Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Refleksi Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus 2018


UNIVERTITAS TADULAKO

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Disusun Oleh :
KD JANU YUNITA
N 111 16 115

PEMBIMBING:
Drg. Tri Setyawati. M,Sc
dr. NI LUH GEDE FERYANTINI. W, M.Kes(MARS)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PUSKESMAS TOAYA
PALU
201

1
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
dan gatal.Dermatitis kontak alergi adalah suatu peradangan kulit yang timbul setelah
kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.1

Penyebab Dermatitis kontak alergi bervariasi. Peranan bahan penyebab


dermatitis tergantung pada potensi sensitisasi, derajat pemaparan dan penetrasi luas
perkutan. Bahan-bahan yang paling sering menyebabkan sensitisasi adalah pakaian,
sepatu, bahan-bahan perekat, parfum, resin, kosmetik, pestisida, logam
(krom,nikel,cobalt), tanaman dan kayu, bahan-bahan pengawet anti mikroba dan
karet. Sebelum individu menjadi sensitive pada suatu alergen, ia harus
mengalami beberapa kali kontak dengan substansi allergen tersebut terlebih
dahulu. Dengan demikian reaksi alergi biasanya baru timbul setelah berulang
kali kontak dengan alergen tersebut. Gejala dermatitis biasanya timbul setelah
24 jam – 48 jam kontak dengan alergen.2

Penyaki DKA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas


Toaya, tahun 2015 yaitu menempati urutan ke 6 dari 10 penyakit terbanyak, dengan
jumlah kasus 451 kasus. Kemudian mengalmi peningkatan pada tahun 2016 dan
tahun 2017 dengan jumlah kasus, yaitu 460 dan 467 kasus.3

2
NO Penyakit Total
1 ISPA 2389 kasus
2 Dispepsia 1325 kasus
3 Penyakit Sistem Otot dan Jaringan 508 kasus
4 Hipertensi 497 kasus
5 Kulit Infeksi 472 kasus
6 Kulit Alergi 467 kasus
7 Diare 234 Kasus
8 Kecelakaan dan Ruda Paksa 218 kasus
9 Penyakit pulpa 204 Kasus
10 TB paru 112 kasus
Tabel 1: Data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Toaya tahun
2017
Oleh karena itu pentingnya deteksi dan penanganan dini pada penyakit
dermatitis kontak alergi bertujuan untuk menghindari komplikasi kronis dan dapat
menurunkan morbiditas serta memperbaiki prognosis dari penyakit dermatitis kontak
alergi. Apabila terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari(misalnya
berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat pada lingkungan
penderita) dapat menyebabkan prognosis menjadi kurang baik.4

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyaji memilih DKA sebagai


refleksi kasus karena penyakit DKA masih menjadi penyakit terbanyak dalam dan
menhalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir di Puskesmas Toaya, serta
mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu timbulnya
dermatitis kontak alergi di wilayah kerja Puskesmas Toaya.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tn. SD
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 59 Tahun
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 1 Agustus 2018
Alamat : Toaya Vunta

B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Gatal pada area kedua tangan dan area wajah

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas Toaya dengan keluhan gatal pada area
kedua tangan dan area wajah yang dialami sejak 2 minggu sebelum berobat ke
puskesmas Toaya. Menurut pasien, awalnya muncul kemerahan pada kedua
tangan setelah sepulang bekerja diperkebunan. Lama kelamaan kemerahan
juga muncul pada area wajahdan terasa gatal. Pasien memberikan ramuan
dauan-dauan ditambah kunyit untuk menghilangkan rasa gatanya. Pasien
memakai ramuan tersebut selama 1 minggu. Hal ini semakin bertambah parah
setiap harinya, sehingga pasien tidak melanjutkan untuk memakai ramuan
tersebut. Pasien sering menggaruk area kemerahan yang gatal sehingga
menyebabkan kulitnya mengelupas dan luka. Karena rasa gatalnya terus

4
bertambah sehingga pasien memberikan bedak herocyn dan minyak kayu
putih pada area yang gatal, namun tidak ada perubahan, sehingga pasien
datang berobbat ke puskesmas Toaya.Tidak ada demam, tidak ada batuk dan
pilek, nafsu makan baik, buang air besar dan buang air kecil lancar dan
normal.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Pasien memiliki alergi terhadap makanan yaitu berupa ikan asin, telur,
dan mie instan. Tetapi tidak memiliki alergi terhadap sabun mandi. Perbedaan
lokasi alergi makanan dan alergi pestisida: Lokasi pada saat pasien alergi
makanan terdapat bintik-bintik merah dan rasa gatal pada daerah seluruh
badan dan lokasi ketika alergi pestisida yaitu pada daerah wajah dan telapak
tangan.

Riwayat penyakit keluarga:


Pasien tinggal berlimadirumahnya yang terdiri dari isteri, ketiga
anaknya dan pasien sendiri. Pasien memiliki 6 orang anak di mana ketiga
anaknya sudah menikah dan mengikuti suaminya masing-masing sehingga
tersisa 3 anak yang saat ini tinggal bersama dirumahnya. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit Asma.

Riwayat sosial-ekonomi:
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah.Pasien
bekerja sebagai petani kebun dan isteribekerja sebagai ibu rumah tangga.
Penghasilan pekerjaan pasien tidak menetap kurang lebih berkisar Rp 500.000
- 1000.000 rupiah perbulan.

5
Riwayat kebiasaan dan lingkungan:
Rumah pasien berada di pinggir jalan trans. Rumah terdiri atas 2
tingkat. Pasien tinggal di tingkat 1 dan kakak pasien tinggal di tingkat
2.Pasien tinggal dirumah yang luasnya kurang lebih 5 x 7 meter, dengan 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Tidak semua dinding rumah disemen seperti dapur yang belum terplester dan
masih memakai kayu, lantai disemen namun tidak menggunakan tehel hanya
memakai karpet, dan langit-langit rumah tertutup. Sumber air untuk mandi,
dan air untuk mencuci pakaian, pasien memakai air dari sumur dan air dari
gunung. Adapun sumber air untuk air yang diminum, pasien menggunakan air
galon. Tempat pembuangan sampah tepat berada dibelakang rumah pasien.
Pasien bekerja di perkebunan yang jaraknya 5 kilo meter dari rumah.
Di perkebunan pasien memiliki tanaman pohon pisang, kelapa, sayur-sayuran
serta terdapat tumbuhan lainnya. Sumber air di perkebunan pasien berasal dari
mata air sungai dan air sumur. Pasien juga memiliki hewan ternak berupa
kambing. Menurut pasien di perkebunannya ada terdapat tumbuhan yang
dicurigai menyebabkan pasien terkena gatal-gatal. Sebelumnya pasien sering
kontak dengan tumbuhan tersebut namun pasien belum mengetahui pasti
apakah tumbuhan tersebut penyebabnya. Pasien juga sering berkebun
menggunakan pakaian lengan pendek dan tidak memakai sarung tangan
dikarenakan jika menggunakan sarung tangan pasien merasa tidak nyaman.
Pasien juga memiliki kebiasaan mandi tanpa menggunakan sabun hal ini
dikarenakan dari dulu pasien jarang mandi menggunakan sabun. Pasien sering
menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa gatalnya dan mempercayai
bahwa kumannya akan hilang dengan cara itu.

Riwayat Asupan Makanan :

6
Keluarga pasien sehari-sehari mengkonsumsi nasi, disertai lauk pauk
seperti ikan, sayur dan telur serta tahu dan tempe. Pasien memiliki alergi
terhadap makanan yaitu berupa ikan asin, telur, dan mie instan. Namun
terkhusus pasien selama mengetahui bahwa pasien memiliki riwayat alergi
terhadap makanan tersebut pasien sudah lama tidak mengonsumsi ikan asin,
telur dan mie instan. Pasien makan 3 kali dalam sehari.

Riwayat Imunisasi :
Riwayat Imunisasi dasar pasien lengkap.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 60 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Status Gizi : IMT : 24 kg/m2Overwight

Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 84 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36,8°C

D. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


 Kepala
Bentuk : Normocephal

7
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam dan sedikit rambut
putih
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Cornea reflex : Normal
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Normal
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-)
Mulut : Bibir: sianosis (-)
Lidah : Kotor (-)
Gigi : Caries (+)
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran
kelenjar tiroid (-)
 Thorax
 Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

8
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
linea parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea
axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani (+).
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (+) regio epigastrium,
hepatomegal (-) hepar teraba sekitar 3 cm di bawah batas kosta kanan
pada linea midklavikula.

- lien tidak teraba (-).


 Genitalia : Tidak ada kelainan (-)
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
 Punggung : Tidak ada deformitas
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

E. STATUS DERMATOLOGIS
1) Kepala : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
2) Leher : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
3) Wajah : tampak makula eritematous, berukuran plakat
berbentuk irregular, dengan skuama kering dan
tipisdi regio facialis sisi sinistra et dextra
4) Thoraks : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

9
5) Punggung : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
6) Abdomen : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
7) Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
8) Inguinal : tidak dilakukan pemeriksaan
9) Glutea : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
10) Ekstremitas Superior :tampak erosi disertai makula eritematous,
berukuran plakat berbentuk irregular, skuama
kering dan tipisdi regio antebrachialis sinistra et
dextra.
11) Ekstremitas Inferior : tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
12) Kel. Getah Bening : tidak terdapat pembesaran

10
Gambar 2.1 Ujud Kelainan Kulit regio antebrachialis sinistra et dextra dan
regio facialis sisi sinistra et dextra tampak makula eritematous disertai erosi,
berukuran plakat berbentuk irregular, dengan skuama kering dan tipis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
G. DIAGNOSIS
Dermatitis Kontak Alergi

H. DIAGNOSIS BANDING
- Dermatitis Kontak Iritan
- Nerodermatitis
I. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Edukasi:

 Menjelaskan mengenai Penyakit dermatitis kontak alergi disebabkan

oleh suatu allergen yaitu berupa makanan, tumbuh tumbuhan, tungau,

logam, dll.

11
 Hindari kontak dengan tumbuhan di perkebunan yang di duga sebagai

pemicu timbulnya alergi serta hindari konsumsi makanan yang diduga

sebagai pemicu timbulnya alergi, yaitu ikan asin, telur dan mie instan.

 Menjelaskan kepada pasien untuk mencari tahu dengan jelas jenis

alergen pada pasien, sehingga dapat dihindari.

 Memelihara kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal serta tidak

menggaruk lesi karena akan menimbulkan infeksi.

 Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas

yang bersentuhan dengan alergen seperti menggunakan sarung tangan

serta baju lengan panjang ketika akan berkebun.

 Memotong kuku – kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan pendek

serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan infeksi.

 Tidak menggaruk area yang gatal dengan kuku, menjelaskan ke pasien

untuk menggaruk dengan menggunakan tissue

Medikamentosa :
 Sistemik
 CTM (Chlorpheniramine Maleat) tablet 3x1
 Topikal
 Hydrocortisone 0,01% (salep kulit) oles tipis pagi sore setelah mandi.
J. PROGNOSIS
- Qua ad vitam:ad bonam
- Qua ad fungtionam: ad bonam
- Qua ad sanationam : ad bonam
- Qua ad cosmetikam : dubia ad bonam

12
BAB III

PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-

faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma

hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu

1. faktor genetik (keturunan),

2. perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,

3. faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

4. faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya)

13
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan

masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi

faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam kasus ini yakni

sebagai berikut :

a) Faktor Genetik

Faktor genetik pada kasus ini tidak bermakna.

b) Faktor Lingkungan

 Lingkungan fisik

Rumah pasien terdiri atas 2 tingkat. Tidak semua dinding rumah


disemen seperti dapur yang belum terplester dan masih memakai kayu,
lantai disemen namun tidak menggunakan tehel hanya memakai karpet,
dan langit-langit rumah tertutup. Sumber air untuk mandi, dan air untuk
mencuci pakaian, pasien memakai air dari sumur dan air dari gunung.
Adapun sumber air untuk air yang diminum, pasien menggunakan air
galon. Tempat pembuangan sampah tepat berada dibelakang rumah
pasien.
 Lingkungan sosial

Pasien merupakan orang yang mudah bergaul dengan para

tetangganya, sehingga saat pasien merasa keluhannya semakin bertambah,

tetangga pasien menyarankan untuk memakai ramuan daun-daunan yang

ditambahkan dengan kunyit. Dari hasil anamnesis yang dilakukan pasien

menyatakan bahwa tetangganya tersebut perna mengalami gatal-gatal dan

memakai ramuan tersebut dan keluhannya sembuh. Kemudian pasien

memakai ramuan tersebut dan keluhan pasien tidak membaik.

14
 Lingkungan ekonomi

Pasien bekerja di perkebunan yang jaraknya 5 kilo meter dari

rumah. Di perkebunan pasien memiliki tanaman pohon pisang, kelapa,

sayur-sayuran serta terdapat tumbuhan lainnya. Sumber air di perkebunan

pasien berasal dari mata air sungai dan air sumur. Pasien juga memiliki

hewan ternak berupa kambing.

Pasien juga termasuk dalam pasien BPJS, namun saat pasien

merasakan keluhannya pasien tidak langsung ke puskesmas Kaleke,

dikarenakan pasien merasa masih bisa bekerja.

c) Faktor Prilaku

 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salahsatu factor yang berperan dalam

terjadinya suatu penyakit seperti DKA, dimana pada kasus ini pasien

hanya lulusan SD. Pasien pada kasusu ini hanya membiarkan gatalnya

sampai gatal-gatalnya semakin parah dan hanya memberikan ramuan-

ramauan yang dianggapnya ramuan tersebut bisa menyembuhkan gatal-

gatalnya.

 Sikap

Berdasarkan hasil anamnesis dari pasien bahwa terdapat beberapa

kebiasaan seperti pasien berkebun menggunakan pakaian lengan pendek dan tidak

15
memakai sarung tangan dikarenakan jika menggunakan sarung tangan pasien merasa

tidak nyaman. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang dapat memicu

terjadinya reaksi kontak alergi di tambah pasien sering kontak dengan tanaman atau

tumbuhan di kebun. Pasien juga memiliki kebiasaan mandi tanpa menggunakan

sabun. Hal ini menunjukan bahwa pasien belum bisa menjaga hygenitas diri sendiri.

Serta pasien sering memiliki kebiasaan menggunakan air hangat untuk mengurangi

rasa gatalnya hal ini yang menjadi faktor kerusakan pada kulit yang semakin meluas.

Selain itu pasien juga menggunakan ramuan daun-daun yang ditambahkan dengan

kunyit untuk menghilangkan gatalnya.

d) Faktor Pelayanan Kesehatan

Kurangnya sarana prasarana di puskesmas terkait pemeriksaan jenis

alergen pada pasien dalam hal ini adalah reagen. Hal ini menjadi salah satu

penyebab mengapa reaksi alergi pada pasien terus berulang sehingga tidak

dapat menurunkan angka kejadian penyakit kulit alergi di wilayah Pukesmas

Kaleke.

Serta kurangnya pengetahuan tentang penyakit alergi di lingkungan

masyarakat hal ini terlihat bahwa pada kasus ini pasien sering menggunakan air

hangat untuk mengurangi rasa gatalnya dan mempercayai bahwa kumannya akan

hilang dengan cara itu.

16
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Dermatitis kontak alergi adalah suatu peradangan kulit yang timbul setelah

kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.

2. Penyakit DKA pada kasus ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti

lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi

3. Pada faktor perilaku seperti pengetahuan dan sikap saat berperan penting

terhadap terjadinya atau kambuhnya DKA pada pasien ini.

4. Untuk faktor pelayan kesehatan juga berperan dalam terjadinya kekambuhan

penyakit yang dialami oleh pasien tersebut, dikarenakan masih kurangnya

penyuluhan yang dilakukan oleh pelayana kesehatan di puskesmas Kaleke

17
B. SARAN
Five Level Prevention:
1. Promosi kesehatan (health promotion)

Peningkatan promosi kesehatanmengenai penyakit dermatitis kontak

alergi harus lebih di tingkatkan dengan cara melakukan penyuluhan

mengenai penyakit tersebut sebulan 4 kali dan kerja sama dengan lintas

masyarakat. Karena pada kasus ini menjadi bukti kurangnya pengetahuan

tentang penyakit alergi di lingkungan masyarakat, seperti pada kasus ini

pasien sering menggunakan air hangat untuk mengurangi rasa gatalnya dan

mempercayai bahwa kumannya akan hilang dengan cara itu. Serta penyakit

dermatitis kontak alergi ini terus mengalami peningkatan dalam 3 tahun

terakhir yaitu 2014, 2015 dan 2016 dan masuk dalam 10 besar penyakit

yang terbanyak di puskesmas Kaleke, pada tahun 2017 yang harus menjadi

perhatian bagi petugas kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan penyakit

tersebut.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit

tertentu(general and specific protection)

Memberikan edukasi terkait pencegahanseperti pada kasus ini di

sarankan untukmenghindari kontak dengan tanaman di perkekebunan

yang dicurigai sebagai alergen yaitu dengan cara memakai sarung tangan

ketika berkebun dan memakai baju lengan panjang serta menghindari

18
penggunaan air hangat untuk mengurangi rasa gatal karena akan memperluas

luka. Memelihara higenitas dengan cara mandi menggunakan sabun.

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat(early diagnosis and prompt treatment)

Petugas pelayanan kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara

dini dan tepat sehingga dapat diberikan pengobatan yang cepat dan

tepatmengenai penyakit dermatitis kontak alergi sehingga di harapkan

masyarakat terkhusus pasien pada kasus ini dapat mengenali penyakit

yang dideritanya.

4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)

Pada kasus ini pasien diharapkan dapat mencegah terjadinya

komplikasi seperti infeksi sekunder dan terjadinya residif dengan cara

menghidari kontak penyebab yang menjadi alergen. Menghindari prilaku

menggaruk yang di sebabkan oleh rasa gatal karena hal ini dapat

mendorong kelembapan pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan

yang ramah bagi bakteri yang nantinya akan menyebabkan eritema

multiforme (lecet) serta menyebabkan kulit menjadi tebal dan kasar.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Melakukan konseling kepada pasien pada kasus ini mengenai

langkah-langkah khusus dalam hal pencegahanpenyakit dermatitis kontak

alergi seperti menghindari kontak penyebab alergen yang pada kasus ini

19
di curigai tanaman atau tumbuhan yang terdapat di kebun pasien. Serta

mengedukasi pasien agar saat ini beristirahat dengan cukup.

DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi SL SW, Bramono K, Indriatmi W (editor). Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.

2. Siregar S.R. saripati penyakit kulit. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2015.

3. Petugas LB-1. Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1) Puskesmas Toaya. Palu:

Puskesmas Toaya; 20167

4. Sulistyaningrum et al, Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada Geriatri.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: EGC; 2011.

20
LAMPIRAN DOKUMENTASI

21
Tampak depan dan ruang tamu serta ruang keluarga dari rumah pasien

22
Tampak ruang kamar tidur dan WC serta bagian dapur dari rumah pasien

23
Tempat sampah yang berada di samping depan rumah pasien

24

Anda mungkin juga menyukai