Pendahuluan
1
Peningkatan AKI dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan melalui
antenatal care (ANC) secara teratur. Pemeriksaan Antenatal Care adalah
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Indikator yang digunakan untuk mengambarkan akses ibu hamil terhadap
pelayanan antenatal adalah cakupan K1 atau kontak pertama dan K4 atau kontak 4
kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standart.
Cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013-2015
mengalami fluktuasi. Tahun 2013 cakupan K1 95,25 % dan K4 86,85 %. Tahun
2014 cakupan K1 dan K4 turun dibanding tahun sebelumnya, K1 94,99 % dan K4
86,70 % sedangkan tahun 2015 angka cakupan K1 dan K4 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, K1 95,75 % dan K4 87,48 %.6 Cakupan
Pelayanan K1 dan K4 dari tahun 2008 sampai 2016 di Provinsi Jawa Barat
cenderung meningkat. Begitu juga dengan angka mangkir antara cakupan K1 dan
K4 berfluktuatif tetapi cenderung menurun hingga pada tahun 2016 angka
mangkir masih terdapat 6,92 %. Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil Pertama pada di
Provinsi Jawa Barat tahun 2016, sebanyak 1.028.526 Bumil dari sasaran 975.780
Bumil (105,4%), dan Kunjungan K4 sebanyak 961.017 Bumil (98,5%), terdapat
67.509 Bumil yang mangkir (Drop out) pada kunjungan K4 (6.92%). Kota
karawang sendiri tercatat angka mangkir pelayanan bumil K4 sebesar 5,48%.
Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, menjalankan
pelayanan kunjungan ibu hamil yang termasuk dalam Program Pokok Puskesmas.
Pada Desember 2017 sampai dengan November 2018, cakupan kunjungan K1 di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari, Kabupaten Karawang adalah
sebanyak 74.02% dan K4 68.94% dari target 90%.
2
target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yakni 70 per 100.000
kelahiran hidup. Pelayanan K1 di Provinsi Jawa Barat tahun 2016, sebanyak
105,4% dan Kunjungan K4 sebanyak 98,5%, terdapat 6.92% yang mangkir (Drop
out) pada kunjungan K4. Data KIA Kabupaten Karawang tahun 2017 (K1) adalah
95.03% dan (K4) adalah 92.33% dari 100%. Cakupan K4 Januari 2017 hingga
Desember 2017 di Puskesmas Telagasari adalah sebesar 64.03%. Sedangkan,
cakupan K1 pada periode Desember 2017 hingga November 2018 di Puskesmas
Telagasari meningkat yakni sebesar 74.02% dan K4 sebesar 68.94%.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah dalam pelayanan kesehatan ibu hamil (Antenatal Care)
di UPTD Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang periode
Desember 2017 hingga November 2018 sehingga dapat diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan sistem.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi
program dengan pendekatan sistem.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi program, khususnya
program Antenatal Care.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
3
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas
1.5 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari,
Kabupaten Karawang periode Desember 2017 sampai dengan November 2018.
4
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini adalah dibawah Program
Pelayanan Antenatal Care berdasarkan Laporan Bulanan KIA dan Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) di UPTD Puskesmas
Telagasari, Kabupaten Karawang periode Desember 2017 hingga November
2018. Indikator kegiatan yang dievaluasi adalah :
1. Kunjungan ibu hamil (K1)
2. Kunjungan ibu hamil (K4)
2.2 Metoda
Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur cakupan kegiatan yang
berkaitan dan mempengaruhi keberhasilan program pelayanan antenatal terpadu
dibawah Program Kesehatan Ibu dan Anak dan membandingkan cakupan
kunjungan ibu hamil K4 terhadap tolak ukur yang sudah ditetapkan dengan
mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis data
dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat
ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program pelayanan antenatal
terpadu di Puskesmas Kecamatan Telagasari, kemudian dibuat usulan dan saran
sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang
ditemukan dari unusr-unsur sistem.
5
Bab III
Kerangka Teoritis
5
Lingkungan
1 2 3 6
4
Umpan balik
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan
pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari
elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem, dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, dan
terdiri dari unsur berikut yang merupakan variabel dalam melaksanakan
evaluasi program Pelayanan Antenatal (ANC) yaitu:
Tenaga (man)
Dana (money)
Sarana (material)
Metode (methods)
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan, yang terdiri dari unsur berikut merupakan variabel dalam
melaksanakan evaluasi program ANC yaitu:
6
Perencanaan (planning)
Organisasi (organization)
Pelaksanaan (actuating)
Pengawasan (controlling)
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem.
4. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem
dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
sistem tapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
7
Bab IV
Penyajian Data
9
3. Klinik 24 Jam : 1 Buah
4. Praktek Dokter Swasta : 8 Buah
5. Apotik : 1 Buah
6. Praktek Bidan Swasta : 28 buah
7. Posyandu : 74 Buah
8. Posbindu : 13 Buah
9. Pusling : 14 Desa.
Tensimeter : 2 buah
Stetoskop
: 2 buah
USG dan monitor
: - set
Tablet besi
: Tersedia
Vaksin TT dan alat suntik
: Tersedia
10
Alat dan bahan laboratorium Mesin hitung hemoglobin,
Stick proteinuria,
Tes Pack Pregnancy strip β
HCG
Lampu : 2 buah
4.3.2 Metode
4.3.2.1 Kunjungan ibu hamil K1 dan K4
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilan dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai dengan standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
11
kusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditentukan dalam
pemeriksaan). Diterapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan
yang dianjurkan sebagai berikut: minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal
1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar
waktu pelayanan antenatal care tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama.
K1 Murni adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada
umur kehamilan kurang dari 12 minggu, baik di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Kunjungan K4 adalah kunjungan ibu hamil dengan kontak 4 kali atau
lebih dengan tenaga kesehatan yang kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar (1-1-2). Kontak 4 kali sebagai berikut
dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester I (0-12 minggu), minimal 1
kali pada trimester II (12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester III (>24 minggu
sampai kelahiran). Kunjungan antenatal care bisa lebih dari 4 kali sesaui
kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.
Terdapat metode untuk Perawatan Kehamilan pada Kunjungan Ibu Hamil
(K4) dalam penerapannya terdiri atas 10T :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau
kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan
dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan
ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion)
12
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah dan
atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi
Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari
23,5 cm. ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesui dengan
13
status imunisasi T ibu saat itu. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan
status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
7. Pemberian tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tabley tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah
endermis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
9. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Kehamilan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi; Kesehatan ibu, Perilaku hidup bersih dan sehat, Peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, Tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifat serta kesiapan menghadapi komplikasi,
Asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, Penawaran
untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah terkontaminasi
HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan
pemberian ASI ekslusif, KB paska persalinan, Imunisasi, Peningkatan
kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
14
4.3.2.2 Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu Hamil merupakan salah satu sarana bagi ibu hamil untuk dapat
mengakses pelayanan kesehatan. Tujuan diadakan kelas ibu hamil adalah agar
ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku ibu
agar memahami tentang menjaga kehamilan, persiapan persalinan, perawatan
nifas dan perawatan Bayi baru lahir dengan menggunakan Buku KIA.
1. Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di wilayah
kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan
umur kehamilannya sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap
kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun
waktu tertentu misalnya, selama satu tahun.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya
tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai Pertemuan,
Posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar
menggunakan, tikar/karpet, bantal dan lain-lain jika tersedia.
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan
kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur
kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.
5. Siapkan tim pelaksana yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika
diperlukan
15
2. Register kohort ibu hamil: buku register untuk mencatat setiap ibu hamil
yang diperiksa.
3. Buku KIA: buku untuk memantau perkembangan kesehatan ibu hamil
setiap kali pemeriksaan kehamilan, dipegang oleh ibu hamil.
Pelaporan
1. Laporan Bulanan KIA (LB3): merupakan formulir pelaporan KIA untuk
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
2. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak):
Setiap bulannya, Puskesmas melakukan pencatatan PWS KIA
berdasarkan data pencatatan di Puskesmas. Selain itu data sasaran juga
diperoleh dengan mengumpulkan data yang berasal dari lintas program
dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerja.
4.3.3 Proses
4.3.3.1 Perencanaan
1. Merencanakan perawatan kehamilan bagi ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas. Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-
14.00 WIB di poliklinik KIA dan di bidan bertanggung jawab sebagai
pelaksana pada setiap diadakan posyandu dan di puskesmas dimana
penerapannya terdiri atas 10T (Timbang, Tensi, Tinggi badan, status gizi/
LILA, Tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin, Tetanus Toksoid, Tablet Fe, pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus bila ada indikasi, Tatalaksana kasus, Temu wicara).
2. Melakukan pendeteksian dini risiko tinggi pada ibu hamil bersamaan saat
pemeriksaan 10T yang dilakukan oleh bidan setiap hari kerja di Puskesmas
atau di Posyandu.
3. Kelas Ibu Hamil, 4 kali dalam 1 bulan di 1 desa, dengan jarak 1 minggu
pada tiap pertemuannya. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang
ibu hamil umur kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.
16
4. Merencanakan kunjungan rumah ke ibu hamil yang risiko tinggi dan
sedang satu kali setiap bulan dimana bidan desa masing-masing
bertanggungjawab sebagai pelaksana.
5. Pencatatan dan pelaporan :
Pencatatan : akan dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-14.00 WIB.
Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.
4.3.3.2 Pengorganisasian
Terdapat bagan pengorganisasian program Cakupan Pelayanan Anak
Balita. Bidan pelaksana Kesehatan Ibu dan Anak sebagai koordinator
program (programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi
dengan koordinator pelayanan SDIDTK dan tenaga pelaksana Gizi, bidan-
bidan KIA, bidan desa dan para kader posyandu untuk kemudian
melimpahkan tugas. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang
teratur dalam melaksanakan tugasnya (Bagan 2). Pengorganisasian dalam
program Cakupan Pelayanan Anak Balita dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas
Sebagai pemimpin dan pengkoordinasi pelaksanaan urusan Dinas
Kesehatan dengan melakukan pembinaan, pengendalian dan
memberikan fasilitasi terhadap pemberantasan penyakit, pelayanan
kesehatan, kesehatan keluarga serta promosi dan kesehatan
lingkungan.
Mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja
puskesmas Telagasari melalui Kepala Dinas Kesehatan Karawang,
untuk menciptakan masyarakat kecamatan Telagasari yang sehat,
kuat dan sejahtera.
b. Bagian Tata Usaha UPTD Puskesmas Telagasari
Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, kearsipan,
kepegawaian, perlengkapan, kehumasan, kerumahtanggaan,
penyusunan program, evaluasi dan pelaporan, sesuai peraturan
17
yang berlaku guna kelancaran program kerja dalam
kesekretariatan.
c. Koordinator Program Kesehatan Ibu dan Anak
Bertanggung jawab terhadap cakupan dan keberhasilan indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KIA di
Posyandu.
Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA).
Perencanaan, pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
d. Koordinator pelayanan SDIDTK
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan SDIDTK di
Posyandu dan wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari.
Bertanggung jawab memberikan penyegaran pelatihan terhadap
bidan desa mengenai cara deteksi dini tumbuh kembang anak.
e. Tenaga Pelaksana Gizi
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan Upaya Perbaikan Gizi
Keluarga serta sebagai pemantau berkala perkembangan gizi anak
balita.
f. Bidan Desa
Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan anak balita di Posyandu
Kepala
Puskesmas
Bidan
Koordinator
KIA
Penanggung Penanggung
Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung
Jawab MTBS & Jawang
Jawab Poned Jawab IVA Jawab Laporan Jawab KB
SDIDTK Imunisasi
18
4.3.3.3 Pelaksanaan
1. Dilakukan perawatan kehamilan 10T oleh bidan setiap kunjungan ibu
hamil pada hari kerja pada pukul 08.00-14.00 WIB di poli KIA dan setiap
diadakan Posyandu.
2. Pemberian tablet zat besi Fe1 dan Fe3 : Dilakukan setiap hari kerja pada pkl
08.00-14.00 WIB.
3. Pemberian imunisasi TT : Dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-
14.00 WIB.
4. Dilaksanakannya pendeteksian dini risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil
pada saat pemeriksaan 10T saat kunjungan ibu hamil yang dilakukan bidan
setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 di Puskesmas Telagasari atau
posyandu.
5. Pelaksanaan kelas ibu hamil yang dilakukan bidan desa dengan waktu
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh puskesmas dengan peserta kelas ibu
hamil.
6. Kunjungan rumah akan dilakukan minimal 1 bulan sekali oleh bidan desa
dengan sasaran ibu hamil dengan risiko tinggi dan sedang
7. Pencatatan dilakukan setiap hari kerja dan dilakukan pelaporan setiap awal
bulan.
4.3.3.4 Pengawasan
1. Pengawasan kepala Puskesmas rapat bulanan :
Ada, tiap bulan diadakan rapat dan dipimpin oleh kepala Puskesmas untuk
mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana.
2. Pencatatan dan pelaporan bulanan :
Ada, 1x/bulan dilaporkan hasil pencatatan dari setiap sektor yang
berkaitan dengan program kepada kepala Puskesmas dan ditandatangani
oleh kepala Puskesmas.
4.3.4 Keluaran
4.3.4.1 Sasaran Ibu Hamil dalam Satu Tahun
19
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan
rumus :
Sasaran ibu hamil = 1,1 x Angka Kelahiran Kasar (CBR) x Jumlah Penduduk
Sasaran ibu hamil = 1,1 x 24,2/1000 x 63,782 = 1.694.
Cakupan K1 = 74.02%
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖– 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
Besar Masalah = 𝑥 100%
𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖
90.00 – 74.02%
Besar Masalah = 𝑥 100%= 17.75%
90
20
= x 100 %
1.694
Cakupan K4 = 68.94 %
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖– 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
Besar Masalah = 𝑥 100%
𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖
90.00 – 68.94%
Besar Masalah = 𝑥 100%= 23.40%
90
4.3.5 Lingkungan
4.3.5.1 Lingkungan Fisik
Lokasi :
Mudah dicapai oleh ibu hamil
Transportasi :
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti
angkutan umum namun cukup jarang.
21
Jalur jalan raya tidak rata dan sukar dilalui oleh prasarana
trasportasi darat. Terdapat beberapa bagian desa yang hanya bisa
dijangkau dengan kendaraan dua roda saja.
Fasilitas kesehatan :
Adanya fasilitas kesehatan yang lain yakni 15 bidan praktek swasta
yang dapat dijangkau untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
4.3.7 Dampak
1. Dampak langsung: Belum dapat dinilai Angka Kesakitan Ibu, Angka
Kematian Ibu, dan Angka Kematian Bayi.
2. Dampak tidak langsung: Belum dapat dinilai peningkatan pelayanan
kesehatan ibu, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
22
Bab V
Pembahasan
II Proses
1. Kelas Ibu Dilakukan. Ibu hamil kurang
Hamil Seorang ibu aktif mengikuti
hamil harus kelas ibu hamil dan
mendapatkan 3 pencatatan daftar
(+)
kali mengikuti nama ibu hamil
kelas ibu hamil yang mengikuti
kelas ibu hamil
kurang lengkap
2. Kunjungan Dilakukan Rutin dilakukan.
Rumah Ibu minimal 1 bulan
Hamil sekali oleh
bidan desa
dengan sasaran (-)
ibu hamil
dengan risiko
tinggi dan
sedang.
3. Pencatatan dan Menggunakan Kurang Lengkap.
Pelaporan kartu ibu, buku
(+)
KIA, register
kohort ibu
hamil.
Menggunakan
laporan bulanan,
pemantauan
wilayah
setempat KIA
tahunan
III Masukan
1. Media promosi Ada Penyebaran dari
pelayanan media promosi kurang (+)
antenatal care merata
Keterangan : ⊕ = Bermasalah
24
Bab VI
Perumusan Masalah
26
Bab VII
Prioritas Masalah
Pada keluaran hanya didapatkan dua masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas
masalah.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah :
1. Cakupan K4 sebesar 68.94 %, dari target 90 %.
Penyebab dari unsur proses :
Penyebab Masalah:
a. Masukan
Kurangnya media promosi di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat
umum, serta kurangnya pemanfaatan buku KIA.
b. Proses
Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pemeriksaan kehamilan secara
berkala oleh tenaga kesehatan.
Kurangnya koordinasi antara bidan desa dan di bidan puskesmas setempat
dalam pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas tersebut sehingga menyebabkan data yang terkumpul bisa
menjadi tidak akurat.
Pelaksanaan kunjungan rumah ibu hamil tidak ada pencatatan dan
pelaporan sehingga tidak dapat diketahui berapa jumlah ibu hamil yang
memilki resiko tinggi dalam kehamilan.
Kurangnya kedisiplinan ibu hamil untuk membawa buku KIA setiap kali
melakukan pemeriksaan.
c. Lingkungan
Beberapa keluarga dan ibu hamil masih mempercayakan
pemeriksaan kehamilannya ke dukun atau paraji
Ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care ditempat yang berbeda
atau ganti – ganti bidan desa.
Tingkat pendidikan dan ekonomi di masyarakat di wilayah kerja
puskesmas rata-rata masih rendah sehingga pengetahuan sikap dan
perilaku ibu hamil terhadap kesehatan dan keselamatan ibu serta janin
yang di kandungnya masih kurang.
28
8.2 Masalah :
2. Cakupan K1 sebesar 74.02 %, dari target 90 %.
Penyebab dari unsur proses :
Penyebab Masalah:
a. Masukan
Kurangnya media promosi di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat
umum.
d. Proses
Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pemeriksaan kehamilan secara
berkala oleh tenaga kesehatan.
Kurangnya koordinasi antara kader, bidan desa dan di bidan puskesmas
setempat dalam pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas tersebut sehingga menyebabkan data yang terkumpul
bisa menjadi tidak akurat.
c. Lingkungan
Beberapa keluarga dan ibu hamil masih mempercayakan
pemeriksaan kehamilannya ke dukun atau paraji
Tingkat pendidikan dan ekonomi di masyarakat di wilayah kerja
puskesmas rata-rata masih rendah sehingga pengetahuan sikap dan
perilaku ibu hamil terhadap kesehatan dan keselamatan ibu serta janin
yang di kandungnya masih kurang.
Penyelesaian Masalah:
Meningkatkan promosi kesehatan mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan terutama diawal kehamilan memasuki
usia kehamilan kurang dari 12 minggu hingga paling sedikit melakukan
pemeriksaan 4 kali semasa hamil.
Mengadakan penyuluhan kelompok yang disesuaikan dengan tingkat
pendidikan ibu hamil, agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya serta resiko tinggi dalam kehamilan sehingga ibu hamil
29
memiliki kesadaran untuk memeriksakan sendiri kehamilannya di fasilitas
kesehatan.
Melakukan penyuluhan di ruang tunggu puskesmas menggunakan buku
KIA ibu hamil.
Menghimbau kepada seluruh kepada ibu hamil untuk selalu membawa
buku KIA sewaktu melakukan pemeriksaan berkala kehamilan.
Mencatat dan mengumpulkan setiap data yang didapat baik itu dari bidan
desa, maupun bidan swasta secara agar mempermudah mengakses ibu
hamil yang sudah aman untuk melakukan persalinan di rumah maupun di
tempat bidan desa.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kunjungan rumah ibu hamil.
Memberikan penghargaan bagi bidan desa dan kader yang aktif sehingga
mendorong minat dan semangat para bidan untuk terus memberikan yang
terbaik.
30
Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pelayanan K1 dan K4 dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pelayanan K1 dan K4 di UPTD
Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang periode Desember 2017
hingga November 2018 masih ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
proritas masalah, yaitu:
Cakupan K1 sebesar 74.02 %, dari target 90.00%.
Cakupan K4 sebesar 68.94 %, dari target 90.00%.
9.2 Saran
Saran untuk Puskesmas Telagasari :
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 yang mempunyai besar masalah
17.75% dan 23.40% :
a. Mengoptimalkan kunjungan para kader dan bidan desa untuk
melakukan penyuluhan baik itu ketika kunjungan rumah maupun saat di
puskesmas dan mendata ibu hamil yang belum melakukan kunjungan
kehamilan dan melakukan pelayanan konseling atau temu wicara yang
membicarakan mengenai risiko pada kehamilan dan tanda bahaya yang dapat
timbul pada kehamilan.
b. Melakukan pendekatan terhadap kepala desa, tokoh masyarakat ataupun
tokoh agama dengan cara memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan
agar mereka bisa membina dan meyampaikan ke masyarakat terutama ibu
hamil saat pertemuan di balai desa ataupun ditempat ibadah
c. Melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan lebih banyak lagi baik dengan
media buku KIA, leaflet, poster ataupun berupa bimbingan kelas ibu hamil.
Agar para ibu hamil memiliki pengetahuan mengenai bagaimana bahayanya
kehamilan yang tidak dipantau secara berkala.
31
d. Menghimbau ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya untuk selalu
membawa buku KIA untuk pendataan dan melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya buku KIA bagi Ibu dan anaknya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan dengan baik, agar mempermudah
mengetahui dan mengantisipasi terjadinya komplikasi dalam kehamilan.
Pencatatan dapat dilakukan melalui kelas ibu hamil.
32
Daftar Pustaka
33