Delfebriyadi
Laboratorium Komputasi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas ; delfebri @ ft.unand.ac.id
ABSTRAK
Gempa aceh pada bulan Desember 2004 silam telah membuktikan bahwa zona sumber gempa
subduksi Sumatera mampu menghasilkan magnitude Mw9,0 yang hampir setara dengan kejadian
gempa pada zona subduksi di sekitar kepulauan Mentawai pada tahun 1883. Berdasarkan
pertimbangan itu, dilakukan studi analisis hazard kegempaan dengan melakukan suatu teknik
analisis resiko gempa terhadap wilayah kota Padang yang dilakukan berdasarkan kriteria desain
yang disyaratkan dalam SNI-1726-2002, yaitu untuk umur bangunan 50 tahun dan nilai
probabilitas terlampaui 10%. Analisa resiko gempa dilakukan berdasarkan teori probabilitas total
dengan memanfaatkan perangkat lunak EQRISK yang telah dimodifikasi dan menggunakan
pemodelan sumber gempa 2-D berdasarkan kajian seismotektonik dan identifikasi regional fault.
Karena belum adanya data riwayat waktu percepatan gempa terekam di batuan dasar yang
representatif untuk wilayah kota Padang, maka dilakukan perhitungan deaggregasi seismik untuk
mendapatkan gambaran umum tentang ukuran gempa dan jarak dari suatu skenario gempa
rencana, serta pembuatan data riwayat waktu sintetik berdasarkan metoda stokastik dan teknik
penskalaan gelombang terhadap suatu skenario gempa rencana dengan menggunakan program
SMSIM. Hasil akhir yang diperoleh adalah riwayat waktu percepatan sintetik pada lapisan
batuan dasar di lokasi kajian untuk sumber gempa subduksi berdasarkan skenario gempa yang
direncanakan dengan periode ulang desain gempa 500 tahun.
Kata-kata kunci : teori probabilitas total, riwayat waktu percepatan sintetik
Benioff
dengan model Maximum Entropy Principle (Dong et
Shallow Crustal
al., 1984). 1.0E+00
1.0E-01
1.0E-02
5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0
magnitude
TeknikA 91
No.32 Vol.1 Thn. XVI November 2009 ISSN: 0854-8471
Pemodelan pada zona subduksi Sumatera dilakukan .Tabel 1. Pembagian segmen pada patahan Sumatera dan
berdasarkan zona rupture pada perairan barat Sumatera nilai slip-ratenya
pada kejadian-kejadian gempa utama dan gempa susulan Slip rate Slip rate
di tahun 1797, 1833, dan bentang pengamatan tahun 2000 Segmen Segmen
(mm/tahun) (mm/tahun)
sampai 2008. Magnituda maksimum diambil berdasarkan
kejadian gempa Aceh (2004) yaitu sebesar M9,0. Sunda 11 Sumani 11
Sedangkan, pemodelan pada zona patahan Sumatera Semangko 11 Sianok 11
dilakukan dengan mengasumsikan kejadian gempa Kumering 11 Sumpur/Barumun 23
dengan M7,9 dapat terjadi dimana saja di sepanjang Manna 11 Toru 27
patahan. Permodelan pada zona patahan ini Musi 11 Renun 27
mengikuti segmen-segmen patahan berdasarkan Ketaun 11 Tripa 27
hasil penelitian Sieh dan Natawidjaja (2000). Untuk
Dikit 11 Aceh 27
memodelkan sumber gempa yang tidak terdefinisi
Siulak 11 Seulimeum 27
dalam peta gempa maupun sumber gempa yang
tercantum dalam peta gempa dengan magnitude Suliti 11
yang relatif kecil, dipergunakan model grid
berdasarkan pada nilai rate kejadian gempa yang
diperhalus (spatially smoothed seismicity) dengan
menggunakan model 2D dalam bentang radius 25 5o
Megathrust
Shallow Crustal
-5o
U
TeknikA 92
No.32 Vol.1 Thn. XVI November 2009 ISSN: 0854-8471
P( a ≥ a*) = ∫ ∫ P( a ≥ a*;m , r ) f M ( m ) f R ( r ) drdm ....1 Attenuation function Recurance Model Maximum Magnitude
M R
dimana :
fM = fungsi distribusi dari magnituda.
fR = fungsi distribusi dari jarak.
P ( a ≥ a*; m, r ) = probabilitas berkondisi
Least Square Mmax
1,0
0,5
dari intensitas a yang sama atau lebih besar
dari intensitas a* di suatu lokasi dengan Boore 1997
kekuatan gempa M dan jarak sumber R Shallow Crustal
1,0
yang diperoleh dari fungsi ateunasi.
Entropy Density Mmax
Jika site yang ditinjau berada dalam suatu daerah 0,5
1,0
dengan beberapa sumber gempa (Ns) dimana setiap
sumber memiliki rate untuk threshold magnitude Gambar 7. Formulasi Logic tree untuk sumber
gempa Shallow Crustal
sebesar v = exp[α − β .mo ] , maka total kejadian
gempa terlampaui untuk daerah tersebut adalah ; Gambar 8 memperlihatkan hasil perhitungan resiko
gempa berupa spektral percepatan (SA) di batuan
Ns
dasar pada lokasi kajian untuk suatu periode ulang
λ (a ≥ a*) = ∑ ν i .P(a ≥ a*) .............................. 2 pada beberapa perioda spektral. Untuk periode ulang
i =1 500 tahun di wilayah Padang didapatkan peak
ground acceleration (PGA) di batuan dasar sebesar
Periode ulang dari parameter gerakan tanah 0,3 g, SA untuk T= 0,2 detik sebesar 0,69 g, dan SA
terlampaui adalah sebanding dengan perbandingan untuk T= 1,0 detik sebesar 0,26 g.
terbalik dari kejadian gempa tahunan. Hasil akhir
dari PSHA diekspresikan dalam bentuk parameter- 1.2
parameter probabilitas terlampaui gerakan tanah
Spektral Percepatan (g)
1.0
M>m untuk suatu periode desain (P(t tahun) = 1 – e T = 0,0 detik
λ(M) . t
), kejadian gempa tahunan (λ(M)) dan periode 0.8 T = 0,2 detik
ulang desain (TR). T = 1,0 detik
0.6
Logic tree digunakan untuk menentukan
pembobotan pada masing-masing parameter yang 0.4
dipergunakan dan untuk untuk mengatasi nilai 0.2
ketidak-pastian pada analisis resiko gempa dengan
menggunakan metode probabilitas. 0.0
0 500 1000 1500 2000 2500
Periode Ulang (tahun)
Gambar 8. Spektral percepatan di batuan dasar pada
lokasi kajian untuk periode ulang tertentu
TeknikA 93
No.32 Vol.1 Thn. XVI November 2009 ISSN: 0854-8471
Deaggregasi seismik dengan menggunakan program White noise kemudian dibentuk dengan suatu pola
EQRISK yang telah penulis modifikasi memper- selubung tertentu (Gambar 10b). White noise yang
lihatkan sumber gempa yang memberikan kontribusi telah dibentuk tadi kemudian ditransformasikan ke
terbesar yang berada pada kisaran jarak dan dalam domain frekuensi (Gambar 10c) dan spektrum
magnituda rata-rata tertentu. Informasi jarak dan tersebut dinormalisir oleh akar kuadrat dari kuadarat
magnituda tersebut merupakan bagian informasi rata-rata (the square-root of the mean square) nilai
pemilihan kriteria riwayat waktu dengan amplitudo spektrum (Gambar 10d). Spektrum yang
karakteristik yang mendekati kondisi yang dinormalisir tersebut lalu diskalakan dengan suatu
diinginkan. spektrum gerakan tanah target (Gambar 10e). Hasil
akhir adalah riwayat waktu yang didapatkan kembali
5.0 - 5.5
dari transformasi spektrum yang telah diskalakan
1.00E-04
5.5 - 6.0
TR = 500 tahun tadi ke dalam domain waktu (Gambar 10f).
6.0 - 6.5
Mw = 9,0 8.00E-05
6.5 - 7.0
R = 226 km 6.00E-05
7.0 - 7.5 4.00E-05
7.5 - 8.0
2.00E-05
8.0 - 8.5 9.0-9.5
8.0 - 8.5 0.00E+00
8.5 - 9.0 7.0 - 7.5
450 - 500
6.0 - 6.5
400 -450
350 - 400
300 - 350
9.0-9.5 Mw
250 - 300
5.0 - 5.5
200 - 250
150 - 200
100 -150
50 - 100
0 - 50
(KM)
JARAK
6.0 - 6.5
400 -450
350 - 400
300 - 350
Mw
250 - 300
(KM)
JARAK
Simulasi dalam domain waktu dapat dibuat dengan Gambar 11. Riwayat waktu percepatan gempa sintetik
langkah-langkah seperti; membangkitkan white di lapisan batuan dasar kota Padang untuk
noise dengan bentang waktu sepanjang durasi dari mekanisme sumber gempa Subduksi dengan
riwayat waktu yang diperkirakan (Gambar 10a). periode ulang desain gempa 500 tahun
TeknikA 94
No.32 Vol.1 Thn. XVI November 2009 ISSN: 0854-8471