapaH UK... Minggu janin tunggal, hidup, intra uterin dengan letak
lintang.
2. Masalah
 Janin letak lintang
 Nyeri perut bagian bawah
 Nafsu makan turun
III. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
.Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan
pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada janin,
dapat terjadi prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus
umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin

IV. Mentukan Kebutuhan Akan Tindakan Segera


Mandiri, Kolaborasi dan Rujukan
V. Menyusun Rencana Asuhan yang Komprehensif
1. Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu serta janinnya
2. Jelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi pada letak lintang

10
3. Anjurkan ibu untuk sering menungging dan ajarkan posisi menungging yang
benar
4. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG
5. Jelaskan tanda bahaya kehamilan
6. Berikan terapi sesuai usia kehamilan
7. Jelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan
VI. Melaksanakan Asuhan Secara Aman, Efektif dan Efisisen
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu serta janinnya
2. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi pada letak lintang
3. Menganjurkan ibu untuk sering menungging dan ajarkan posisi menungging yang
benar
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG
5. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan
6. Memberikan terapi sesuai usia kehamilan
7. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan
VII. Evaluasi
Merupakan bagian dari proses asuhan kebidanan untuk menilai apakah pelayanan
kesehatan telah tercapai seluruhnya, sebagian atau sama sekali tidak. Dari hasil
evaluasi ini ditentukan apakah rencana tindakan kebidanan itu relevan diterapkan atau
sudah harus dihentikan atau direvisi ulang.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan janin letak lintang


Pada Ny. W UK 21-22 minggu G1P0000 di Puskesmas Sememi Surabaya

No. Register : HII/135


Tanggal Pengkajian : Senin, 23 Desember 2013 Jam : 09.45 WIB
Tempat : Poli KIA Puskesmas Sememi
Oleh: Mahasiswa
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Suami/Istri
Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. S
Umur : 24 tahun Umur : 30 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Kandangan Raya II/1, Surabaya
2. Alasan Kunjungan : Ingin memeriksakan kehamilan.
Keluhan Utama : nyeri perut bagian bawah pusat sejak 3 hari yang lalu, nyeri muncul
sebentar- sebentar lalu hilang terutama saat terasa gerak janin, tidak disertai demam,
nafsu makan menurun karena mual muntah.
3. Riwayat Menstruasi:
HPHT : 22 Juli 2013 HPL : 29 April 2014
Siklus : 28 hari Lamanya : 7 hari
4. Riwayat kehamilan sekarang
Trimester I :
Frekuensi 4 kali, 1 kali di Dokter Sp. OG 3 kali di puskesmas

12
Pada usia kehamilan 10 minggu melakukan pemeriksaan USG di Rumah Sakit.
Keluhan tidak ada
Penyuluhan : Gizi
Terapi : Fe 1x1 30 tablet, Calk 1x1 30 tablet
Status Imunisasi TT : TT4
5. Riwayat Obstetri
Ke Jenis Penolong Penyulit Tgl. Jenis BB Hidup/Mati Penyulit Nifas
Persalinan lahir Kelamin Lahir
1 Hamil ini
6. Riwayat kesehatan ibu
Ibu tidak menderita penyakit menurun seperti darah tinggi, dan kencing manis, tidak
menderita penyakit menular seperti TBC dan penyakit kuning, dan tidak menderita penyakit
menahun seperti jantung.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti darah tinggi dan kencing manis,
tidak menderita penyakit menular seperti TBC dan penyakit kuning, dan tidak menderita
penyakit menahun seperti jantung. Dalam keluarga tidak ada keturunan kembar
8. Riwayat KB : Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
9. Riwayat psikososial : ibu dan keluarga senang dan mengharapkan kehamilan ini
10. Pola kegiatan sehari-hari
a. Pola istirahat/tidur : tidur siang 1-2 jam, tidur malam 5-6 jam
b. Pola aktivitas : Ibu tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa hanya dikurangi
sedikit, tidak ada gangguan
c. Pola nutrisi
Makan : 2x sehari, kurang nafsu makan
Minum : 7-8 gelas per hari, tidak ada gangguan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat hamil : 51 kg
TB : 158 cm
LILA : 26,5 cm

13
TTV : - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 37,2°C
- RR : 22x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Muka : tidak ada odem, tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : tidak pucat, ada caries pada gigi geraham atas sebelah kanan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada : puting susu menonjol, belum keluar kolostrum
Abdomen :tidak ada bekas operasi pada abdomen, tampak melebar ke kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar keras
memanjang seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada lentingan,
bagian kiri keras, bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
Mc Donald : 22 cm
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah kiri pusat
Ektermitas atas dan bawah : simetris tidak ada odema
KSPR : Skor awal : 2
Letak lintang : 8
Total skor : 10
3. Pemeriksaan Laboratorium :
- PMTCT : NR (Non Reaktif)
- Gol. Darah : B Albumin : Negatif
Hb : 11, 6 gr/dl Reduksi : Negatif

C. ANALISIS
Diagnosa : G1P0000 UK 21-22 Minggu janin tunggal, hidup, intra uterin, dengan letak
lintang.
Masalah :
- Nyeri perut bagian bawah
- Nafsu makan turun

14
D. PENATALAKSANAAN
Senin, 23 Desember 2013
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi ibu serta janinnya
2. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi pada letak lintang, ibu
mengerti tentang komplikasi yang mungkin akan terjadi dan dapat mengulang
kembali
3. Menganjurkan ibu untuk sering menungging dan ajarkan posisi menungging yang
benar, yaitu dengan posisi lutut dan dada menempel pada lantai dilakukan
sebanyak 2-3 kali/hari masing-masing dilakukan selama 10-15 menit ibu bersedia
untuk mengikuti saran bidan
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan nafas panjang saat nyeri dan isirahat
serta mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang dialami yang disebabkan letak
lintang yaitu dengan melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel,
ibu bersedia mengikuti saran bidan
5. Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan
yang merangsang seperti makanan berlemak dan pedas untuk mengurangi mual
muntahnya, ibu bersedia mengikuti saran bidan.

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi


janin dan mengetahui penyebab letak lintang, ibu bersedia melakukan
pemeriksaan USG di RSI Benowo keesokan harinya.
7. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti dan dapat mengulang
kembali.
8. Memberikan terapi sesuai usia kehamilan, ibu diberi tablet Fe 1x1 30 tab, Kalk
1x1 30 tab, Bc 1x1 20, ibu bersedia meminum obat tepat waktu.
9. Melakukan konsul ke Balai Pengobatan Umum dan Balai Pengobatan Gigi, dari
BP Umum tidak ada terapi dan advis sesuai saran bidan, dari BPG disarankan
untuk tambal (pro tumpat) dan pro ekso setelah bersalin
10. Menganjurkan untuk kontrol ulang 1 bulan lagi yaitu pada tanggal 23 Januari
2014, ibu bersedia kontrol ulang pada tanggal 23 Januari 2014 di Lamongan

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. “W” keluhan yg dirasakan nyeri perut bagian bawah pusat sejak 3 hari
yang lalu, nyeri muncul sebentar- sebentar lalu hilang terutama saat terasa gerak janin, tidak
disertai demam, sesuai dengan teori Cunningham,. 2006 dalam buku Obstetri William yang
menyatakan keluhan pada kehamilan dengan letak lintang adalah perut sebelah kiri/kanan
sering terasa nyeri seperti ada tekanan dari dalam, dan bila diraba sedikit menonjol,
sedangkan sisi lainnya sering terasa ada gerakan janin (ditendang-tendang).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan abdomen tampak melebar ke kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar keras memanjang seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada lentingan, bagian kiri keras,
bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
Mc Donald : 22 cm
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah kiri pusat
Hal ini sesuai dengan teori Dasuki, D, 2000 dalam buku Distosia dalam Standar Pelayanan
Medis Bahwa pada kehamilan letak lintang didapatkan :
 Fundus uteri kosong atau bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah
masuk ke dalam pintu atas panggul
 Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
 Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang
lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi
kepala janin atau bokong ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca.
 Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
Dari pemeriksaan diatas, didapat diagnosa yaitu Ny W G1P0000 UK 21-22 Minggu janin
tunggal, hidup, intra uterin, dengan letak lintang dengan masalah nyeri perut bagian bawah
dan nafsu makan turun

16
Penatalaksanaan yang dilaksanakan pada Ny. W adalah menganjurkan ibu untuk sering
menungging dan ajarkan posisi menungging yang benar, yaitu dengan posisi lutut dan dada
menempel pada lantai dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari masing-masing dilakukan selama 10-
15 menit sesuai dengan teori Cunningham,. 2006 dalam buku Obstetri William
penatalaksanaan kehamilan letak lintang pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28
minggu dianjurkan posisi lutut dada.
Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan nafas panjang saat nyeri dan isirahat serta
mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang dialami yang disebabkan letak lintang yaitu
dengan melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel.
Menganjurkan ibu makan sedikit-sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang
merangsang seperti makanan berlemak dan pedas untuk mengurangi mual muntahnya dan
Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi janin dan
mengetahui penyebab letak lintang.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul.
2. Kehamilan pada Ny. “W” G1P0000 UK 21-22 minggu merupakan kehamilan letak
lintang karena pada pemerikssaan abdomen didapatkan hasil abdomen tampak melebar ke
kiri
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba keras datar keras memanjang seperti papan
Leopold II : teraba bagian kanan lunak, bulat, tidak ada lentingan, bagian kiri keras,
bulat, melenting
Leopold III : tidak teraba
DJJ : 134x/menit, terdengar di punctum maksimum sebelah kiri pusat
Nasehat yang bisa diberikan Bidan untuk ibu adalah karena usia kehamilan ibu masih
dibawah 28 minggu, maka sering melakukan posisi lutut dada/menungging agar bayi
cepat memutar adalah nasehat yang paling tepat.

5.2 SARAN
1. Bagi ibu hamil.
a. Disarankan agar ibu hamil tetap secara rutin melaksanakan ANC, dimulai
sejak diketahui terlambat haid, dan senantiasa mematuhi setiap anjuran dan
nasehat yang diberikan setiap kali memeriksakan kehamilannya, mengetahui
tanda-tanda bahaya pada saat hamil salah satunya adalah letak lintang
b. Ibu dianjurkan untuk sering melakukan posisi lutut dada/menungging agar
bayi cepat memutar adalah nasehat yang paling tepat.
2. Bagi bidan atau petugas kesehatan lainnya.
Skrining awal atau penapisan dan deteksi dini dengan pengontrolan sangat
diperlukan bagi setiap ibu hamil. Diharapkan petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang optimal dan berkualitas
pada pasien sehingga pasien mampu memahami tanda bahaya dalam kehamilan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &Wenstrom, K. D.
2006. Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC
Dasuki, D. 2000. Distosia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito
Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk
Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.
Jakarta
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2.

19

Anda mungkin juga menyukai