Anda di halaman 1dari 5

RUMUSAN / KESIMPULAN

SOSIALISASI PERPAJAKAN USAHA JASA KONSULTANSI


TAHUN 2009

Sosialisasi Perpajakan Usaha Jasa Konsultansi Tahun 2009 yang diadakan bersama oleh Direktorat
Pelayanan dan Penyuluhan (P2) Humas Ditjen Pajak dan INKINDO pada Hari Kamis tanggal 19 Maret
2009 di Direktorat Jenderal Pajak, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan, menyampaikan
Rumusan / Kesimpulan sebagai berikut :

I. PP No. 51 Tahun 2008 :

1. Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2008 ditetapkan di Jakarta tanggal 20 Juli 2008 dan
diundangkan di Jakarta tanggal 23 Juli 2008 serta berlaku mulai 1 Januari 2008.

2. PP No. 51 Tahun 2008 ini menetapkan PPh yang bersifat “final” bagi Konsultan yang
mendapatkan penghasilan dari “Usaha Jasa Konstruksi”, dimana: Jenis Usaha Jasa
Konstruksi; Bidang Usaha Jasa Konstruksi; dan Lingkup Layanan Jasa Konstruksi; ditetapkan
oleh UU No. 18 Tahun 1999 Tentang “Jasa Konstruksi” dan PP No. 28 Tahun 2000 Tentang
“Usaha Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi”.

3. Usaha Jasa Konstruksi, khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan perusahaan
konsultan, ditetapkan dengan Jenis Usaha, Bidang Usaha, dan Lingkup Layanan Jasa Konstruksi
sebagai berikut :

a. Jenis Usaha Jasa Konstruksi adalah :


- Perencanaan Konstruksi , atau
- Pengawasan Konstruksi
b. Bidang Usaha Jasa Konstruksi adalah untuk pekerjaan bidang A.S.M.E.T., yaitu :
- arsitektural
- sipil
- mekanikal
- elektrikal
- tata Lingkungan
c. Lingkup Layanan Jasa Konstruksi dapat terdiri dari :
- survey
- perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro
- studi kelayayakan proyek, industri, dan produksi
- perencanaan teknik, operasi, dan pemeliharaan
- penelitian
- pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
- pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil
pekerjaan konstruksi
- rancang bangun
- perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan terima jadi
- penyelenggaraan pekerjaan terima jadi
- manajemen proyek
- manajemen konstruksi
- penilaian kualitas, kuantitas, dan biaya pekerjaan.

Sosialisasi Pajak Konsultan 1


4. PP No. 51 Tahun 2008 ini tetap berlaku sepanjang belum dicabut, walaupun telah ditetapkan /
diundangkan sebelum UU No. 36 Tahun 2008 dan Pemberlakuan PPh final ini tetap sejalan
dengan UU No. 36 Tahun 2008, Pasal 4 Ayat (2) d.

5. Pengenaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal 23 final bagi Konsultan yang melakukan
pekerjaan Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi, adalah sebesar :
 4% dari jumlah bruto (Nilai Kontrak tidak termasuk PPN) bagi Konsultan yang memiliki
kualifikasi usaha (Sertifikat Badan Usaha / SBU) yang dikeluarkan LPJK.
 6% dari jumlah bruto (Nilai Kontrak tidak termasuk PPN) bagi Konsultan yang tidak
memiliki kualifikasi usaha (Sertifikat Badan Usaha / SBU) yang dikeluarkan LPJK.

6. Pada PP No. 51 Tahun 2008 ini terdapat aturan peralihan pada Pasal 10, yaitu terhadap kontrak
yang ditandatangani sebelum 1 Januari 2008, pengenaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal
23 sbb:
 Untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak s/d 31 Desember 2008 :
- 4% dari jumlah bruto (Nilai Kontrak tidak termasuk PPN)
- Tidak bersifat final (mengikuti ketentuan PP No. 140 Tahun 2000)
- Tidak ada perbedaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal 23 bagi Konsultan yang memiliki
atau tidak memiliki kualifikasi usaha (Sertifikat Badan Usaha / SBU).
 Untuk pembayaran kontrak atau bagian dari kontrak setelah 31 Desember 2008,
mengikuti ketentuan PP No. 51 Tahun 2008 ini (sesuai butir 4).

II. UU No. 36 Tahun 2008 :

1. UU No. 36 Tahun 2008 yang disahkan di Jakarta tanggal 23 September 2008 dan
diundangkan di Jakarta tanggal 23 September 2008 serta berlaku mulai 1 Januari 2009.

2. Dengan tetap berlakunya PP No. 51 Tahun 2008, maka Konsultan yang mendapatkan
penghasilan “selain dari usaha jasa konstruksi dan jasa non konstruksi”, yaitu jasa
teknik, jasa manajemen, dan jasa konsultan lainnya (seperti jasa appraisal),
pengenaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal 23 menurut UU No. 36 Tahun 2008 ini adalah
sebesar :
 2% dari jumlah bruto (Nilai Kontrak tidak termasuk PPN), dan tidak bersifat final.
 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang tidak
memiliki NPWP lebih tinggi 100% (2 kali lipat).

3. Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) per tahun adalah sbb :


 Rp. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi.
 Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
 Rp. 15.840.000 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
 Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 orang untuk setiap keluarga.

4. Tarif Pajak atas “Lapisan” Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
memiliki NPWP :
 PKP s/d Rp. 50 juta : 5%
 PKP diatas Rp. 50 juta s/d Rp. 250 juta : 15 %
 PKP diatas Rp. 250 juta s/d Rp. 500 juta : 25 %
 PKP diatas Rp. 500 juta : 30 %
 Tarif Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20%.

Sosialisasi Pajak Konsultan 2


5. Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dengan peredaran bruto diatas Rp. 50 Miliar :
 Tahun 2009 : 28 %
 Tahun 2010, dst. nya : 25 %

6. Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap dengan peredaran bruto s/d Rp. 50 Miliar, mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50%, sbb :
 Tahun 2009 : 14 % atas peredaran bruto s/d Rp. 4,8 Miliar
: 28 % atas peredaran bruto diatas Rp 4,8 Miliar
 Tahun 2010, dst. nya : 12,5 % atas peredaran bruto s/d Rp. 4,8 Miliar
: 25 % atas peredaran bruto diatas Rp 4,8 Miliar

III. Surat Penegasan Dirjen Pajak No. S-505/PJ/2008 :

1. Surat No. S-505/PJ/2008 ini dikeluarkan tanggal 16 Desember 2008, berisi Penegasan atas
Permasalahan Perpajakan Usaha Jasa Konsultansi, atas permohonan INKINDO dengan
pertimbangan sbb :
 Bentuk kemitraan yang umum dilakukan oleh perusahaan konsultan adalah dengan pola
Associate atau Konsorsium, mengingat kebanyakan proyeknya berjangka sangat pendek.
 Para anggota konsorsium perusahaan konsultan tersebut menunjuk salah satu
perusahaan konsultan sebagai “Lead Firm” yang diberi kuasa untuk bertindak mewakili
hak-hak dan kewajiban anggota konsorsium terhadap pemilik proyek sebagai pengguna
jasa, termasuk menandatangani kontrak dengan pemilik proyek.
 Semua anggota konsorsium perusahaan konsultan bertanggung jawab secara bersama-
sama menghasilkan “satu” produk Jasa Kena Pajak (JKP).
 Atas satu produk Jasa Kena Pajak (JKP) hanya boleh dikenakan pajak satu kali.

2. Surat No. S-505/PJ/2008 ini menegaskan bahwa :

a. Untuk proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar
negeri :
 Pajak Penghasilan (termasuk PPh Pasal 23) yang terhutang atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh “semua anggota konsorsium perusahaan konsultan”,
ditanggung oleh pemerintah sepanjang semua anggota konsorsium perusahaan
konsultan tersebut merupakan “Konsultan Utama” (nama semua anggota konsorsium
perusahaan konsultan tercantum dalam kontrak).
 PPN dan PPnBM atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak
(JKP) oleh “semua anggota konsorsium perusahaan konsultan”, tidak dipungut
sepanjang konsorsium tersebut “tidak berbentuk Joint Operation (JO)” dan semua
anggota konsorsium perusahaan konsultan tersebut merupakan Konsultan Utama
(nama semua anggota konsorsium perusahaan konsultan tercantum dalam kontrak),
serta masing-masing anggota konsorsium membuat Faktur Pajak atas penyerahan JKP
kepada pemilik proyek.
 Dengan demikian, setelah Lead Firm menerima pembayaran / invoice / termin dari
pemilik proyek, maka pada saat Lead Firm membayarkan / mendistribusikan porsi
invoice / termin yang menjadi hak masing-masing anggota konsorsium tersebut
kepada masing-masing anggota konsorsium, tidak dikenakan lagi pemotongan PPN
dan PPh Pasal 23.
 Bilamana anggota konsorsium perusahaan konsultan tersebut namanya tidak
tercantum dalam kontrak sebagai Konsultan Utama, maka bentuk konsorsium ini
diberlakukan sebagai “Kerja Sama Operasi / Joint Operation (KSO/JO)”, dimana pada

Sosialisasi Pajak Konsultan 3


saat JO (Lead Firm) membayar masing-masing anggota JO (anggota konsorsium),
dikenakan pemotongan PPN dan PPh Pasal 23, karena anggota JO (anggota
konsorsium) dianggap sebagai Konsultan Lapis Kedua.

b. Untuk proyek pemerintah yang dibiayai dengan APBN atau APBD :


 Pengenaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal 23 bagi Konsultan yang berkonsorsium
yang mendapatkan penghasilan dari “usaha jasa konstruksi”, yaitu pekerjaan
Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi, mengikuti ketentuan PP No. 51
Tahun 2008.
 Pengenaan tarif pajak / pemotongan PPh Pasal 23 bagi Konsultan yang berkonsorsium
yang mendapatkan penghasilan “selain dari usaha jasa konstruksi dan jasa non
konstruksi”, yaitu jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa konsultan lainnya (seperti
jasa appraisal ), mengikuti ketentuan UU No. 36 Tahun 2008.
 Pemotongan PPh Pasal 23 ini dan juga PPN bagi Konsultan yang berkonsorsium, untuk
proyek pemerintah yang dibiayai dengan APBN atau APBD walaupun secara eksplisit
tidak ditegaskan dalam Surat Dirjen Pajak No. S-505/PJ/2008, namun secara substansi
adalah bersifat sama dengan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana
pinjaman luar negeri. Pengenaan PPh Pasal 23 dan PPN hanya dipotong pada saat
pembayaran kepada “Lead Firm” sepanjang :
- Semua anggota konsorsium perusahaan konsultan tersebut merupakan Konsultan
Utama (nama semua anggota konsorsium perusahaan konsultan tercantum dalam
kontrak).
- Masing-masing anggota konsorsium membuat Faktur Pajak atas penyerahan JKP
kepada pemilik proyek.
- Dengan demikian, setelah Lead Firm menerima pembayaran / invoice / termin dari
pemilik proyek, maka pada saat Lead Firm membayarkan / mendistribusikan porsi
invoice / termin yang menjadi hak masing-masing anggota konsorsium tersebut
kepada masing-masing anggota konsorsium, tidak dikenakan lagi pemotongan PPN
dan PPh Pasal 23. Jadi anggota konsorsium tidak terkena pajak ganda (PPh Pasal
23 dan PPN sebanyak 2 kali).
- Bilamana anggota konsorsium perusahaan konsultan tersebut namanya tidak
tercantum dalam kontrak sebagai Konsultan Utama, maka bentuk konsorsium ini
diberlakukan sebagai “Kerja Sama Operasi / Joint Operation (KSO/JO)”, dimana
pada saat JO (Lead Firm) membayar masing-masing anggota JO (anggota
konsorsium), dikenakan lagi pemotongan PPN dan PPh Pasal 23, karena anggota JO
(anggota konsorsium) dianggap sebagai Konsultan Lapis Kedua. Jadi anggota
konsorsium terkena pajak ganda (PPh Pasal 23 dan PPN sebanyak 2 kali).

Diharapkan Sosialisasi Perpajakan Usaha Jasa Konsultansi ini bisa dilaksanakan rutin setiap
tahunnya, dan untuk peserta terutama dari kalangan instansi pemerintah pada acara
Sosialisasi berikutnya diharapkan pula mengikut-sertakan unsur Auditor (Irjen, BPKP, BPK,
dll.).

Demikian Hasil Rumusan / Kesimpulan Sosialisasi Perpajakan Usaha Jasa Konsultansi Tahun
2009 ini dibuat agar bisa digunakan dengan persepsi yang sama oleh semua pihak yang
berkepentingan.

Sosialisasi Pajak Konsultan 4


Jakarta, 19 Maret 2009

Panitia Penyelenggara
Sosialisasi Perpajakan Usaha Jasa Konsultansi Tahun 2009

Ir. Reza Abidin, M.Sc.


A/n. Team Pokja Pajak Nasional INKINDO

Menyetujui,
Direktorat Pelayanan dan Penyuluhan (P2) Humas
Direktorat Jenderal Pajak

Drs. Djoko S. Suryoputro, MA.


Direktur

Sosialisasi Pajak Konsultan 5

Anda mungkin juga menyukai