Anda di halaman 1dari 33

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di dunia
masih terbilang tinggi. Menurut data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2015, ada sekitar 289 ribu ibu di dunia meninggal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan.1 AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
dan terjatuh, di setiap 100.000 kelahiran hidup (KH). Secara global, AKI
digunakan sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan upaya kesehatan ibu di
suatu negara atau wilayah.1,2 Di Indonesia angka kematian ibu merupakan angka
tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016 mengatakan bahwa
angka kematian ibu di Indonesia mencapai 235 per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Jawa Barat tahun
2016, tercatat 84,78 per 100.000 kelahiran hidup. Dan jika dilihat berdasarkan
Kabupaten/Kota, proporsi kematian maternal pada ibu antara 18,06/100.000 KH –
169,09/100.000 KH, tertinggi terdapat di Kabupaten Indramayu dan terendah di
Kota Cirebon. Kota Karawang sendiri tercatat angka kematian ibu sebesar 124,69
per 100.000 KH.
Kesehatan ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang menjadi
perhatian dunia. Target global SDGs (Suitainable Development Goals) adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 KH. Sustainable
Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang
menjadi acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di
dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium Development Goals
(MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015. SDGs memiliki beberapa tujuan,
diantaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang di segala usia, dengan salah satu outputnya mengurangi Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2030.

1
Peningkatan AKI dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan melalui
antenatal care (ANC) secara teratur. Pemeriksaan Antenatal Care adalah
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Indikator yang digunakan untuk mengambarkan akses ibu hamil terhadap
pelayanan antenatal adalah cakupan K1 atau kontak pertama dan K4 atau kontak 4
kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, sesuai standart.
Cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013-2015
mengalami fluktuasi. Tahun 2013 cakupan K1 95,25 % dan K4 86,85 %. Tahun
2014 cakupan K1 dan K4 turun dibanding tahun sebelumnya, K1 94,99 % dan K4
86,70 % sedangkan tahun 2015 angka cakupan K1 dan K4 mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya, K1 95,75 % dan K4 87,48 %.6 Cakupan
Pelayanan K1 dan K4 dari tahun 2008 sampai 2016 di Provinsi Jawa Barat
cenderung meningkat. Begitu juga dengan angka mangkir antara cakupan K1 dan
K4 berfluktuatif tetapi cenderung menurun hingga pada tahun 2016 angka
mangkir masih terdapat 6,92 %. Pelayanan Kunjungan Ibu Hamil Pertama pada di
Provinsi Jawa Barat tahun 2016, sebanyak 1.028.526 Bumil dari sasaran 975.780
Bumil (105,4%), dan Kunjungan K4 sebanyak 961.017 Bumil (98,5%), terdapat
67.509 Bumil yang mangkir (Drop out) pada kunjungan K4 (6.92%). Kota
karawang sendiri tercatat angka mangkir pelayanan bumil K4 sebesar 5,48%.
Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, menjalankan
pelayanan kunjungan ibu hamil yang termasuk dalam Program Pokok Puskesmas.
Pada Desember 2017 sampai dengan November 2018, cakupan kunjungan K1 di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari, Kabupaten Karawang adalah
sebanyak 74.02% dan K4 68.94% dari target 90%.

1.2 Rumusan Masalah


Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2016
mengatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 235 per 100.000
kelahiran hidup. Kota Karawang sendiri tercatat angka kematian ibu sebesar
124,69 per 100.000 KH. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih jauh dari

2
target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 yakni 70 per 100.000
kelahiran hidup. Pelayanan K1 di Provinsi Jawa Barat tahun 2016, sebanyak
105,4% dan Kunjungan K4 sebanyak 98,5%, terdapat 6.92% yang mangkir (Drop
out) pada kunjungan K4. Data KIA Kabupaten Karawang tahun 2017 (K1) adalah
95.03% dan (K4) adalah 92.33% dari 100%. Cakupan K4 Januari 2017 hingga
Desember 2017 di Puskesmas Telagasari adalah sebesar 64.03%. Sedangkan,
cakupan K1 pada periode Desember 2017 hingga November 2018 di Puskesmas
Telagasari meningkat yakni sebesar 74.02% dan K4 sebesar 68.94%.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah dalam pelayanan kesehatan ibu hamil (Antenatal Care)
di UPTD Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang periode
Desember 2017 hingga November 2018 sehingga dapat diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus


Diketahuinya cakupan akses kunjungan ibu hamil khususnya cakupan
kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Karawang periode Desember 2017 sampai dengan November 2018.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi
program dengan pendekatan sistem.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengevaluasi program, khususnya
program Antenatal Care.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi
5. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

3
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai
universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas

1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi


Dengan adanya masukan berupa hasil evaluasi dan saran sederhana yang
diusulkan, diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi Puskesmas
Kecamatan Telagasari, Karawang dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas program Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, sehingga mutu dari pada
pelayanan Puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan ibu hamil.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Menjadi bahan informasi bagi masyarakat bahwa program Pelayanan
Antenatal memiliki peranan penting, selain untuk mengetahui masalah
kependudukan, juga untuk meningkatkan kesejahteraan ibu hamil dalam
masyarakat itu sendiri.

1.5 Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari,
Kabupaten Karawang periode Desember 2017 sampai dengan November 2018.

4
Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini adalah dibawah Program
Pelayanan Antenatal Care berdasarkan Laporan Bulanan KIA dan Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) di UPTD Puskesmas
Telagasari, Kabupaten Karawang periode Desember 2017 hingga November
2018. Indikator kegiatan yang dievaluasi adalah :
1. Kunjungan ibu hamil (K1)
2. Kunjungan ibu hamil (K4)

2.2 Metoda
Evaluasi dilakukan dengan cara mengukur cakupan kegiatan yang
berkaitan dan mempengaruhi keberhasilan program pelayanan antenatal terpadu
dibawah Program Kesehatan Ibu dan Anak dan membandingkan cakupan
kunjungan ibu hamil K4 terhadap tolak ukur yang sudah ditetapkan dengan
mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, analisis data
dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat
ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program pelayanan antenatal
terpadu di Puskesmas Kecamatan Telagasari, kemudian dibuat usulan dan saran
sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang
ditemukan dari unusr-unsur sistem.

5
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Kerangka Teoritis

5
Lingkungan

1 2 3 6

Masukan Proses Keluaran Dampak

4
Umpan balik

Bagan 1. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan
pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari
elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem, dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, dan
terdiri dari unsur berikut yang merupakan variabel dalam melaksanakan
evaluasi program Pelayanan Antenatal (ANC) yaitu:
 Tenaga (man)
 Dana (money)
 Sarana (material)
 Metode (methods)
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan, yang terdiri dari unsur berikut merupakan variabel dalam
melaksanakan evaluasi program ANC yaitu:

6
 Perencanaan (planning)
 Organisasi (organization)
 Pelaksanaan (actuating)
 Pengawasan (controlling)
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem.
4. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem
dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
sistem tapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2 Variabel dan Tolak Ukur


Tolak ukur terdiri atas variabel-variabel : masukan, proses, keluaran, lingkungan,
umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam program pelayanan antenatal terpadu.

7
Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari :
1. Data Demografi Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang tahun 2018.
2. Data Geografi Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang tahun 2018.
3. Laporan Bulanan KIA (LB3) Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten
Karawang tahun 2017 dan 2018.
4. Pemantauan Wilayah Setempat KIA Puskesmas Telagasari, Kabupaten
Karawang tahun 2017 dan 2018.

4.2 Data Umum


4.2.1Data Geografi
4.2.1.1 Lokasi Puskesmas
UPTD Puskesmas Telagasari berada di jalan Raya Telagasari, Talagasari,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. UPTD Puskesmas Telagasari berjarak +1 km
dari kantor Kecamatan Telagasari dan + 15 km dengan Kantor Pemda Kabupaten
Karawang dengan waktu tempuh + 35 menit menggunakan roda empat.

4.2.1.2 Luas Wilayah Kerja


UPTD Puskesmas Telagasari terletak di desa Talagasari Kecamatan
Telagasari, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah 4.670,7 Ha
yang terdiri dari tanah darat: 865,9 Ha. Pesawahan : 3.804,8 Ha, dan merupakan
daerah dataran rendah yang hanya + 15 Km diatas permukaan air laut. Puskesmas
Telagasari memiliki wilayah kerja terdiri dari 14 Desa (Desa Pasirtalaga, Desa
Talagamulya, Desa Cariumulya, Desa Cilewo, Desa Linggarsari, Desa Pulosari,
Desa Ciwulan, Desa Kalijaya, Desa Cadas Kertajaya, Desa Kalibuaya, Desa
Talagasari, Desa Pasirmukti, Desa Pasirkamuning, Desa Kalisari), 49 Dusun, 65
RW, dan 181 RT. Jarak desa terjauh ke Puskesmas yaitu 7,5 km dengan waktu
tempuh terlama adalah 30 menit dan jarak terdekat yaitu 50 m dengan waktu
tempuh tercepat adalah 2 menit dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh
desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari relatif terjangkau.

4.2.1.3 Batas-batas wilayah kerja Telagasari:


 Sebelah Utara : Puskesmas Kec. Tempuran
 Sebelah Selatan : Puskesmas Kec. Majalaya
 Sebelah Barat : Puskesmas Kec. Majalaya
 Sebelah Timur : Puskesmas Kec. Lemahabang

4.2.2 Data Demografi


a Jumlah penduduk yang mendiami wilayah kerja UPTD Puskesmas
Telagasari, Kabupaten Karawang tahun 2017 ialah sebanyak 63.782 jiwa,
dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki mencapai 31.737 jiwa, dan
jumlah penduduk perempuan mencapai 32.045 jiwa.
b UPTD Puskesmas Telagasari memiliki 22.745 KK dengan KK terbanyak
mendiami Desa Pasirtalaga.
c Tingkat pendidikan tahun 2017 terbanyak ditempati oleh lulusan SD,
sebanyak 16.401 jiwa dengan tingkat pendidikan dengan jumlah paling
rendah ditempati oleh lulusan Perguruan Tinggi.
d Penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari tahun 2017
dengan mata pencaharian petani menempati jumlah terbanyak sebanyak
9.379 jiwa dari penduduk di wilayah Telagasari.
e Jumlah penduduk miskin tahun 2017 di wilayah Telagasari sebanyak
33.085 jiwa.
f Agama yang dianut sebagian besar penduduk tahun 2017 adalah agama
Islam dengan persentase 99% dan agama Kristen protestan 0,7%, Katholik
0,3%, 0% Hindu, dan Buddha adalah 0%.

4.2.3 Jenis Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Telagasari meliputi :
1. Puskesmas induk : 1 Buah
2. Puskesmas Pembantu : 1 Buah

9
3. Klinik 24 Jam : 1 Buah
4. Praktek Dokter Swasta : 8 Buah
5. Apotik : 1 Buah
6. Praktek Bidan Swasta : 28 buah
7. Posyandu : 74 Buah
8. Posbindu : 13 Buah
9. Pusling : 14 Desa.

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
4.3.1.1 Tenaga (Man)
 Dokter : 2 orang
 Koordinator program KIA : 1 orang
 Bidan Puskesmas : 30 orang
 Bidan Swasta : 15 orang
4.3.1.2 Dana (Money)
 Dana Anggaran Umum atau Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Karawang (Tingkat II).
 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) UPTD Puskesmas Telagasari.
4.3.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana Medis
1. Medis
 Meja ginekologi : 1 buah
 Doppler : 3 set
 Timbangan Dewasa : 3 buah

 Pita pengukur : 2 buah

 Tensimeter : 2 buah

 Stetoskop
: 2 buah
 USG dan monitor
: - set
 Tablet besi
: Tersedia
 Vaksin TT dan alat suntik
: Tersedia

10
 Alat dan bahan laboratorium Mesin hitung hemoglobin,
Stick proteinuria,
Tes Pack Pregnancy strip β
HCG

Sarana Non Medis


 Ruang KIA : 1 ruangan
 Ruang PONED : - ruangan
 Ruang USG : - ruangan

 Kursi tunggu : 6 buah

 Lampu : 2 buah

 Lemari Alat : 2 buah


: 1 buah
 Lemari Obat
: Ada
 Kasa steril
: 2 buah
 Meja administrasi
: 4 buah
 Tempat sampah
: 3 buah
 Tempat tidur ibu hamil
: Ada
 Meja instrument stainless
: Ada
 Alat peraga penyuluhan
: Ada
 Buku KIA
: Ada
 Buku pencatatan hasil imunisasi
: Ada
 Buku pencatatan stok vaksin
: Ada
 Kartu pencatatan suhu lemari es : Ada
 Kartu pencatatan suhu freeezer

4.3.2 Metode
4.3.2.1 Kunjungan ibu hamil K1 dan K4
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilan dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai dengan standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan

11
kusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditentukan dalam
pemeriksaan). Diterapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan
yang dianjurkan sebagai berikut: minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal
1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar
waktu pelayanan antenatal care tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama.
K1 Murni adalah jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada
umur kehamilan kurang dari 12 minggu, baik di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Kunjungan K4 adalah kunjungan ibu hamil dengan kontak 4 kali atau
lebih dengan tenaga kesehatan yang kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar (1-1-2). Kontak 4 kali sebagai berikut
dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester I (0-12 minggu), minimal 1
kali pada trimester II (12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester III (>24 minggu
sampai kelahiran). Kunjungan antenatal care bisa lebih dari 4 kali sesaui
kebutuhan/indikasi dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.
Terdapat metode untuk Perawatan Kehamilan pada Kunjungan Ibu Hamil
(K4) dalam penerapannya terdiri atas 10T :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau
kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan
dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan
ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD
(Cephalo Pelvic Disproportion)

12
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah dan
atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).
3. Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas/LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi
Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi
dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari
23,5 cm. ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat
kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasi T-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesui dengan

13
status imunisasi T ibu saat itu. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan
status imunisasi T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
7. Pemberian tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tabley tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin
adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil
yaitu golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah
endermis (malaria, HIV, dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
9. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Kehamilan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi; Kesehatan ibu, Perilaku hidup bersih dan sehat, Peran
suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, Tanda bahaya
pada kehamilan, persalinan dan nifat serta kesiapan menghadapi komplikasi,
Asupan gizi seimbang, gejala penyakit menular dan tidak menular, Penawaran
untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah terkontaminasi
HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan
pemberian ASI ekslusif, KB paska persalinan, Imunisasi, Peningkatan
kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)

14
4.3.2.2 Kelas Ibu Hamil
Kelas Ibu Hamil merupakan salah satu sarana bagi ibu hamil untuk dapat
mengakses pelayanan kesehatan. Tujuan diadakan kelas ibu hamil adalah agar
ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku ibu
agar memahami tentang menjaga kehamilan, persiapan persalinan, perawatan
nifas dan perawatan Bayi baru lahir dengan menggunakan Buku KIA.
1. Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di wilayah
kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan
umur kehamilannya sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap
kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun
waktu tertentu misalnya, selama satu tahun.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya
tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai Pertemuan,
Posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar
menggunakan, tikar/karpet, bantal dan lain-lain jika tersedia.
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan
kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur
kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.
5. Siapkan tim pelaksana yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika
diperlukan

4.3.2.3 Kunjungan rumah ibu hamil


Kunjungi rumah minimal 1x/bulan, untuk memeriksakan keadaan
kesehatan ibu hamil dan janinnya dengan menghitung DJJ terutama pada
kasus ibu hamil dengan risiko tinggi dan sedang serta memberikan
edukasi tentang menjaga kehamilannya oleh bidan desa setempat.

4.3.2.4 Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan
1. Kartu ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di fasilitas kesehatan

15
2. Register kohort ibu hamil: buku register untuk mencatat setiap ibu hamil
yang diperiksa.
3. Buku KIA: buku untuk memantau perkembangan kesehatan ibu hamil
setiap kali pemeriksaan kehamilan, dipegang oleh ibu hamil.

Pelaporan
1. Laporan Bulanan KIA (LB3): merupakan formulir pelaporan KIA untuk
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
2. PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak):
Setiap bulannya, Puskesmas melakukan pencatatan PWS KIA
berdasarkan data pencatatan di Puskesmas. Selain itu data sasaran juga
diperoleh dengan mengumpulkan data yang berasal dari lintas program
dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerja.

4.3.3 Proses
4.3.3.1 Perencanaan
1. Merencanakan perawatan kehamilan bagi ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas. Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-
14.00 WIB di poliklinik KIA dan di bidan bertanggung jawab sebagai
pelaksana pada setiap diadakan posyandu dan di puskesmas dimana
penerapannya terdiri atas 10T (Timbang, Tensi, Tinggi badan, status gizi/
LILA, Tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi janin dan denyut jantung
janin, Tetanus Toksoid, Tablet Fe, pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus bila ada indikasi, Tatalaksana kasus, Temu wicara).
2. Melakukan pendeteksian dini risiko tinggi pada ibu hamil bersamaan saat
pemeriksaan 10T yang dilakukan oleh bidan setiap hari kerja di Puskesmas
atau di Posyandu.
3. Kelas Ibu Hamil, 4 kali dalam 1 bulan di 1 desa, dengan jarak 1 minggu
pada tiap pertemuannya. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang
ibu hamil umur kehamilan antara 4 sampai 36 minggu.

16
4. Merencanakan kunjungan rumah ke ibu hamil yang risiko tinggi dan
sedang satu kali setiap bulan dimana bidan desa masing-masing
bertanggungjawab sebagai pelaksana.
5. Pencatatan dan pelaporan :
 Pencatatan : akan dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-14.00 WIB.
 Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.

4.3.3.2 Pengorganisasian
Terdapat bagan pengorganisasian program Cakupan Pelayanan Anak
Balita. Bidan pelaksana Kesehatan Ibu dan Anak sebagai koordinator
program (programmer), kemudian programmer melakukan koordinasi
dengan koordinator pelayanan SDIDTK dan tenaga pelaksana Gizi, bidan-
bidan KIA, bidan desa dan para kader posyandu untuk kemudian
melimpahkan tugas. Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang
teratur dalam melaksanakan tugasnya (Bagan 2). Pengorganisasian dalam
program Cakupan Pelayanan Anak Balita dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas
 Sebagai pemimpin dan pengkoordinasi pelaksanaan urusan Dinas
Kesehatan dengan melakukan pembinaan, pengendalian dan
memberikan fasilitasi terhadap pemberantasan penyakit, pelayanan
kesehatan, kesehatan keluarga serta promosi dan kesehatan
lingkungan.
 Mempertanggungjawabkan dan melaporkan hasil kinerja
puskesmas Telagasari melalui Kepala Dinas Kesehatan Karawang,
untuk menciptakan masyarakat kecamatan Telagasari yang sehat,
kuat dan sejahtera.
b. Bagian Tata Usaha UPTD Puskesmas Telagasari
 Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, kearsipan,
kepegawaian, perlengkapan, kehumasan, kerumahtanggaan,
penyusunan program, evaluasi dan pelaporan, sesuai peraturan

17
yang berlaku guna kelancaran program kerja dalam
kesekretariatan.
c. Koordinator Program Kesehatan Ibu dan Anak
 Bertanggung jawab terhadap cakupan dan keberhasilan indikator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA).
 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KIA di
Posyandu.
 Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA).
 Perencanaan, pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
d. Koordinator pelayanan SDIDTK
 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan SDIDTK di
Posyandu dan wilayah kerja UPTD Puskesmas Telagasari.
 Bertanggung jawab memberikan penyegaran pelatihan terhadap
bidan desa mengenai cara deteksi dini tumbuh kembang anak.
e. Tenaga Pelaksana Gizi
 Bertanggung jawab dalam pelaksanaan Upaya Perbaikan Gizi
Keluarga serta sebagai pemantau berkala perkembangan gizi anak
balita.
f. Bidan Desa
 Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan anak balita di Posyandu

Kepala
Puskesmas

Bidan
Koordinator
KIA

Penanggung Penanggung
Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung
Jawab MTBS & Jawang
Jawab Poned Jawab IVA Jawab Laporan Jawab KB
SDIDTK Imunisasi

Bagan 2. Pengorganisasian Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


UPTD Puskesmas Telagasari, Kabupaten Karawang.

18
4.3.3.3 Pelaksanaan
1. Dilakukan perawatan kehamilan 10T oleh bidan setiap kunjungan ibu
hamil pada hari kerja pada pukul 08.00-14.00 WIB di poli KIA dan setiap
diadakan Posyandu.
2. Pemberian tablet zat besi Fe1 dan Fe3 : Dilakukan setiap hari kerja pada pkl
08.00-14.00 WIB.
3. Pemberian imunisasi TT : Dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-
14.00 WIB.
4. Dilaksanakannya pendeteksian dini risiko tinggi kehamilan pada ibu hamil
pada saat pemeriksaan 10T saat kunjungan ibu hamil yang dilakukan bidan
setiap hari kerja pukul 08.00-14.00 di Puskesmas Telagasari atau
posyandu.
5. Pelaksanaan kelas ibu hamil yang dilakukan bidan desa dengan waktu
sesuai jadwal yang ditetapkan oleh puskesmas dengan peserta kelas ibu
hamil.
6. Kunjungan rumah akan dilakukan minimal 1 bulan sekali oleh bidan desa
dengan sasaran ibu hamil dengan risiko tinggi dan sedang
7. Pencatatan dilakukan setiap hari kerja dan dilakukan pelaporan setiap awal
bulan.

4.3.3.4 Pengawasan
1. Pengawasan kepala Puskesmas rapat bulanan :
Ada, tiap bulan diadakan rapat dan dipimpin oleh kepala Puskesmas untuk
mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan rencana.
2. Pencatatan dan pelaporan bulanan :
Ada, 1x/bulan dilaporkan hasil pencatatan dari setiap sektor yang
berkaitan dengan program kepada kepala Puskesmas dan ditandatangani
oleh kepala Puskesmas.

4.3.4 Keluaran
4.3.4.1 Sasaran Ibu Hamil dalam Satu Tahun

19
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan
rumus :
Sasaran ibu hamil = 1,1 x Angka Kelahiran Kasar (CBR) x Jumlah Penduduk
Sasaran ibu hamil = 1,1 x 24,2/1000 x 63,782 = 1.694.

4.3.4.2 Cakupan kunjungan ibu hamil K1 Murni


Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun = 1.694 ibu hamil. Data yang
digunakan dari Desember 2017 sampai dengan November 2018. Jumlah
kunjungan K1 (periode Desember 2017 sampai dengan November 2018) =
orang ibu hamil.

Jumlah kunjungan bumil K1


Di Kecamatan =
Telagasari Jumlah sasaran ibu hamil x100%
1.254
= x 100 %
1.694

Cakupan K1 = 74.02%
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖– 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
Besar Masalah = 𝑥 100%
𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖

90.00 – 74.02%
Besar Masalah = 𝑥 100%= 17.75%
90

4.3.4.3 Cakupan kunjungan ibu hamil K4


Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun = 1.694 ibu hamil. Data yang
digunakan dari Desember 2017 sampai dengan November 2018. Jumlah
kunjungan K1 (periode Desember 2017 sampai dengan November 2018) =
1.064 orang ibu hamil.
Jumlah kunjungan bumil K4
Di Kecamatan = x 100 %
Telagasari Jumlah sasaran ibu hamil
1.168

20
= x 100 %
1.694
Cakupan K4 = 68.94 %
𝐸𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖– 𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
Besar Masalah = 𝑥 100%
𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑎𝑠𝑖

90.00 – 68.94%
Besar Masalah = 𝑥 100%= 23.40%
90

4.3.4.1 Cakupan penyuluhan


 Cakupan penyuluhan perorangan dilaksanakan setiap kali kunjungan
(100%).
 Cakupan penyuluhan kelompok tidak dapat dinilai karena data kurang
lengkap.

4.3.4.2 Cakupan kunjungan rumah ibu hamil


 Tidak dapat dinilai karena tidak didapatkan data

4.3.4.3 Catatan Dan Pelaporan


 Catatan dan Pelaporan kurang lengkap dikarenakan laporan yang
disajikan merupakan laporan kumulatif kedatangan ibu hamil ke semua
prasarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas dan bidan desa namun
tidak ada data dari swasta.

4.3.5 Lingkungan
4.3.5.1 Lingkungan Fisik
 Lokasi :
Mudah dicapai oleh ibu hamil
 Transportasi :
 Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti
angkutan umum namun cukup jarang.

21
 Jalur jalan raya tidak rata dan sukar dilalui oleh prasarana
trasportasi darat. Terdapat beberapa bagian desa yang hanya bisa
dijangkau dengan kendaraan dua roda saja.
 Fasilitas kesehatan :
Adanya fasilitas kesehatan yang lain yakni 15 bidan praktek swasta
yang dapat dijangkau untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

4.3.5.2 Lingkungan Non-Fisik


1. Pengetahuan
Kebanyakan ibu hamil masih kurang pengetahuannya mengenai
pentingnya pemeriksaan kehamilan atau perawatan pada saat hamil.
2. Budaya
Sebagian ibu hamil ada yang mengaku pergi memeriksakan kehamilannya
pada bidan praktik mandiri dan paraji.

4.3.6 Umpan Balik


1. Adanya pencatatan dan pelaporan tiap bulan sebagai masukan dalam
perencanaan program ANC selanjutnya. Namun terdapat beberapa kegiatan
dalam program ANC yang tidak dicatat secara lengkap, antara lain :
 Penyuluhan kelompok bagi ibu hamil
 Kunjungan rumah ibu hamil
2. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali
yang mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

4.3.7 Dampak
1. Dampak langsung: Belum dapat dinilai Angka Kesakitan Ibu, Angka
Kematian Ibu, dan Angka Kematian Bayi.
2. Dampak tidak langsung: Belum dapat dinilai peningkatan pelayanan
kesehatan ibu, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.

22
Bab V
Pembahasan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Cakupan di UPTD Puskesmas Telagasari


Dibandingkan dengan Tolak Ukur yang Telah Ditetapkan
No Variabel Tolak Ukur Cakupan Masalah
I Keluaran
Cakupan K1 90.00 % 74.02 % 17.75 %
Cakupan K4 90.00 % 68.94 % 23.40 %

II Proses
1. Kelas Ibu Dilakukan. Ibu hamil kurang
Hamil Seorang ibu aktif mengikuti
hamil harus kelas ibu hamil dan
mendapatkan 3 pencatatan daftar
(+)
kali mengikuti nama ibu hamil
kelas ibu hamil yang mengikuti
kelas ibu hamil
kurang lengkap
2. Kunjungan Dilakukan Rutin dilakukan.
Rumah Ibu minimal 1 bulan
Hamil sekali oleh
bidan desa
dengan sasaran (-)
ibu hamil
dengan risiko
tinggi dan
sedang.
3. Pencatatan dan Menggunakan Kurang Lengkap.
Pelaporan kartu ibu, buku
(+)
KIA, register
kohort ibu
hamil.
Menggunakan
laporan bulanan,
pemantauan
wilayah
setempat KIA
tahunan
III Masukan
1. Media promosi Ada Penyebaran dari
pelayanan media promosi kurang (+)
antenatal care merata

Keterangan : ⊕ = Bermasalah

24
Bab VI
Perumusan Masalah

6.1 Masalah Menurut Keluaran


1. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebesar 74.02% dari target 90.00% dengan
besar masalah 17.75 %.
2. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 68.94% dari target 90.00% dengan
besar masalah 23.40 %.

6.2 Masalah Menurut Proses


1. Kurang lengkapnya pelaporan bidan desa kepada bidan koordinator puskesmas.
2. Pelaksanaan penyuluhan kelompok sudah dilakukan namun pencatatan kurang
lengkap.
3. Ibu hamil tidak membawa buku KIA ketika ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan
4. Pelaksanaan kunjungan rumah ibu hamil tidak ada data tertulis

6.3 Masalah Menurut Lingkungan


1. Ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care ditempat yang berbeda atau
gunta – ganti bidan desa.
2. Kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya antenatal care pada mayoritas
penduduk di Kecamatan Telagasari
3. Adanya pasien yang memeriksakan kehamilannya di bidan atau klinik swasta
sehingga tidak tercatat
4. Adanya pemahaman pada ibu hamil itu sendiri bahwa jika sudah dekat kelahiran
tidak perlu dilakukan pemeriksaan lagi.

6.4 Masalah menurut Masukan


1. Media promosi seperti leaflet yang tersedia penempatannya kurang merata dan
tidak menonjol (eye catching) dan tidak adanya pembagian yang akan dibagikan
kepada ibu hamil.
2. Kurangnya pemanfaatan dan penjelasan mengenai buku KIA oleh tenaga
kesehatan kepada ibu hamil.
3. Kurang banyaknya kelas ibu hamil untuk menambah pengetahuan ibu hamil
akan kehamilannya.

26
Bab VII
Prioritas Masalah

Pada keluaran hanya didapatkan dua masalah, sehingga tidak dilakukan prioritas
masalah.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah :
1. Cakupan K4 sebesar 68.94 %, dari target 90 %.
Penyebab dari unsur proses :
Penyebab Masalah:
a. Masukan
 Kurangnya media promosi di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat
umum, serta kurangnya pemanfaatan buku KIA.
b. Proses
 Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pemeriksaan kehamilan secara
berkala oleh tenaga kesehatan.
 Kurangnya koordinasi antara bidan desa dan di bidan puskesmas setempat
dalam pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas tersebut sehingga menyebabkan data yang terkumpul bisa
menjadi tidak akurat.
 Pelaksanaan kunjungan rumah ibu hamil tidak ada pencatatan dan
pelaporan sehingga tidak dapat diketahui berapa jumlah ibu hamil yang
memilki resiko tinggi dalam kehamilan.
 Kurangnya kedisiplinan ibu hamil untuk membawa buku KIA setiap kali
melakukan pemeriksaan.
c. Lingkungan
 Beberapa keluarga dan ibu hamil masih mempercayakan
pemeriksaan kehamilannya ke dukun atau paraji
 Ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care ditempat yang berbeda
atau ganti – ganti bidan desa.
 Tingkat pendidikan dan ekonomi di masyarakat di wilayah kerja
puskesmas rata-rata masih rendah sehingga pengetahuan sikap dan
perilaku ibu hamil terhadap kesehatan dan keselamatan ibu serta janin
yang di kandungnya masih kurang.

28
8.2 Masalah :
2. Cakupan K1 sebesar 74.02 %, dari target 90 %.
Penyebab dari unsur proses :
Penyebab Masalah:
a. Masukan
 Kurangnya media promosi di puskesmas, posyandu dan tempat-tempat
umum.
d. Proses
 Kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pemeriksaan kehamilan secara
berkala oleh tenaga kesehatan.
 Kurangnya koordinasi antara kader, bidan desa dan di bidan puskesmas
setempat dalam pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil di wilayah
kerja puskesmas tersebut sehingga menyebabkan data yang terkumpul
bisa menjadi tidak akurat.
c. Lingkungan
 Beberapa keluarga dan ibu hamil masih mempercayakan
pemeriksaan kehamilannya ke dukun atau paraji
 Tingkat pendidikan dan ekonomi di masyarakat di wilayah kerja
puskesmas rata-rata masih rendah sehingga pengetahuan sikap dan
perilaku ibu hamil terhadap kesehatan dan keselamatan ibu serta janin
yang di kandungnya masih kurang.

Penyelesaian Masalah:
 Meningkatkan promosi kesehatan mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan terutama diawal kehamilan memasuki
usia kehamilan kurang dari 12 minggu hingga paling sedikit melakukan
pemeriksaan 4 kali semasa hamil.
 Mengadakan penyuluhan kelompok yang disesuaikan dengan tingkat
pendidikan ibu hamil, agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya serta resiko tinggi dalam kehamilan sehingga ibu hamil

29
memiliki kesadaran untuk memeriksakan sendiri kehamilannya di fasilitas
kesehatan.
 Melakukan penyuluhan di ruang tunggu puskesmas menggunakan buku
KIA ibu hamil.
 Menghimbau kepada seluruh kepada ibu hamil untuk selalu membawa
buku KIA sewaktu melakukan pemeriksaan berkala kehamilan.
 Mencatat dan mengumpulkan setiap data yang didapat baik itu dari bidan
desa, maupun bidan swasta secara agar mempermudah mengakses ibu
hamil yang sudah aman untuk melakukan persalinan di rumah maupun di
tempat bidan desa.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kunjungan rumah ibu hamil.
 Memberikan penghargaan bagi bidan desa dan kader yang aktif sehingga
mendorong minat dan semangat para bidan untuk terus memberikan yang
terbaik.

30
Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pelayanan K1 dan K4 dengan cara pendekatan sistem
dapat diambil kesimpulan bahwa program pelayanan K1 dan K4 di UPTD
Puskesmas Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang periode Desember 2017
hingga November 2018 masih ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
proritas masalah, yaitu:
 Cakupan K1 sebesar 74.02 %, dari target 90.00%.
 Cakupan K4 sebesar 68.94 %, dari target 90.00%.

9.2 Saran
Saran untuk Puskesmas Telagasari :
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 yang mempunyai besar masalah
17.75% dan 23.40% :
a. Mengoptimalkan kunjungan para kader dan bidan desa untuk
melakukan penyuluhan baik itu ketika kunjungan rumah maupun saat di
puskesmas dan mendata ibu hamil yang belum melakukan kunjungan
kehamilan dan melakukan pelayanan konseling atau temu wicara yang
membicarakan mengenai risiko pada kehamilan dan tanda bahaya yang dapat
timbul pada kehamilan.
b. Melakukan pendekatan terhadap kepala desa, tokoh masyarakat ataupun
tokoh agama dengan cara memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan
agar mereka bisa membina dan meyampaikan ke masyarakat terutama ibu
hamil saat pertemuan di balai desa ataupun ditempat ibadah
c. Melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan lebih banyak lagi baik dengan
media buku KIA, leaflet, poster ataupun berupa bimbingan kelas ibu hamil.
Agar para ibu hamil memiliki pengetahuan mengenai bagaimana bahayanya
kehamilan yang tidak dipantau secara berkala.

31
d. Menghimbau ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya untuk selalu
membawa buku KIA untuk pendataan dan melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya buku KIA bagi Ibu dan anaknya.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan dengan baik, agar mempermudah
mengetahui dan mengantisipasi terjadinya komplikasi dalam kehamilan.
Pencatatan dapat dilakukan melalui kelas ibu hamil.

Melalui saran di atas diharapkan agar dapat membantu berjalannya


program Pelayanan kunjungan antenatalcare pada periode yang akan datang
sehingga dapat mencapai target yang diinginkan. Diharapkan melalui saran di
atas, program Pelayanan Antenatal di Puskesmas Kecamatan Telagasari
Karawang dapat berjalan dengan lebih baik pada periode yang akan datang
sehingga dapat meningkatkan cakupan sesuai target.

32
Daftar Pustaka

1. Kesehatan Keluarga Profil kesehatan Indonesia 2015. Kementrian Kesehatan


Indonesia,2016. Hal 103-39. Di unduh 20 Desember 2018 http://
www.kemkes.go.id/ development / resources / download / pusdatin /profil
kesehatan- indonesia/profil-kesehatan- Indonesia - 2015. pdf.
2. “Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia”, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010. hal 37.
3. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Pedoman pelayanan antenatal. Depkes
RI Jakarta, 2007. Hal 23-82.
4. Profil kesehatan provinsi jawa barat. 2014. h. 34-5. Di unduh tangggal 18
Desember 2018.
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/pages/detail/2014/141.
5. Riset kesehatan dasar (riskesdas). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013. Di
unduh 18 Desember 2018. http : // www . depkes . go . id / resources /download
/general / Hasil % 20 Riskesdas % 20-2013 . pdf.
6. Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Ed 2nd. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. 2012. hal. 1- 28.
7. Laporan bulanan puskesmas Telagasari, Kabupaten Karawang Desember 2017 –
November 2018
8. Data geofrafi Puskesmas Telagasari.
9. Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan “Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan”. Ed 1st. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 2013.Hal 21-57
10. Pedoman Deteksi Resiko Kehamilan Dan Persalinan. Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Barat,2011. Hal 7-52.
11. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Ed 1st.
pemerintah Provinsi Jawa Barat. Bandung . Hal 22-6.

33

Anda mungkin juga menyukai